Jenis survei untuk proyek reklamasi rawa pasang surut berbeda dengan jenis survei untuk
areal-areal dataran tinggi umumnya dalam hal hidrologi dan tanah. Suatu hal yang paling
penting adalah menetapkan hubungan antara tinggi topografi lahan dan fluktuasi tinggi
muka air harian dan musiman pada sungai-sungai yang memotong areal tersebut.
Disamping itu, hadirnya tanah gambut dan tanah asam sulfat sangat menentukan potensi
areal untuk pengembangan.
Persyaratan survei untuk proyek reklamasi rawa pasang surut tergantung atas tingkat dan
tujuan studi untuk apa survei tersebut dilaksanakan. Uraian berikut menyajikan gambaran
luas mengenai perbedaan pokok antara persyaratan survei untuk studi Kelayakan dan
untuk Disain Rinci. Kegiatan survei investigasi daerah rawa pada umumnya akan meliputi
aspek-aspek berikut ini :
6) Tataguna lahan, tumbuhan, marga satwa yang sekarang lihat Bagian 2.7
7) Aspek sosial ekonomi agro dan aspek hukum (kepemilikan lahan) lihat Bagian 2.8
8) Pada jaringan yang sudah ada : inventarisasi prasaran yang ada lihat Bagian 2.9
Dengan demikian pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi daerah rawa,
akan dilakukan dilakukan survey topografi sesuai dengan kebutuhan pada skala 1 : 5.000
atau 1 : 1000, dimana masing-masing lokasi terikat pada referensi peta dasar yang dipakai,
yaitu peta 1 : 50.000 dari Bakosurtanal (proyeksi UTM). Survei untuk desain rinci harus
memungkinkan untuk pembuatan peta sifat-sifat topografi dan tanah pada skala 1:5.000.
Sedangkan survei lapangan tambahan diperlukan setelah disain-disain awal dipersiapkan,
misalnya alinemen untuk saluran-saluran baru, dan investigasi mekanika tanah pada lokasi
bangunan mendatang.
Berikut ini disajikan petunjuk dan kriteria untuk kegiatan survei topografi yang umum
digunakan. Petunjuk ini tidak termasuk penggunaan survei yang menggunakan peralatan
komputer sistem GPS dan peralatan pemetaan walaupun harus disadari bahwa
penggunaan peralatan semacam itu akan semakin penting dan dapat sangat meningkatkan
keabsahan hasil-hasil survei, dan memudahkan prosedur-prosedur pemetaan. Tabel Survei
Investigasi Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -1 menyajikan gambaran luas mengenai
perbedaan pokok antara persyaratan survei untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci.
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Lingkup pekerjaan Survey topografi yang paling pokok adalah pengukuran situasi.
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi daerah yang
disurvey dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan. Pengukuran situasi tapak
bangunan diukur dengan metode trigonometri /tachimetri dengan dasar pengikatan
kerangka pemetaan, dimana detail-detailnya diambil dengan teliti kalau perlu pengukuran
jarak memakai metband dan ketinggian yang penting memakai waterpass dengan
ketelitian 1 cm. Pengukuran topografi untuk survei Studi Kelayakan pada jaringan-jaringan
rawa yang baru maupun Survei topografi untuk Disain Rinci sedikitnya harus meliputi hal-
hal berikut ini
a) Peta Dasar
Peta dasar dari areal survei dipersiapkan dari peta-peta, foto udara yang sudah ada,
dan/atau dari gambar-gambar satelit geo yang telah diperbaiki.
Skala peta dasar biasanya 1 : 50.000 sampai 1 : 150.000 untuk survei studi
kelayakan, dan 1 : 5.000 sampai 1 : 10.000 untuk survei rinci.
Peta dasar tersebut harus memperlihatkan perbatasan areal survei dan sifat-sifat
lapangan alam dan lapangan buatan manusia seperti sungai, anak sungai, garis
pantai, jalan, desa dan saluran.
