Anda di halaman 1dari 66

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN
Jln. Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022) 4264813 Fax. (022) 4264881
Wisselboard (022) 4264944, 4264957, 4264973
BANDUNG - 40171

KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR: 420/17568 -Set.Disdik


TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS TERBUKA DAN PENDIDIKAN JARAK JAUH
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN JAWA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
TAHUN 2006
KEPALA DINAS PROVINSI JAWA BARAT

Menimbang : a. bahwa untuk memperluas layanan pelaksanaan


sekolah terbuka sesuai Pasal 4 ayat 1 huruf b
Permendikbud Nomor 72 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus pada
jenjang pendidikan menengah, perlu diselenggarakan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Terbuka;
b. bahwa untuk memperluas layanan pelaksanaan
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) sesuai pasal 5 ayat 2 Permendikbud
No.119 tentang Pendidikan Jarak Jauh dengan
lingkup keakhlian;
c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan
b di atas, perlu menetapkan Petunjuk Teknis SMA
Terbuka dan PJJ SMK Jawa Barat Tahun Pelajaran
2017/2018 dengan Keputusan Kepala Dinas
Pendidikan provinsi Jawa Barat.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Provinsi Jawa Barat;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru;
9. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor
05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011,
Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011,
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan
Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19
Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah (SMA/MA);
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/Madrasah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah;
17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27
Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan
Kompetensi Konselor;
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39
tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru
dan Pengawas Satuan Pendidikan sebagaimana telah
diubah menjadi Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan
Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan;
19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63
Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan;
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Layanan Khusus;
21. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
36 Tahun 2014 Tentang Pedoman, Pendirian,
Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh Pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah;
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah;
25. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah;
26. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;
27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah;
28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-
Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan,
atau Bentuk Lain Yang Sederajat;
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun
2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan;
30. Peraturan Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
1670/D/LK//2014 tentang pelaksanaan Sekolah
Terbuka Pada Jenjang Pendidikan Menengah;

Memperhatikan : Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa


Barat Nomor 422/ Set.Disdik, Maret 2017 tentang
Kalender Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sekolah Menengah Atas
Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh Sekolah Menengah
Kejuruan Provinsi Jawa Barat Tahun Pelajaran 2017/2018
sebagaimana Lampiran I dan II Keputusan ini sebagai
bagian tidak terpisahkan;
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 5 Juni 2017

Kepala Dinas Pendidikan


Provinsi Jawa Barat

Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si


Pembina Utama Madya
NIP.196112311987031042

Tembusan:
1. Yth. Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat;
2. Yth. Kepala Bidang PKLK, PMU, PMK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat;
3. Yth. Kepala BP3 Wilayah I-VII Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
LAMPIRAN I
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat
Nomor : 420/17568 -Set.Disdik
Tanggal : 5 Juni 2017
Tentang : Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Sekolah
Menengah Atas Terbuka dan
Pendidikan Jarak Jauh Sekolah
Menengah Kejuruan Jawa Barat
Tahun Pelajaran 2017/2018

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH


ATAS TERBUKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) tahun 2013-2018, memiliki Visi Jawa Barat
Maju dan Sejahtera Untuk Semua dan Misi Membangun
Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat telah mencanangkan kemudahan akses pendidikan
dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
menengah.
Akses pendidikan akan berkaitan dengan capaian Angka
Partisipasi Kasar (APK)/ Angka Partisipasi Murni (APM). Pada
tahun ajaran 2016-2017 secara nasional prosentase APK/APM
Sekolah Menengah (SM) Provinsi Jawa Barat sebesar 76.62 %. Hal
ini disebabkan adanya kesenjangan antara daya tampung
SMA/SMK/Sederajat dengan lulusan peserta didik
SMP/MTs/Sederajat, kendala sosial budaya, ekonomi, geografis,
Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) dan keterbatasan waktu
peserta didik.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan
beberapa program unggulan diantaranya pembangunan Ruang
Kelas Baru (RKB), pembangunan Unit Sekolah Baru (USB), sekolah
petang dan program Paket C, tetapi hasilnya belum dapat
memenuhi target pencapaian APK-APM sekolah menengah.
Untuk mempercepat pencapaian APK-APM SM, Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, mengembangkan model Sekolah
Menengah Atas Terbuka. Model layanan ini dikembangkan dari
SMA dan SMK yang menjadi sekolah induk dengan membuka
Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di daerah-daerah tertentu yang
tidak dapat terjangkau oleh SMA/SMK/MA reguler.
Dalam pelaksanaan program SMA Terbuka, Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat mendapat dukungan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Ditjen
Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya Direktorat Pendidikan
Khusus Layanan Khusus, SEAMOLEC, dan Pustekkom
Kemdikbud.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, dibutuhkan sebuah
panduan yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan yang wajib
dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
SMA Terbuka.

B. Pengertian
Dalam Pedoman Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan :
1. Sekolah Menengah Atas terbuka yang selanjutnya disebut SMA
Terbuka adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari sekolah
menengah atas induk dengan menggunakan metode belajar
mandiri, terbuka dan jarak jauh.
2. Metode belajar mandiri adalah proses belajar yang dilakukan
peserta didik secara perorangan atau kelompok dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar dan mendapat bantuan
atau bimbingan belajar atau tutorial sesuai kebutuhan.
3. Metode belajar terbuka adalah metode dengan fleksibilitas
pilihan dan waktu penyelesaian program. Peserta didik dapat
belajar sambil bekerja, atau mengambil program pendidikan
yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan melalui
pembelajaran tatap muka dan jarak jauh.
4. Metode pembelajaran jarak jauh adalah metode yang peserta
didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi
komunikasi, informasi, dan media lain.
5. Sekolah induk adalah sekolah menengah yang telah ditetapkan
oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk menyelenggarakan
sekolah terbuka pada jenjang pendidikan menengah.
6. Tempat Kegiatan Belajar yang selanjutnya disebut TKB adalah
bagian dari satuan pendidikan berupa tempat atau ruang yang
refresentatif untuk mendukung pleaksanaan kegiatan
pembelajaran.
7. Guru Bina adalah guru mata pelajaran pada sekolah induk
yang diberi tugas untuk mengajar di SMA Terbuka sesuai mata
pelajaran yang ditentukan.
8. Guru Pamong/Tutor adalah pembimbing belajar mandiri siswa
yaitu anggota masyarakat yang peduli akan pendidikan minimal
D3, dan berada pada lingkungan sekitar Tempat Kegiatan
Belajar.

C. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya program SMA Terbuka diantaranya:
1. Mempercepat pencapian APK-APM pendidikan menengah di
Provinsi Jawa Barat;
2. Meningkatkan akses layanan pendidikan sekolah menengah
melalui SMA Terbuka;
3. Meningkatkan mutu layanan pendidikan, melalui pengembangan
keterampilan/keahlian, yang dapat menunjang langsung
kehidupan peserta didik setelah selesai mengikuti pendidikan;
4. Meningkatkan mutu SMA Terbuka melalui peningkatan
kompetensi dan kesejahteraan tenaga kependidikan dan proses
belajar mengajar serta kelengkapan berbagai komponen
pendidikan;
5. Adanya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan SMA Terbuka;
6. Terserapnya anak-anak usia 16–21 tahun tamatan SMP/MTs/
Sederajat, yang karena berbagai kendala sosial budaya, ekonomi,
geografis, Rawan Melanjutkan Pendidikan (RMP) dan keterbatasan
waktu (atlit, pekerja, dll.), untuk melanjutkan pendidikannya
melaui SMA Terbuka, karena mereka tidak dapat mengikuti
pendidikan di SMA/SMK/MA/ Sederajat;
7. Tertatanya penyelenggaraan proses pembelajaran peserta didik
baik secara Dominan on Line (DOMON), Balance On Line dan
Tatap Muka (BONTAMU) dan Dominan Tatap Muka (DOMTAMU) di
Sekolah Induk dan TKB dengan efektif dan efisien.

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK


A. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
1. Sekretariat Dinas Pendidikan
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, dan
mengendalikan pelaksanaan tugas urusan
pembiayaan program SMA Terbuka;
b. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas urusan sinkronisasi perencanaan dan
perumusan program SMA Terbuka;
c. Mengkoordinasikan pelaporan akuntabilitas kinerja
program SMAT Terbuka;
d. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas.

2. Bidang Pendidikan Khusus Pendidikan Layanan Khusus


(PKPLK)
Bidang PKPLK sebagai leading sector dalam pengembangan
sekolah terbuka pada jenjang pendidikan menengah,
memiliki peran dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
Program SMA Terbuka;
b. Penyusunan dan merekomendasikan program, kebijakan,
norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam pembinaan
sekolah terbuka pada jenjang pendidikan menengah;
c. Bekoordinasi dengan Bidang PMU dan Bidang PMK melalui
Koordinator SMA Terbuka/PJJ pada SMK dalam rangka
pengembangan kurikulum dan bahan ajar, pengembangan
sarana pendukung di sekolah induk
d. Berkoordinasi dengan Bidang GTK Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat dalam rangka optimalisasi GTK pada
pelaksanaan Program sekolah terbuka pada jenjang
pendidikan menengah;
e. Berkoordinasi dengan Balai Pelayanan dan Pengawasan
Pendidikan Wilayah I s.d VII Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat;
f. Berkoordinasi dengan Direktorat PKLK dalam rangka
pengembangan program dan dukungan pembiayaan
program sekolah terbuka pada jenjang pe didika menengah
g. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota
dalam rangka sosialisasi program SMA terbuka,
penyediaan data calon peserta didik, penyediaan pendidik,
tenaga kependidikan tempat kegiatan belajar (TKB),
penyediaan sarana prasarana pendukung;
h. sosialisasi dan desiminasi program yang melibatkan
semua stakeholders dari tingkat provinsi sampai tingkat
kabupaten/kota;
i. memantau data center SMA Terbuka;
j. penyediaan buku pedoman pelaksanaan SMA Terbuka di
sekolah induk dan TKB
k. Memantau pusat sumber belajar dalam jaringan (on
line);
l. penyediaan dana operasional/pengelolaan SMA Terbuka;
m. penyediaan sarana prasarana penunjang SMA Terbuka;
n. melakukan monitoring dan evaluasi.

3. Bidang Pendidikan Menengah Umum Merencanakan,


mengatur, membina, mengelola, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas urusan perencanaan dan
pengembangan kurikulum, bahan ajar, sistem penilaian
program SMAT;
a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan SMA
Terbuka di Sekolah Induk;
b. Berkoordinasi dengan SIAMOLEC dalam rangka
pengembangan isi bahan ajar berbasis teknologi informasi
(IT content) dan pemanfaatan IT bagi guru dan peserta
didik;
c. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas urusan Bantuan Operasional Sekolah (B0S); DI
SEKOLAH INDUK untuk SMA TERBUKA;
d. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas urusan BPMU DI SEKOLAH INDUK untuk SMA
TERBUKA;
e. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas urusan Sarana Prasarana SMAT
f. Memberikan dukungan kebijakan dalam pengembangan
kompetensi peserta didik SMA Terbuka
g. Koordinasi dan sosialisasi /desiminasi program SMAT
yang melibatkan semua stakeholders dari tingkat
Sekolah sampai provinsi.

4. Koordinator SMA Terbuka membantu Bidang Pendidikan


Menengah Umum dalam teknis perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring/evaluasi SMA Terbuka

5. Bidang PTK BPD


a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pengadaan
Guru Bina di sekolah induk dan Guru Pamong di
TKB dalam program SMAT;
b. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pengadaan
Guru dan Guru Pamong di TKB dalam program
SMAT;
c. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan
kesejahteraan guru bina, guru pamong dan relawan
program SMAT;
d. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan
pengembangan karir guru bina.

6. Balai Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi PTK


a. Merencanakan, mengatur, dan membina penyiapan
kompetensi guru bina sekolah induk;
b. Merencanakan, mengatur, dan membina penyiapan
kompetensi guru pamong TKB.

7. Balai Pelatihan Dan Pengembangan Bahasa dan


Kesenian Daerah
a. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas urusan perencanaan dan pengembangan
kurikulum, muatan lokal bahasa daearah program
SMAT;
b. Merencanakan, mengatur, dan membina penyiapan
kompetensi guru bina dan guru pamong di TKB dalam
pengembangan kurikulum, muatan lokal bahasa
daearah program SMAT.

8. Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan (BP3)


Wilayah I s.d. VII
a. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan
mengendalikan pemetaan sekolah penyelenggaran
SMAT;
b. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan target
jumlah siswa SMAT terbuka di wilayahnya;
c. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan
pengusulan untuk penetapan SMA Induk
penyelenggaran SMAT;
d. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan
sosialisasi penyelenggaran SMAT;
e. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan
pengusulan untuk penetapan dalam pembiayaan
BOS dan PMU penyelenggaran SMAT;
f. Pelayanan administrasi untuk menunjang
penyelesaian administrasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) yang berada di UPTD Satuan
Pendidikan Daerah (SMATerbuka);
g. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan
mengendalikan mutu penyelenggaran SMAT;
h. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan
menetapkan penugasan pengawas Sekolah sebagai
penjaminan mutu penyelenggaran SMAT;
i. Pengawasan terhadap mutu penyelenggaraan
pendidikan yang dilaksanakan pada UPTD Satuan
Pendidikan Daerah (SMA Terbuka);
j. Fasilitasi penyusunan RKA/DPA terhadap UPTD
Satuan Pendidikan Daerah (SMA Terbuka);
k. Fasilitasi pelaksanaan penyelenggaraan SMAT, dan

9. Sekolah Induk
a. menyusun dan menetapkan organisasi pengelola SMA
Terbuka;
b. melaksanakan rekuitmen peserta didik, guru SMA
Terbuka, guru bimbingan dan konseling, tenaga
kependidikan TKB;
c. melaksanakan sosialisasi program SMA Terbuka kepada
komponen internal masyarakat; pada jenjang sekolah dan
membuat peta wilayah jangkauan dan kantong-kantong
sasaran program SMA Terbuka;
d. menetapkan TKB di wilayah sasaran;
e. membina TKB Mandiri, yaitu TKB yang didirikan dan
dikelola masyarakat secara mandiri;
f. melaksanakan seleksi dan registrasi peserta didik SMA
Terbuka;
g. menentukan model layanan pembelajaran mandiri sesuai
kondisi sarana prasarana yang ada dan dukungan
fasilitas jaringa online, yaitu: 1) Dominan online (Domon),
2) Balance online dan Tatap Muka (Bontamu), atau 3)
Dominan tatap muka (Domtamu);
h. melaksanakan proses pembelajaran sesuai model layanan
pembelajaran yang ditetapkan;
i. melaksanakan penilaian hasil belajar;
j. mengelola dan melaporkan hasil belajar, rapor dan
lainnya;
k. mengelola dokumen induk peserta didik;
l. menerbitkan ijazah dan atau sertifikat kompetensi sesuai
format sebagaimana terlampir, bagi peserta didik SMA
Terbuka yang telah dinyatakan lulus ujian
nasional/ujian sekolah;
m. berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan perguruan
tinggi relevan;
n. mengelola sistem dan struktur jaringan SMA Terbuka
o. mengelola keuangan bantuan penyelenggaraan SMA
Terbuka;
p. menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran.

