Anda di halaman 1dari 83

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA

DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Disusun Oleh :

SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA


DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Disusun Oleh :

SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi


J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 Desember 2012

Tim Penguji : Pembimbing :


1. 1.

Ir. Hari Purwoadi, MM. Enny Ariyani, ST. MT.


NIP. 19480828 198403 1 001 NPT. 3 7009 95 0041 1

2. 2.

Ir. Nisa Masruroh, MT. Dr s. Pailan, MPd.


NIP. 19630125 198803 2 001 NIP. 19530405 198303 1 001

3.

Enny Ariyani, ST. MT.


NPT. 3 7009 95 0041 1

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Indsutri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA


DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Disusun Oleh :

SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi


J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 Desember 2012

Tim Penguji : Pembimbing :


1. 1.

Ir. Hari Purwoadi, MM. Enny Ariyani, ST. MT.


NIP. 19480828 198403 1 001 NPT. 3 7009 95 0041 1

2. 2.

Ir. Nisa Masruroh, MT. Dr s. Pailan, MPd.


NIP. 19630125 198803 2 001 NIP. 19530405 198303 1 001

3.

Enny Ariyani, ST. MT.


NPT. 3 7009 95 0041 1

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Indsutri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA


DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Disusun Oleh :

SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi


J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 14 Desember 2012

Tim Penguji : Pembimbing :


1. 1.

Ir. Hari Purwoadi, MM. Enny Ariyani, ST. MT.


NIP. 19480828 198403 1 001 NPT. 3 7009 95 0041 1

2. 2.

Ir. Nisa Masruroh, MT. Dr s. Pailan, MPd.


NIP. 19630125 198803 2 001 NIP. 19530405 198303 1 001

3.

Enny Ariyani, ST. MT.


NPT. 3 7009 95 0041 1

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Indsutri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PERANCANGAN MEJ A SETRIKA


DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Disusun Oleh :

SUGENG RIYADI
NPM. 0932010003

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan


Gelombang Desember Tahun Akademik 2012 / 2013

Surabaya, 14 Desember 2012


Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Enny Ariyani, ST. MT. Dr s. Pailan, MPd.


NPT. 3 7009 95 0041 1 NIP. 19530405 198303 1 001

Ketua J urusan
J urusan Teknik Industri
UPN “Veteran” J awa Timur

Dr. Ir. Minto Waluyo, MM


NIP. 19611130 199003 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis mampu

menyelesaikan Tugas Akhir ini dan menuntaskan pendidikan sebagai Sarjana

Teknik di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknonologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Semoga Tugas Akhir ini mampu memberikan sedikit sumbangsih.

Memang Tugas Akhir ini masih kurang sempurna dan masih membutuhkan

banyak perbaikan, penulis memohon adanya saran dan kritik untuk

membenahinya. Apabila ada pihak-pihak yang berminat mengembangkan,

memperbaiki, dan menyempurnakannya, penulis akan dengan senang hati

membantu.

Selama penyusunan tugas akhir ini, banyak sekali bimbingan dan bantuan

yang telah diterima oleh penulis. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan terima

kasihnya kepada:

1. Semua Dosen yang telah mengajarkan semua ilmunya selama kuliah di

Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Enny Ariyani ST, MT, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih

telah membimbing dan banyak membantu dalam pembuatan tugas akhir

ini.

3. Bapak Drs. Pailan, MPd. selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas

bimbinganya dan masukan yang diberikan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto,MP selaku Rektor UPN “Veteran”

Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri.

6. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Kajur Teknik Industri.

7. Ibu Ir. Iriani, MT., Bapak Ir. Akmal Suryadi, MT. dan Bapak Suseno

Budi Prasetyo, ST. MT dan Dwi Sukma Donoriyanto, ST. MT. selaku

Dosen Penguji Seminar.

8. Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT dan Bapak Ir.Hari Purwoadi, MM selaku

Dosen penguji Ujian Lisan.

9. Seluruh keluarga. Ayah, Ibu, Istri yang selalu memberikan dukungan

hingga selesainya kuliah.

10. Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2009 (Sore) yang selalu

saling memberi semangat dan dukungan terutama mas Tedy Gunarso

Putro.

11. Dan seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta

semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengerjakan tugas

akhir ini.

Surabaya, Januari 2013

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

ABSTRAKSI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 2

1.4 Asumsi-asumsi ............................................................................ 3

1.5 Tujuan ........................................................................................ 3

1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................. 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA .................................................................. 5

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk........... 5

2.1.1 Perancangan Produk .......................................................... 6

2.1.2 Pengembangan Produk....................................................... 9

2.1.3 Inovasi Produk................................................................... 12

2.2 Ergonomi .................................................................................... 13

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ............................... 13

2.2.2 Definisi Ergonomi ............................................................ 16

2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi .................................................. 18

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4 Kelelahan ........................................................................ 20

2.3 Anthropometri ............................................................................. 20

2.3.1 Definisi Anthropometri ..................................................... 22

2.3.2 Data Anthropometri .......................................................... 23

2.3.3 Keluhan Muskuloskeletal.................................................. 28

2.3.4 Kelelahan ......................................................................... 30

2.4 Meja Setrika ................................................................................ 35

2.4.1 Definisi Meja Setrika ........................................................ 35

2.4.2 Komponen Dan Bahan Meja Setrika ................................. 35

2.4.3 Rangkaian Proses Produksi Meja Setrika ........................ 36

2.4.4 Perencanaan Rancangan Meja Setrika .............................. 36

2.5 Pengujian Data ............................................................................ 37

2.5.1 Uji Keseragaman Data ....................................................... 37

2.5.2 Uji Kecukupan Data .......................................................... 39

2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 43

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ..................................................... 43

3.2 Identifikasi Variabel .................................................................... 43

3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ........................................ 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 51

4.1 Pengumpulan Data ...................................................................... 51

4.1.1 Data Anthropometri Pengguna .......................................... 51

4.2 Pengolahan Data ......................................................................... 52

4.2.1 Desain Meja Setrika Awal ............................................... 52

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2.2 Desain Meja Setrika Usulan .............................................. 53

4.2.2.1 Uji Keseragaman Data ......................................... 53

4.2.2.2 Uji Kecukupan Data ............................................. 56

4.2.2.3 Menentukan Persentil ........................................... 58

4.2.2.4 Perancangan Desain Meja Setrika Usulan............. 59

4.2.2.5 Uji Coba Pemakaian Meja Setrika Usulan ........... 60

4.2.2.6 Perbandingan Desain Meja Setrika Awal

dan Usulan ........................................................... 60

4.3 Hasil dan Pembahasan ................................................................. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 68

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 68

5.2 Saran ........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anthropometri Untuk Perancangan Produk ................................... 26

Gambar 2.2 Anthropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk .......................... 26

Gambar 2.3 Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% Populasi .............. 32

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah .......................................... 46

Gambar 4.1 Meja Setrika Awal ......................................................................... 53

Gambar 4.2 Uji Keseragaman Dimensi (TKP 5%)............................................ 54

Gambar 4.3 Uji Keseragaman Dimensi (TKP 95%).......................................... 55

Gambar 4.4 Desain Meja Setrika Usulan ........................................................... 59

Gambar 4.5 Meja Setrika Awal ......................................................................... 61

Gambar 4.6 Meja Setrika Usulan ....................................................................... 62

Gambar 4.7 Meja Setrika Awal ......................................................................... 65

Gambar 4.8 Meja Setrika Usulan ............................................................ 66