Lokasi garis survei harus ditentukan dari peta dasar dan dipilih sedemikian rupa
sehingga garis survei tersebut meliputi ciri-ciri lahan yang diketahui pada areal
yang disurvey tersebut.
Koreksi terhadap peta dasar dapat dilakukan atas dasar hasil-hasil survei.
b) Titik Referensi
Titik Referensi adalah Bechmark yang terbuat dari beton yang sebagai titik kontrol dan
titik referensi untuk survei topografi yang sekarang dan yang akan datang. semua
pengukuran koordinat dan elevasi harus merujuk pada titik refenensi tersebut :
Jika pada lokasi survey sudah terdapat patok BM yang dapat dijadikan titik
referensi yang koordinatnya dan elevasinya telah diketahui. Elevasi titik refensi
menjadi tinggi Referensi Proyek atau PRL.
Jika dilokasi yang disurvey tidak dijumpai patok BM yang dapat dijadikan titik
referensi atau dijumpai BM namun koordinatnya dan elevasinya tidak diketahui
harus dibuat titik referensi yang dijadikan Bechmark Utama yang akan diberi
koordinat referensi dengan Pengamatan GPS yang sebaiknya dipilih dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi (1 cm/km ).
Jika terdapat dua areal survei atau lebih yang terletak berdekatan satu sama
lainnya, maka sangat disarankan agar mempergunakan satu PRL yang sama untuk
semua areal survei tersebut. Hal ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih
baik dan keseragaman tentang hasil-hasil survei (khususnya hidrometrik),
sementara kesalahan pada salah satu survei lebih mudah diketahui.
Semua registrasi tinggi muka air dari hasil survei hidrometrik juga akan dinyatakan
dalam PRL ini.
Jika survei hidrometrik meliputi registrasi timggi muka air jangka panjang dekat
muara sungai, maka hubungan antara PRL dan Tinggi Laut Rata-Rata (MSL) harus
dibuat.
c) Benchmark
Sistem Bechmark yang terbuat dari beton dapat dipergunakan sebagai titik kontrol dan
titik referensi untuk survei topografi yang sekarang dan yang akan datang :
Untuk kebutuhan studi kelayakan kerapatan minimum sistem Bechmark baru harus
4 buah per 500 ha. Untuk Disain Rinci kerapatan minimum sistem Bechmark baru
harus 8 buah per 500 ha. Setiap Bechmark baru yang dipasang harus dilengkapi
dengan Control Point (CP)
Bechmark tambahan harus dipasang dekat semua lokasi yang direncanakan akan
dilakukan pencatatan tinggi muka air
Bechmark dan CP harus dipasang pada lokasi yang aman dan mudah ditemukan.
Spesifikasi untuk pemasangan Bechmark dan CP diperlihatkan pada Gambar 2.1
dan 2.2
Untuk setiap Bechmark harus dibuat sketsa situasi yang memperlihatkan jarak ke
benda-benda tetap, nomor identifikasi Bechmark, koordinat, dan tanggal
pemasangan.
Pemetaan kerangka dasar dapat dipergunakan untuk membuat suatu sistem referensi
topografi yang benar dimana hasil-hasil survei lainnya dapat dihubungkan pada sistem
referensi ini :
Kerangka dasar terdiri dari serangkaian garis melintang yang tertutup, yang
masing-masing mencakup suatu areal yang luasnya tidak lebih dari 500 ha, atau
masing-masing mencakup suatu areal yang luasnya tidak lebih dari 500 ha, atau
masing-masing panjang keseluruhan yang tidak lebih dari 500 ha, atau masing-
masing panjang keseluruhan yang tidak lebih dari 100 km.
Pengukuran kerangka dasar ini harus ikatkan pada sistem Bechmark yang telah
dipasang. Untuk setiap Bechmark harus ditetapkan koordinat X,Y dan Z nya.
