Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Word Health Organization (1995) populasi di dunia diperkirakan
berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama yang
tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga
diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap
tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam
dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang
dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5%
dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2012).

Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya


pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang
diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak
saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Buletin Jendela
Epidemiologi, Volume 2, 2010).

Di Pulau Kalimantan, Kalsel menempati urutan kedua terbanyak penderita


DHF setelah Kalimantan Tengah. Pada 2016 ada 4.085 pasien kasus DHF
se-Kalsel, 29 orang di antaranya meninggal dunia. Perinciannya,
Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut masing-masing tercatat ada
lima orang tewas, Kabupaten Tabalong ada empat orang meninggal, dan
Kabupaten Tanah Bumbu, Tapin, dan Kota Banjarbaru masing-masing 2
orang meninggal dunia. Kemudian Kabupaten Kotabaru ada 3 orang
meninggal, dan Kabupaten Barito Kuala, Balangan, Hulu Sungai Selatan,
dan Hulu Sungai Tengah masing-masing satu orang meninggal dunia,
mayoritas korban meninggal berusia 2 - 12 tahun. Untuk tahun 2017

1
tercatat ada 547 pasien kasus DHF se-Kalsel, dua di antaranya meninggal
asal Kabupaten Tanah Laut dan Kandangan. (Radar Banjar, Januari 2019)
Adapun di Rs Islam Banjarmasin, angka kejadian DHF berdasarkan data
yang di dapatkan pada bulan Januari 2019 ada 112 orang, bulan Februari
ada 82 orang, Maret ada 64 orang, dan bulan April ada 30 orang. (Buku
Register pasien Rawat Inap Rekam Medis RSIB)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari DHF?
2. Bagaimana etiologi dari DHF?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit DHF?
4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit DHF?
5. Apa saja klasifikasi dan komplikasi penyakit DHF?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk klien DHF?
8. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien
DHF?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan DHF
2. Tujuan khusus
a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF
b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis DHF.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi dan
komplikasi DHF.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang
penyakit DHF
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.

2
h) Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan
keperawatan DHF

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Hasil dari praktik ini dapat memberikan wawasan tentang DHF dengan
menggunakan asuhan keperawatan
2. Bagi institusi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan pertimbangan
pada keperawatan dengan DHF
3. Bagi klien
Memberi pengetahuan dan keterampilan pada keluarga tentang
perawatan DHF
4. Bagi rumah sakit
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta
menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya
asuhan keperawatan DHF
5. Bagi pembaca
Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan dan penerapan konsep
keperawatan khususnya pada kasus DHF

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)

Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan


sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat. DHF disebut juga Demam berdarah dengue
(DBD) dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue shock
sindrom (DDS) (Widoyono, 2008)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty
(Suriadi. 2010).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).

B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan:
1. Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel
mamalia, maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36). Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang,

4
stabil pada suhu 370 C. Diketahui ada empat jenis virus yang
mengakibatkan demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4.
2. Nyamuk aedes aegypti
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne
siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000; 420).
3. Host (pembawa)
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka
ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam


,2008) adalah :
 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
 Hidup didalam dan sekitar rumah
 Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
 Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
 Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar
rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu
rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk
menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa
yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir (Murwani,
2011).

5
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan
zat bradikinin,serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal
jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).

6
Pathway (Murwani 2011)

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada DHF yang timbul bervariasi berdasarkan derajat
DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya
mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai
menggigil, saat demam pasien kompos mentis.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk. Pada fase kedua penderita
biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah,
keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada

7
petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak,
dan mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim.
Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada
sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara
jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi costa
dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak
terkoreksi.

Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan
baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan
 Uji tourniquet positif
 Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis,
epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
3. Hepatomegali
4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)
atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah (Soegeng, 2006).

E. Klasifikasi dan komplikasi


Berdasarkan standar WHO (2002), klasifikasi DHF dibagi menjadi empat
derajat sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan
atau perdarahan lain.

8
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan
gelisah.
4. Derajat IV:
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur.