10. Pengawas Sekolah


a. Membina dalam perencanaan dan pengelolaan urusan
perencanaan dan pengembangan kurikulum, bahan ajar,
dan sistem penilaian program SMAT;
b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
SMA Terbuka;
c. Melaksanakan supervisi dalam rangka pembimbingan dan
pembinaan penyelenggaraan SMA Terbuka, baik di sekolah
induk maupun di TKB;
d. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan guru
bina dan guru pamong;
e. Merencanakan, mengatur, membina, mengelola,
mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas urusan BPMU;
f. Merencanakan, mengatur, mengelola, mengkoordinasikan
kegiatan sosialisasi program SMAT;
g. Melaksanakan penjaminan mutu penyelenggaraan SMA
Terbuka.

11. Komite Sekolah


Komite sekolah pada sekolah induk berperan:
a. membantu mensosialisasikan SMA Terbuka;
b. membantu dalam pengembangan jejaring kerja
untuk membantu pengembangan sarana
prasarana dan pembiayaan penyelenggaraan
sekolah terbuka pada jenjang pendidikan menengah.

III. PELAKSANAAN PROGRAM SMA TERBUKA


A. Pengembangan Sekolah Induk
1. Penetapan Sekolah Induk
Penetapan Sekolah Induk dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Bidang PK-PLK
dengan pertimbangan:
a. SMA/SMK/MA/Sederajat yang berada di wilayah provinsi
Jawa Barat dengan Angka Partisipasi Kasar (APK)
pendidikan jenjang menengah yang masih rendah;
b. Hasil tim verifikasi calon sekolah induk yang ditunjuk
oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Bidang
PKPLK.
c. kelengkapan sarana dan prasarana sekolah terutama
kelengkapan sarana TIK;
d. kuantitas dan kualitas PTK;
e. adanya penduduk usia sekolah menengah (16-
21tahun/lulusan SMP/MTs/ sederajat) yang belum
terlayani di SMA/SMK/MA reguler;
f. komitmen warga sekolah terhadap program SMA Terbuka;
g. komitmen dan dukungan APBD pemerintah daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) terhadap pengembangan
SMA Terbuka;
h. dukungan dan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan SMA Terbuka.
2. Perizinan Penyelenggaraan SMA Terbuka
SMA/SMK yang sudah ditunjuk menjadi sekolah induk
harus mengusulkan proposal untuk memperoleh izin
operasional penyelenggaraan SMA Terbuka kepada dinas
pendidikan sesuai dengan kewenangannya dengan
melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. susunan organisasi pengelola SMA Terbuka;
b. daftar pendidik dan tenaga kependidikan (PTK);
c. data calon peserta didik sasaran dan peta lokasi sasaran;
d. rencana jumlah dan lokasi TKB;
e. rencana aksi pengembangan SMA Terbuka.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah Induk
a. Sarana Sekolah Induk
SMA Terbuka yang ditetapkan sebagai sekolah induk
memiliki sarana sebagai berikut:
1) sarana teknologi dan informasi komputer (TIK) yang
meliputi perangkat komputer, LCD projector, dan
jaringan internet;
2) sumber belajar atau bahan pembelajaran cetak (modul)
dan noncetak (e-book);
3) alat dan bahan praktikum IPA;
4) alat dan bahan praktek keterampilan;
5) aIat peraga/ media pembelajaran;
6) daya listrik dan air yang memadai.
b. Prasarana Sekolah Induk
Prasarana sekolah induk meliputi:
1) ruang belajar dengan jumlah memadai dan bisa
dimanfaatkan oleh peserta didik SMA Terbuka pada
saat tatap muka di sekolah induk tanpa
menggangu kegiatan pembelajaran peserta didik
regular;
2) laboratorium kimia, Iisika, biologi, dan bahasa yang bisa
dimanfaatkan peserta didik SMA Terbuka bersama-
sama dengan peserta didik regular;
3) ruang kepala sekolah;
4) ruang wakil kepala sekolah khusus penanggung jawab
SMA Terbuka;
5) ruang guru dengan kapasitas memadai sesuai jumlah
pendidik yang ada;
6) tersedia ruang adrninistrasi/ ruang khusus pengelola
SMA Terbuka;
7) gudang penyimpanan arsip dan peralatan sekolah;
8) lapangan olah raga dan atau lapangan upacara.

B. Tempat Kegiatan Belajar (TKB)


1. Persyaratan Tempat Kegiatan Belajar (TKB)
Sekolah induk menunjuk TKB, kemudian kepala sekolah
induk membuat perjanjian kerjasama dengan pengelola
TKB, adapun persyaratan TKB sebagai berikut:
a. tersedia tempat atau ruang yang representatif
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap
muka di lokasi sasaran;
b. tersedia fasilitas daya listrik;
c. tersedia jaringan internet untuk layanan pembelajaran
online;
d. tersedia tenaga yang memenuhi syarat
(kualifikasi pendidikan dan keahlian) untuk ditunjuk
menjadi tenaga kependidikan TKB.
2. Sarana dan Prasarana TKB
Tempat kegiatan belajar (TKB) memiliki sarana dan
prasarana sebagai berikut:
a Sarana TKB:
1) bahan ajar cetak (modul) dan noncetak (e-book);
2) perangkat komputer dengan jumlah dan spesifikasi
memadai;
3) jaringan internet untuk layanan e-pembelajaran;
4) daya listrik dan air;
5) sarana pendukung kegiatan pembelajaran (meja+kursi
peserta didik dan tenaga kependidikan TKB,papan tulis,
lemari/rak buku).
b Prasarana TKB:
1) ruang belajar;
2) ruang administrasi;
C. Rekrutmen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
1. Rekrutmen Pendidik
a. Persyaratan Pendidik
1) kualifikasi guru SMA Terbuka diutamakan
pendidikan minimal D4/ S 1 ;
2) kompeten pada bidang sesuai kebutuhan;
3) sehat jasmani rohani;
4) menguasai TIK;
5) memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas
sebagai pendidik SMA Terbuka
b. Penguatan Kompetensi Pendidik
Mengikuti penguatan kompetensi melalui program
bimbingan teknis tentang:
1) pemanfaatan TIK;
2) model pembelajaran jarak jauh, mandiri, dan tatap
muka;
3) pengembangan bahan ajar mandiri;
4) manajemen pembelajaran untuk peserta didik
SMA Terbuka.
2. Komponen Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan terdiri atas: kepala sekolah, wakasek
khusus pengelola SMA Terbuka, guru bina, tutor, tenaga
administrasi, pengelola TKB
a. Persyaratan Tenaga Kependidikan Sekolah Induk .
1) kepala sekolah di sekolah induk melekat sebagai
kepala SMA Terbuka;
2) wakil kepala sekolah induk ditunjuk sebagai pengelola SMA
Terbuka;
3) pustakawan: kualifikasi pendidikan minimal sekolah
menengah sederajat, memiliki kompetensi bidang
kepustakaan, dapat memanfaatkan pustakawan sekolah
induk;
4) tenaga adrninistrasi, laboran, dan teknisi: Kualifikasi
pendidikan minimal sekolah menengah sederajat, memiliki
keahlian yang relevan;
5) memiliki komitmen tinggi dalam menjalankan tugas
sebagai tenaga kependidikan pada SMA Terbuka.
b. Persyaratan Tenaga Kependidikan TKB
1) kualifikasi tenaga kependidikan TKBminimal sekolah
menengah;
2) dapat mengoperasikan komputer;
3) memiliki surat keterangan sebagai tenaga
kependidikan SMA Terbuka yang dikeluarkan oleh
sekolah induk.
c. Penguatan Kompetensi Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan harus mengikuti penguatan
kornpetensi sesuai bidang tugasnya, yaitu:
1) kepala sekolah dan wakil kepala sekolah: bimtek
tentang pengelolaan SMA Terbuka (manajerial dan
akademik);
2) Tenaga administrasi berkaitan dengan penguatan
kompetensi yang relevan.
3. Penghargaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
Pendidik dan tenaga kependidikan pada SMA Terbuka
mendapatkan tunjangan dan atau penghargaan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

D. Kurikulum dan Bahan Ajar


1. kurikulum SMA Terbuka menggunakan kurikulum
sekolah induk yang berlaku;
2. bahan ajar untuk mata pelajaran pokok
menggunakan bahan ajar sekolah menengah yang telah
ditambahkan suplemen menjadi bahan ajar mandiri;
3. semua bahan ajar disiapkan dalam bentuk bahan
cetak [buku/modul) dan bahan noncetak (e-book);
4. sekolah induk harus sudah mendapat semua bahan
ajar baik cetak maupun noncetak (e-book) minimal untuk
1 (satu) semester.

E. Koordinasl Penyelenggaraan SMA Terbuka


Agar penyelenggaraan SMA Terbuka dapat berjalan dengan baik,
diperlukan dukungan berbagai pihak terkait dengan
kewenangan masing-masing. Koordinasi penyelenggaraan SMA
Terbuka antara berbagai pihak terkait di pusat dan daerah
adalah sebagai berikut:

BP3/CABANG
DISDIK JABAR
F. Pengelola SMA Terbuka
Pengelola SMA Terbuka melibatkan pendidik dan
tenaga kependidikan yang direkrut dari sekolah induk dan
TKB.
1. Pendidik adalah guru SMA terbuka yang direkrut terutama
dari sekolah induk.
2. Tenaga kependidikan, terdiri atas:
a. kepala sekolah, yaitu kepala sekolah induk;
b. wakil kepala/guru sekolah yang ditunjuk khusus
sebagai pengelola SMA Terbuka;
c. tenaga administrasi atau tata usaha (TU);
d. tenaga kependidikan TKB yang direkrut dari masyarakat di
sekitar TKB

Struktur pengelola SMA Terbuka adalah sebagai berikut:

IV. PENYELENGGARAAN PROGRAM SMA TERBUKA


A. Penerimaan Peserta Didik
1. Kegiatan Sosialisasi
a. kegitan sosialisasi Penerimaan PPDB pada SMA
Terbuka melibatkan tokoh agama (Toga), tokoh
masyarakat (Tomas),dan aparat kecamatarr/desa;
b. Dilaksanakan menjelang tahun pelajaran baru. Kegiatan
utama yang perlu dilakukan yaitu memberikan penyuluhan
dan publikasi tentang PPDB SMA Terbuka, Kegiatan ini
bertujuan untuk:
1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang PPDB
di SMA Terbuka
2) Memberikan motivasi kepada tamatan SMP/MTs atau
sederajat yang tidak melanjutkan pendidikan ke
SMA/SMK/MA;
3) Memberikan motivasi kepada peserta didik
SMA/SMK/MA yang putus sekolah;
4) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
keberadaan PPDB SMA Terbuka.
c. Sosialisasi program SMA Terbuka dilaksanakan dengan
memanfaatkan berbagai media, baik media cetak
maupun elektronik.
1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
program SMA Terbuka;
2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga
keberadaan SMA Terbuka dapat dirasakan sebagai
pelayanan khusus dan keharusan, bukan sebagai
penghambat;
3) pengenalan sistem pembelajaran mandiri
(bimbingan belajar online dan tatap muka);
4) sistem penilaian hasil belajar dan ijazah dan/
atau sertifikat kompetensi;

2. Langkah-langkah:
a. Penyusunan tim;
b. Penyusunan bahan sosialisasi;
c. Penyusunan jadwal sosialisasi;
d. Pelaksanaan sosialisasi;
e. Pelaksanaan koordinasi.

3. Pendaftaran, Seleksi, Registrasi dan Kegiatan Orentasi


a. Mekanisme pendaftaran
Setiap pendaftar/calon peserta didik baru mengikuti
prosedur PPDB sebagai berikut:
1) Daftar secara on line atau offline
2) Memenuhi kriteria usia 16 – 21 tahun/lulusan
SMP/MTs sederajat;
3) Setiap peserta mengisi formulir pendaftaran PPDB;
4) Mengikuti seleksi adminstrasi;
5) Sekolah penyelenggara wajib menerima semua calon
peserta didik SMA Terbuka tanpa seleksi jika kuota
mencukupi;
6) Setiap calon peserta didik berhak menerima hasil
seleksi;
7) Bagi calon peserta didik yang tidak dapat diterima
karena alasan tertentu, berhak disalurkan oleh Sekolah
Induk ke sekolah lain yang memiliki program sejenis,
serta wajib diberi penjelasan secara tertulis;
8) Peserta didik yang sudah diterima wajib mengikuti
assesmen yang dilakukan oleh satuan pendidikan.
b. Proses seleksi peserta didik (administrasi)
c. Pengumuman hasil penerimaan peserta didik baru
(PPDB)
d. Registrasi: semua peserta didik yang diterima
di SMA Terbuka menjadi bagian dari peserta
didik sekolah induk (mendapat Nomor Induk Siswa
Nasional/NISN).
e. Kegiatan Orentasi
f. Setelah di terima di SMA Terbuaka maka diadakan
kegiatan orentasi siswa SMA Terbuka baru,
kegiatannya berupa;
1) pengenalan tentang penyelengaraan SMA Terbuka;
2) pengenalan sistem pembelajaran mandiri
(bimbingan belajar online dan tatap muka);
3) sistem penilaian hasil belajar dan ijazah dan/
atau sertifikat kompetensi;
4) pelatihan penggunaan TIK.