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa Dapat

Diekivalensikan Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)

(Mm) ................................................................................................29

Tabel 2.2 Anthropometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi

Masyarakat British dan Hongkong (Pheasant, 1286) Terhadap

Masyarakat Indonesia (Mm) ............................................................. 30

Tabel 2.3 Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (Mm) .................. 31

Tabel 2.4 Macam-macam Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi

Normal ...............................................................................................34

Tabel 4.1 Tabel Pengumpulan Data Dimensi Tubuh Orang Dewasa ............... 51

Tabel 4.2 Tabel Hasil Uji Keseragaman Data ................................................... 56

Tabel 4.3 Tabel Hasil Uji Kecukupan Data ........................................................ 58

Tabel 4.4 Hasil Kuisioner Uji Coba Meja Setrika Usulan ....................................60

Tabel 4.5 Hasil Kuisioner Uji Coba Meja Setrika Awal .....................................60

Tabel 4.6 Hasil Kuisioner Uji Coba Meja Setrika Usulan ....................................63

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKSI

Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang lebih
praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan sangat
meringankan beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring dengan perkembangan
jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan
penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi persaingan ditentukan
oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut dalam beradaptasi / merespon
perubahan keinginan konsumennya.

Meja setrika merupakan salah satu alat untuk menyetrika yang masih sederhana,
padahal masyarakat secara umumnya masih mempercayai meja setrika sebagai alat
menyetrika. Meja setrika saat ini belum mengalami modifikasi sesuai dengan kebutuhan
konsumen seperti dalam hal kenyamanan dan fungsinya. Jika meja setrika yang
digunakan lebih pendek dari pada penggunanya, maka pengguna cenderung menyetrika
dengan posisi kerja membungkuk sehingga menjadi persoalan menyetrika. Sedangkan
dalam ilmu ergonomi, posisi kerja yang benar ialah posisi tubuh tetap tegak agar
kerangka tubuh dapat menopang tubuh dengan tepat. Dalam fungsinya, seringkali meja
setrika tidak hanya digunakan untuk kegiatan menyetrika, namun seringkali pengguna
meja setrika menggunakannya sebagai tempat hasil setrika (pakain yang sudah disetrika)

Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan


untuk merancang dan mengembangkan produk inovasi meja setrika yang ergonomis
sesuai dengan kebutuhan konsumen yang mempunyai kenyamanan pengguna yang
mempunyai daya kompetitif.

Adapun ukuran meja setrika awal adalah panjang = 100 cm, lebar = 40 cm, dan tinggi
= 90 cm. Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil kuisioner meja setrika awal, yang
mempunyai jawaban tidak sesuai sebanyak 86 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak
20 jawaban, netral sebanyak 7 jawaban, sesuai sebanyak 27 jawaban yang ditinjau
dari kelima variabelnya. Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran yaitu
Ukuran tinggi meja setrika mulai dari 84-97 cm. Ukuran lebar meja setrika 40 cm,
panjang 100 cm.Ukuran panjang meja setrika 100 cm.Hal tersebut juga di perkuat
oleh hasil kuisioner meja setrika usulan yang mempunyai kriteria jawaban sangat
sesuai sebanyak 84 jawaban, sesuai sebanyak 52 jawaban, netral sebanyak 4 jawaban,
yang ditinjau dari kelima variabelnya.Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil
responden di atas, desain meja setrika usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan
sesuai paling banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja setrika usulan adalah
meja setrika yang ergonomis. Meja setrika usulan mempunyai kelebihan kesetabilan
saat menyetrika dan rak meja setrika berfungsi sebagai tempat menyimpan hail
setrika.

Kata kunci : creator, innovator, ergonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT

In using a product, the user will always look for a more practical both in use and
in storage, because these things will greatly ease the burden on the user in use. Along
with the development of a product will always have innovation according to the needs of
its users. Due to the success of the industry in the face of competition is determined by the
success in designing and developing products that suit the desires of consumers and the
industry pace in adapting / responding to changes in consumer desires.

The ironing board is one tool for ironing is still simple, but people are generally
still believe the ironing board as a means of ironing. Table board has not been modified
in accordance with the needs of consumers as in terms of comfort and function. If the
ironing board being used is shorter than the user, the user is likely to work ironing a bent
position so that a problem ironing. While the science of ergonomics, the correct working
position is upright body position in order to sustain the body skeleton precisely. In its
function, often the ironing board is not only used for ironing, but often users use the
ironing board as a result board (clothes that have been ironed)

With the problems the research that aims to design and develop innovative
products multifunctional ergonomic ironing board in accordance with the needs of
consumers who have the convenience of users who have competitive power.

The initial size of the ironing board is the length = 100 cm, width = 40 cm, height
= 90 cm. It is also strengthened by the results of questionnaires initial board table, which
has as much as 86 answer did not match the answer, it is not appropriate answer as many
as 20, as many as 7 neutral answer, according to the 27 answers in terms of the five
variables. Based on the calculation determining the size of the size of an ironing board
height ranging from 84-97 cm.Ukuran board table width 40 cm, length 100 cm.Ukuran
long table cm.Hal board 100 is also strengthened by the results of the questionnaire table
board has proposed a criterion response great fit, 84 answers, as much as 52 answers, as
much as 4 neutral response, which in terms of the five variabelnya.Maka based on a
comparison of expected outcomes on the respondents, has proposed board table design is
very suitable and appropriate criteria at most, so it can be concluded that the design of
the table Board proposal is an ergonomic ironing board.

Kata kunci : creator, innovator, human comfortable, ergonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam zaman kemajuan teknologi yang lebih mempermudahkan kerja

maupun aktifitas manusia telah bermunculan peralatan ciptaan baru yang

mempunyai daya guna lebih dari pada dasar kemampuan sebelumnya. Hal ini

ditunjang pula dengan ketersediaan alat penunjang untuk pembuatan dan semakin

kompleksnya kebutuhan manusia akan sebuah kemudahan.

Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang

lebih praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi

akan sangat meringankan beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring

dengan perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai

dengan kebutuhan penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi

persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan

produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut

dalam beradaptasi / merespon perubahan keinginan konsumennya.

Meja setrika merupakan salah satu alat untuk menyetrika yang masih

sederhana, padahal masyarakat secara umumnya masih mempercayai meja setrika

sebagai alat menyetrika. Meja setrika saat ini belum mengalami modifikasi sesuai

dengan kebutuhan konsumen seperti dalam hal kenyamanan dan fungsinya.

Kondisi meja setrika yang ada memiliki kekurangan, kalau dipakai sering goyang-

goyang, kalau ditinggikan sering posisinya turun sendiri, kekuatan kurang, tempat

hasil setrika kurang luas sehingga tidak memuat hasil setrika yang banyak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang

bertujuan untuk merancang dan mengembangkan produk inovasi meja setrika

yang ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen yang mempunyai

kenyamanan pengguna yang mempunyai daya kompetitif.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :

“Bagaimana merancang meja setrika yang lebih ergonomis dan inovatif

dari yang sudah ada saat ini ?”

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :.

1. Data antropometri disesuaikan dengan masyarakat Indonesia dengan

pertimbangan usia antara 16 - 55 tahun.

2. Persentil yang digunakan adalah persentil 5 dan 95.

3. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.

1.4 Asumsi

Asumsi – asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu :

1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan baik.