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :


1. Perdarahan luas
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa
hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 –
7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan
peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi
yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous
return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung,
sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan
sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan
aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan

9
irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan
meninggal dalam 12-24 jam.
3. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan. Melihat ensefalopati DHF
bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh
trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari
koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dikatakan bahwa
keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
4. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati
dan sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit
yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
kompleks virus antibody.
5. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura
akan terjadi dispnea, sesak napas.
6. Odema paru
Odem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari
sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan,
biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena
perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi
reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan
diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan
hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada

10
kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada
foto rontgen dada.
7. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah
benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan
parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui
apakah syok telah teratasi.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang), HB meningkat lebih
20 %, Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3, Protein darah
rendah, Ureum PH bisa meningkat, NA dan CL rendah
2. Serology : : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Uji test tourniket (+)
Tes torniket dilakukan dengan menggembungkan manset tekanan
darah pada lengan atas sampai titik tengah antara tekanan sistolik
dan diasolik selama 5 menit. Tes dianggap positif bila ada petekie
20 atau lebih per 2,5 cm (1 inchi). Tes mungkin negatif atau positif
ringan selama fase syok berat. Ini biasanya menjadi positif kuat,
bila tes dilakukan setelah pemulihan dari syok.
4. Rontgen thorax : effusi pleura

G. Penatalaksanaan
Untuk penderita tersangka DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas
nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita

11
berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan
beratnya penyakit.

 Derajat I:
Terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit
karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman karena
demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.
Penatalaksanaan: Istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada
nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari),
diberi kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan
perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat
antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder
 Derajat II:
Peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Penatalaksanaan: Bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang
tampon sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam
bentuk lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu,
mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila
perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan
diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik
pemasangan infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi
keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan pendarahannya, semua kejadian
dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan memburuk segera
lapor dokter.
 Derajat III:
Terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung menurun,
penderita mengalami pre shock/ shock.
Penatalaksanaan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan
posisi terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan
cara pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari

12
mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan
ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan
transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin
perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.
 Derajat IV:
Terdapat renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur

13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN R DENGAN DHF
DI RUANG AL RAZI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemuning Indah. Handil
Bakti
No. Medical record : 27.44.xx
Tanggal masuk : 17 Juni 2019
Tanggal pengkajian : 20 Juni 2019
Diagnosa medis : DHF

B. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. M
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki_laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : ayah
Alamat : Jl. Kemuning Indah. Handil
Bakti

14
C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan demam sejak hari Jum’at pagi. Ada rasa
mual dan muntah sehari sebelum masuk RS. Dan pasien
mengatakan sakit kepala, lalu dibawa ke IGD Rs Islam dan
di rawat di rg Al Razi
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah menderita sakit dengan keluhan yang
sama
4. Riwayat penyakit keluarga
Orangtua pasien (bapak) menderita hipertensi.
5. Genogram

Keterangan :
Laki laki : Meninggal :

Perempuan : Pasien :

HubunganPernikahan :

Serumah :

15
D. Riwayat aktifitas sehari-hari

No Kebutuhan Sebelum masuk Sesudah masuk


RS RS
1 Nutrisi
a. BB 60 Kg 58 Kg
b. TB 160 cm 160 cm
c. Diet Tidak ada NL TKTP
pantangan
d. Kemampuan:
 Mengunyah (+) (+)
 Menelan (+) (+)
 Bantuan total/sebagian (-) (-)
e. Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
f. Porsi makan Habis 1 porsi Habis 1/2 porsi

g. Makanan yang (-) (-)


menimbulkan alergi
h. Makanan yang disuka Makanan Snack dari Rs
bersantan
2 Cairan
Intake
- Oral
 Jenis Air putih, teh, Air putih, teh
 Jumlah 10-12 gelas 5-6 gelas
 Bantuan total / sebagian (-) (-)

