Anda di halaman 1dari 13

A.

Pendahuluan

Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa
dikerjakan, kini dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang. Semua itu
tidak lain karena adanya pendidikan yang pada saat ini telah berkembang dengan
pesat. Di dalam proses pendidikan terdapat dua istilah yang sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan, yaitu Belajar dan Pembelajaran. Pada hakikatnya belajar dan
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana dan
memberikan pelayanan agar siswa dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu
seorang pendidik harus paham bagaimana agar siswa dapat memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya secara optimal. Untuk itu perlu dibahas
bagaimana belajar dan pembelajaran yang baik dan efektif.

Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru
dapat memahami proses bagaimana memperoleh pengetahuan maka guru akan
dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Belajar lebih
menekankan pada siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan
tingkah lakunya. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam
rangka untuk membuat siswa dapat belajar.

B. Rumusan masalah

1.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran


Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian
demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik
berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud
dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi
belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif
digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai
cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu
sendiri (Tilaar, 2002:128).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran
juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini
pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan
menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta
didik.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a) Pembelajaran sebagai sistem
Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
b) Pembelajaran sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan
guru dalam rangka membuat siswa belajar, meliputi:
Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau
media cetak lainnya.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada
persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh
pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah
dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa Menindak lanjuti
pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini
dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian
layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)

1. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan
belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,s akit kepala, demam, pilek, batuk dan
sebagainya,dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya
mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik debngan pacar,
orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi
semangat belajar. Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap
orang fisik maupun mental, agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan
bersemangat dalam bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

2. Intelegensi (kecerdasan)
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cendrung baik sebaliknya orang yang intelegensinya rendah,
cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi
belajarnya rendah.
Raden Cahaya Prabu, pernah mengatakan dalam mottonyan bahwa: “didiklah
anak sesuai taraf umurnya. Pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak
didiknya”. Yang menarik dari ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami
jiwa anak didik.
Beliau berkeyakinan bahwa perkembangan taraf intelegensi sangat pesat pada
masa umur balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi
tidak mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja, terutama
setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka yang alat inderanya mengalami
kerusakan. Karena intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar
seseorang.
Beliau juga mengatakan bahwa anak-anak yang taraf intelegensinya dibawah
rata-rata, yaitu dull normal, debil, embicil, dan idiot sukar untuk sukses dalam
sekolah. Mereka tidak akan mencapai pendidikan tinggi karena kemampuan
potensinya terbatas. Sedangkan anak-anak yang taraf intelegensinya normal,
diatas rata-rata seperti superior, gifted dan genius, jika saja lingkungan dan
keluarga, masyarkat dan lingkungan pendidikannya juga turut menunjang, maka
mereka akan dapat mencapai prestasi dan keberhasilan dalam hidupnya.

3. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar seseorang. Bakat memang diakui sebagai kemamapuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Misalnya belajar
main piano, apabila dia memiliki bakat musik akan lebih mudah dan cepat pandai
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.
Banyak sebenarnya bakat bawaan atau terpendam yang dapat ditumbuhkan
asalkan diberikan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Disini tentu saja diperlukan
pemahaman terhadap bakat apa yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Soenarto
dan Hartono bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam
bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan
dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Misalnya, seseorang
mempunyai bakat menggambar jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk
mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang tuanya
menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambar dan mengusahahkan agar ia
mendapatkan pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya
dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan
menggambar, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang timbul dan bahkan
dapat menjadi pelukis terkenal. Sebaliknya, seorang anak yang mendapatkan
pendidikan menggambar dengan baik, namun tidak memiliki bakat menggambar,
maka tidak akan pernah mencapai prestasi untuk bidang tersebut. Dalam
kehidupan di sekolah sering tampak bahwa seseorang yang mempunyai bakat
dalam bidang olahraga, umumnya prestasi mata pelajaran lainnya juga baik.
Keunggulan dalam salah satu bidang, apakah bidang sastra, matematika atau
seni, merupakan hasil interaksi merupakan hasil dari bakat yang dibawa sejak
lahir dan faktor lingkungan yang menunjang termasuk minat dan dorongan
pribadi.

4. Minat
Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar
diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin beser minat. Minat dapat
timbul karena daya tarik dari luar dan datang dari hati sanubari.
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya
untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya
minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat
untuk menaikan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup
senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cendrung menghasilkan prestasi
yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah.
Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil
belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan
prestasi belajar yang baik dari seseorang anak yang tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana menimbulkan minat anak didik
terhadap sesuatu? Memahami kebutuhan anak didik dan melayani kebutuhan anak
didik adalah satu upaya membangkitkan minat anak didik.
Dalam penentuan jurusan harus disesuaikan dengan minat anak didik. Jangan
dipaksakan agar anak didik tunduk pada kemauan guru untuk memilih jurusan
lain yang sebenarnya anak didik tidak berminat. Dipaksakan juga pasti akan
sangat merugikan anak didik. Anak didik cenderung malas belajar untuk
mempelajari mata pelajaran yang disukainya. Anak didik pasrah pada nasib
dengan nilai apa adanya.
Cara yang efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru
adalah dengan menggunakan minat-minat anak didk yang telah ada. Misalnya,
beberapa orang anak didik menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum
mengerjakan kecepatan gerak guru dapat menarik perhatian anak didik dengan
menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saj berlangsung, kemudian
sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran sesungguhnya.

5. Motivasi
Menurut Neoehi Nasution, Motivasi adalah kondisi psikologis yang
mendororng seseorang untuk melakukan sesuuatu. Jadi, motivasi untuk belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi
berbeda dengan minat. Ia adalah daya penggerak atau pendorong untuk
melakukan suatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik), yaitu dorongan yang datang dari
sanu bari umumnya karena kesadaraan akan penting nya sesuatu. Motivasi yang
berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri
(lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman, dan anggota
masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan
semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah, atau
semangat.
Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah akan malas bahkan tidak mau
mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang
berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang
penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa
memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan
belajar.

6. Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.
Belajar tanpa memperhatikan tekhnik dan faktor psiologis, psikologis, dan ilmu
kesehatan, akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang
cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk
member kesempatan kepada mata, otak, serta organ tubuh lainnya untuk
memperoleh tenaga kembali.
Selain itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaimana caranya
membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan /kesimpulan, apa
yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga
diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajar, dan
penyesuaian bahan pelajaran.

7. Kemampuan Kognitif (Konsep Diri)


Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan
perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang
lain. Disini konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang
keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya
sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu
bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang
berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan
perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal dan
diakui oleh para ahli pendidikan, ranah kognitif, afektif, psikomotor. Ranah
kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk
disukai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkat ini menjadi dasar bagi
penguasaan ilmu pengetahuan.
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan unutk sampai
pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi kedalam
otak manusia. Melalui persepsi manusian terus-menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungan. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra
penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Dalam pengajaran guru
harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan materi pelajaran sejelas-
jelasnya, bukan bertele-tele pada anak didik, sehingga tidak terjadi kesalahan
persepsi anak didik. Kemungkinan kecilnya kesalahan persepsi anak bila
penjelasan ini diberikan itu mendekati objek yang sebenarnya.
Semakin dekat penjelasan guru dengan realitas kehidupan semakin mudah
anak didik menerima dan menceran materi pelajaran yang disajikan. Seseorang
anak yang telah memiliki kemampuan persepsi ini berarti telah mampu
menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang
dihadapi, entah objek itu orang, benda, atau kejadian peristiwa. Obejk-objek itu
direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)


1. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta family yang menjadi penghuni
rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak
dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya
penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau
tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-
anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut
mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan
belajar. Besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidak perlalatan / media
belajar seperti, papan tulis, gambar, peta, ada atau tidak ada kamar atau meja
belajar, dan sebagainya, semuanya itu juga turut menentukan keberhasilan belajar
seseorang.

2. Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan,
jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata-tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini
turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang
memperhatikan tata-tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi
perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di
sekolah maupun di rumah.
Hal ini mengakibatkan prestasi belajar anak menjadi rendah. Demikian pula
jika jumlah murid perkelas terlalu banyak (50-60 orang), dapat mengakibatkan
kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, control guru
menjadi lemah, murid menjadi kurang acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi
belajar menjadi lemah.

3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat
tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan
terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan
mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal
dilingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran,
hal ini akan mengurangi semangfat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang
sehingga motivasi belajar menjadi berkurang.

4. Lingkungan Sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting mempengaruhi
prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan
lalu-lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya, bila bangunan penduduk sangat rapat,
akan mengganggu belajar. Keadaan lalu-lintas yang membisingkan, suara hiruk-
pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas,
semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang
sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang didalamnya
dihiasi dengan tanaman atau pepohonan yang dipelihara dengan baik. Abotik
hidup mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratium alam bagi anak
didik. Sejumlah kurisi dan meja belajar tertau rapid an ditempatkan dibawah
pohon-pohon tertentu agar anak didik dapat belajar mandiri diluar kelas dan
berinteraksi dengan lingkungan. Kesejukan lingkunga membuat anak didik betah
berlama-lama di dalamnya. Begitulah lingkungan sekolah yang dikehendaki.
Bukan lingkungan sekolah yang gersang, pengap, tandus, dan panas yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, pembangunan sekolah sebaiknya berwawasan
lingkungan, bukan memusuhi lingkungan.

C. Teori belajar dan aplikasinya


a) Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar tentang perubahan
tingkah laku yang terjadi karena pengalaman yang dialamipeserta didik.
Teori ini memandang orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu stimulus dan respon harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa dalam proses belajar.
Implikasi teori ini dalam situasi pembelajaran mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang menjadikan guru sebagai central yang bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan
apa yang harus dipelajari murid. Pada prakteknya dalam pembelajaran,
pendidik menjadi pihak yang lebih aktif sebab pendidik yang dominan
memberikan stimulus dan peserta didik hanya memberi respon saja, semua
berjalan sesuai kehendak pendidik.

b) Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan


hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar dianggap
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori belajar kognitif
lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia. Teori ini
berpendapat bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman dan
bukan sekedar perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Tingkah laku
manusia yang tidak tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan
sebagainya. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengetahuan dan pengalaman
ini tertata dalam struktur kognitif. Menurut teori ini, proses belajar akan
berjalan baik bila materi pelajaran yang baru diadaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Implikasi teori ini dalam
pembelajaran mengharuskan guru untuk memusatkan perhatian pada cara
berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya. Guru wajib
mengutamakan peran siswa supaya mereka aktif dalam kegiatan belajar
dan saling berinteraksi. Guru harus memaklumi adanya perbedaan
individual dalam hal kemajuan perkembangan.

c) Teori belajar konstruktivistik secara konseptual memandang proses belajar


sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamanya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur
kognitifnya. Asimilasi merupakan proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam
skema yang sudah ada dalam pikirannya. Akomodasi yakni membentuk
skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau
memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan
tersebut. Menurut teori ini, manusia dapat mengetahui sesuatu dengan
menggunakan inderanya melalui interaksinya dengan lingkungannya.
Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan lingkungannya,
pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan
meningkat dan lebih rinci. Pendidik berperan membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut
lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belaajar.
Peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Yang
akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar
siswa sendiri atau dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar
sepenuhnya ada pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Prof, Dr. H. Mukhtar. M.Pd. 2009. Psikologi Pendidikan. Jambi: Gaung Persada
(GP) Press
http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/hakikat-belajar.html

Anda mungkin juga menyukai