2. Sampel yang diambil mewakili seluruh pengguna.

3. Jawaban kuisioner responden mewakili populasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


2
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.5 Tujuan

Melakukan perancangan meja setrika yang ergonomis sehingga mampu

memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah

dalam permasalahan nyata diperusahaan.

2. Bagi Pengguna (penguna meja setrika)

Memberikan kemudahan dan kenyamanan serta mengurangi efek kelelahan

dalam melakukan kegiatan menyetrika dan meletakkan hasil setrika.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis

dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan

terhadap perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat

dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat

diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat

seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas

mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang

dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


3
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang

lingkup sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori

mengenai ergonomi dan desain perancangan produk

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan mengenai lokasi penelitian, metode pengupulan data

dan langkah pemecahan masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja setrika yang

multifungsi dan ergonomis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas

serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


4
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk.

2.1.1 Perancangan Produk.

Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang

tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan

dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan

jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli

teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan

mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia

karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk

dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak

merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar

dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan

didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh

perancangan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan,

pengembangan dan penyempurnaan produk.

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam

proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-

keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.

Diantara keputusan penting tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


5
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu

pembangunan proyek.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah

sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat

produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup

sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.

Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam fase

pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses

penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan

sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan

dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).

1. Langkah - langkah Perancangan Produk

a. Fase Informasi.

Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan

dengan produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan

seluruh informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam

Djati 2001) :

- Gambar produk awal dan spesifikasi.

- Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.

- Kriteria keinginan relatif konsumen.

- Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan

struktur dan fungsi.

- Kriteria buying.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


6
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan kualitas,

maupun performance produk.

- Kriteria finance produk awal.

b. Fase kreatif.

Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi

fungsi yang dibutuhkan diantaranya :

- Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.

- Penentuan prioritas perancangan.

- Pembuatan alternatif model produk.

c. Fase analisa.

Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada

fase kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan

analisa yang dilakukan antara lain :

- Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.

- Penilaian kriteria atribut antar model.

- Pembobotan kriteria atribut produk.

- Value analysis.

d. Fase pengembangan.

Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa

alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan

output dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau

yang digunakan adalah :

- Alternatif terpilih.

- Gambar produk terpilih dan spesifikasinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


7
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Fase rekomendasi.

Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan

menarik terhadap hasil pengembangan produk.

2. Model Perancangan Produk.

Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model

yang sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif

dan model perspektif (Ginting R, 2009).

a. Model deskriptif.

Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak

dini dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic

(pengalaman sebelumnya bersifat umum).

b. Model perspektif.

Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin

meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas

pembangkitan alternatif alternatif solusi.

2.1.2 Pengembangan Produk.

Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang

atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan

konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa

segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan

konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan

akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran

usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


8
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume

penjualan.

Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat

memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan

dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk

dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada

(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:

perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.

Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.

Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti

perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan

sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada

peralihan teknologi perusahaan akan menggunakan teknologi lebih maju guna

menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi

perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.

Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian

aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri

dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.

Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan

keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk

selamanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


9
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk.

Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan

produk, yaitu :

a. Tahap Penyaringan.

Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang

produk telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah

ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari

manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para

penyalur, langganan, atau lembaga lain.

b. Tahap Analisa Bisnis.

Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk

mengetahui seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan

laba.

c. Tahap Pengembangan.

Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena

ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus

sesuai dengan kemampuan perusahaan.

d. Tahap Pengujian.

Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan,

meliputi :

- Pengujian tentang konsep produk.

- Pengujian terhadap kesukaan konsumen.

- Penelitian laboratorium.

- Test penggunaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


10
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
- Operasi pabrik percontohan.

- Tahap Komersialisasi.

2.1.3 Inovasi Produk.

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna

‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai

penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau

invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah

ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua

Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru

ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi

adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya

teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,

metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa

hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-

praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru

oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung

makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga

baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat

dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan

diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil

produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan

menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


11
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,

kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak

diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga

masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong

terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi

terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang

bersangkutan.

Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi

pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin

belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu,

pengajaran secara tim (team teaching), termasuk sistem belajar mandiri.

2.2 Ergonomi.

2.2.1 Sejarah dan Per kembangan Ergonomi.

Di dalam buku Eko Nurmianto, Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada

tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan

puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai

berikut:

1. C.T. Thackrah, England, 1831.

Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian

kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman

yang dirasakan oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur

tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


12
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan

dimensi kursi, meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta

pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan

membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga

mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan

temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan

kerja yang berulang-ulang (repetitive work).

2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan

metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu

pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan

manajemen modern.

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini

lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam

bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan

bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu

sistem meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research

Board), England, 1918.

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik

amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana

output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang

menurun. Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


13
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
untuk sistem kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan

adanya variasi dan rotasi pekerjaan.

5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di

suatu Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company,

Hawthorne,Chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi

pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya

waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit

perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang

secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah

kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat

perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu

adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,

efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena

terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang

terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research

Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang

telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal

(majalah ilmiah) pertama dalam bidang ERGONOMI pada Nopember 1957.

Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


14
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di

Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa

Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun

1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia

dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).

2.2.2 Definisi Ergonomi.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia

merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada

sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan

itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan

interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan

pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor

manusia.

Menurut Pulat (1992) ergonomi merupakan studi tentang interaksi antara

manusia dengan objek yang mereka gunakan, dan lingkungan di mana mereka

bekerja. Beberapa hal yang penting dalam pengertian tersebut adalah komponen

manusia, obyek, lingkungan, serta interaksi antar komponen-komponen tersebut.

Sedangkan menurut Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau

ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo

yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefinisikan

sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-

informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang

suatu sistem kerja. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


15
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (re-design). Hal ini dapat

meliputi perangkat keras misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches,

platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls),

alat peraga (display), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows),

dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal yang ada di atas adalah bahasan

tentang rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika

sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.

Tujuan ergonomi adalah menambah efektifitas penggunaan objek fisik dan

fasilitas yang digunakan oleh manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu,

misalnya kesehatan, kenyamanan dan kepuasan pada proses penggunaan tersebut.

Ergonomi dapat pula berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu

organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian

waktu kerja atau shift kerja, meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain.

Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan

semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian

informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan sekompatibel

mungkin sesuai dengan kemampuan dalam pemrosesan informasi oleh manusia.

Ilmu ergonomi ini secara khusus akan mempelajari tentang keterbatasan dan

kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk

buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-

batas kemampuan, baik di dalam jangka pendek maupun panjang. Pada saat

berhadapan dengan keadaan lingkungan kerja yang berupa perangkat keras

(hardware mesin, peralatan kerja, dan sebagainya) dan perangkat lunak (metode

kerja, sistem, dan prosedur).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


16
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan adalah

fitting the job to the man rather than the man to the job, dalam hal ini pekerjaan

harus disesuaikan agar selalu berada dalam jangkauan kemampuan serta

keterbatasan manusia. Dengan demikian, setiap perancangan kerja harus

disesuaikan dengan faktor manusianya dimana dimensi fisik dan fungsi harus

mengikuti karakteristik dari manusia yang akan menggunakan sistem kerja

terseebut.

2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi.

Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara

signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.

Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku

manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.

Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :

1. Anthropometri.

Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi

tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk

merancang sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda

untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak

ada manusia yang sama dalam segala hal.