- Intra vena
 Jenis (-) Inf RL -30 t/m
 Jumlah (-) 2500-3000 cc

3 Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 1 x/hari Belum ada BAB
 Konsistensi lembek (-)
 Warna kuning (-)
 Keluhan (-) (-)
 Bantuan total/sebagian (-) (-)

b. BAK
 Frekuensi 5 - 6 x/hari 9-10 x/hari
 Warna Kuning kuning.
 Jumlah 500 cc 1000cc
 Keluhan (-) (-)
 Bantuan total / sebagian (-) (-)
4 Istirahat dan Tidur
a. Mulai tidur Tidur kurang Pasien lebih
nyenyak banyak
berbaring tapi
b. Lama tidur 6 – 8 jam tidak bisa tidur
c. Kesulitan memulai tidur (-) 5-6 jam
d. Gangguan tidur (-) (-)
e. Kebiasaan sebelum tidur (-) (-)
(-)

16
5 Personal hygiene
a. Mandi 2 x/hari 1x/hari
b. Gosok gigi 2 x/hari 2 x/hari
c. Cuci rambut 1 x/2 hari -
d. Gunting kuku 1 x /minggu -
e. Ganti pakaian 2 x/ hari 1 x/hari
6 Aktivitas
a. Mobilitas fisik Tidak dibatasi Pasien hanya
berbaring/
duduk ditempat
b. Olahraga Jalan kaki dari tidur,
mushalla (-)
kerumah setiap
c. Rekreasi pagi
(-) (-)

E. Data psikologis
Keluarga dan pasien merasa optimis akan kesembuhannya
dengan pengobatan yang di berikan.

F. Data social
Hubungan pasien dengan perawat baik, hubungan keluarga
pasien dengan perawat juga tampak baik, hubungan dengan
dokter juga baik, pasien sering mengeluhkan tentang keluhan-
keluhan selama ia dirawat, hubungan pasien dengan
keluarganya pun sangat baik.

G. Data spiritual
Pasien mengatakan hanya menyerahkan segalanya kepada
Allah SWT agar pasien bisa sembuh dari sakitnya. Pasien
menjalankan ibadah dengan selalu berdoa untuk
kesembuhannya.

H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien
Keadaan umum pasien tampak lemah, badan teraba panas,
mengeluh mual dan menolak untuk makan

17
2. Tanda vital pasien
TD = 120/70 mmHg
N = 110 x/menit
R = 26 x/menit
S = 39, 0ºC
SP02 = 98 %
3. Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
Kuantitatif :E4V5M6
Kesadaran pasien composmentis, GCS E4 M6 V5
4. System pernafasan
Frekuensi nafas 26 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas
cuping hidung tidak ada, batuk (-), suara paru vesikuler,
rinchi dan crakles tidak ada.
5. System kardiovaskuler
TD: 120/70, N: 110 x/menit, pulsasi lemah, akral hangat,
sianosis (-), uji tourniquet positif
6. Sistem persyarapan
Kesadaran baik, compos mentis, tidak tampak gelisah.
7. Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 9-10 x/hari, warna urine jernih
8. System pencernaan
Selaput mokusa kering, mual,muntah, nafsu makan
menurun, porsi makan tidak habis, nyeri ulu hati, nyeri
tekan pada epigastrik, pembesaran limpa(-), pembesaran
hati (-), melena (-)
9. System integument
Tampak kemerahan pada kulit, teraba panas, tampak bintik
merah di kulit lengan dan kaki

18
I. Data penunjang
1. Laboratorium
Tanggal 17 Juni 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 18.2 11.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 7.0 4.0 – 10.0 ribu/ul
Eritrosit 7.4 3.50 – 5.50 juta/ul
Hematokrit 61.0 3.30 – 48.0 Vol %
Trombosit 44 150 – 450 juta/ul
Serologi
imunologi
Widal slide
S Typhi O 1/320 Negative
S Typhi H 1/320 Negative
S Para Typhi 1/160 Negative
AO
S Para Typhi 1/320 Negative
BO

Tanggal 18 Juni 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 17.0 11.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 4.7 4.0 – 10.0 ribu/ul
Eritrosit 6.92 3.50 – 5.50 juta/ul
Hematokrit 56.3 3.30 – 48.0 Vol %
Trombosit 43 150 – 450 juta/ul
NS1 Positif Negative
ureum 45 10-50 mg/dl

19
Creatinin 0.8 0.5-1.1 mg/dl
SGOT 270 0-45 u/l
SGPT 334 0-45 u/l

Tanggal 19 Juni 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 15.5 11.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 22.5 4.0 – 10.0 ribu/ul
Eritrosit 6.20 3.50 – 5.50 juta/ul
Hematokrit 50.5 3.30 – 48.0 Vol %
Trombosit 76 150 – 450 juta/ul
HBsAG Negative Negative