B. Kegiatan Awal Tahun Pelajaran Baru


Menjelang dimulainya tahun pelajaran baru ada beberapa
kegiatan persiapan yang perlu dilakukan diantaranya yaitu
pertemuan koordinasi pengelola SMA Terbuka, penyuluhan dan
publikasi, persiapan bahan belajar, dan persiapan sarana dan
prasarana.
1. Pertemuan Rapat Koordinasi Pengelola SMA Terbuka
a. Pertemuan rapat koordinasi ini dapat diselenggarakan
menjelang tahun pelajaran baru.
b. Peserta rapat koordinasi ini terdiri atas unsur-unsur:
1) Unsur dinas pendidikan provinsi, yaitu Tim Teknis
Provinsi (TTP);
2) Unsur Dinas Pendidikan Kabupaten/kota;
3) SMA/SMK, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
Guru Pembina/Guru Bina, guru pamong, dan komite
sekolah;
4) Unit kerja lain yang terkait seperti dari Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota setempat, kecamatan atau
kelurahan.
c. Agenda rapat koordinasi antara lain :
1) Mengevaluasi kegiatan tahun pelajaran sebelumnya.
2) Menyusun program kerja tahunan yang akan berjalan.
3) Mengidentifikasi masalah dan cara pemecahan.
4) Menentukan langkah yang perlu dilakukan menjelang
tahun pelajaran baru.
5) Merencanakan dana pendukung.
2. Penyuluhan dan Publikasi.
Dilaksanakan menjelang tahun pelajaran baru. Kegiatan
utama yang perlu dilakukan yaitu memberikan penyuluhan
dan publikasi tentang SMA Terbuka.
a. Kegiatan ini bertujuan untuk:
1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang SMA
Terbuka;
2) Memberikan motivasi kepada tamatan SMP/MTs atau
sederajat yang tidak melanjutkan pendidikan ke
SMA/SMK/MA atau sederajat;
3) Memberikan motivasi kepada peserta didik
SMA/SMK/MA yang putus sekolah;
4) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga
keberadaan SMA Terbuka dapat dirasakan sebagai
pelayanan khusus dan keharusan, bukan sebagai
penghambat.
b. Sasaran
1) Tamatan SMP/MTs atau sederajat yang belum
melanjutkan/mendapatkan kesempatan belajar ke
jenjang SMA/SMK/MA atau sederajat;
2) Anak putus sekolah (drop out) SMA/SMK/MA atau
sederajat;
3) Kepala SMP/MTS atau SMA/SMK/MA;
4) Orang tua siswa;
5) Masyarakat umum; dan
6) Kepala Desa /lurah / tokoh masyarakat.
Mengingat sasaran yang bervariasi ini, maka perlu ada
pembagian tugas yang jelas antara Guru Pembina/Guru
Bina yang satu dengan yang lain dikaitkan dengan
wilayah sasaran penyuluhan dan publikasi. Petugas
penyuluhan sebaiknya dibekali dengan leaflet atau brosur
dan sekaligus formulir pendaftaran.
c. Materi
Materi penyuluhan dan publikasi antara lain :
1) Informasi tentang SMA Terbuka;
2) Tata cara pendaftaran calon siswa SMA Terbuka, dan
penjadwalannya
d. Teknik pelaksanaan.
Penyuluhan dan publikasi dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara langsung atau secara tidak langsung:
1) Secara langsung, yaitu melalui pertemuan-pertemuan
/ rapat.
2) Secara tidak langsung, yaitu melalui media cetak
seperti leaflet, booklet, edaran atau media lainnya.

e. Petugas
Pelaksana kegiatan ini adalah petugas yang ditunjuk dari:
1) Dinas Pendidikan Provinsi.
2) Dinas Pendidikan Kabupaten / kota.
3) Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah, Guru
Pembina/Guru Bina, dan Guru Pamong.
4) Aparat Pemerintah setempat.
f. Sasaran
Sasaran penyuluhan dan publikasi yaitu :
1) Calon tamatan SMP/MTs
2) Tamatan SMP/MTs
3) Para santri pesantren salafiyah
4) Anak putus sekolah SMA/SMK/MA
5) Orang tua siswa SMP / MTs
6) Tokoh masyarakat
7) Kepala SMP / MI dan Guru SMP / MI
8) Pimpinan pondek pesantren salafiyah.
g. Indikator keberhasilan.
1) Kegiatan penyuluhan dan publikasi dianggap berhasil
bila jumlah calon siswa yang mengikuti pendidikan di
SMA Terbuka meningkat.
2) Siswa yang tertampung di SMA Terbuka benar-benar
berasal dari mereka yang kondisi sosial ekonominya
lemah dan kondisi geografis sulit.

3. Persiapan Bahan Belajar, Sarana, dan Prasarana


Sebelum tahun pelajaran baru, pengelola SMA Terbuka harus
menyiapkan bahan belajar, berupa: buku teks pelajaran,
modul, media audio, video, televisi, komputer, infocus,
format-format administrasi sekolah, sarana dan prasarana
belajar. akan lebih baik lagi bila dapat disiapkan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai alat bantu
belajar.
a. Bahan Belajar
1) Bahan belajar untuk peserta didik SMA Terbuka
dapat menggunakan buku matapelajaran SMA/SMK
berbasis Kurikulum 2013 yang digunakan pada
sekolah umum sebagai sumber belajar.
2) Materi pelajaran yang dapat diperoleh melalui sistem
online.
b. Prasarana Belajar
Penyediaan prasarana belajar yang diperlukan antara lain
meliputi:
1) Di Sekolah Induk berupa
a) Ruang belajar / kelas untuk kegiatan tatap muka
b) Ruang Praktek
c) Ruang Perpustakaan
d) Ruang Bimbingan dan Konseling
e) Ruang Sanggar
f) Ruang Data
2) Di TKB berupa ruang belajar
Tempat kegiatan belajar itu sangat fleksibel, apa saja
yang tersedia di masyarakat dapat digunakan sebagai
sarana untuk belajar peserta didik SMA Terbuka
seperti; mushala, pesantren, pos yandu, balai desa,
madrasah, dll.
4. Penyusunan Jadwal Kegiatan Tatap Muka di Sekolah Induk
Berdasarkan Kurikulum 2013, minggu efektif belajar siswa
SMA Terbuka tahun pelajaran 2016/2017 setiap semester
perkelas, adalah sebagai berikut :
SEMESTER I

Banyak Minggu Mingg


No Nama Bulan Minggu Tdk Efektif
Efektif
1 Juli
2 Agustus
3 September
4 Oktober
5 Nopember
6 Desember
Jumlah
Banyaknya Minggu = Minggu
Libur Semester = Minggu
Libur Jeda Semester = Minggu
Pengenalan Lingkungan Sekolah = Minggu
Penilaian Tengah Semester = Minggu
Penilaian Akhir Semester (PAS) = Minggu
Minggu Candangan/Remidial = MInggu
Jumlah = Minggu-
Minggu Efektif Pembelajaran = Minggu
SEMESTER II

Banyak Minggu Tdk Mingg


No Nama Bulan Minggu Efektif Efektif
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
Jumlah
Banyaknya Minggu = Minggu
Libur Semester = Minggu
Libur Jeda Semester = Minggu
Penilaian Tengah Semester = Minggu
Penilaian Akhir Semester (PAS) = Minggu
Jumlah = Minggu-
Minggu Efektif Pembelajaran = Minggu

C. Pendekatan dan Proses Pembelajaran


1. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa SMA
Terbuka yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber
belajar secara online (menggunakan jaringan internet).
2. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa SMA
Terbuka yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber
belajar secara online (menggunakan jaringan internet),
ditambah dengan tutorial tatap muka di sekolah induk.
3. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa SMA
Terbuka yang sepenuhnya dilaksanakan secara tatap muka di
sekolah induk.
4. Pemberian layanan bimbingan belajar (tutorial) bagi siswa SMA
Terbuka yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber
belajar berupa modul, ditambah dengan tutorial tatap muka di
sekolah induk.

D. Kurikulum SMA Terbuka


Kurikulum SMA Terbuka menggunakan kurikulum yang berlaku
yaitu kurikulum 2013, sesuai Permendikbud nomor 21 tahun 2016.
Jika sekolah induk masih menggunakan kurikulum 2006 maka
SMA Terbuka menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan
oleh sekolah Induk, dan memperhatikan dengan kondisi siswa di
TKB.
1. Struktur Kurikulum SMA Terbuka
Struktur Kurikulum SMA Terbuka terdiri atas mata pelajaran
umum kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata
pelajaran peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran
peminatan akademik kelompok C dikelompokkan atas mata
pelajaran Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
mata pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan mata
pelajaran Peminatan Bahasa dan Budaya. Khusus untuk MA,
dapat ditambah dengan mata pelajaran keagamaan yang diatur
oleh Kementerian Agama.
a. Struktur Kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut.

Tabel 1: Struktur Kurikulum SMA/MA


ALOKASI WAKTU PER
MINGGU
MATA PELAJARAN
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3


2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
KELOMPOK B (UMUM)

7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan 3 3 3

9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2


Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B per
minggu 24 24 24

KELOMPOK C (PEMINATAN)

Mata pelajaran peminatan akademik 12 atau 12


9 atau
16 atau
12
16
Mata pelajaran pilihan lintas minat dan/atau 6 atau 4 atau 4 atau
pendalaman minat 9 8 8
ALOKASI WAKTU PER
MINGGU
MATA PELAJARAN
X XI XII
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, dan C
per minggu 42 44 44

Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok
mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan
oleh pusat.
b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata
pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh
pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
c. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran
muatan lokal yang berdiri sendiri.
d. Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
e. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45
menit.
f. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri,
maksimal 80% dari waktu kegiatan tatap muka mata
pelajaran yang bersangkutan.
g. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per
minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik
dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budya, dan faktor
lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan
Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.
h. Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib
menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang
disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang
disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat
diganti setiap semesternya.
1) Mata Pelajaran Umum
Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program
kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan
kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program
kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi
keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam
bidang sosial, budaya, dan seni.
2) Mata Pelajaran Peminatan Akademik
Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C
merupakan program kurikuler yang bertujuan
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik
sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan
akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.

Tabel 2: Mata Pelajaran Peminatan Akademik


KELAS
MATA PELAJARAN
X XI XII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial

1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
III. Peminatan Bahasa dan Budaya

1 Bahasa dan Sastra 3 4 4


Indonesia
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
Bahasa dan Sastra Asing
Lain
3 (Arab, Mandarin, Jepang, 3 4 4
Korea,
Jerman, Perancis)
4 Antropologi 3 4 4
Mata pelajaran Pilihan