Jumlah keseluruhan titik polygon antara dua titik kontrol azimut paling banyak 50
titik.
Survei topografi rinci dilaksanakan dan dikaitkan dengan pemetaan kerangka dasar:
Ketinggian tempat diukur dalam garis survei yang pararel yang berjarak 200m.
Ketinggian tempat diukur pada selang jarak 50 m dalam garis survei tersebut.
ketinggian tempat harus diukur pada lokasi-lokasi yang mewakili elevasi lapangan
yang berada disekitarnya.
Survei akan meliputi batas tataguna lahan dan ciri-ciri yang sudah ada, seperti :
saluran, anak sungai alam, pemukiman dan bangunan.
Garis-garis survei harus ditutup pada Bechmark permanen atau pada titik awal
disepanjang rute terdekat. Kesalahan penutupan harus kurang daripada 15 VD.mm,
D = panjang sirkuit dalam km
Ketinggian tempat harus diplot pada peta dasar dengan ketelitian sebagai berikut :
Ketelitian horizontal : paling tidak 90 % dari tempat yang telah diketahui
dilapangan digambarkan pada peta dengan kesalahan planimetrik kurang dari 0.8
mm
Kurva elevasi areal dipersiapkan dari ketinggian tempat untuk seluruh areal survei
serta blok-blok tertentu yang relevan dengan disain. Kurva tersebut akan
memudahkan perbandingan antara elevasi lahan dan tinggi muka air pada sungai-
sungai terdekat.
Penampang memanjang dan melintang dari semua saluran dan tanggul yang sudah
ada diukur :
Penampang melintang diukur tegak lurus terhadap susunan saluran, dan harus
diperluas dengan jarak minimum 25 meter ke kiri dan kanan untuk saluran tersier
dan sekunder dan minimum 100 meter kekiri dan kanan untuk saluran primer.
Gambar profil memanjang harus dibuat pada skala horizontal 1 : 5,000 dan skala
vertikal 1 : 100. Gambar penampang melintang harus dibuat pada skala horizontal
1 : 200 (saluran primer) atau 1 : 100 (salurn sekunder dan tersier) dan pada skala
vertikal 1 : 100.
Pada bangunan saluran besar dan jembatan yang sudah ada dan yang
direncanakan harus dilaksanakan pengukuran situasi rinci diatas areal seluas 100 m
x 150 m.
i) Survei Sungai
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Data-data hidrologi yang perlu dikumpulkan untuk studi Kelayakan dan untuk Disain
Rinci.serta kegunaannya adalah sbb
Pengumpulan data cuaca/iklim yang lain (terbaru) selama minimum 5 tahun berturut-
turut dari stasiun iklim terdekat.
Data hujan bulanan rata-rata harus dikumpulkan dari semua stasiun curah hujan
terdekat dengan lokasi, yang memiliki catatan curah hujan sepuluh tahunan atau lebih,
berturut-turut.
Untuk stasiun yang memiliki catatan curah hujan sepuluh tahunan atau lebih,
curah hujan rata-rata per bulan harus ditentukan, serta curah hujan minimum per
bulan dengan kemungkinan kelebihan sebesar 80 %, 50 % dan 20%.
Data curah hujan harian harus dikumpulkan dari semua stasiun curah hujan terdekat
dengan lokasi proyek sekurang-kurangnya 10 tahun yang berurutan atau lebih.
Mempergunakan data harian yang diperoleh dari stasiun yang mewakili dan yang
paling dapat diandalkan, dilakukan analisa statistik terhadap curah hujan
maksimum selama peroide 1 sampai 6 hari. Hasil analisa tersebut disajikan dalam
kurva yang memeprlihatkan masa dan intensitas curah hujan.