Tanggal 20 Juni 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 14.8 11.0 – 16.0 g/dl
Leukosit 19.0 4.0 – 10.0 ribu/ul
Eritrosit 5.89 3.50 – 5.50 juta/ul
Hematokrit 46.0 3.30 – 48.0 Vol %
Trombosit 117 150 – 450 juta/ul

2. Therafi:
 Infuse RL 30 t/m
 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
 Inj. Ondancentron 3 x 8mg
 Inj. Paracetamol 3 x 500 mg

20
II. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1  DS: Prosespenyakit Hipertermi
 Pasien mengeluh badan (Viremia)
panas
 Pasien mengatakan demam
selama 3 hari
 DO:
 Kulit tampak kemerahan dan
berkeringat
 Kulit teraba panas
 Suhu 39,0ºC
2  DS: Intake in adekuat Gangguan
 Pasien mengatakan pemenuhan
mual,muntah kebutuhan
 Nafsu makan menurun nutrisi
 Pasien mengeluh nyeri ulu
hati
 Pasien tampak lemas
 DO:
 Selaput mokusa kering
 Porsi makan setengah piring
 Porsi makan tidak habis

3 Faktor resiko: Kurangnya Resiko syok


 Hemoglobin: 15.5 g/dl volume cairan hypovolemik
 Leukosit: 22.5 rb/ul tubuh
 Hematokrit: 50.5 vol %
 Trombosit: 76 rb/ul

III. Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit ( viremia )
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan
intake in adekuat
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh

21
IV. Nursing Care Planning (NCP)
No. Diagnosa Nursing Outcome Classification Nursing
Keperawatan (NOC) Intervention
Classification
(NIC)
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan  Observasi
berhubungan keperawatan 2x24 jam diharapkan suhu tubuh
dengan Proses suhu tubuh pasien dalam batas sesering
penyakit normal. mungkin.
Indikator IR ER  Monitor
tekanan
darah ,nadi
 Temperature 4 3 dan RR
tubuh sesuai  Monitor
yang penurunan
diharapkan tingkat
 Heart rate 4 3 kesadaran
dalam batas  Monitor
normal WBC, Hb,
 Tidak ada HCt.
sakit kepala 4 3  Monitor
 Hidrasi intake dan
adekuat 4 3 output
 Berikan
 Pernafasan
antipiretik
sesuai yang
4 3  Berikan
diharapkan
pengobatan
 Melaporkan
4 3 untuk
kenyamanan
mengatasi
suhu tubuh
penyebab
demam
 Berikan
cairan intra
vena
 Kompres
pasien pada
lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan
sirkulasi
udara
 Berikan
pengobatan
untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan  Kaji adanya
pemenuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan alergi
kebutuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi makanan
nutrisi  Kolaborasi
berhubungan Indikator IR ER dengan ahli
dengan intake gizi untuk
in adekuat  Intake zat gizi 4 3 menentukan
(nutrien)

22
 Intake 4 3 jumlah
makanan dan kalori dan
cairan nutrisi yang
 Energi 4 3 dibutuhkan
 Masa tubuh 4 3 pasien.
 Berat badan 4 3  Anjurkan
 Ukuran 4 3 pasien untuk
kebutuhan meningkatk
nutrisi an protein
secara dan vitamin
biokimia C
 Berikan
substansi
gula
 Yakinkan
diet yang
dimakan
mengandun
g tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
 Berikan
makanan
yang terpilih
( sudah
dikonsultasi
kan dengan
ahli gizi)
 Monitor
jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
 Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
 Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatka
n nutrisi
yang
dibutuhkan
3 Resiko syok Setelah dilakukan tindakan  Pertahankan
hypovolemik keperawatan selama 2 x 24 jam, catatan
berhubungan diharapakan keseimbangan cairan intake dan
dengan klien terpenuhi. output yang
kurangnya Indikator IR ER akurat
volume cairan  Monitor
tubuh status hidrasi
 Tekanan darah 4 3 (kelembaban
dalam batas membran,