2. Faal Kerja.

Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama

bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang

banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja

otot.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


17
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Biomekanika Kerja.

Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika

gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini

adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan,

serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.

4. Penginderaan.

Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera

penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman

(hidung), indera perasa (kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi,

penglihatan dan pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan

kelebihan indera tersebut dalam merespon informasi dari sitem kerja.

5. Psikologi Kerja.

Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan

ditempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk

didalamnya: kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem

nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan

sebagainya. Masalah faktor diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi

Karena pada setiap individu manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai

bawaan lahir. Ketidakcocokan seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang

dihadapinya dapat menimbulkan tekanan (stress) dan rendahnya motivasi

untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang

dihasilkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


18
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.4 Kelelahan.

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan

diatur secara sentral oleh otak (Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996)

kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang

dipengaruhi oleh 2 (dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi)

dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan

kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami

oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap

manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan

dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan

sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan

/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan

(Wignjosoebroto, 2003).

Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban

(1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :

a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2003) ialah disebabkan

munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus

melakukan beban.

b. Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang

menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan

kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


19
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menyatakan bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga

berhubungan dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang

tertarik) yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab

kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan

mental, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental (tanggung jawab,

kekhawatiran dan konflik) serta penyakit-penyakit.

2. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :

a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila

kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-

kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

3. Berdasarkan penyebabnya :

a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di

tempat kerja.

b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu

akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor

psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang

berkepanjangan.

c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan

karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja,

rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


20
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3 Anthropometri.

2.3.1 Definisi Anthropometri.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003) dalam bukunya istilah

antropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti

ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang

berkaitan dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya

akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang

berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan

sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan

(desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia.

Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara

lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan

sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer

dll.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk

tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % -

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


21
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk

haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya.

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi

ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh

manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2004) :

1. Umur.

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai

dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh

A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa

laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun,

sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus

bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita).

Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan

cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan

yang dimulai sekitar umur 40 tahunan (Wignjosoebroto, 2003).

2. Jenis kelamin (sex).

dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti

pinggul, dan sebagainya.

3. Suku bangsa (etnic).

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


22
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi

tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Keacakan / Random.

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok

populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok

usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup

signifikan antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan.

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam

seleksi karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh

yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada

umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

6. Pakaian.

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda

akan memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan

spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda

dari satu tempat dengan tempat yang lainnya.

7. Faktor Kehamilan.

Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh

khususnya bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus

terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

8. Tubuh Cacat.

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak

terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


23
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9. Posisi tubuh (posture).

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei

pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak

(tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat

badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala,

tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan

sebagainya.

b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan

yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 2003) .

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada

gambar 2.6.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


24
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.1. Antropometri Untuk Perancangan Produk
Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Gambar 2.2. Antropometri Tinggi Badan Berdir i dan Duduk


Sumber : Sritomo Wigjosoebroto, 2003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


25
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Keterangan gambar 2.6. di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam

gambar).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


26
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

dengan ujung jari tangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


27
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.1.
Per kiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat
Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis
Asia) (mm)

Pr ia Wanita
Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri
1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60
tegak
2. Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57
3. Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51
4. Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41
5. Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks 685 750 815 40 650 715 780 41
kebawah
6. Tinggi Badan pada Posisi Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37
7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35
8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38
9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38
10. Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14
11. Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30
12. Jarak dari Lipat Lutut (popliteal)
405 450 495 26 385 435 485 29
ke Pantat
13. Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27
14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29
15. Lebar Bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29
16. Lebar Panggul 300 335 370 22 295 330 365 21
17. Tebal Dada 155 195 235 25 160 215 270 34
18. Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39
19. Jarak dari siku ke ujung jari 410 445 480 22 360 400 400 24
20. Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8
21. Panjang Tangan 165 190 195 9 150 165 180 9
22. Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5
23. Jarak Bentang dari ujung jari
1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80
tangan kanan ke kiri
24. Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke 1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86
atas & berdiri tegak
25. Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke 1.110 1.205 1.3 58 855 940 1.025 51
atas & duduk
26. Jarak genggaman tangan (grip)
ke punggung pada posisi tangan 640 705 770 38 580 635 690 32
ke depan (horisontal)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


28
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.2.
Anthropometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi
Masyarakat British dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat
Indonesia (mm)

Pr ia Wanita
Dimensi Tubuh
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60
2. Tinggi Mata 1.425 1.52 1.615 58 1.35 1.446 1.542 58
3. Tinggi Bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54
4. Tinggi Siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43
5. Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks 655 718 782 39 646 708 771 38
kebawah
6. Tinggi Badan pada Posisi Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36
7. Tinggi Mata pada Posisi Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33
8. Tinggi Bahu pada Posisi Duduk 523 572 621 330 501 550 599 30
9. Tinggi Siku pada Posisi Duduk 181 231 282 31 175 229 283 33
10. Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
11. Jarak dari Pantat ke Lutut 500 545 590 272 488 527 586 30
12. Jarak dari Lipat Lutut (popliteal)
405 450 495 27 488 537 586 30
ke Pantat
13. Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
14. Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28
15. Lebar Bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26
16. Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29
17. Tebal Dada 174 212 250 23 178 228 278 30
18. Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34
19. Jarak dari siku ke ujung jari 405 439 473 21 374 409 287 34
20. Lebar Kepala 140 450 160 6 135 146 157 7
21. Panjang Tangan 161 176 190 9 153 168 183 9
22. Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
23. Jarak Bentang dari ujung jari
1.52 1.663 1.806 87 1.4 1.523 1.646 75
tangan kanan ke kiri
24. Tinggi pegangan tangan (grip)
pada posisi tangan vertikal ke atas 1.795 1.923 2.051 78 1.713 1.841 1.969 79
& berdiri tegak

25. Tinggi pegangan tangan (grip)


pada posisi tangan vertikal ke atas 1.065 1.169 1.273 63 945 1.03 1.115 52
& duduk
26. Jarak genggaman tangan (grip) ke
punggung pada posisi tangan ke 649 708 767 37 610 661 712 31
depan (horisontal)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


29
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.3.
Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)

Pr ia Wanita
Dimensi Tubuh
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2. Panjang telapak tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3. Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4. Panjang jari telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5. Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6. Panjang jari manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7. Panjang jari kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8. Lebar ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
9. Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
10. Lebar Jari telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1
11. Tebal jari telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1
12. Lebar telapak tangan
74 81 88 4 68 73 78 3
(Metacarpal)
13. Lebar telapak tangan (sampai
88 98 108 6 82 89 96 4
ibu jari)
14. Lebar telapak tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3
15. Tebal telapak tangan
28 31 34 2 25 27 29 1
(Metacarpal)
16. Tebal telapak tangan (sampai ibu
41 48 47 2 41 44 47 2
jari
17. Diameter genggam (maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1
18. Lebar maksimum (ibu jari ke jari
177 192 206 9 169 184 199 9
kelingking)
19. Lebar fungsional maksimum
122 132 142 6 113 123 134 6
(ibu jari ke jari lain)
20. Segiempat minimum yang dapat
57 62 67 3 51 56 61 3
dilewati telapak tangan

(Nurmianto; 2008)

2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data

Anthropometri.

Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana

kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


30
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,

pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data

yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang

menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi

yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-

batasnya (Wignjosoebroto, 1995).

Gambar 2.3. Distribusi Nor mal Yang Mengakomodasi 95% Dari Populasi.

Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum

dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya

dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi

semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang

muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk

lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase

pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian

ujung dari skala grafik tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


31
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh

manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa

sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian

tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan

terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk

kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.

Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang

berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis

untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan

hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan

SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan

bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan

atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau

lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2004).

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu

kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama

dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki

ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu

diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap

invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat

dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,

untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


32
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan

data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3. Macam Persentil Dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Nor mal.

Persentil Kalkulasi
1st x - 2.325σx
2.5 th x - 1.96σx
5 th x - 1.645σx
10 th x - 1.280σx
50 th x
90 th x + 1.280σx
95 th x + 1.645σx
97.5 th x - 1.96σx
99 th x - 2.325σx

Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Keterangan tabel 2.1. di atas, yaitu:

x = mean data

σ = standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data

anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan

dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan

dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini

berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,

2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


33
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang

diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan

pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut

Wignjosoebroto (2003), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95

menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.3. sebelumnya.

P5 = x - 1,645 σ x ......................................................... Persamaan 2.4.

P50 = x .............................................................................. Persamaan 2.5.

P95 = x + 1,645 σ x ......................................................... Persamaan 2.6.

2.4 Meja Setrika.

2.4.1 Definisi Meja Setrika.

Meja setrika merupakan salah satu alat bantu setrika yang terdiri dari bagian

meja atau papan meja setrika, kaki meja setrika, tempat setrika, tempat hasil

setrika. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat meja setrika yaitu, papan

meja terbuat dari triplek, kaki meja terbuat dari aluminium, tempat hasil setrika

terbuat dari aluminium dan tempat setrika terbuat dari aluminium.

2.4.2 Komponen dan Bahan Meja Setrika.

Berdasarkan hasil karya kerja nyata dari M. Yahmin pada UD. JAYA

TERUS komponen dari meja setrika ialah :

1. Papan meja setrika yang terdiri bahan papan triplek dengan tebal 1 Cm lebar

45 Cm dan panjang 70 Cm. Kemudian dilapisi dengan spon dengan tebal 0,5

Cm lalu dipres dengan kain sesuai bentuk meja setrika.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


34
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Kaki meja setrika yang terbuat dari aluminium dengan tebal 1 mm, diameter 2,5

Cm dengan tinggi yang dapat diatur sesusai pengguna. Tujuan terbuat dari

aluminium supaya tahan karat.

3. Tempat hasil setrika yang terbuat dari aluminium dengan ukuran 50 Cm,

lebar 40 Cm.

4. Tempat setrika yang terletak disamping sebelah kanan meja setrika yang

terbuat dari aluminium dengan ukuran lebar 20 Cm dan panjang 30 Cm.

2.4.3 Rangkaian Proses Produksi Meja Setrika.

Proses produksi di UD. JAYA TERUS adalah rangkaian proses produksi

yang menerapakan cara manual, berikut adalah proses produksinya :

1. Memebentuk papan meja.

2. melapisi papan dengan spon.

3. Dibalut dengan kain kemudian dipres sesuai dengan bentuk meja setrika.

4. Pemasangan kaki meja setrika.

5. Pemasangan tempat hasil setrika.

6. Pemasangan tempat setrika.

7. Finishing

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


35
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.4.4 Perencanaan Rancangan Meja Setrika.

Pada rancangan yang akan dikerjakan, kaki meja setrika yang tadinya

terbuat dari besi diganti dengan aluminium. Sedangkan tempat hasil setrika juga

terbuat dari aluminium.

Aluminium adalah logam yang berwaarna putih perak dan tergolong ringan

yang mempunyai massa jenis 2,7 gr cm –3. Sifat-sifat yang dimiliki aluminium

antara lain :

1. Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk alat

rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.

2. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus

makanan, obat, dan rokok.

3. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan sebagai

kabel tiang listrik.

4. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti

Duralium (campuran Al, Cu, Mg) untuk pembuatan badan peswat.

5. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.

2.5 Pengujian Data.

2.5.1 Uji Keseragaman Data.

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan

cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya

mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data

ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang

dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


36
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama

dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil

pengamatan, dengan persamaan berikut :

x =
∑x i
.......................................................................... Persamaan 2.7.
n

Dimana:

x = Rata-rata data hasil pengamatan.

x = Data hasil pengukuran.

Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar dengan persamaan 2.8

berikut:

σ =
∑ ( xi − x ) 2

.............................................................. Persamaan 2.8.


n −1

Dimana:

σ = Standar deviasi dari populasi.

n = Banyaknya jumlah pengamatan.

x = Data hasil pengukuran.

Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas

kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim

dengan menggunakan persamaan 2.9 dan 2.10 berikut :

BKA = X + k σ .................................................................... Persamaan 2.9.

BKB = X - k σ .................................................................. Persamaan 2.10.

Dimana:

X = Rata-rata data hasil pengamatan.

σ = Standar deviasi dari populasi.

k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


37
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.

Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.

Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

2.5.2 Uji Kecukupan Data.

Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah

data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila

N’ < N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan

pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang

sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji

kecukupan data adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.

Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam

persen. Sedangkan tingkat keyakinan atau kepercayaan menunjukan

besarnya keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang

diperoleh memenuhi syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi

tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa

pengukuran membolehkan rata-rata hasil pengukuranya menyimpang sejauh

5% dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini

adalah 95%. Atau dengan kata lain berate bahwa sekurang-kurangnya 95

dari 100 harga rata-rata dari sesuatu yang diukur akan memiliki

peyimpangan tidak lebih dari 5%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


38
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Pengujian Kecukupan Data.

Rumus pengujian kecukupan data, sebagai berikut:

2
 k / s. n.( ( x 2 ) − ( x ) 2 ) 

N =
' ∑ i ∑ i 



∑ xi 

Dimana:

N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan.

x = Data hasil pengukuran.

s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal).

k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.

Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.

Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’<N

maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data kembali,

tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan

pengambilan data lagi.

2.6 Penelitian Terdahulu.

Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :

1. ”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk” oleh : Sritomo

Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian

tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan

salah satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


39
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dioperasikan tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah

direncanakan, akan tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan

dan juga kenyamanan pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk

yang ergonomis itu jelas akan mampu pula meningkatkan nilai komersial

dan daya saing produk.

2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis

Dengan Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil

produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya

serta praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal

100 cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan.

Untuk analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA

diperoleh beban maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000

Newton.

3. ”Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan

Mempertimbangkan Aspek Ergonomi” oleh : Muhammad Hanafi,

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut

diketahui bahwa alat perancangan kerja diperlukan penambahan spesifikasi

antara lain : Pada sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan

keinginan, pada putaran bawah terdapat tambahan bearing, dan pada bagian

kursi dapat disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D

max, diharapkan alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja

yang dirasakan oleh para pekerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


40
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. “Penerapan Prototype Meja Bangku Ergonomis Untuk Murid Sekolah Dasar

Kelas Satu Dan Dua di Malang” oleh : Muhammad Lukman, Universitas

Muhammadiyah Malang, 2007. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa

meja tersebut dilakukan perancangan dengan posisi alas tulis miring 30o dari

horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai

lengan relative lebih nyamnan jka dibandingkandengan meja konvensional.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


41
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data 35 sampel dimensi tubuh manusia (anthropometri) pada

orang dewasa antara umur 16 - 55 tahun yang digunakan sebagai dasar analisa

perancangan meja setrika, pada bulan September 2012, yang dilakukan di wilayah

kecamatan Rungkut kota Surabaya

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang mempunyai besaran

variasi nilai. Jadi identifikasi variabel dapat diartikan sebagai faktor–faktor yang

terlibat dalam penelitian ini, dimana terbagi menjadi dua variabel adalah :

1. Variabel Terikat adalah : variabel yang di pengaruhi variabel bebas, dalam

hal ini adalah : meja setrika yang ergonomis.