Pilihan lintas minat dan/atau 6 atau 9 4 atau 4 atau 8


pendalaman minat 8

3) Pemilihan Peminatan dan Pemilihan Mata Pelajaran


Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat. Kurikulum
SMA/MA dirancang untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka.
Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik
melakukan pilihan dalam bentuk pilihan peminatan dan
pilihan mata pelajaran lintas minat dan/atau
pendalaman minat.
Pemilihan peminatan dilakukan peserta didik saat
mendaftar pada SMA Terbuka berdasarkan nilai rapor
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) atau yang sederajat, nilai ujian nasional
SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan
dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat,
dan hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar
di SMA/MA, atau tes bakat dan minat oleh psikolog.
Peserta didik masih mungkin pindah peminatan paling
lambat pada awal semester kedua di kelas X sepanjang daya
tampung peminatan baru masih tersedia, berdasarkan hasil
pembelajaran berjalan pada semester pertama dan
rekomendasi guru bimbingan dan konseling, Peserta didik
yang pindah peminatan wajib mengikuti dan tuntas
matrikulasi mata pelajaran yang belum dipelajari sebelum
pembelajaran pada peminatan baru dimulai.
Peserta didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4
mata pelajaran yang terdapat pada satu peminatan, 1 mata
pelajaran yang tidak diambil beban belajarnya dialihkan ke
mata pelajaran lintas minat. Selain mengikuti mata
pelajaran di peminatan yang dipilihnya, setiap peserta didik
harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas minat
dan/atau pendalaman minat. Bila peserta didik mengambil
3 mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka
peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran
lintas minat sebanyak 9 jam pelajaran (3 mata pelajaran) di
Kelas X atau sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata pelajaran) di
Kelas XI dan XII. Sedangkan bila peserta didik mengambil 4
mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka
peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran
lintas minat sebanyak 6 jam pelajaran (2 mata pelajaran) di
Kelas X atau sebanyak 4 jam pelajaran (1 mata pelajaran) di
Kelas XI dan XII.
Peserta didik yang mengambil Peminatan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam atau Peminatan Ilmu Pengetahuan
Sosial, lintas minatnya harus diluar peminatan yang
dipilihnya. Sedangkan peserta didik yang mengambil
Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat mengambil mata
pelajaran lintas minat: (1) di luar; (2) di dalam; atau (3)
sebagian di dalam dan sebagian di luar, peminatan yang
dipilihnya. Mata pelajaran lintas minat yang dipilih
sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII.
Sebagai contoh, peserta didik kelas X yang memilih
Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat mengambil 3 mata
pelajaran yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan
Sastra Inggris, dan Antropologi. Lintas minatnya dapat
mengambil mata pelajaran: (1) Biologi, Fisika, dan Kimia; (2)
Geografi, Sejarah, dan Ekonomi; (3) Matematika, Sosiologi,
dan Bahasa Jerman; atau (4) Bahasa Mandarin, Bahasa
Arab, dan Bahasa Jepang. Alternatif (1), (2), dan (3)
merupakan contoh lintas minat di luar peminatan yang
dipilihnya, sedangkan alternatif (4) merupakan contoh
lintas minat di dalam peminatan yang dipilihnya. Peserta
didik dapat menentukan pilihannya masing-masing, sesuai
dengan sumber daya (ketersediaan guru dan fasilitas
belajar) yang dimiliki Sekolah Induk.
Sekolah Induk yang tidak memiliki Peminatan Bahasa dan
Budaya, dapat menyediakan pilihan mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris,
Antropologi atau salah satu mata pelajaran dalam kelompok
Bahasa Asing Lain sebagai pilihan mata pelajaran lintas
minat yang dapat diambil peserta didik dari Peminatan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Kelompok
Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, sesuai dengan sumber
daya (ketersediaan guru dan fasilitas belajar) yang
dimilikinya, dengan kata lain siswa yang mengikuti SMA
Terbuka untuk program peminatan dapat melaksanakan
program yang dilaksanakan oleh sekolah induk.
Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk
menguasai satu mata pelajaran tertentu misalnya bahasa
asing tertentu, dianjurkan untuk memilih mata pelajaran
yang sama sejak kelas X sampai kelas XII.
Dianjurkan setiap SMA Terbuka memiliki ketiga peminatan.
Peserta didik di SMA Terbuka kelas XII dapat mengambil
mata kuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui
sebagai kredit dalam kurikulum perguruan tinggi yang
bersangkutan. Pilihan ini tersedia bagi peserta didik SMA
Terbuka yang memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi
terkait.
Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam
peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan
melalui kerjasama dengan perguruan tinggi di kelas XII.
E. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
hasil belajar mengacu kepada penilaian yang diselenggarakan sekolah
induk.
1. Konsep Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
hasil belajar meliputi penilaian capaian pembelajaran sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. penilaian hasil belajar peserta
didik dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah.
2. Tujuan Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau
dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata
pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu.
3. Prinsip Penilaian
Prinsip penilaian hasil belajar:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan
latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan
menilai perkembangan kemampuan peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan,
baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
4. Mekanisme Penilaian (sesuai dengan Induk)
a. Penilaian hasil belajar siswa dengan model layanan SMA
Terbuka mengikuti pelaksanaan penilaian hasil belajar yang
dilaksanakan oleh sekolah induk.
b. Penilaian akhir semester disusun oleh Guru bina. penilaian
akhir semester biasanya dilaksanakan secara serentak atau
bersamaan waktunya dengan SMA reguler.. Soal untuk masing-
masing mata pelajaran non UN disusun oleh Guru bina sesuai
mata pelajaran yang bersangkutan dengan aturan seperti soal
mata pelajaran yang di Ujian Nasionalkan.
c. Untuk siswa kelas 12 bisa diikutsertakan pada latihan ulangan
dalam jaringan (UDJ ) sebagai persiapan menghadapi Ujian
Nasional yang disiapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi.
d. Tugas Guru bina dan tutor memeriksa hasil Penilaian Akhir
Semester yang telah dikerjakan oleh siswa dengan
memadukannya dengan penilaian akhir modul dan Penilaian
akhir untuk diolah menjadi nilai raport. Penilaian ini
dilaksanakan sekali pada akhir Semester.
e. Penilaian Akhir Semester/Penilaian Akhir Tahun (PAS/PAT)
atau Ujian Nasional (UN) dilaksanakan di Sekolah Induk.
f. Dengan memperhatikan kondisi siswa dan TKB penilaian
dilaksanakan oleh Guru Guru Bina dan tutor secara fleksibel,
dengan memperhatikan lima hal berikut:
1) Waktu yang disepakati antara peserta didik dengan Guru
Guru Bina dan tutor.
2) Tempat pelaksanaan penilaian (kelas sekolah di sekolah
induk, TKB, Tempat kerja siswa
3) Sistem pembelajaran online/offline, modul cetak, modul
digital, atau gabungan
4) Kontent/materi yang diujikan
5) Teknik penilaian yang digunakan

F. Asesmen di SMA Terbuka


1. Jenis Asesmen
a) Asesmen mandiri, yaitu penilaian pencapaian kompetensi
secara mandiri (self-asessment) dengan mengerjakan tes yang
disediakan pada tiap akhir uraian materi dalam modul.
Capaian kompetensi dihitung sendiri sesuai rubrik penilaian
yang disediakan dengan melihat kunci jawaban yang
disediakan. Apabila hasil tes dinyatakan sudah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan, maka peserta
didik yang bersangkutan dapat melanjutkan belajar modul
berikutnya.
b) Penilaian akhir modul, yaitu penilaian pencapaian kompetensi
yang dilakukan oleh guru setelah peserta didik menyelesaikan
satu unit modul. Tiap mata pelajaran terdiri dari beberapa unit
modul dalam satu semester.
c) Penilaian akhir unit, penilaian dilaksanakan setelah siswa
mempelajari 1 unit (beberapa modul) atau disebut ujian
semester. Ujian semester dapat diikuti oleh peserta didik SMA
Terbuka apabila mereka telah menyelesaikan seluruh unit
modul dalam satu semester.
d) Penilaian unjuk kerja dan ujian praktik.
e) Penilaian akhir,yaitu penilaian dilaksanakan untuk siswa kelas
XII SMA Terbuka pada akhir tahun pelajaran. Peserta didik
pendidikan jarak jauh yang telah menyelesaikan seluruh
program dan dapat mengikuti Ujian Nasional.
2. Mekanisme Penilaian
a) Nilai Partisipasi-keaktifan siswa
b) Nilai Tugas Tutorial dan mandiri
c) Ujian Tengah dan akhir Semester
d) Ujian Kenaikan kelas
e) Ujian Sekolah
f) Ujian Nasional

G. Peran Guru Bina, Tutor, dan Tugas Peserta Didik dalam Kegiatan
Tatap Muka
1. Guru Bina adalah Guru mata pelajaran dari sekolah induk yang
bertugas sebagai pengajar sesuai dengan bidang studi nya,
mengajar di TKB. Peran guru bina adalah :
a. membimbing, memecahkan kesulitan siswa yang berasal dari
TKB maupun kesulitan yang diajukan pada saat tatap muka
atau kegiatan belajar yang tidak dapat dilaksanakan di TKB;
b. melaksanakan tatap muka baik di TKB maupun di sekolah
induk;
c. melaksanakan penilaian;
d. membantu melakukan penyuluhan dan publikasi serta
mendaftar calon siswa baru dan pelaksanaan Pengenalan
Lingkungan Sekolah bagi Siswa Baru;
e. bertanggung jawab dalam penyusunan program tahunan,
program semester, jadwal belajar di TKB, penyusunan jadwal
kegiatan tatap muka, penyusunan program penilaian,
penyusunan program supervisi, rencana pemanfaatan dan
distribusi media belajar, membahas materi esensial dan sulit
yang dialami oleh siswa guna menunjang pelaksanaan tatap
mukmelaksanakan tatap muka 1 kali seminggu , 2 kali
seminggu, atau 1 kali sebulan, serta mengajar menggunakan
sistem blok untuk setiap rombongan belajar, sesuai dengan
jadwal.Dengan sasaran mengatasi materi pelajaran yang belum
dipahami atau belum dikuasai pada waktu siswa belajar di
TKB, atau kegiatan belajar yang tidak dapat dilakukan di TKB
misalnya praktikum IPA, praktikum Keterampilan, Olah
raga,Praktek Kejuruan
f. menjadi Panitia PPDB;
g. membantu Memantapkan Lokasi TKB dan Pembagian
Rombongan Belajar Tatap Muka.
2. Tutor adalah tenaga pendidik dan kependidikan yang diberikan
mandat oleh sekolah induk untuk melakukan pelayanan
Pendidikan terhadap peserta didik di TKB. Tugas Tutor di TKB
sebagai berikut:
a. Membaca buku petunjuk untuk mengetahui hal-hal yang
harus dilakukan;
b. Membagikan modul kepada peserta didk;
c. Mempelajari modul, agar mengetahui tentang tujuan dan
petunjuk lain.
d. Menjelaskan kepada siswa cara belajar dengan modul,
maupun bahan ajar berbasis IT.
e. Meminta kepada siswa untuk mengisi daftar hadir.
f. Mencatat kemajuan belajar peserta didik untuk mengetahui
kapan harus dilakukan tes akhir modul/ulangan harian atau
tes lainnya.
g. Mencatat pertanyaan dan masalah yang tidak bisa dipecahkan
di TKB dan dikirim ke Guru bina.
h. Membimbing proses belajar peserta didik di TKB
i. Menyampaikan laporan bulanan kegiatan belajar di TKB ke
SMA Induk.
j. Membantu melakukan tes akhir modul bila diminta oleh guru
bina.

3. Tugas Peserta Didik di TKB antara lain:


a. Belajar melalui modul, bahan ajar berbasis IT, atau program
radio, baik perorangan atau kelompok
b. Mengerjakan tugas pada buku tulis atau lembar jawaban yang
tersedia (dikerjakan tidak pada buku modul)
c. Mendiskusikan hasil belajarnya dengan teman dalam
kelompoknya
d. Mencatat permasalahan yang dihadapi untuk ditanyakan
kepada guru bina.

H. Model Layanan Bimbingan Belajar

Model layanan bimbingan belajar SMA Terbuka yang


diselenggarakan terdiri atas 3 (tiga) model. Model
layanan bimbingan belajar yang dipilih oleh pengelola
SMA Terbuka, tergantung pada kondisi jaringan internet
di wilayah sasaran. Ketiga model tersebut adalah:

1. Dominan Online (DOMON)


Model layanan belajar dominan online yang selanjutnya
disebut DOMON adalah layanan bimbingan belajar mandiri
yang dilaksanakan secara online dengan memanfaatkan
fasilitas TIK secara dominan. Proporsi bimbingan belajar
online ± 80% dan bimbingan tatap muka ±20%. Kegiatan
bimbingan belajar online dilaksanakan di tempat tinggal
masing-masing peserta didik jika ada fasilitas internet
atau di TKB. Bimbingan belajar tatap muka
dilaksanakan di TKB dan/ atau di sekolah induk.

2. Balance Online dan Tatap Muka (BONTAMU)


Model layanan belajar Balance Online dan tatap muka
yang selanjutnya disebut BONTAMU adalah layanan
bimbingan belajar mandiri dengan proporsi bimbingan
belajar secara online dan bimbingan belajar tatap muka
secara seimbang (50% online dan 50% tatap muka).
Kegiatan bimbingan belajar online dilaksanakan di
tempat tinggal masing-masing peserta didik jika ada
fasilitas internet atau di TKB. Bimbingan belajar
tatap muka dilaksanakan di TKB dan/ atau di sekolah
induk.

3. Dominan Tatap Muka (DOMTAMU)


Model layanan belajar Dominan tatap muka yang
selanjutnya disebut DOMTAMUadalah layanan
bimbingan belajar mandiri dengan proporsi bimbingan
belajar secara tatap muka lebih dominan dibandingkan
bimbingan belajar online dengan proporsi 80% tatap
muka dan online 20%. Kegiatan bimbingan belajar online
dilaksanakan di tempat tinggal masing-masing peserta
didik jika ada fasilitas internet atau di TKB. Bimbingan
belajar tatap muka dilaksanakan di TKB dan/ atau di
sekolah induk.
Beban belajar peserta didik, beban kerja pendidik, dan
konversi jam belajar SMA Terbuka sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
I. Desain Model Pembelajaran SMA Terbuka

Program keterampilan
sesuai potensi daerah
SMA Terbuka

Menguasai kompetensi
pendidikan menengah

WIRAUSAHA

Menguasai ilmu pengetahuan


Peserta
dan keterampilan
Didik

PENDAPATAN

Mandiri dan memiliki kegiatan


Kewirausahaan

MANDIRI
TERAMPIL, MODAL USAHA
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Pembelajaran UJIAN
Akademik NASIONAL
TUJUAN
Siswa Kompetensi 1. Melanjutkan
Akademik & ke jenjang
SMAT Keterampila lebih tinggi
2. Bekerja
n 3. Berusaha
mandiri &
Pembelajaran Memberi bekal
sekolah
Keterampilan & keterampilan
Kewirausahaan untuk peserta
didik

KETERAMPILAN SESUAI DENGAN


POTENSI/KEAHLIAN SISWA DAN POTENSI
DAERAH
J. Monitoring dan Evaluasi
1. Tujuan
a. melakukan pemantauan oleh BP3W I s.d. 7 terhadap
pelaksanaan SMA Terbuka baik di sekolah induk
maupun di TKB;
b. melakukan pengukuran pencapaian proses pembelajaran
SMA Terbuka;
c. memfasilitasi pengelola SMA Terbuka untuk dapat saling
berinteraksi dalam menyampaikan permasalahan dalam
pelaksanaan SMA Terbuka;
d. memberikan masukan bagi tindak lanjut penyelesaian
masalah yang dihadapi pengelola SMA Terbuka dalam
pencapaian mutu yang telah ditetapkan;
e. memberikan masukan bagi perbaikan program SMA
Terbuka.
2. Pelaksanaan
a. monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Balai Pelayanan
dan Pengawasan Pendidikan Wilayah;
b. monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal empat kali
dalam setahun;
3. Sasaran
Sasaran monitoring dan evaluasi adalah SMA Terbuka di
sekolah induk dan TKB.