23
yang nadi,
diharapkan adekuat,
 Tekanan vena 4 3 tekanan
sentral dalam darah
batas yang ortosstatik)
diharapkan  Monitor hasil
 Nadi perifer 4 3 laboratorium
teraba jelas yang sesuai
 Tidak ada 4 3 dengan
hipotensi retensi cairan
ortostatik (BUN, HMT,
 Intake dan 4 3 Osmolaritas
output 24 jam urin)
seimbang  Monitor vital
 Tidak ada 4 3 sign
suara nafas  Monitor
tambahan masukan
 Berat badan 4 3 makanan
stabil atau cairan
 JVP tidak 4 3 dan hitung
tampak intake kalori
 Tidak terdapat 4 3 harian
edema perifer  Kolaborasi
 Pusing tidak 4 3 pemberian
ada cairan atau
 Tidak terdapat 4 3 makanan
haus abnormal  Monitor
 Hidrasi kulit 4 3 status nutrisi
 Membrane 4 3  Dorong
mukosa masukan oral
lembab  Berikan
 Hematokrit 4 3 penggantian
dalam batas nasogastrik
normal sesuai output
 Tidak 4 3
 Dorong
terdapat keluarga
endapan urin untuk
membantu
pasien
makan
 Atur
kemungkina
n tranfusi

24
V. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Hipertermi  Mengobservasi suhu S:
berhubungan tubuh sesering Pasien mengatakan demam
dengan Proses mungkin. masih turun naik.
penyakit  Memonitor tekanan O:
darah ,nadi dan RR  Kulit pasien masih tampak
 Memonitor kemerahan dan
penurunan tingkat berkeringat
kesadaran  Kulit masih teraba panas
 Memonitor WBC,  Suhu 39,0ºC
Hb, HCt per hari A:
 Memonitor intake Masalah belum teratasi
dan output Indikator IR ER
 Memberikan injeksi
Paracetamol 3 x 500
mg  Temperature 4 3
 Memberikan cairan tubuh sesuai
intra vena: inf RL yang
30 tts/mnt diharapkan
 Memberikan  Heart rate 4 3
kompres hangat/ dalam batas
seka di seluruh normal
tubuh  Tidak ada
 Meningkatkan sakit kepala 4 3
sirkulasi udara  Hidrasi
adekuat 4 3
 Pernafasan
sesuai yang
diharapkan 4 3
 Melaporkan
kenyamanan 4 3
suhu tubuh

P:
Lanjutkan intervensi
2 Gangguan  Mengkaji adanya S:
pemenuhan alergi makanan  Pasien mengatakan mual
kebutuhan  Berkolaborasi masih.
nutrisi dengan ahli gizi  Nafsu makan masih belum
berhubungan untuk menentukan pulih
dengan intake jumlah kalori dan O:
in adekuat nutrisi yang  Porsi makan tidak habis
dibutuhkan pasien.  Tampak hanya habis
 Menganjurkan setengah porsi
pasien untuk A:
meningkatkan Masalah belum teratasi
protein dan vitamin Indikator IR ER
C
 Memberikan  Intake zat 4 3
substansi gula gizi (nutrien)

25
 Meyakinkan diet  Intake 4 3
yang dimakan makanan dan
mengandung tinggi cairan
serat untuk  Energi 4 3
mencegah  Masa tubuh 4 3
konstipasi  Berat badan 4 3
 Memberikan  Ukuran 4 3
makanan yang kebutuhan
terpilih yang sudah nutrisi
dikonsultasikan secara
dengan ahli gizi biokimia
 Memonitor jumlah P:
nutrisi dan Lanjutkan intervensi
kandungan kalori
 Memberikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 mengkaji
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
3 Resiko syok  Mempertahankan Indikator IR ER
hypovolemik catatan intake dan  Tekanan darah 4 3
berhubungan output yang akurat dalam batas
dengan  Memonitor status yang
kurangnya hidrasi (kelembaban diharapkan
volume cairan membran, nadi,  Tekanan vena 4 3
tubuh adekuat, tekanan sentral dalam
darah ortosstatik) batas yang
 Memonitor hasil diharapkan
laboratorium yang  Nadi perifer 4 3
sesuai dengan teraba jelas
retensi cairan  Tidak ada 4 3
(BUN, HMT, hipotensi
Osmolaritas urin) ortostatik
 Memonitor vital  Intake dan 4 3
sign output 24 jam
 Memonitor seimbang
masukan makanan  Tidak ada 4 3
atau cairan dan suara nafas
hitung intake kalori tambahan
harian  Berat badan 4 3
 Kolaborasi stabil
pemberian cairan  JVP tidak 4 3
atau makanan tampak
 Memonitor status  Tidak terdapat 4 3
nutrisi edema perifer
 Medorong masukan  Pusing tidak 4 3
oral ada
 Memberikan  Tidak terdapat 4 3
penggantian haus abnormal
nasogastrik sesuai  Hidrasi kulit 4 3
output  Membrane 4 3
 Mendorong mukosa