2. Variabel Bebas adalah : variabel yang mempengaruhi variabel terikat, dimana

variabel bebas yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah :

• Tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki

sampai perut.

3.3 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian, maka perlu adanya

langkah-langkah penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang

ada tersebut mulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


42
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Langkah-langkah pemecahan masalah ini berguna untuk mempermudah

bagi peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur

yang jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu

sebelum mengerjakan tahapan penelitian yang lain. Secara sistematis langkah-

langkah pemecahan masalah ini ditunjukkan pada Gambar 3.1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


43
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mulai

Studi lapangan Perumusan Masalah Studi Pustaka

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data
- Tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki sampai
perut.

Desain meja setrika


usulan

Desain meja Uji keseragaman


setrika awal data

T
Data
Gambar desain seragam
meja setrika awal ?
Buang Data
ekstrim Y

Sisa data Uji kecukupan


ekstrim data

T
Data
cukup ?
Y

Penyesuaian nilai
persentil

A B

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


44
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
A B

Perancangan desain meja


setrika

Gambar desain setrika usulan

Pembuatan meja setrika


usulan

Simulasi/ uji coba pemakaian


meja setrika usulan

Membandingkan desain
meja setrika yang telah ada
dengan desain meja setrika usulan

T
Desain
Ergonomis

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

selesai

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


45
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Penjelasan tentang langkah – langkah identifikasi masalah :

1. Mulai.

2. Studi lapangan.

Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu di Rungkut

Surabaya.

3. Studi pustaka.

Studi pustaka dilakukan untuk menambah bobot dan menunjang hasil

penelitian .

4. Perumusan masalah.

Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi literature.

5. Penetapan tujuan .

Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir

6. Identifikasi variabel

Selanjutnya menentukan identifikasi variabel dari tugas akhir

7. Pengumpulan data Anthropometri.

Melakukan pengumpulan terhadap obyek ( manusia ) untuk mendapatkan

ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain dari meja dan kursi.

Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau statis (static

anthropometri).

8. Desain meja setrika awal.

Mengamati desain dari meja setrika beserta dengan pengukuran untuk ukuran

dimensinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


46
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9. Gambar desain meja setrika yang telah ada.

Dari ukuran yang diperoleh desain meja setrika digambar beserta ukurannya

dilihat dari beberapa sudut yang telah ada.

10. Desain meja setrika usulan.

11. Uji keseragaman data.

Rumus uji keseragaamn data:

BKA= x + k. σx

BKB = x - k. σx

Dimana :

x = nilai rata - rata

σx = standard deviasi

Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam.

Untuk mengaplikasikannya dapat digunakan peta kontrol, melalui peta

kontrol dapat terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data

ekstrim. Data ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari batas

control yang selanjutnya data itu harus dibuang.

12. Uji kecukupan data.

Rumus uji kecukupan data

2
 k / s. n.( ( x 2 ) − ( x ) 2 ) 

N =
' ∑ i ∑ i 



∑ xi 

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang

diambil telah mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilanjutkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


47
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengolahannya. Apabila data tidak mencukupi (N > N’) maka harus

dilakukan pendataan (pengukuran) ulang sampai data mencukupi.

13. Menentukan persentil.

Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi P5

dan P95, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk menentukan

dimensi desain meja setrika yang baru.

14. Perancangan desain meja setrika usulan.

Merancang desain meja setrika dengan memperhatikan hasil perhitungan

persentil dan data – data lain yang ada.

15. Gambar desain meja setrika usulan

Dari perancangan desain meja setrika yang usulan dapat digambar beserta

ukurannya dari beberapa pandangan.

16. Pembuatan meja setrika usulan

Dari gambar yang dihasilkan maka dilakukan proses pembuatan meja setrika

usulan.

17. Simulai atau uji coba pemakaian meja setrika usulan.

Setelah meja setrika jadi dilakukan proses uji coba pemakaian.

18. Membandingkan desain meja setrika yang telah ada.

Desain lama beserta ukurannya dengan desain usulan beserta ukurannya

dibandingkan agar dapat diketahui perbedaan dan perubahan yang terjadi.

Pengaturan meja setrika yang lama dibandingkan dengan pengaturan meja

setrika usulan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


48
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19. Ergonomis

Mengetahui apakah meja setrika yang baru sudah berada dalam pendekatan

secara ergonomis atau tidak dengan cara menyebar kuisioner kepada

pengguna.

20. Pembahasan

21. Kesimpulan dan Saran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


49
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Antropometri Pengguna

Ukuran untuk perancangan meja setrika yang baru ini diambil dari data

antropometri pengguna tersebut yaitu dimensi tubuh orang Indonesia sebanyak 35

orang dengan usia 16-55 tahun. Dalam pengukuran meja setrika ini juga

memperhatikan aspek-aspek ergonomis dan dimensi tubuh yang sesuai dengan

alat kerja yang akan di rancang.

Adapun dimensi tubuh besesuaian yang diukur adalah :

Tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak

yang diukur dari telapak kaki sampai perut (TKP).

Tabel 4.1 Tabel Pengumpulan Data Dimensi Tubuh Orang Dewasa

Or ang Dimensi Tubuh (cm)


Ke TKP Wanita TKP Pr ia
1 85 95
2 84 96
3 84 95
4 86 97
5 85 95,5
6 85 96
7 84 96
8 86 95
9 86,5 96,5
10 87 96
11 84 95
12 86 94
13 86 96

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel Kelanjutan Pengumpulan Data Dimensi Tubuh Orang Dewasa

Or ang Dimensi Tubuh (cm)


Ke TKP Wanita TKP Pr ia
14 85 95
15 84 95,5
16 85 96
17 85,5 97
18 86 95
19 87 94
20 84 95
21 86 96
22 85 97
23 86 95
24 84 96
25 85 94,5
26 86 95
27 85 96
28 85,5 96,5
29 86 95
30 87 94
31 87 95
32 85 96
33 86 94
34 85 94
35 84 97

∑X 2987,5 3341,5

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Desain Meja Setrika Awal

4.2.1.1 Gambar Desain Meja Setrika Awal

Gambar meja setrika awal bisa di lihat pada Gambar 4.1 di bawah ini :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


2
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.1 Meja Sertika Awal

Untuk ukuran meja setrika awal sebagai berikut :

Tinggi meja = 90 cm Panjang meja = 100 cm Lebar meja = 40 cm

Kondisi meja setrika yang ada memiliki kekurangan, kalau dipakai sering

goyang-goyang, kalau ditinggikan sering posisinya turun sendiri, kekuatan kurang,

tempat hasil setrika kurang luas sehingga tidak memuat hasil setrika yang banyak.

4.2.2 Desain Meja Sertika Usulan

4.2.2.1 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data

yang ditolak atau tidak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi.