4. Komponen
a. Aspek administratif, meliputi kelengkapan:

1) dokumen-dokumen masukan (input), yaitu


kelengkapan data peserta didik, Pendidik, tenaga
kependidikan, kurikulum, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku/modul cetak
dan noncetak, dan sarana input lainnya;
2) dokurnen-dokumen proses, yaitu rencana kerja,
laporan pelaksanaan program, laporan keuangan,
jadwal pembelajaran online dan tatap muka, dan
dokumen proses lainnya. .
3) dokumen-dokumen luaran (output), yaitu kelengkapan
dokumen hasil belajar peserta didik yang
meliputi: buku pe er, buku rapor, dan dokumen
luaran lainnya.
b. Aspek Edukatif
1) jadwal kegiatan pembelajaran online dan tatap muka;
2) pelaksanaan bimbingan belajar online dan tatap muka;
3) pelaksanaan bimbingan dan konseling.
5. Instrumen Monitoring dan Evaluasi
a. monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara offline dan
online;
b. monitoring dan evaluasi secara offline dilaksanakan
dengan cara: petugas monitoring dan evaluasi langsung
mendatangi dan mewawancarai responden yaitu:
pengelola SMA Terbuka di sekolah induk dan TKB,
komite sekolah, peserta didik, dan alumni SMA Terbuka
mengggunakan instrumen yang telah disediakan;
c. monitoring dan evaluasi secara online dilaksanakan
dengan cara responden yaitu pengelola SMA Terbuka
di sekolah induk dan TKB mengisi instrumen yang
telah disediakan secara online. Pengisian instrumen
monitoring dan evaluasi online dilaksanakan setiap
akhir semester.

K. Supervisi
1. Supervisi Sekolah Induk
Kepala sekolah induk sebagai penanggung jawab SMA
Terbuka yang dikelolanya harus melaksanakan supervisi
secara rutin dan terjadwal, baik terhadap pengelola sekolah
terbuka pada jenjang pendidikan menengah di sekolah
induk maupun di TKB.
2. Supervisi oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat
Supervisi dilakukan oleh Pengawas yang ditunjuk oleh Dinas
Penndidikan Jawa Barat.

L. Pembiayaan
1 Satuan Biaya
Satuan biaya untuk menunjang penyelenggaraan SMA
Terbuka dihitung berdasarkan kornponen biaya yang
bersifat variabel, yaitu komponen biaya untuk peserta
didik yang bervariasi tergantung jumlah peserta didik yang
dikelola, dan komponen biaya statis, yaitu komponen biaya
untuk investasi dan pemeliharaan.

2 Komponen Pembiayaan
a. Biaya Pengelolaan (Manajemen)
1) Honor (bulanan) bagi:
a) Pengelola,
b) Pendidik dan tenaga kependidikan SMA Terbuka,
tenaga kependidikan TKB,
c) Tenaga administrasi sekolah.
2) Transport untuk:
a) Kunjungan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah
induk ke TKB,
b) Kunjungan tenaga kependidikan dan peserta didik
ke sekolah induk,
c) Pembinaan (supervisi akademik dan administratif).
3) Honor Kegiatan Penunjang Akademik:
a) Pengawas Ujian Tengah Semester,
b) Pengawas Ujian Akhir Semester,
c) Kegiatan Remedial.
b. Alat Tulis Kanlor (ATK)
c. Biaya Investasi untuk:
1) Perawatan dan pcngembangan jaringan TIK,
2) Peralatan praktek,
3) Bahan praktikum/ praktek kelerampiIan,
4) Perawatan gedung dan alat/barang inventaris.

M. Sumber Dana
1 Pusat (APBN)
a. bantuan operasional SMA Terbuka merupakan bantuan
operasional kunjungan pendidik SMA Terbuka ke TKB dan
tenaga kependidikan TKB kc sekolah induk;
b. KIP (Kartu Indonesia Pintar) merupakan bantuan untuk
perlengkapan peserta didik, seperti buku tulis, alal tulis,
dan transportasi ke TKB dan sekolah induk;
c. sarana dan prasarana pcnunjang SMA Terbuka;
2 Daerah (APBD) Provinsi
a. BPMU (Bantuan Pendidikan Menengah Universal)
b. Bantuan pendidikan lainnya.

3 Masyarakat dan Dunia Usaha:


a. Sumbangan pendidikan,
b. Sumbangan sukarela,
c. CSR pcrusahaan.

N. Penutup
Kesadaran dan kepedulian seluruh pemangku kepentingan
pendidikan terhadap program pendidikan layanan khusus yang
diperuntukan bagi peserta didik yang kurang beruntung dan belum
mendapatkan layanan pendidikan yang disebabkan karena faktor
geografi, sosial dan ekonomi, dimulai dari tingkat satuan
pendidikan sampai pemegang kebijakan tertinggi, dan semua
unsur masyarakat, merupakan kunci dari terlaksananya
percepatan APK/APM Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Barat. Oleh
karena itu, upaya inovasi pendidikan melalui SMA Terbuka dapat
dipandang sebagai suatu wujud nyata upaya yang sangat berarti
dalam rangka meningkatkan APK/APM Sekolah Menengah di Provinsi
Jawa Barat.
Demikian Petunjuk Teknis Pelaksanaan SMA Terbuka ini dibuat,
agar menjadi pedoman bagi pihak terkait dalam memahami dan
melaksanakan program kegiatan percepatan capaian APK-APM
melalui SMA Terbuka yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat pada bidang PMU dan Bidang Pendidikan
Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus sebagai leading sector
penyelenggaran SMA Terbuka di Jawa Barat

Kepala Dinas Pendidikan


Provinsi Jawa Barat

Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si


Pembina Utama Madya
NIP.196112311987031042
LAMPIRAN II
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat
Nomor : 420/17568 -Set.Disdik
Tanggal : 5 Juni 2017
Tentang : Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Sekolah
Menengah Atas Terbuka dan
Pendidikan Jarak Jauh
Sekolah Menengah Kejuruan
Jawa Barat Tahun Pelajaran
2017/2018

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Jawa Barat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) tahun 2013-2018, memiliki Visi Jawa Barat
Maju dan Sejahtera Untuk Semua dan Misi Membangun
Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat telah mencanangkan kemudahan akses pendidikan
dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
menengah.
Saat ini Provinsi Jawa Barat belum berhasil dalam hal
pencapaian APM-APK sesuai dengan yang diharapkan. Data pada
tahun 2015-2016 capaian APK pendidikan menengah Provinsi
Jawa Barat 76% memiliki kesenjangan 10% dari target pencapain
APK SM yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan masih terdapat
247.067 siswa yang tidak melanjutkan ke tingkat sekolah
menengah. Pada tahun 2014-2015 berdasarkan data lulusan
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiah (SMP/MTs)
sebanyak 703.747 siswa. Sedangkan daya tampung sekolah
menengah hanya 469.567. Sehingga terdapat kesenjangan
sebanyak 234.180 peserta didik yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke pendidikan menengah.
Untuk mengatasi kesenjangan tampung sekolah, pemerintah
Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan telah melaksanakan
beberapa program antara lain pembangunan ruang kelas baru
(RKB), pembangunan unit sekolah baru (USB), sekolah petang dan
program Paket C. Namun hasilnya belum memenuhi target
pencapaian APK-APM pendidikan menengah.
Selain karena kondisi fisik sekolah menengah di Jawa Barat
yang belum memiliki rendahnya daya tampung pada sesuai
dengan kebutuhan, ada faktor lain yang menyebabkan angka
partisipasi sekolah menengah ini di antaranya, rendahnya status
ekonomi orang tua atau masyarakat dan keterpencilan tempat
tinggal siswa. Kedua hal ini menjadi kendala di sisi ekonomi
maupun geografis untuk menjangkau layanan pendidikan.
Dalam upaya mempercepat pencapaian APK-APM pendidikan
menengah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
mengembangkan program PJJ SMK. Program PJJ SMK
dikembangkan pada SMK yang sudah ada dengan membuka
Tempat Kegiatan Belajar (TKB) di daerah-daerah tertentu yang
tidak dapat terjangkau oleh siswa SMA/SMK/MA.
Program PJJ SMK merupakan program baru sehingga
dibutuhkan sebuah Petunjuk Teknis yang dapat dijadikan
pedoman pelaksanaan yang wajib dipahami oleh semua pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan program PJJ SMK.

B. Tujuan
Petunjuk Teknis ini disusun sebagai penjabaran amanat
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 119 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Penyelenggaraan PJJ pada pendidikan menengah
diharapkan dapat meningkatkan:
1. perluasan dan pemerataan akses pendidikan;
2. peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dasar dan
menengah.
C. Sasaran
Sasaran juknis pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada
SMK ini adalah:
1. Kepala SMK penyelenggara PJJ, pendidik, tenaga kependidikan,
para pemangku kepentingan (stake holders) dan mitra sekolah
penyelenggara PJJ (DU/DI);
2. Peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.
II. PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH
PADA SMK
A. Gambaran Umum
Berdasarkan pasal 2 bab II Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 119 tahun 2013 PJJ jenjang pendidikan
dasar dan menengah bertujuan meningkatkan perluasan dan
pemerataan akses pendidikan, serta meningkatkan mutu dan
relevansi pendidikan dasar dan menengah.
Peningkatan dan perluasan akses terhadap pendidikan
khususnya pada jenjang menengah bagi seluruh rakyat Indonesia
ditunjukkan dengan peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM)
maupun Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan menengah.
Kualitas ditunjukkan oleh tingkat keterserapan tamatan SMK di
dunia industri/dunia kerja. Hal ini menjadi tantangan utama
penyelenggaraan program PJJ. Dengan pesatnya perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dapat mendukung
tersedianya layanan pendidikan yang tidak terbatas pada jarak,
waktu, dan ruang menjadi peluang diselenggarakannya program
PJJ SMK. Dengan demikian program ini diharapkan dapat
meningkatkan pemerataan proses dan layanan pendidikan yang
dilandaskan pada keadilan dan kesamaan hak untuk memperoleh
kesempatan berpartisipasi dalam proses dan layanan pendidikan,
bagi siapapun tanpa pengecualian.
Karakteristik program PJJ yang fleksibel, tidak terbatas
ruang, dan waktu dalam membuka akses, ketersediaan,
keterjangkauan, dan keterjaminan pendidikan, menyebabkan
program PJJ menarik bagi banyak kalangan. Melalui program PJJ,
setiap orang dapat memperoleh pendidikan berkualitas tanpa
harus meninggalkan keluarga, rumah, dan pekerjaan. Selain
peningkatan akses dan pemerataan pendidikan, program PJJ juga
diharapkan tetap mendukung pencapaian kualitas pendidikan
sesuai standar nasional pendidikan. Proses pembelajaran dalam
PJJ, kurikulum, sumber belajar, penyampaian pembelajaran
(learning delivery system), sehingga bahan ujian dikemas dalam
bentuk standar sehingga memungkinkan untuk didistribusikan
lintas ruang dan waktu dengan memanfaatkan TIK. Untuk itu,
program PJJ mensyaratkan ketersediaan sarana prasarana dan
sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni yang dapat dipenuhi
dengan pemanfaatan fasilitas dan SDM dari SMK penyelenggara
PJJ bekerja sama dengan DU/DI.
Istilah yang digunakan pada petunjuk teknis ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta
didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajaranya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi
komunikasi, informasi, dan media lain. (Permen 72 Tahun
2013).
2. SMK Penyelenggara adalah sekolah yang memenuhi syarat
untuk menjadi penyelenggara sekaligus pembina dari satu
atau lebih tempat layanan pendidikan (Tempat Kegiatan
Belajar).
3. Sekolah penyelenggara PJJ adalah sekolah reguler yang
menyelenggarakan PJJ.
4. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan,
dalam hal ini pendidikan jarak jauh.
5. Bantuan belajar adalah segala bentuk kegiatan pendukung
yang dilaksanakan oleh penyelenggara PJJ untuk membantu
kelancaran proses belajar peserta didik berupa pelayanan
akademis dan administrasi, maupun pribadi secara tatap
muka maupun melalui pemanfaatan TIK.
6. Sumber belajar PJJ adalah beragam bahan/sumber berbasis
TIK yang digunakan dalam proses belajar.
7. Tutor adalah pendidik yang memberikan bantuan belajar
kepada peserta didik.
8. Tutorial adalah bentuk bantuan belajar akademik yang dapat
dilaksanakan baik secara tatap muka maupun melalui
pemanfaatan TIK.
9. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik adalah penilaian yang
dilakukan terhadap hasil proses belajar peserta didik baik
secara tatap muka maupun berbasis TIK
10. Praktik adalah pembelajaran keterampilan penerapan teori
dengan pengawasan langsung menggunakan sarana dan
prasarana yang memenuhi standar minimum.
11. Praktikum adalah tugas terstruktur dan berhubungan dengan
validasi fakta atau hubungan antarfakta yang mendukung
capaian pembelajaran secara utuh sesuai dengan persyaratan
dalam kurikulum.
12. Tempat Kegiatan Belajar (TKB) adalah bagian dari satuan
pendidikan berupa tempat atau ruang untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
B. Karakteristik Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Pada Pendidikan
Menengah
Karakteristik utama Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah
keterpisahan pendidik dengan peserta didik, tetapi dimungkinkan
adanya interaksi pembelajaran melalui pertemuan tatap muka
dan daring yang terjadwal. Berdasarkan Permen 119 Tahun 2014,
PJJ memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Terbuka
PJJ yang dilaksanakan pada pendidikan menengah memiliki
karakteristik terbuka yang berarti pembelajaran pada program
PJJ dilaksanakan secara fleksibel dalam hal tempat belajar dan
cara belajar yang terorganisasi dalam sistem pendidikan formal.
2. Belajar mandiri
Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses
pembelajaran diinisiasi oleh peserta didik dalam periode
tertentu. Ketika belajar mandiri, peserta didik secara
perorangan maupun berkelompok peserta didik memanfaatkan
berbagai sumber belajar. Sumber-sumber belajar tsb. lebih
dominan dimanfaatkan oleh peserta didik. Akan tetapi, peserta
didik mutlak mendapatkan bimbingan atau bantuan
belajar/tutorial sesuai kebutuhan.
3. Belajar tuntas
Belajar tuntas merupakan sistem belajar yang
mengutamakan tingkat penguasaan pada level kompetensi
tertentu bagi peserta didik (Permendikbud 119 Tahun 2014). Hal
ini berarti dengan keluwesan dalam program PJJ, diharapkan
peserta didik dapat tuntas dalam penguasaan kompetensi
tertentu karena mereka memiliki akses terhadap sumber belajar
dan layanan pembelajaran, serta memiliki waktu yang cukup
untuk belajar. Untuk itu, dalam rangka mendorong ketuntasan
belajar, bimbingan maupun bantuan belajar yang terstruktur
wajib diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tutorial
tatap muka dan atau daring, dengan mengandalkan bimbingan
tutor secara langsung maupun tidak langsung.
4. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
atau Teknologi Pendidikan Lainnya
TIK dimanfaatkan untuk menyediakan bantuan belajar yang
meliputi layanan akademis maupun layanan administrasi.
Layanan akademis yang dimaksud adalah penyediaan sumber
belajar sesuai standar nasional pendidikan, interaksi
pembelajaran, maupun evaluasi belajar. Selain dimanfaatkan
dalam pelaksanaan pembelajaraan, penyelenggara PJJ juga
wajib memiliki dan mengembangkan sistem pengelolaan
pembelajaran berbasis TIK.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) pada SMK