26
keluarga untuk lembab
membantu pasien  Hematokrit 4 3
makan dalam batas
 Mengatur normal
kemungkinan  Tidak 4 3
tranfusi terdapat
endapan
urin

VI. Catatan perkembangan


Jum’at, 21 Juni 2019

No Diagnosa Waktu Catatan perkembangan Paraf


Keperawatan
1 Hipertermi Pukul S:
berhubungan 10.00 Pasien mengatakan demam masih
dengan Proses wita turun naik.
penyakit O:
 Kulit pasien masih tampak
kemerahan dan berkeringat
 Kulit masih teraba panas
 Suhu 39,0ºC
A:
Masalah belum teratasi
Indikator IR ER
 Temperature 4 3
tubuh sesuai
yang
diharapkan
 Heart rate 4 3
dalam batas
normal
 Tidak ada
sakit kepala 4 3
 Hidrasi
adekuat 4 3
 Pernafasan
sesuai yang
diharapkan 4 3
 Melaporkan
kenyamanan 4 3
suhu tubuh

P:
Lanjutkan intervensi
2 Gangguan Pukul S:
pemenuhan 10.00  Pasien mengatakan mual
kebutuhan nutrisi wita masih.
berhubungan  Nafsu makan masih belum
dengan intake in pulih
adekuat

27
O:
 Porsi makan tidak habis
 Tampak hanya habis setengah
porsi
A:
Masalah belum teratasi
Indikator IR ER
 Intake zat gizi 4 3
(nutrien)
 Intake 4 3
makanan dan
cairan
 Energi 4 3
 Masa tubuh 4 3
 Berat badan 4 3
 Ukuran 4 3
kebutuhan
nutrisi
secara
biokimia
P:
Lanjutkan intervensi
3 Resiko syok Pukul S:
hypovolemik 10.00  Pasien masih mengeluh cepat
berhubungan wita haus
dengan  Pasien mengatakan badan
kurangnya masih banyak berkeringat
volume cairan  Pasien mengatakan BAK lancar
tubuh O:
 Pasien tampak berkeringat
 Mukosa kering
 TD: 120/70 mmhg
 Temp: 39,0 c
A:
Masalah belum teratasi
Indikator IR ER

 Tekanan darah 4 3
dalam batas
yang
diharapkan
 Tekanan vena 4 3
sentral dalam
batas yang
diharapkan
 Nadi perifer 4 3
teraba jelas
 Tidak ada 4 3
hipotensi
ortostatik
 Intake dan 4 3
output 24 jam
seimbang

28
 Tidak ada 4 3
suara nafas
tambahan
 Berat badan 4 3
stabil
 JVP tidak 4 3
tampak
 Tidak terdapat 4 3
edema perifer
 Pusing tidak 4 3
ada
 Tidak terdapat 4 3
haus abnormal
 Hidrasi kulit 4 3
 Membrane 4 3
mukosa
lembab
 Hematokrit 4 3
dalam batas
normal
 Tidak 4 3
terdapat
endapan urin
P:
Lanjutkan intervensi

29
Sabtu. 22 Juni 2019

No Diagnosa Waktu Catatan perkembangan Paraf


Keperawatan
1 Hipertermi Pukul S:
berhubungan 15.00 Pasien mengatakan demam mulai
dengan Proses wita turun
penyakit O:
 Kulit teraba hangat
 Suhu 37,8ºC
A:
Masalah belum teratasi
Indikator IR ER

