Vilep KDK GD Ica
Vilep KDK GD Ica
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah SWT, karena barkat rahmat karuni serta
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Hak & Kewajiban Dalam Kegawatdaruratan” Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Konsep Dasar Keperawatan Gawat
Darurat. Maka pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen pengajar Konsep Dasar Keperawata Gawat Darurat.
2. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dorongan dan bantuan baik
materi maupun moril yang tidak ternilai harganya.
3. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi Penulis, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkanya sebagai referensi
keilmuannya. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ..........................................................................................2
A. Kesimpulan ...............................................................................................15
B. Saran .........................................................................................................15
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini yaitu mengenai konsep
dasar hak & kewajiban dalam kegawatdaruratan, konsep komunikasi dalam
konteks kegawatdaruratan, dan konsep hubungan personal.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar hak & kewajiban dalam
kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui konsep komunikasi dalam konteks kegawatdaruratan.
4
3. Untuk mengetahui konsep hubungan personal.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
d. Mampu berkomunikasi : intern, ekstern
Dalam pelaksanaannya perawat dapat memberikan pelayanan sesuai
dengan tingkat pendidikan dan tingkat kompetensi yang dimiliki, ada
beberapa tingkat kompetensi dalam keperawatan yaitu :
a. Dasar adalah kompetensi perawat yang di area gawat darurat
dengan focus peran pada kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar
monitoring intensif dan membantu mengatasi keadaan gawat
darurat.
b. Menengah adalah kompetensi perawat gawat darurat mampu
mengatasi berbagai kasus kegawatan rutin secara mendiri dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta mampu
membimbing perawat level dasar.
c. Advance adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh mengelola
keadaan klien gawat darurat yang kompleks dan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya.
d. Spesialis Perawat spesialis mampu mengelola keadaan klien
gawat darurat yang kompleks dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya serta, mengembangkan riset di area gawat
darurat, mengembangkan managemen kegawatdaruratan, serta
membimbing perawat pada level dibawahnya.
7
3) Keadaan daruat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau
kecacatan klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
b. PERMENKES HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang izin
dan penyelenggaraan praktik perawat (Pasal 10)
1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa
seseorang/pasien dan tidak ada dokter di tempat
kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8.
2) Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang
tidak memiliki dokter dalam rangka melaksanakan
tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud
pasal 8.
3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan,
dan kemungkinan untuk dirujuk.
c. UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab II Pasal 32
1) Ayat 1 :
Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien
dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
2) Ayat 2 :
8
Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien
atau meminta uang muka.
d. UU RI No. 44 tentang Rumah Sakit
1) Pasal 1 :
Gawat daruat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih
lanjut
2) Pasal 29 ayat 1 butir c :
Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan
pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya
e. Informed Consent
1) PERMENKES No. 585 / 1989 pasal 11
Bahwa dalam kondisi emergency situasi yang
mengancam nyawa persetujuan tindakan medis tidak
diperlukan.
2) Dalam pasal 56 UU no. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan :
Hak pasien untuk menerima atau menolak suatu
tindakan tidak berlaku salah satunya ketika pasien
daam kondisi pingsan atau tidak sadarkan diri.
4. Hak Pasien
Hak pasien adalah kewajiban petugas kesehatan.
Hak pasien (UU No. 44 Tahun 2009 Pasal 32) :
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di RS
b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan jujur
9
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dokter/ kedokteran gigi dan
tanpa diskriminasi
d. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan
standar profesi keperawatan.
e. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
rumah sakit
f. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas
menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa
campur tangan dari pihak orang lain
g. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang
terdaftar di RS tersebut (second opinion) terhadap penyakit
yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.
h. Pasien berhak atas “privacy” & kerahasian penyakit yang
dideritanya termasuk data-data yang merawat
i. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi :
penyakit yang dideritanya, tindakan mediak apa yang hendak
dilakukan, alternatif terapi lainnya, prognisanya, perkiraan
biaya pengobatan.
j. Pasien berhak menyetujui / memberikan izin atas tindakan
yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit
yang dideritanya.
5. Kewajiban Pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan dan tata tertib rumah sakit
b. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter
dan perawat dalam pengobatan
10
c. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
yang merawat
d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi
semua imbalan atas jasa pelayanan RS / dokter
e. Pasien & atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-
hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.
f. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan
terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan
atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya
g. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
h. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama / kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lainnya
i. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam RS
j. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan, atas
perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
k. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril
maupun spiritual
11
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan,mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan
kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau
gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak
terjadi hal yang fatal. Tujuan penggulangan penderita terhadap komunikasi yaitu
mencegah kematian dan kecacatan dan merujuk penderita gawat darurat untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai.
12
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini
berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh
klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih
baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan
13
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
14
penghasilan, ras dan agama, mempengaruhi komunikasi. Contohnya orang
Amerika menghargai betul kekayaan sebagai simbol suksesnya orang.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi
sekaliguskewajiban yang harus diberikan perhatian oleh setiap orang. Pemerintah
dansegenap masyarakat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan
peningkatankualitas pelayanan kesehatan kegawatdaruratan sebagai bagian utama
daripembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004).
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
konsep dasar hak & kewajiban dalam kegawatdaruratan, konsep komunikasi
dalam konteks kegawatdaruratan, serta konsep hubungan personal sebagai
landasan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
16