Data curah hujan harian maximum selanjutnya akan dipakai sebagai dasar dalam
penentuan debit banjir sungai untuk daerah yang bersangkutan serta menentukan
modulus drainase lahan rawa yang direncanakan
Jika data harian maximum tidak tersentuh rumus percobaan yang dapat diterapkan
di indonesia (misalnya. Hasper-Wonosobo), atau rumus dari negara lain seperti
Monoobe dapat dipergunakan untuk menentukan total curah hujan k-harian.
Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat
terjadinya) baik dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan bekas-bekas.
Untuk kajian daerah rawa, pengolahan data hidrologi setidaknya diarahkan untuk hitungan
ketersediaan air, kebutuhan air, neraca air dan debit limpasan untuk perancangan saluran.
Dengan diketahuinya kondisi neraca air bulanan maka dapat diketahui pola tanam yang
sesuai dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan (padi dan palawija) atau tanaman
keras. Selanjutnya dengan diketahuinya limpasan yang harus diantisipasi dengan saluran
drainasi, dapat ditetapkan rancangan dimensi saluran yang optimal. Tabel Survei
Investigasi Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -3 menyajikan gambaran luas mengenai
perbedaan Tingkat Kedalaman Survey Hidrologi dan Hdrometri untuk studi Kelayakan dan
untuk Disain Rinci.
Tinggi muka air jangka panjang Min 15 hari dlm musim hujan Sebaiknya lebih dari 1 tahun
dan musim kemarau
Tinggi muka air serempak jangka Min 2 x 25 jam Min 2 x 25
pendek Ya Ya
Tanda banjir disepanjang sungai Tidak Ya
Pengukuran pengeluaran 2 Kali saat survei 2 Kali pada musim hujan dan
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Jika tidak tersedia registrasi jangka panjang dari hasil survei sebelumnya, yang
diikat dengan tinggi referensi proyek, maka registrasi tinggi muka air harus dimulai
sedini mungkin guna memperoleh catatan sebanyak mungkin pada waktu disain
dipersiapkan. Lebih disukai, catatan tinggi muka air selama satu tahun harus
disediakan pada perbatasan proyek sebelah hulu dan hilir.
Pada batas sebelah hilir proyek, tinggi muka air harus diamati secara terus
menerus (dengan AWLR) atau dari pembacaan staff gauge dengan selang jarak 30
menit selama periode paling tidak 15 hari baik dari musim hujan maupun musim
kemarau, guna menetapkan sifat pasang dan perbedaan tinggi muka air pasang
surut antara pasang rendah dan pasang tinggi.
Pencatatan tinggi muka air selama paling tidak 25 jam harus dilakukan satu kali
selam air pasang tinggi dan satu kali selama air pasang rendah pada tempat-
tempat yang dipilih yang menyebar pada daerah survei (satu stasiun per 1,000
sampai 2,000 ha), serentak dengan pengamatan aliran, keasaman, salinitas dan
curah hujan. Semua stasiun pencatatan tinggu muka air harus dihubungkan
dengan tinggi referensi survei topografi melalui benchmark beton yang terdapat
dekat masing-masing stasiun.
Tinggi muka air harus diamati secara serentak dengan selang jarak 30 menit
sedikitnya selama satu putaran pasang surut penuh (25 jam) pada stasiun-stasiun
yang berjarak 20 sampai 30 km disepanjang semua sungai besar yang memotong
atau membatasi areal, guna menilai kelembabn fluktuasi pasang surut.
Pengukuran-pengukuran ini harus dikombinasikan dengan pengamatan arah aliran
secara visual, dan pengukuran pH dan salinitas secara serentak (lihat penjelasan
berikutnya).
Elevasi nol dari semua stasiun tinggi muka air harus dihubungkan pada garis-garis
survei dari survei topografi terdekat.
Sangat dianjurkan agar alat pencatat tinggi muka air otomatis dipasang pada saat
melakukan survei Studi Kelayakan, dengan pencatatan yang berlanjut setelah
kegiatan survei sehingga pada waktu studi-studi rinci, registrasi tinggi muka air
jangka panjang akan tersedia.