PJJ pada SMK diselenggarakan pada lingkup bidang keahlian,
program keahlian, dan/atau kompetensi keahlian dengan
ketentuan:
1. diselenggarakan untuk 50% lebih dari jumlah mata pelajaran;
2. diselenggarakan oleh SMK/MAK reguler dengan izin
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

D. Penyelenggaraan PJJ
Berdasarkan Permendikbud 119 Tahun 2014,
pengorganisasian PJJ dapat diselenggarakan dalam 3 modus
seperti berikut.
1. Modus tunggal yang berarti satuan pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan hanya dengan moda
jarak jauh.
2. Modus ganda yang berarti satuan pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan baik secara tatap
muka maupun jarak jauh.
3. Modus konsorsium yang berarti terbentuknya jejaring kerja
sama penyelenggaraan pendidikan jarak jauh lintas satuan
pendidikan dengan lingkup wilayah nasional dan atau
internasional.
Penyelenggaraan PJJ dilaksanakan sesuai Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang terdiri atas :
1. standar isi;
2. standar proses;
3. standar kompetensi peserta didik;
4. standar penilaian peserta didik;
5. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
6. standar sarana dan prasarana;
7. standar pengelolaan;
8. standar pembiayaan.
Untuk itu, sistem pembelajaran PJJ yang sesuai dengan SNP
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penggunaan moda pembelajaran yang peserta didik dengan
pendidiknya terpisah;
2. Penekanan prinsip belajar secara mandiri, terstruktur, dan
terbimbing dengan menggunakan berbagai sumber belajar,
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Belajar mandiri dalam program PJJ berarti proses
pembelajaran diinisiasi oleh peserta didik dalam periode
tertentu. Untuk dapat memicu peserta didik untuk belajar
mandiri, guru/tutor menyediakan pemicu/inisiasi berupa
pertanyaan-pertanyaan maupun penugasan-penugasan
dengan memanfaatkan TIK;
b. Belajar terstruktur dan terbimbing dalam program PJJ
berarti penyelenggara PJJ menyediakan layanan akademik
berupa tutorial daring maupun tatap muka bagi peserta
didik dengan dengan mengandalkan bimbingan guru/tutor
secara langsung maupun tidak langsung;
c. Media pembelajaran merupakan sumber pembelajaran yang
lebih dominan dipergunakan peserta didik;
d. Pembelajaran tatap muka digantikan dengan program
pembelajaran interaksi yang terkini mengikuti
perkembangan TIK, meskipun tetap memungkinkan adanya
pembelajaran tatap muka secara terbatas.
III. PELAKSANAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN

1. Masukan 2. Proses 3. Luaran


(Input) (Process) (Output)

1.1 Asupan Kasar


(Raw Input) 2.1 Perencanaan
Pembelajaran
1.1 Peserta Didik

1.2 Kurikulum dan


Bahan Ajar 2.2 Proses
Pembelajaran
1.3 Sarana dan
Prasarana Bahan Ajar Digital/
2.2.1 Belajar Mandiri
Cetak

1.2 Asupan Instrumental


2.2.2 Belajar
(Instrumental Input) Panduan Belajar
Terbimbing (Tutorial)

1.2.1 Sekolah
Penyelenggara PJJ dan
TKB Tutorial Tatap Muka

1.2.2 Sumber Daya


Manusia 2.3 Evaluasi Hasil Tutorial Daring
Belajar

1.2.3 Pembiayaan

Gambar 3. Skema Penyelenggaraan PJJ SMK

Secara umum diagram di atas menjelaskan komponen-komponen


yang terlibat dalam penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada
sekolah reguler maupun pada sekolah terbuka. Komponen-komponen
tersebut terdiri atas komponen masukan (input), proses (process), luaran
(output) yang interaksi antarkomponen tersebut terlihat pada diagram di
atas. Secara lebih rinci ketentuan-ketentuan terkait pelaksanaan PJJ
adalah sebagai berikut :
A. Peserta Didik pada PJJ SMK
Kriteria Peserta didik yang mengikuti PJJ SMK, harus:
1. Memiliki ijazah SMP/MTs/Paket B;
2. Berusia antara 16 s.d 21 tahun/ lulusan SMP/MTs sederajat saat
mendaftar;
3. Memiliki keterbatasan sosial ekonomi, budaya, dan geografis serta
keterbatasan waktu;
4. Memiliki surat dukungan dari DU/DI atau orang tua yang
mempunyai usaha yang menyatakan siap dijadikan tempat
magang, dan tempat praktik.
Sesuai dengan UU No 20 tahun 2003, setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak:
1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;
2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya;
3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya;
4. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya;
5. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan
lain yang setara;
6. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
batas waktu yang ditetapkan.
Setiap peserta didik berkewajiban:
1. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan;
2. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Kegiatan Persiapan
Menjelang dimulainya tahun pelajaran baru ada beberapa
kegiatan persiapan yang perlu dilakukan diantaranya yaitu:
pertemuan koordinasi pengelola SMK, penyuluhan dan publikasi,
persiapan bahan belajar, dan persiapan sarana dan prasarana.
1. Pertemuan Rapat Koordinasi Pengelola SMK
a. Pertemuan rapat koordinasi ini dapat diselenggarakan
menjelang tahun pelajaran baru.
b. Peserta rapat koordinasi ini terdiri atas unsur-unsur:
1) Unsur dinas pendidikan provinsi, yaitu Tim Teknis
Provinsi (TTP)
2) Unsur Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan ( BP 3)
3) Unsur SMK, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
Guru Pembina/Guru Bina, guru pamong, dan komite
sekolah;
4) Unit kerja lain yang terkait seperti dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota setempat, kecamatan atau kelurahan.
c. Agenda rapat koordinasi antara lain :
1) Mengevaluasi kegiatan tahun pelajaran sebelumnya.
2) Menyusun program kerja tahunan yang akan berjalan.
3) Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan PJJ
SMK tahun berikutnya.
4) Mengidentifikasi masalah dan cara pemecahan.
5) Menentukan langkah yang perlu dilakukan menjelang
tahun pelajaran baru.
6) Merencanakan dana pendukung.

2. Sosialisasi dan Publikasi.


Dilaksanakan menjelang tahun pelajaran baru. Kegiatan
utama yang perlu dilakukan yaitu memberikan penyuluhan dan
publikasi tentang PJJ SMK diilaksanakan oleh Tim Teknis yang
ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
a. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang PJJ
SMK
2) Memberikan motivasi kepada tamatan SMP/MTs atau
sederajat yang tidak melanjutkan pendidikan ke
SMA/SMK/MA/MK atau sederajat;
3) Memberikan motivasi kepada peserta didik
SMA/SMK/MA/MK yang putus sekolah;
4) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sehingga
keberadaan PJJ SMK dapat dirasakan sebagai pelayanan
khusus dan keharusan, bukan sebagai penghambat.
b. Sasaran
1) Kepala Daerah
2) Kepala Desa /Lurah / tokoh masyarakat.
3) MKKS SMA/SMK
4) KADIN
5) Asosiasi Profesi
6) UMKM
7) KUD
8) BLK
9) Tamatan SMP/MTs atau sederajat yang belum
melanjutkan/mendapatkan kesempatan belajar ke
jenjang SMA/SMK/MA atau sederajat yang berusia 16 –
21 tahun;
10) Anak putus sekolah (drop out) SMA/SMK/MA atau
sederajat;
11) Kepala dan Guru SMP/MTs sederajat;
12) Pimpinan pondek pesantren salafiyah.
13) Orang tua siswa;
14) Masyarakat umum;
c. Materi
Materi sosialisasi dan publikasi antara lain :
1) Informasi tentang PJJ SMK
2) Tata cara pendaftaran calon siswa PJJ SMK, dan
penjadwalannya
d. Teknik pelaksanaan.
Sosialisasi dan publikasi dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara langsung atau secara tidak langsung:
1) Secara langsung, yaitu melalui pertemuan-pertemuan /
rapat.
2) Secara tidak langsung, yaitu melalui media cetak seperti
leaflet, booklet, edaran atau media lainnya.
e. Petugas
Pelaksana kegiatan ini adalah tim teknis yang dtunjuk
oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dibantu oleh
petugas yang ditunjuk oleh:
1) Kepala Sekolah / Wakil Kepala Sekolah;
2) Aparat Pemerintah setempat.
f. Indikator keberhasilan.
1) Kegiatan sosialisai dan publikasi dianggap berhasil bila
jumlah calon siswa yang mengikuti pendidikan di PJJ
SMK meningkat;
2) Siswa yang tertampung di PJJ SMK benar-benar berasal
dari mereka yang mengalami kendala ekonomi,
sosial ,geografis dan keterbatasan waktu.

C. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)


Pada setiap awal tahun pelajaran, PJJ SMK melakukan
kegiatan penerimaan peserta didik baru bertempat di SMA/SMK
sebagai SMK Penyelenggara. Untuk memudahkan calon siswa
dalam mendaftar, pendaftaran dapat dilakukan melalui SMK
Penyelenggara. Untuk keperluan ini formulir harus sudah
didistribusikan sebelumnya, lengkap dengan persyaratannya,
sedangkan waktu dan persyaratannya sesuai dengan ketentuan
dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Setiap sekolah penyelenggara PJJ SMK wajib membuat
pemetaan wilayah yang menjelaskan posisi SMK Penyelenggara
dan rencana TKB yang akan didirikan/dibuka yang disyahkan
oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Pemetaan ini
sekaligus menjadi dasar pengembangan TKB sehingga tidak
tumpang tindih dengan SMK yang membuka program sejenis.
Setiap pendaftar/calon peserta didik baru mengikuti
prosedur PPDB sebagai berikut:
a. Memenuhi kriteria usia 16 – 21 tahun/lulusan SLTP;
b. Setiap peserta mengisi formulir pendaftaran PPDB;
c. Mengikuti seleksi adminstrasi;
d. Sekolah penyelenggara wajib menerima semua calon peserta
didik PJJ SMK tanpa seleksi jika kuota mencukupi;
e. Setiap calon peserta didik berhak menerima hasil seleksi;
f. Bagi calon peserta didik yang tidak dapat diterima karena
alasan tertentu, berhak disalurkan oleh SMK Penyelenggara ke
sekolah lain yang memiliki program sejenis, serta wajib diberi
penjelasan secara tertulis;

D. Kurikulum dan Bahan Ajar


1. Kurikulum
Kurikulum yang dilaksanakan pada program PJJ adalah
kurikulum yang berlaku sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Kurikulum dan beban belajar
peserta didik di program PJJ sama dengan di program regular,
dengan memperhatikan dengan kondisi dan karaketristik
siswa di TKB.
a. Penyusunan Jadwal Kegiatan Tatap Muka di Sekolah
Induk
Jadwal tatap muka disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik dengan menggunakan sistem blok
atau tatap muka 1 minggu 2 kali atau 2 minggu sekali.
b. Kurikulum Implementatif
Dalam pelaksanaan pembelajaran di tempat kegiatan
belajar (TKB) menggunakan kurikulum implementatif yaitu
kurikulum yang menitik beratkan pada kebutuhan belajar
peserta didik. Penyusunan kurikulum implementatif
dilakukan dengan analisis kompetensi, materi, proses dan
penilaian yang diawali dengan melakukan asesmen
perkembangan, akademik dan sosial.
c. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan
yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu
semester, dan satu tahun pembelajaran:
1) Beban belajar di PJJ pada SMK dinyatakan dalam jam
pelajaran per minggu yang disesuaikan dengan struktur
kurikulum;
2) Beban belajar di kelas X dan XI dalam satu semester
minimal 18 minggu;
3) Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal
18 minggu;
4) Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal
14 minggu;
5) Beban belajar untuk SMK disesuaikan dengan program
keahlian.

2. Bahan Ajar
Sumber-sumber belajar dapat tersedia dalam bentuk sebagai
berikut:
a. Bahan ajar cetak: modul, bahan belajar mandiri, buku ajar,
poster, dan panduan pedoman penggunan modul.
b. Bahan ajar non-cetak berbasis multimedia dapat
dikembangkan secara mandiri oleh SMK penyelenggara PJJ
atau yang telah tersedia di dalam LMS(Learning Menagement
System) khusus PJJ maupun memanfaatkan sumber belajar
yang tersedia di internet.