• Dari Tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh

dalam posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki sampai perut. (TKP).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


3
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
(TKP 5%) dari Tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan σx adalah

sebagai berikut:

85 + 84 + ... + 84
X = = 85,31
35

(85 − 85,31)2 + (84 − 85,31) 2 + ... + (84 − 85,31) 2


σx = = 0,99
35 − 1

• Uji keseragaman data tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh dalam

posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki sampai perut (TKP).

dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

BKA = X + k .σx

BKA = 85,31 + 2 (0,99) = 87,29

BKB = X − k .σx

BKB = 85,31 - 2 (0,99) = 83,33

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi telapak kaki sampai

perut : tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki

sampai perut (TKP) pada halaman sebagai berikut :

BKA = 87,29

CL = 85,31

BKB = 83,33

Gambar 4.2 Uji Keseragaman Dimensi (TKP Wanita)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


4
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
• Dari Tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh

dalam posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki sampai perut. (TKP).

(TKP 95%) dari Tabel 4.1 diperoleh data untuk mencari X dan σx adalah

95 + 96 + ... + 97
sebagai berikut: X = = 95,4
35

(95 − 95,4) 2 + (96 − 95,4) 2 + ... + (97 − 95,4) 2


σx = = 1,003
35 − 1

• Uji keseragaman data tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh dalam

posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki sampai perut. (TKP) dengan

tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

BKA = X + k .σx

BKA = 95,4 + 2 (1,003) = 97,4

BKB = X − k .σx

BKB = 95,4 - 2 (1,003) = 93,4

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi telapak kaki sampai

perut : tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak yang diukur dari telapak kaki

sampai perut (TKP) sebagai berikut :

BKA = 97,4

CL= 95,4

BKB = 93,4
C

Gambar 4.3 Uji Keseragaman Dimensi (TKP Pria)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


5
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan grafik uji keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh

orang dewasa, diperoleh Tabel 4.2 hasil uji keseragaman data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Uji Keseragaman Data

Dimensi X Simp. Data Data


BKA BKB Keter angan
Tubuh Baku min. max.
(cm)
TKP 5% 87,29 83,33 85,31 0,99 84 87 Data seragam
TKP 95% 97,4 93,4 95,4 1,003 93 97 Data seragam

4.2.2.2 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran

apakah sudah representative, dimana tujuannnya membuktikan bahwa data

sampel yang diambil sudah dapat mewakili populasi.

Untuk uji kecukupan data digunakan tingkat ketelitian sebesar 5 % dan

tingkat keyakinan 95 % maka persamaan uji kecukupan data adalah:

 k / s N X 2 − ( X )2
2

N'= 
∑ ∑ 


∑X 


Nilai k = 2 & nilai s = 0,05

Jika, N` ≤ N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan

N` > N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.

• Data Tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak

yang diukur dari telapak kaki sampai perut (TKP) wanita dari Tabel 4.1

diperoleh nilai:

∑ X = 2987,5

∑ X2 = 255036,75

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


6
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Maka :

2
 40 35( 255036,75) − (2987,5) 2 
N'=   = 0,202
 2987,5 

Kesimpulan:

N’ = 0,202 < N data = 35

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk

melakukan perancangan produk.

• Data tinggi telapak kaki sampai perut : tinggi tubuh dalam posisi berdiri tegak

yang diukur dari telapak kaki sampai perut (TKP) pria dari tabel 4.1 diperoleh

nilai:

∑ X = 3341,5

∑ X2 = 318859,25

Maka :

2
 40 35(318859,25) − (3341,5) 2 
N '=   = 0,162
 3341,5 

Kesimpulan:

N’ = 0,16 < N data = 35

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan

perancangan produk.

Berdasarkan hasil uji kecukupan data yang diperoleh pada masing-masing

elemen pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.3

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


7
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.3 Hasil Uji Kecukupan Data

No. Ukur an N N` Keter angan


1. Tinggi bahu (TPK 5%) 35 0,202 Data Cukup
2. Tinggi tubuh (TPK 95%) 35 0,162 Data Cukup

4.2.2.3.1 Menentukan Persentil

Bedasarkan data-data dimensi tubuh orang yang menggunakan telah

diperoleh selanjutnya dapat ditentukan ukuran meja setrika usulan dengan

penyesuaian penentuan percentil.

• Menentukan tinggi meja setrika

Dari perhitungan uji keseragaman data TKP wanita diperoleh nilai

= 85,31 cm dan σx = 0,99. Selanjutnya untuk menentukan tinggi meja setrika

dengan persentil P5%, yang merupakan persentil kecil dari populasi orang

yang menggunakan diukur dengan maksud agar orang yang pendek dapat

menggunakan meja setrika dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan

standard deviasi di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan tinggi meja setrika

dengan nilai persentil 5% sebagai berikut:

P meja setrika = - P5 σx

= 85,31 – 1,645 x 0,99 = 83,68cm84


≈ cm

Dari perhitungan uji keseragaman data TKP pria diperoleh nilai =

95,4 cm dan σx = 1,003. Selanjutnya untuk menentukan tinggi meja setrika

dengan persentil P95%, yang merupakan persentil kecil dari populasi orang

yang menggunakan diukur dengan maksud agar orang yang tinggi dapat

menggunakan meja setrika dengan nyaman. Berdasarkan hasil perhitungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


8
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
standard deviasi di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan tinggi meja setrika

dengan nilai persentil 95% sebagai berikut:

P meja setrika = + P95 σx

= 95,4+ 1,645x1,003 = 97,05cm97


≈ cm

Jadi ukuran tinggi meja setrika 84 cm sampai 97 cm.

4.2.2.4 Perancangan Desain Meja Setrika Usulan

Bedasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran meja setrika dimensi

tubuh orang yang menggunakan diatas, adalah sebagai berikut :

• Ukuran tinggi meja setrika mulai dari 84 cm sampai 97 cm.

• Ukuran lebar meja setrika 40 cm, panjang meja setrika 100 cm.

• Ukuran tempat hasil setrika lebih luas

Maka gambar teknik untuk meja setrika usulan dapat dilihat pada Gambar

4.4 di bawah ini :

Gambar 4.4 Gambar Desain Meja Setrika Usulan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


9
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2.2.5 Uji Coba Pemakaian Meja Setrika Usulan

Adapun hasil kuisioner uji coba pemakaian meja setrika usulan adalah

dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Kusioner Uji Coba Meja Setrika Usulan

KRITERIA
NO VARIABEL Total
SS S N TS STS
1 Kestabilan meja setrika 12 21 2 - - 35
2 Kekuatan meja setrika 25 10 - - - 35
3 Fleksibelitas meja setrika 20 14 1 - - 35
4 Kenyamanan 27 7 1 - - 35
Total 84 52 4 0 0 140

Catatan:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
N : Netral
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah total poin SS dan S lebih besar

daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (84 + 52) > (4+0+0) =

136 > 4 yang menandakan bahwa kesesuaian meja setrika usulan telah

memberikan kenyamanan terhadap pengguna.

4.2.2.6 Perbandingan Desain Meja Setrika Awal dan Usulan

Adapun perbandingan antara desain meja setrika awal dan meja setrika

usulan dapat dilihat di bawah ini:

a. Meja setrika awal

Meja setrika awal dapat di perlihatkan pada Gambar 4.5.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


10
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.5 Meja Setrika Awal
Adapun ukuran meja setrika awal adalah panjang = 100 cm, lebar = 40 cm,

dan tinggi = 90 cm.