3) Pengukuran Salinitas
Intruisi salinitas maksimum selama air pasang tinggi harus ditetap dengan
mempergunakan ‘metode speed-boat yang bergerak : melakukan pengukuran
salinitas setiap 2 sampai 5 km disepanjang sungai pada waktu air tinggi tenang,
dimulai dari muara sungai, bergerak ke hulu dengan kecepatan yang sama seperti
kecepatan gelombang pasang surut.
Salinitas tersebut ditentukan dengan cara mengukur daya konduksi listrik (EC) dari
air permukaan. Rumus tukar berikut ini dapat dipergunakan antara daya konduksi
listrik dengan salintas :
Catatan :EC air laut adalah 45 sampai 55 mS/cm, sama dengan salinitas yang
besarnya 30,000 sampai 35,000 mg/l.
Di salah satu stasiun tinggi muka air sebelah hulu muara sungai, salinitas harus
diukurselama putaran pasang surut penuh (25 jam) serentak dengan pengamatan
tinggi muka air.
Informasi mengenai fluktuasi intruisi salinitas musiman harus diperoleh dari para
penduduk yang tinggal diareal tersebut. Tumbuh-tumbuhan yang terdapat
disepanjang tepian sungai (pohon nipah) sering merupakan petunjuk yang cukup
tentang adanya intruisi salinitas rata-rata selama musim kemarau.
4) Banjir
Tinggi maksimum batas banjir pada berbagai tempat disepanjang sungai, seperti
diberitahukan oleh penduduk setempat atau diaamati dari perubahan warna
tumbuhan, harus ditetapkan berdasarkan tinggi muka air yang diamati selama
survei.
Lamanya tinggi maksimum permukaan air sungai dan perkiraan jangkauan pasang
surut selama permukaan air sungai tinggi dan rendah harus dinilai dari hasil
wawancara dengan penduduk setempat.
Luas banjir harus ditetapkan dari peta-peta, foto udara dan gambar radar (jika
tersedia), pengamatan tanda-tanda banjir, wawancara dengan penduduk setempat.
5) Kualitas Air
Kualitas air yang terdapat diluar zona intrusi salinitas harus ditentukan dengan
analisa contoh air di loboratorium.
Satu contoh air harus diambil pada waktu air tanah rendah di semua sungai dan
anak sungai yang memotong areal. Tanggal, waktu, lokasi, warna air, pH dan
temperatus air pada waktu pengambilan contoh harus dicatat.
Pada stasiun tinggi muka air paling hulu pada setiap sungai besar, pH air sungai
harus diukur selam putaran pasang surut penuh (25 jam) serentak dengan
pengamatan tinggi muka air.
Pada setiap bagian, setidaknya harus diambil sepuluh pengukuran pada selang
jarak yang sama. Jarak horisontal dalam suatu bagian dapat ditentukan dengan
alat pengukur jarak atau tali merentang sungai.
Jika alat pengukur gema (echo sounder) tersebut tidak tersedia, dapat
dipergunakan kabel yang dilengkapi pita ukur dan beban, namun dalam hal
demikian, pengukuran harus dibatasi pada waktu sekitar air tinggi dan rendah
tenang ketika kecepatan aliran sangat rendah.
Untuk setiap penampang melintang, tanggal dan waktu pengukuran serta perkiraan
tinggi air pasang harus ditunjukkan.
Kerapatan pengeboran yang diperlukan tergantung atas ketelitian peta tanah yang
diperlukan. Kerapatan tersebut biasanya bervariasi antara satu pengeboran per ha untuk
setiap survei yang sangat rinci (skala peta 1:10,000) sampai pada satu pengeboran per 25
ha (skala 1 : 50,000). Tabel Survei Investigasi Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -4
menyajikan gambaran mengenai Tingkat Kedalaman Survey Tanah Pertanian untuk studi
Kelayakan dan untuk Disain Rinci.