 Temperature 4 3
tubuh sesuai
yang
diharapkan
 Heart rate 4 3
dalam batas
normal
 Tidak ada
sakit kepala 4 3
 Hidrasi
adekuat 4 3
 Pernafasan
sesuai yang
diharapkan 4 3
 Melaporkan
kenyamanan 4 3
suhu tubuh

P:
Lanjutkan intervensi
2 Gangguan Pukul S:
pemenuhan 15.00  Pasien mengatakan mual
kebutuhan nutrisi wita berkurang
berhubungan  Nafsu makan mulai meningkat
dengan intake in pulih
adekuat O:
 Porsi makan tidak habis,
tinggal sedikit
 Tampak makan snack yang di
bagikan RS
A:
Masalah mulai teratasi sebagian
Indikator IR ER
 Intake zat gizi 4 3
(nutrien)
 Intake 4 3
makanan dan

30
cairan 4 3
 Energi 4 3
 Masa tubuh 4 3
 Berat badan 4 3
 Ukuran
kebutuhan
nutrisi
secara
biokimia
P:
Lanjutkan intervensi
3 Resiko syok Pukul S:
hypovolemik 15.00  Pasien masih mengeluh cepat
berhubungan wita haus
dengan  Pasien mengatakan badan
kurangnya masih banyak berkeringat
volume cairan  Pasien mengatakan BAK
tubuh lancar
O:
 Pasien tampak berkeringat
 Mukosa kering
 TD: 120/70 mmhg
 Temp: 37.8◦C
A:
Masalah belum teratasi
Indikator IR ER

 Tekanan darah 4 3
dalam batas
yang
diharapkan
 Tekanan vena 4 3
sentral dalam
batas yang
diharapkan
 Nadi perifer 4 3
teraba jelas
 Tidak ada 4 3
hipotensi
ortostatik
 Intake dan 4 3
output 24 jam
seimbang
 Tidak ada 4 3
suara nafas
tambahan
 Berat badan 4 3
stabil
 JVP tidak 4 3
tampak
 Tidak terdapat 4 3
edema perifer
 Pusing tidak 4 3

31
ada
 Tidak terdapat 4 3
haus abnormal
 Hidrasi kulit 4 3
 Membrane 4 3
mukosa
lembab
 Hematokrit 4 3
dalam batas
normal
 Tidak 4 3
terdapat
endapan urin
P:
 Lanjutkan intervensi
 Kolaborasi untuk
pemeriksaan laboratorium
ulang

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DHF adalah penyakit yang banyak menyerang anak dan remaja serta
secara seringkali menjadi penyebab kematian. Penderita yang mengalami
DHF biasanya menunjukkan gejala klinik seperti panas tinggi (2-7hari),
tampak bintik-bintik merah dibawah kulit, mual dan nyeri abdomen. Pada
kondisi yang lebih lanjut sering kali penderita mengalami perdarahan
berupa epitaksis, hematemesis, dan melena serta tidak jarang pula
penderita sampai mengalami Dengue Shock Syndrom (DSS). Virus
Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi
viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot,
pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-
bintik merah pada kulit.

WHO (1975) membagi DHF dalam 4 derajat : derajat I: demam disertai


gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi, derajat II: derajat I di sertai
perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain, derajat III: kegagalan
sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah dan
derajat IV: renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan
pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh.

33
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan yang
lebih lengkap sesuai dengan keadaan pasien serta memantau
keadaan pasien tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue
Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada
pasien. Hendaknya ada penyuluhan kesehatan yang di jadikan
suatu program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan pasien
tentang DHF.

2. Untuk klien dan keluarga


Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk
pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan
program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan
sekitarnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

WHO. Demam Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan, dan


Pengendalian 2th Ed. EGC : Jakarta.
Hastuti, Oktri.2008. Demam Berdarah Denngue: Penyakit & Cara
Pencegahannya (1 vols). Kanisius (Anggota IKAPI) : Yogyakarta
Candra, Aryu.2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator Journal of Vector-Borne Diseases
Studies,2 (2), 110-119.
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

35

Anda mungkin juga menyukai