Tabel 4.4 Hasil Kusioner Uji Coba Meja Setrika Awal

KRITERIA
NO VARIABEL Total
SS S N TS STS
1 Kestabilan meja setrika - 8 1 21 5 35
2 Kekuatan meja setrika - 2 2 23 8 35
3 Fleksibelitas meja setrika - 8 3 20 4 35
4 Kenyamanan - 9 1 22 3 35
Total 27 7 86 20 140
Catatan:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
N : Netral
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


11
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah total poin SS dan S lebih besar

daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (0 + 27) >

(7+86+20) = 27 > 113 yang menandakan bahwa produk awal tidak nyaman.

b. Meja setrika usulan

Adapun gambar teknik untuk meja setrika usulan dapat dilihat pada Gambar

4.6 di bawah ini :

Gambar 4.6 Meja Setrika Usulan

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran adalah sebagai berikut:

• Ukuran tinggi meja setrika mulai dari 84 cm sampai 97 cm.

• Ukuran lebar meja setrika 40 cm, panjang meja setrika 100 cm.

• Ukuran tempat hasil setrika lebih luas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


12
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Adapun tabel hasil kuisioner uji coba pemakaian meja setrika usulan
dapat di lihat pada Tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6 Kuisioner Hasil Uji Coba Meja Setrika Usulan

KRITERIA
NO VARIABEL Total
SS S N TS STS
1 Kestabilan meja setrika 12 21 2 - - 35
2 Kekuatan meja setrika 25 10 - - - 35
3 Fleksibelitas meja setrika 20 14 1 - - 35
4 Kenyamanan 27 7 1 - - 35
Total 84 52 4 0 0 140

Catatan:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
N : Netral
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah total poin SS dan S lebih besar

daripada jumlah total poin N, TS dan STS yaitu sebesar : (84 + 52) > (4+0+0)

= 136 > 4 yang menandakan bahwa kesesuaian meja setrika usulan telah

memberikan kenyamanan terhadap pengguna.

c. Perbandingan antara meja setrika awal dan meja setrika usulan.

Berdasarkan dari kuisioner hasil uji coba meja setrika yang dilakukan dari 35

responden, maka didapat hasil kuisioner meja setrika awal, yang mempunyai

kriteria jawaban tidak sesuai sebanyak 86 jawaban, sangat tidak sesuai

sebanyak 20 jawaban, netral sebanyak 7 jawaban, sesuai sebanyak 27 jawaban

dan hasil kuisioner meja setrika usulan mempunyai kriteria jawaban sangat

sesuai sebanyak 84 jawaban, sesuai sebanyak 52 jawaban, netral sebanyak 4

jawaban. Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


13
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
desain meja setrika usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling

banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja setrika usulan adalah meja

setrika yang ergonomis.

4.3 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas maka dapat diperoleh data

sebagai berikut:

1. Berikut ini gambar meja setrika awal yang tampak di gambar 4.11 bawah ini:

Hasil yang dapat di ambil dari perhitungan data dimensi tubuh dan dari hasil

uji kuisioner perancangan meja setrika agar menjadi ergonomis lebih nyaman

untuk digunakan adalah :

Meja setrika awal dapat di perlihatkan pada Gambar 4.7 berikut :

Gambar 4.7 Meja Setrika Awal


Adapun ukuran meja setrika awal adalah panjang = 100 cm, lebar = 40 cm,

dan tinggi = 90 cm. Kondisi meja setrika yang ada memiliki kekurangan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


14
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kalau dipakai sering goyang-goyang, kalau ditinggikan sering posisinya turun

sendiri, kekuatan kurang, tempat hasil setrika kurang bagus (tidak ada sekat).

Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil kuisioner meja setrika awal, yang

mempunyai kriteria jawaban cukup sebanyak 5 jawaban, tidak sesuai

sebanyak 86 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak 20 jawaban, netral

sebanyak 7 jawaban, sesuai sebanyak 27 jawaban.

Adapun gambar teknik untuk meja setrika usulan dapat dilihat pada gambar

4.8 dibawah ini:

Gambar 4.8 Meja Setrika Usulan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


15
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.9 Meja Setrika Usulan

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran adalah:

• Ukuran tinggi meja setrika mulai dari 84 cm sampai 97 cm.

• Ukuran lebar meja setrika 40 cm, panjang meja setrika 100 cm.

• Ukuran tempat hasil setrika lebih luas

Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil kuisioner meja setrika usulan

mempunyai kriteria jawaban sangat sesuai sebanyak 84 jawaban, sesuai

sebanyak 52 jawaban, netral sebanyak 4 jawaban. Berdasarkan dari kuisioner

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


16
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hasil uji coba meja setrika yang dilakukan dari 35 responden, maka didapat

hasil kuisioner meja setrika awal, yang mempunyai jawaban tidak sesuai

sebanyak 86 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak 20 jawaban, netral

sebanyak 7 jawaban, sesuai sebanyak 27 jawaban.

dan hasil kuisioner meja setrika usulan mempunyai kriteria jawaban sangat

sesuai sebanyak 84 jawaban, sesuai sebanyak 52 jawaban, netral sebanyak 4

jawaban. Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas,

desain meja setrika usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling

banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja setrika usulan adalah meja

setrika yang ergonomis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


17
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari perhitungan data dimensi tubuh dan

dari hasil uji kuisioner perancangan meja setrika agar menjadi ergonomis lebih

nyaman untuk digunakan adalah:

• Adapun ukuran meja setrika awal adalah panjang = 100 cm, lebar = 40 cm,

dan tinggi = 90 cm. Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil kuisioner meja

setrika awal, yang mempunyai jawaban tidak sesuai sebanyak 86 jawaban,

sangat tidak sesuai sebanyak 20 jawaban, netral sebanyak 7 jawaban, sesuai

sebanyak 27 jawaban yang ditinjau dari kelima variabelnya.

• Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran meja usulan yaitu:

• Ukuran tinggi meja setrika mulai dari 84 cm sampai 97 cm.

• Ukuran lebar meja setrika 40 cm, panjang meja setrika 100 cm.

• Ukuran tempat hasil setrika lebih luas

Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil kuisioner meja setrika usulan yang

mempunyai kriteria jawaban sangat sesuai sebanyak 84 jawaban, sesuai

sebanyak 52 jawaban, netral sebanyak 4 jawaban, yang ditinjau dari kelima

variabelnya.

• Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas, desain meja

setrika usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling banyak,

jadi dapat disimpulkan bahwa desain meja setrika usulan adalah meja setrika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


18
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang ergonomis. Meja setrika usulan mempunyai kelebihan kesetabilan saat

menyetrika dan tempat hasil setrika lebih luas

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain

adalah:

Bagi para pembaca terutama produsen meja setrika disarankan hendaknya

menerapkan hasil penelitian ini, baik itu dimensi ukuran meja setrika sebagai

acuan atau standart ukuran, maupun berbagai tambahan fungsi pada tempat meja

setrika, dan hendaknya untuk penelitian yang selanjutnya dapat menambahkan

fitur untuk menyempurnakan penelitian ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


19
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta : Graha Ilmu.


Hanafi, Muhammad.2010. Skripsi : Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat
Pembuat Gerabah dengan Mempertimbangkan Aspek Ergonomi. USM
Surakarta.

Imam Djati Widodo, 2005. Perencanaan dan Pengembangan Produk. UII Press.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya :


Guna Widya.
Ulrich, K.T dan Eppinger, S.D. 2001. Perancangan dan Pengembangn Produk.
Jakarta : Salemba Teknika.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya :
Guna Widya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Anda mungkin juga menyukai