Pengeboran s/d kedalaman 1,20 m 1 pengeboran per 250 ha 1 pengeboran per 125 ha
Lubang profil tanah 1 lubang tanah per 2500 ha 1 lubang per 10 pengeboran
Contoh tanah untuk analisa 4 contoh per lubang 4 contoh per lubang
laboratorium
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Dengan merujuk pada Tabel Survei Investigasi Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -4
tersebut diatas, maka survey Tanah Pertanian sedikitnya harus meliputi hal-hal berikut ini:
a) Pengeboran
Survey Tanah Pertanian dengan pengeboran sampai kedalaman paling kecil 1.20 m
dilakukan harus mengikuti garis-garis survei yang sama seperti survei topografi.
Koordinat (x,y) setiap lokasi lubang bor harus dicari dengan menggunakan bantuan
GPS (Hand Held GPS)
Dalam garis survei terebut, tanah harus dibor dengan kerapatan titik bor antara 1
pengeboran per 250 ha untuk Studi Kedalayakan dan 1 pengeboran per 125 ha
untuk Disain Rinci.
- Tebal lapisan gambut dan tingkat pembususkan (tanah gambut harus dinilai
sampai pada kedalaman 3 m)
Penjelasan mengenai profil tanah pada lubang tersebut akan dipersiapkan dan
contoh analisa laboratorium akan diambil dari lapisan-lapisan tanah yang berbeda
(empat contoh per lubang).
Contoh tanah dari empat lapisan tanah per lubang harus diambil untuk dilakukan
analisa laboratorium. Analisa laboratorium untuk mineral akan meliputi :
- Kepadatan besar dari tanah atas (0-30 cm) dan tanah bawah ( > 30 cm) yang
merupakan indikasi kematangan.
Analisa laboratorium untuk tanah gambut akan mencakup total kandungan abu
sehingga kandungan abu mineral termasuk P, K, Ca dan Mg.
- Sawah
- Kebun kelapa
- Campuran padi/kelapa
- Lahan pekarangan
- Lain-lain
Untuk pemetaan data tanah dan tata guna lahan dan interpolasi antara titik survei,
harus dipergunakan foto udara dan gambar satelit.
Untuk pelaksanaan analisa stabilitas dan untuk disain pondasi bangunan, sifat-sifat
mekanika tanah perlu diinvestigasi melalui pengeboran terganggu/tidak terganggu,
pengujian penetrasi kones, pengujian vane shear dan pengujian laboratorium. Jumlah dan
jenis investigasi yang diperlukan tergantung atas jenis pekerjaan yang akan dibangun serta
tergantung atas keadaan setempat dan harus ditetapkan pada setiap kesempatan. Tabel
Survei Investigasi Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -5 menyajikan gambaran
mengenai Tingkat Kedalaman Survey Mekanika Tanah untuk studi Kelayakan dan untuk
Disain Rinci.
Survei mekanika tanah dapat dilaksanakan hanya setelah lokasi yang tepat untuk
bangunan yan dibangun telah ditetapkan. Kriteria untuk berbagai pengujian secara singkat
diuraikan dibawah ini.
Pada kedalaman tertentu dari lubang pemboran diambil contoh tanah tidak
terganggu (undisturbed sample) dengan menggunakan tabung baja tipis (thin wall
shelby tube) berdiameter 6,8 cm.
Setelah terambil, kedua ujung tabung yang berisi tanah tersebut ditutup dengan
parafin supaya terjamin keasliannya. Contoh tanah asli selanjutnya dikirim ke
laboratorium mekanika tanah untuk diperiksa/dianalisa guna memperoleh
parameter fisik dan keteknikan.
Contoh-contoh tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium untuk diuji
guna mendapatkan besaran-besaran sifat karakteristik fisik dan mekanika tanah.