E. Sarana dan Prasarana


Sekolah penyelenggara PJJ memiliki sarana dan prasarana
pembelajaran atau sekurang-kurangnya akses terhadap sarana
dan prasarana pembelajaran. TKB harus memiliki akses terhadap
sarana dan prasarana pembelajaran.
Sarana dan prasarana yang mendukung PJJ dapat
disediakan oleh SMK penyelenggara PJJ dengan bekerja sama
dengan dunia usaha/dunia industri maupun institusi lain sebagai
mitra SMK Penyelenggara PJJ.
Penyediaan prasarana belajar yang diperlukan antara lain
meliputi:
1) Prasarana SMK Penyelenggara
a) Ruang belajar / kelas untuk kegiatan tatap muka
b) Ruang Praktek
c) Ruang Kepala Sekolah
d) Ruang Wakil Kepala Sekolah
e) Ruang Guru
f) Ruang Administrasi
g) Gudang Penyimpanan Arsip
h) Lapangan Olah Raga
i) Ruang Perpustakaan
j) Ruang Bimbingan dan Konseling
k) Ruang Data
2) Prasarana TKB
a) ruang belajar dan
b) ruang praktek (bila TKB nya di DU/DI)

F. Sekolah Penyelenggara PJJ SMK dan TKB


Sekolah penyelenggara PJJ adalah SMK yang ditunjuk
untuk melaksanaan program PJJ berdasarkan persyaratan yang
berlaku. Selanjutnya sekolah penyelenggara PJJ disebut SMK
Penyelenggara.
Dalam rangka mendukung terselenggaranya PJJ sesuai SNP,
berdasarkan permendikbud 119 Tahun 2014, penyelenggara PJJ
wajib:
1. Memiliki dan mengembangkan sistem pengelolaan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
2. Memiliki sumber daya atau akses terhadap sumber daya untuk
menjamin terselenggaranya interaksi pembelajaran antara
pendidik dan peserta didik secara intensif;
3. Menyediakan sumber belajar berbasis teknologi informasi dan
komunikasi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan;
4. Menyediakan sumber daya praktik dan/atau praktikum atau
akses bagi peserta didik untuk melaksanakan praktik
dan/atau praktikum;
5. Menyediakan fasilitas praktik setara dengan praktik kerja
industri atau akses bagi peserta didik untuk melaksanakan
praktik kerja industri;
6. Menyediakan panduan bagi pengguna sistem pengelolaan
pembelajaran dan panduan pengembangan materi
pembelajaran;
7. Menyediakan Petunjuk Teknis etika dalam berkomunikasi dan
berinteraksi melalui internet (Petunjuk Teknis netiket);
8. Menyediakan panduan akademik dan administrasi lainnya
yang diperlukan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PJJ.

Penyediaan sumber daya dan fasilitas sebagaimana


dimaksud di atas dapat dilaksanakan oleh sekolah penyelenggara
PJJ melalui kerja sama dengan industri, maupun instansi lain
yang memiliki fasilitas dan/ atau sumber daya memadai di tempat
yang terjangkau oleh peserta didik.
Tempat Kegiatan Belajar (TKB) dalam program PJJ berperan
sebagai tempat penyelenggaraan bantuan belajar bagi peserta
didik yang terdaftar pada sekolah penyelenggara PJJ dengan
memberikan pelayanan akademik dan administrasi dalam rangka
membantu kelancaran proses belajar dalam program PJJ sesuai
aturan yang berlaku. Bantuan belajar yang dimaksud dapat
dilaksanakan secara pribadi maupun berkelompok, secara daring
maupun luring.
TKB dapat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam
rangka menjamin ketersediaan bantuan belajar dan
penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan terlebih dahulu
berkoordinasi dengan sekolah penyelenggara PJJ.

G. Sumber Daya Manusia


Berdasarkan Permendikbud 119 tahun 2014, struktur
pengelola sekolah penyelenggara PJJ paling sedikit terdiri atas:
1. Kepala sekolah/madrasah;
2. Guru/tutor;
3. Pengelola sekolah penyelenggara PJJ dan TKB; serta
4. Tenaga kependidikan.

Pendidik pada PJJ meliputi tutor dan guru dengan


ketentuan sebagai berikut:
1. Guru bertugas sebagai :
a. Perancang program pembelajaran;
b. Penyusun dan pengembang bahan ajar;
c. Penyusun dan pengembang media;
d. Pendistribusian bahan ajar dan media;
e. Penulis soal, tugas, dan evaluasi hasil belajar.
2. Dalam melaksanakan tugasnya, guru berkedudukan di sekolah
penyelenggara PJJ;
3. Guru merupakan guru yang terdaftar pada sekolah
penyelenggara PJJ dan mendapatkan surat tugas dari kepala
sekolah penyelenggara PJJ;
4. Guru memperoleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5. Guru reguler yang belum memenuhi beban kerja guru 24 jam
tatap muka perminggu dapat menjadi tutor. Sebagai tutor,
beban kerja tutor akan diperhitungkan sebagai beban kerja
guru sesuai dengan aturan yang berlaku;
6. Guru yang menjadi tutor adalah guru yang telah memenuhi
paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
pada satuan administrasi pangkalnya;
7. Beban Guru yang bertugas menjadi tutor dihitung sebagai
beban kerja guru untuk setiap 1 (satu) jam tatap muka sama
dengan perhitungan 60% (enam puluh persen) dari 1 (satu) jam
pembelajaran reguler untuk setiap peserta didik SMK/MAK;
8. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau Guru Bimbingan
Karir (BK) dari sekolah penyelenggara PJJ selain tugas
pokoknya, diberi tambahan tugas memberikan motivasi,
bimbingan, dan konseling/ bimbingan karir kepada peserta
didik program PJJ;
9. Dalam pelaksanaan pembelajaran di TKB, guru dibantu oleh
tutor yang telah diakui kompetensinya oleh sekolah
penyelenggara PJJ. Beban kerja tutor sesuai dengan
kebutuhan. Penugasan menggunakan sistem kontrak;
10. Tutor bertugas
a. Melakukan bimbingan belajar, pembimbingan
praktik/praktikum, dan tugas-tugas akademik lain atas
nama dan atas tanggung jawab guru,
b. Membantu belajar peserta didik sesuai dengan Petunjuk
Teknis penyelenggaraan tutorial,
c. Mendampingi dan memotivasi peserta didik untuk
melaksanakan belajar mandiri.
11. Tenaga kependidikan pada program PJJ terdiri atas.
a. Pengelola. Seluruh perangkat sekolah reguler yang
menyelenggarakan PJJ
b. bertanggung jawab terhadap pengelolaan program PJJ di
sekolah penyelenggara.
c. Pengelola TKB; dan
d. Administrator.

H. Pembiayaan
1. Satuan Biaya
Satuan biaya untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dihitung
berdasarkan komponen biaya untuk peserta didik yang bervariasi
tergantung jumlah peserta didik yang dikelola, dan komponen
biaya tetap, yaitu komponen biaya untuk investasi dan
pemeliharaan.
2. Komponen Pembiayaan
a. Biaya pengelolaan (manajemen)
1) Honor (bulanan) bagi:
a) Pengelola TKB;
b) Tutor.
2) Biaya transpor terdiri atas:
a) Biaya kunjungan pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah penyelenggara PJJ ke TKB;
b) Biaya pembinaan (supervisi akademik dan administratif).
3) Biaya Transport Kegiatan Penunjang Akademik:
a) Pengawasan Ujian; dan
b) Kegiatan Remedial.
b. Barang persediaan:
1) Alat Tulis Kantor (ATK); dan
2) bahan praktik/praktikum.
c. Biaya Investasi untuk:
1) Pengembangan TIK;
2) Pengadaan peralatan praktik.
d. Biaya pemeliharaan untuk:
1) Peralatan TIK;
2) Peralatan praktik;
3) Gedung dan barang inventaris.
3. Sumber Dana
a. Pusat (APBN):
1) Bantuan Operasional Sekolah (BOS);
2) Program Indonesia Pintar (PIP); dan
3) Bantuan pendidikan lainnya.
b. Provinsi/Kabupaten/Kota:
1) Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU);
2) Bantuan pendidikan lainnya.
c. Masyarakat dan Dunia Usaha
1) Sumbangan pendidikan
2) Sumbangan sukarela
3) Dana CSR perusahaan

I. Proses Pembelajaran
1. Ketersediaan akses terhadap sumber belajar bagi peserta didik
dalam program PJJ harus dijamin oleh sekolah penyelenggara PJJ.
2. Kompetensi praktik, terutama praktik dasar kejuruan dilatihkan di
SMK Penyelenggara dalam sistem blok dan dalam kurun waktu
relatif singkat.
3. Beberapa mata pelajaran yang tidak dapat diajarkan melalui PJJ,
dapat dilakukan di sekolah atau perusahaan menggunakan sistem
blok, khusus untuk mata pelajaran yang di praktikan.
4. Proses pembelajaran dilakukan melalui :
a. Belajar mandiri dilakukan peserta didik secara perseorangan
atau kelompok dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar
dan mendapat bimbingan serta bantuan belajar atau tutorial
sesuai dengan keperluan.
b. Belajar terbimbing atau terstruktur dilaksanakan melalui
tutorial yang dilakukan oleh tutor/guru dan peserta didik untuk
saling berinteraksi dalam bentuk :
1) Tutorial daring
a) Tutorial daring adalah proses pembelajaran jarak jauh
dimana interaksi peserta didik dengan guru/tutor
maupun antarpeserta didik termediasi TIK.
b) Tutorial daring dilaksanakan melalui sistem pengelolaan
pembelajaran dan dimanfaatkan pendidik untuk
melakukan bimbingan, diskusi, tanya jawab, penugasan,
praktikum, dan juga penilaian.
c) Tutorial daring menjadi proses belajar utama yang
disediakan oleh sekolah penyelenggara PJJ maupun yang
digunakan dalam proses pembelajaran oleh peserta didik
dan guru/tutor.
d) Bantuan lain yang dapat membantu peserta didik belajar
seperti menjawab pertanyaan tentang nilai, jadwal.
2) Tutorial tatap muka
a) Tutorial tatap muka dapat dilaksanakan di sekolah
penyelenggara PJJ atau TKB serta sesuai dengan
keberadaan peserta didik.
b) Tutorial tatap muka tidak sama dengan pembelajaran
tatap muka karena tutorial didasarkan pada pertanyaan-
pertanyaan dari peserta didik, bukan berdasarkan
penjelasan dari guru.
c) Penyelenggaraan praktik oleh tutor menggunakan sistem
blok sesuai kebutuhan yang diisyaratkan oleh kurikulum.
Penyelenggaraan praktik dapat dilaksanakan di sekolah
penyelenggara PJJ atau industri mitra.

J. Evaluasi Hasil Belajar


Evaluasi hasil belajar peserta didik dalam program PJJ dilaksanakan
melalui :
1. Tes Mandiri, yaitu penilaian pencapaian kompetensi secara
mandiri (self-asessment) dengan mengerjakan tes yang disediakan
pada tiap akhir uraian materi terintegrasi dalam modul. Capaian
hasil belajar dihitung sendiri sesuai Petunjuk Teknis penilaian
yang ditetapkan dalam modul. Pada modul-modul tertentu peserta
didik dapat melanjutkan belajar modul berikutnya setelah
memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
2. Tes oleh Guru, yaitu penilaian pencapaian hasil belajar yang
dilakukan oleh guru setelah peserta didik menyelesaikan satu atau
beberapa unit modul. Tes ini dapat berbentuk Ujian Tengah
Semester atau Ujian Akhir Semester. Ujian semester dapat
dilaksanakan di Sekolah Penyelenggara PJJ atau di TKB.
3. Evaluasi Akhir
Peserta didik dalam program PJJ yang telah menyelesaikan
seluruh modul dalam 6 semester, dapat mengikuti ujian akhir
studi di Sekolah Penyelenggara PJJ. Mekanisme Penilaian dan
Evaluasi (menyesuaikan dengan SMK Penyelenggara). Penilaian
hasil belajar siswa dengan model layanan PJJ SMK mengikuti
pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh SMK
Penyelenggara.

Penilaian akhir semester disusun oleh Guru /Tutor dari DU/ DI.
penilaian akhir semester biasanya dilaksanakan secara serentak
atau bersamaan waktunya dengan SMA/SMK. Soal untuk masing-
masing mata pelajaran non UN disusun oleh Guru mata pelajaran
yang bersangkutan dengan aturan seperti soal mata pelajaran
yang diujikan pada Ujian Nasional.
Untuk siswa kelas 12 bisa diikutsertakan pada latihan ulangan
dalam jaringan (UDJ) sebagai persiapan menghadapi Ujian
Nasional yang disiapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat.
Tugas fasilitator memeriksa hasil Penilaian Praktek di Industri,
sedangkan tutor memeriksa hasil Penilaian Akhir Semester yang
telah dikerjakan oleh siswa dengan memadukannya dengan
penilaian akhir modul dan Penilaian akhir untuk diolah menjadi
nilai rapor. Penilaian ini dilaksanakan sekali pada akhir Semester.
Penilaian Akhir Semester/Penilaian Akhir Tahun (PAS/PAT) atau
Ujian Nasional (UN) dapat dilaksankan di SMK Penyelenggara atau
di TKB.
Dengan memperhatikan kondisi siswa dan TKB penilaian
dilaksanakan oleh Tutor dan Guru Pamong secara fleksibel,
dengan memperhatikan lima hal berikut:
1. Waktu yang disepakati antara peserta didik dengan Tutor dan
Guru Pamong.
2. Tempat pelaksanaan penilaian (kelas sekolah di SMK
Penyelenggara, TKB, Tempat kerja siswa).
3. Sistem penilaian daring atau luring.
4. Kontent/materi yang diujikan.
5. Teknik penilaian yang digunakan.