Pengujian tanah harus dilakukan untuk dua jenis sample tanah yaitu Contoh Tanah
Tidak Terganggu (Undisturbed) dan Contoh Tanah Terganggu (Disturbed). Pengujian
laboratorium harus dilakukan di laboratorium resmi yang terakreditasi. Daftar
Pengujian Contoh Tanah di laboratorium ditunjukan pada Tabel Survei Investigasi
Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -6.
c) Tes Pit
Ukuran Test Pits adalah 1,25 x 1,25 dengan kedalaman sampai dengan 5 meter, pada
muka air tanah dangkal dilakukan dengan pemboran sampai kedalaman 5 meter pada
Test Pits ini diambil contoh tanah terganggu (disturbed). Hasil penyelidikan adalah
deskripsi tanah berupa log test-pit sebanyak 4 titik serta contoh tanah terganggu
(disturbed sample) untuk pemadatannya di laboratorium.
d) Tes Permeabilitas
Tes permeabilitas dilakukan dilakukan sekali per 1,5-3 meter dari kedalaman test pit.
Sebagai prinsip, panjang masing-masing tahap harus kurang dari 5,0 meter dan tahap-
tahap selanjutnya harus dibor setelah tes sebelumnya selesai.
Contoh bahan yang belum diganggu, dengan mempergunakan Tube Shelby yang
berbanding tipis, harus diambil pada selang jarak 1,5 meter dan pada perubahan
lapisan, dimulai dari 1 meter dibawah permukaan. Contoh bahan tersebut harus
ditutup dengan lak secara baik dan disimpan sebagaimana mestinya sebelum
diangkut ke laboratorium; Sebelum ditutup dengan lak, pembacaan penetrometer
jinjing harus dilakukan di kedua ujung bahan contoh tersebut.
Catatan mengenai lapangan harus disimpan, yang menguraikan tentang jenis dan
kekentalan tanah, jenis alat pengambilan contoh dan penemuan.
Peralatan yang akan dipergunakan harus sesuai dengan kemungkinan labuh agar
mencapai penetrasi maksimum. Pengujian CPT dengan penetrasi kurang dari 15
meter akan ditolak. Unsur kones harus dapat mengukur tahanan kones dan
gesekan lokal. Untuk tujuan ketelitian, manometer harus memiliki range pencatat
lebih kecil dapripada 20 MN/m2
Grafik pengujiana CPT harus digambarkan pada skala vertikal 1:100, dengan
kedalaman relatif terhadap MSL. Skala untuk tahanan kones harus 10 mm per
MN/m2 dan untuk gesekan lokal 10 mm per 25 kN/m2. Grafik tersebut juga harus
memperlihatkan nilai perbandingan gesekan (gesekan lokal sebagai presentase
tahanan kones) pada sisi kanan grafik (10 mm= 2 %).
Elevasi lapangan pada tempat pengujian CPT harus dihubungkan pada Tinggi
Referensi Proyek.
Pada areal-areal yang baru akan dikembangkan mungkin diperlukan survei yang lebih rinci
mengenai sumber alam yang ada daripada pengamatan tataguna lahan yang dilakukan
selama survei tanah. Tabel Survei Investigasi Untuk Perencanaan Reklamasi Rawa -7
menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat Kedalaman Survei Hutan dan
Alam untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci. Survei-survei tersebut sama dengan
survei-survei pada areal-areal yang tak berawa dan oleh karena tidak diuraikan secara rinci
disini. Informasi yang lebih banyak mengenai persyaratan survei untuk penilaian Dampak
Lingkungan disajikan dalam buku yang terpisah.
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Penilaian mengenai kondisi sosial-budaya, ekonomi dan kelembagaan yang ada di daerah
studi harus dilakukan dari informasi statistik yang tersedia dan dari wawancara nara
sumber dan dari orang-orang yang dipilih secara acak yang tinggal di atau dekat daerah
studi. Pada areal-areal yang baru akan dikembangkan, perhatian ditujukan pada penetapan
ketersediaan lahan untuk pemukiman baru dan pada penilaian nilai dan kegiatan ekonomi
yang sekarang terjadi di daerah studi. Pada jaringan-jaringan yang sudah ada, kegiatan
survei tersebut khususnya harus ditujukan pada praktek-praktek pertanian yang ada dan
anggaran tanaman, serta perubahan-perubahan yang telah terjadi sejak awal penempatan
areal termasuk alasan-alasan perubahan tersebut.
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Variabel-variabel yang penting dalam analisa Survei kajian sosial-budaya, ekonomi dan
kelembagaan sebagai berikut :
Verifikasi nama, lokasi, batas dan ukuran pemukiman yang ada, baik penduduk lokal
maupun warga transmigrasi, yang seluruh atau sebagian terletak dalam daerah survei.
Wawancara dengan petugas pemerintah setempat, Kepala Desa, dan nara sumber
lainya. Untuk studi disain, contoh yang diambil secara acak kira-kira 3 % dari jumlah
penduduk diareal tersebut harus diwawancarai.
Investigasi kegiatan ekonomi yang sekarang di areal tersebut, lengkap dengan biaya
dan manfaat.
Inventarisasi kepemilikan lahan, konsesi hutan, dan tuntutan hukum dan biasa atas
areal tersebut.
Inventarisasi data agronomi : pola tanam, varitas, penggunaan masukan, hama dan
penyakit, anggaran tanaman.
Uraian dan peta mengenai pengendalian air, lahan rumah dan lahan usaha, jalan dan
jalan setapak, dll.
Contoh daftar pertanyaan yang akan dipergunakan untuk wawancara diperlihatkan pada
lampiran 1.
Untuk peningkatan kajian-kajian mengenai jaringan-jarinag yang sudah ada, baik di tingkat
Studi Kelayakan maupun di tingkat disain rinci, diperlukan inventarisasi mengenai
prasarana yang ada dan kondisinya. Titik awal dari inventarisasi tersebut adalah gambar-
gambar terbangun, atau jika gambar terbangun tersebut tidak tersedia, gambar-gambar
disain asli.
Panjang dan penampang melintang aktual dari saluran, tanggul dan jalan, serta
pengukuran situasi bangunan, telah merupakan bagian dari survei topografi. Kegiatan
inventarisasi tersebut khususnya bertujuan untuk mendaftarkan segala kerusakan dan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Tabel Survei Investigasi Untuk Perencanaan
Reklamasi Rawa -9 menyajikan gambaran luas mengenai perbedaan Tingkat Kedalaman
Survei Inventarisasi Prasarana untuk studi Kelayakan dan untuk Disain Rinci daerah rawa.
N = Areal Baru
E = Jaringan yang sudah ada
Dengan mempergunakan daftar priksa yang telah dipersiapkan seperti diperlihatkan pada
Lampiran 1, kegiatan inventarisasi tersebut akan mencakup hal-hal sebagi berikut :
a). Uraian mengenai kondisi sekarang, fungsi dan tingkat pemeliharahan dari semua
bangunan pengendalian air, jembatan dan dermaga serta perbaikan-perbaikan yang
diperlukan. Setiap perubahan yang telah dilakukan para petani terhadap bangunan-
bangunan juga harus disebutkan.
b). Uraian mengenai kondisi sekarang dan tingkat pemelihraan saluran, tanggul dan jalan,
dan mendaftarkan tentang kelongsongan tanggul dan kerusakan-kerusakan lainnya.
Perhatian khusus diperlukan untuk mengetahui :
Nilai sidementasi dalam sistem saluran.
Kestabilan dan ketidak stabilan bangunan hidrolik serta fasilitas proyek lainnya
yang diakibatkan oleh penurunan, rembesan, pekrjaan kontruksi yang tidak baik,
lalulintas, dan kerusakan-kerusakan lainya.