K. Proses Pengelolaan
1. Pengelolaan pada program PJJ mengikuti aturan pengelolaan
program reguler pada sekolah penyelenggara PJJ. Dimungkinkan
ada pengelola khusus yang ditunjuk oleh kepala SMK
Penyelenggara atau digabungkan dengan pengelolaan program
reguler. Sementara itu, di TKB ada pengelola TKB dan wakilnya.
2. Pembelajaran pada program PJJ menggunakan Sistem Pengelolaan
Pembelajaran yang meliputi proses administrasi, perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar,
dan pengawasan pembelajaran dengan rincian sebagai berikut.
a. Proses administrasi meliputi pendaftaran, pelaporan kegiatan
belajar, kelulusan, dan sertifikasi.
b. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pembelajaran yang mengacu pada standar kompetensi lulusan
dan kebutuhan peserta didik.
c. Pelaksanaan pembelajaran meliputi:
1) Belajar mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber
belajar;
2) Tutorial menggunakan berbagai sarana komunikasi sinkron
atau asinkron;
3) Penugasan, pengumpulan, dan penilaian tugas, baik secara
daring (online) maupun luring;
4) Penilaian beragam kegiatan belajar; dan
5) Praktikum yang dapat dilaksanakan dengan menggunakan
perangkat lunak simulator dan/atau laboratorium.
3. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian capaian pembelajaran
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4. Pelaporan kegiatan belajar termasuk perekaman kegiatan
pembelajaran.
5. Tempat Kegiatan Belajar (TKB), secara tersistem, merupakan
bagian dari sekolah penyelenggara PJJ yang menjamin akses bagi
peserta didik dalam penggunaan fasilitas untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Pengelola TKB bertindak sebagai
koordinator penyelenggaraan PJJ setempat dan dapat bertindak
sebagai representasi dari sekolah penyelenggara PJJ. Pengelola
TKB ditetapkan oleh sekolah penyelenggara PJJ sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Sekolah penyelenggara PJJ membuat:
a. Petunjuk Teknis pelaksanaan kurikulum dalam bentuk
panduan belajar dan panduan evaluasi serta kalender
pendidikan;
b. Pembagian tugas bagi para guru/tutor ditetapkan dengan
surat tugas sesuai mata pelajaran/bidang keahlian;
c. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan dilakukan
sesuai dengan keperluan;
d. Tata tertib pengunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
e. Tata hubungan sesama warga di sekolah penyelenggara PJJ,
TKB, dan masyarakat;
f. Petunjuk Teknis akademik dan administrasi lainnya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan PJJ
g. Program kerja sekolah PJJ.
6. Kerjasama dengan para mitra sekolah penyelenggara PJJ harus
dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama, termasuk namun
tidak terbatas pada pemanfaatan sumber daya manusia bersama,
pemanfaatan sarana prasarana bersama, dan atau pemanfaatan
sumber belajar bersama.

L. Pelaporan, Pembinaan, Evaluasi, dan Penjaminan Mutu


1. Pelaporan
Sekolah wajib melaporkan penyelenggaraan PJJ kepada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pembinaan
Pembinaan PJJ menjadi tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya meliputi
pembinaan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan,
proses pembelajaran, dan kelembagaan.
3. Evaluasi
Evaluasi penyelenggaraan PJJ dilakukan oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sesuai dengan
kewenangannya yang dilaksanakan dengan prinsip transparansi
dan akuntabilitas publik.
4. Penjaminan Mutu
Sekolah penyelenggara PJJ melaksanakan pemantauan
dan evaluasi secara berkala yang dilaksanakan oleh Satuan
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Pengawas Sekolah yang
kemudian akan diakreditasi sesuai dengan karakteristik PJJ.
Penjaminan mutu/kualitas penyelenggaraan PJJ didasarkan
pada indikator sebagai berikut:
a. Dukungan institusi, antara lain untuk memastikan
keamanan dan kehandalan sistem informasi serta
pemeliharaan TIK.
b. Proses pengembangan sumber-sumber belajar antara lain
dokumen panduan pengembangan dan pelatihan untuk para
pengembang sumber belajar, kaji ulang dan revisi yang
teratur, dan memastikan keterlibatan peserta didik.
c. Kegiatan pembelajaran, antara lain adanya panduan bagi
peserta didik mengenai pembelajaran dan mata pelajaran
yang dilaksanakan secara daring, analisis terhadap motivasi,
kemandirian, dan kemampuan awal peserta didik untuk
berpartisipasi pada pembelajaran daring, fasilitasi untuk
interaksi antara guru/tutor, peserta didik, dan sumber
belajar, kesepakatan mengenai tenggat waktu untuk
penyerahan tugas (kontrak pembelajaran), umpan balik
untuk tugas-tugas, dan seterusnya.
d. Dukungan untuk guru/tutor serta fasiliatator antara lain
bantuan teknis, pelatihan untuk pembelajaran daring,
panduan mengenai akses data elektronis oleh peserta didik.
e. Dukungan untuk peserta didik, antara lain pelatihan awal
pemanfaatan sistem daring, penyediaan berbagai informasi
yang diperlukan, bantuan teknis selama pembelajaran ber-
langsung, dan penanganan pertanyaan dan keluhan peserta
didik.
f. Dukungan dari institusi mitra sekolah penyelenggara PJJ,
terutama dalam hal penyediaan sarana praktik maupun
proses penilaian sesuai kompetensi.
g. Penilaian dan evaluasi, antara lain evaluasi proses
pembelajaran dan efektivitas program, data mengenai
peserta didik yang mendaftar dan berpartisipasi sampai
selesai program, dan kaji ulang terhadap capaian belajar
secara periodik untuk memastikan manfaat, kejelasan dan
kecocokan dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
disasar oleh program tersebut.
Mutu mata pelajaran yang ditawarkan dalam program PJJ
ditentukan oleh adanya ketepatan indikator berikut:
a. deskripsi mata pelajaran;
b. tujuan pembelajaran;
c. penilaian dan pengukuran;
d. sumber dan bahan pembelajaran;
e. keterlibatan peserta didik;
f. pemanfaatan teknologi;
g. dorongan motivasi untuk peserta didik; dan
h. kemudahan mengakses mata pelajaran tersebut.
5. Supervisi
a. Kepala sekolah penyelenggara PJJ sebagai penanggung
jawab harus melaksanakan supervisi secara berkala.
b. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui pengawas,
melaksanakan supervisi secara berkala ke sekolah
penyelenggara PJJ dan TKB.
M. Luaran (Output)
Luaran program PJJ adalah lulusan yang menguasai kompetensi
sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan
secara nasional. Setelah menyelesaikan pendidikan dengan program
PJJ, lulusan disetarakan dengan lulusan sekolah regular.
IV. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
A. Dinas Pendidikan Provinsi
Dinas pendidikan memiliki peran strategis dalam persiapan,
pelaksanaan, dan keberlangsungan program PJJ pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Dengan kewenangan yang
dimilikinya, dinas pendidikan antara lain memiliki peran dan
tanggung jawab sebagai berikut:
1. mengeluarkan surat izin operasional penyelenggaraan program
PJJ berdasarkan usulan dari calon sekolah penyelenggara PJJ
atau SMK Penyelenggara, sesuai kewenangannya;
2. menyusun dan menetapkan pola pengelolalaan program PJJ;
3. menetapkan TKB berdasarkan usulan masyarakat/ calon
sekolah penyelenggara PJJ;
4. mensosialisasikan program PJJ kepada stakeholders;
5. menjamin ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan;
6. mendukung pembiayaan dan memfasilitasi ketersediaan
sarana-prasarana pendukung;
7. melakukan pembinaan secara berkelanjutan.
B. Balai Pelayanan dan Pengawasan Pendidikan (BP3) Wilayah I-VII
1. Mensosialisasikan program PJJ SMK PJJ kepada Kepala
SMP/Mts , Camat ,Lurah, Desa, dan Tokoh Masyarakat;
2. Memverifikasi SMK Penyelenggara PJJ;
3. Memfasilitasi kerjasama dengan Kadin kab / kota , UMKM ,
dan BLK;
4. Melakukan Pendampingan Program Pendidikan Jarak Jauh
Pada SMK di wilayahnya.
C. Sekolah Penyelenggara PJJ
Sekolah penyelenggara PJJ atau SMK Penyelenggara berperan
dalam penyelenggaraan dan pengelolaan berbagai kegiatan yang
terkait dengan program PJJ. Kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan antara lain:
1. mengusulkan penyelenggaraan program PJJ berdasarkan:
a. hasil analisis kebutuhan Sumber Daya manusia sesuai
dengan program/paket keahlian yang diperlukan di wilayah
tertentu;
b. jaminan keberlanjutan program/paket keahlian sesuai
dengan Sumber Daya yang tersedia dalam satu siklus
pendidikan;
c. analisis pengembangan kapasitas sekolah penyelenggara PJJ
termasuk kapasitas barang modal, pendidik dan tenaga
kependidikan.
2. menyusun program kerja sekolah berkaitan dengan PJJ yang
memuat:
a. Kegiatan persiapan menjelang tahun ajaran baru;
b. Pelaksanaan pengelolaan PJJ SMK;
c. Monitoring evaluasi;
d. Komitmen kepala sekolah.
3. melaksanakan rekrutmen peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan;
4. melaksanakan sosialisasi program PJJ;
5. membina TKB;
6. melaksanakan seleksi dan registrasi peserta didik;
7. melaksanakan proses pembelajaran secara jarak jauh;
8. melaksanakan penilaian hasil belajar;
9. mengelola dan melaporkan hasil belajar, rapor dan lainnya;
10. mengelola dokumen induk peserta didik;
11. menerbitkan ijazah dan sertifikat kompetensi bagi peserta
didik program PJJ yang telah dinyatakan lulus ujian akhir
studi;
12. berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan institusi lain
yang relevan;
13. menyediakan sarana-prasarana atau akses terhadap sarana-
prasarana pembelajaran.

D. Pengawas Sekolah
1. Pengawas sekolah bertugas melaksanakan supervisi dalam
rangka pembimbingan dan pembinaan penyelenggaraan
program PJJ serta penjaminan mutu, sesuai dengan
kewenangannya;
2. pengawas sekolah bertugas melaksanakan pendampingan pada
perencanaan pelaksanaan dan monitoring serta melakukan
evaluasi secara berkala pada penyelenggaraan program PJJ ke
Dinas Pendidikan Provinsi melalui bidang Pendidikan
Menengah Kejuruan.

E. Pengelola TKB
1. Memberikan layanan akademis dan konseling kepada peserta
didik;
2. TKB melayani maksimal 30 peserta didik dengan paket keahlian
yang sama untuk SMK Penyelenggara;
3. Menyusun jadwal tatap muka;
4. Menyediakan bahan ajar berbasis IT pada server atau fasilitas
lain;
5. Menyediakan Personal Computer dan proyektor/infokus.
V. PENGUSULAN PROGRAM PENDIDIKAN JARAK JAUH
A. Pengusulan Program PJJ di SMK
1. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Untuk itu, pembukaan
Program/Paket Keeahlian yang dilaksanakan dengan cara PJJ
dilakukan olehSMK, masyarakat, dan dunia usaha/dunia
industri di Kota/Kabupaten di Jawa Barat.
2. SMK yang dapat membuka Program Keahlian atau Paket
Keahlian yang dilaksanakan dengan cara PJJ adalah SMK yang
memenuhi persyaratan:
a. Memiliki akreditasi Program Keahlian atau Paket Keahlian,
sekurang-kurangnya B untuk swasta dan A/B untuk SMK
negeri
b. Telah menghasilkan lulusan Program Keahlian atau Paket
Keahlian yang akan dibuka;
1) Paket keahlian/program keahlian/bidang keahlian yang
diusulkan oleh SMK Penyelenggara PJJ harus didasarkan
pada hasil analisis tenaga kerja terampil yang dibutuhkan
di kota/kabupaten maupun di provinsi Jawa Barat.
2) SMK yang membuka Program/Paket keahlian yang
dilakukan dengan cara PJJ harus membuat Rencana
Pelaksanaan PJJ Program Keahlian atau Paket Keahlian
tersebut, sekurang-kurangnya selama 3 tahun pertama.
3) Usulan pembukaan Program/Paket Keahlian pada SMK
yang dilaksanakan dengan cara PJJ harus disertai dengan
pernyataan persetujuan dan kesanggupan bekerjasama
dari perusahaan/pengusaha setempat yang sekurang-
kurangnya berisi kesanggupan untuk:
a) Mengizinkan pekerjanya untuk belajar di SMK dengan
cara PJJ;
b) Ikut serta dalam penyesuaian kurikulum SMK PJJ
sesuai dengan kebutuhan perusahaan tanpa
mengurangi tingkat kompetensi terstandar yang
terdapat dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK;
c) Menyediakan peralatan praktik yang dibutuhkan oleh
peserta didik di tempat bekerja;
d) Menerima, menyediakan tempat, dan memberikan
kesempatan bagi peserta didik PJJ SMK untuk
melakukan praktik kerja industri di perusahaannya;
e) Bagi perusahaan atau pengusaha yang menerima
Corporate Social Responsibility (CSR) menggunakan
sebagian dana CSR untuk pembiayaan kegiatan
praktik kerja industri peserta didik program PJJ;
f) Pernyataan persetujuan terhadap pendirian program
PJJ Program Keahlian atau Paket Keahlian tertentu.

3. SMK Penyelenggara PJJ harus mengadakan kerja sama khusus


dengan dunia usaha/dunia industri atau perusahaan yang
dinyatakan secara khusus dalam sebuah naskah kerjasama
yang sekurang-kurangnya memuat hak dan kewajiban masing-
masing pihak dalam perancangan, pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi, penggunaan sarana dan prasarana perusahaan
untuk kepentingan pembelajaran, praktik kerja industri, dan
penempatan tamatan di perusahaan.
4. Dalam hal tidak memungkinkan dilakukannya kerja sama
dengan perusahaan tertentu, kerja sama dapat dilakukan oleh
SMK dengan perwakilan dunia usaha/dunia industri dengan
persetujuan Kamar Dagang dan Industri. Usulan dari SMK
harus disertai dengan pernyataan persetujuan dan
kesanggupan bekerja sama dari Kamar Dagang dan Industri
(tingkat kabupaten/kota), yang sekurang-kurangnya berisi
tentang:
a. Gambaran ringkas atas kebutuhan kompetensi teknis
terkait Program Keahlian atau Paket Keahlian tertentu pada
SMK yang diperlukan oleh dunia kerja/dunia usaha di
wilayah kerjanya;
b. Ikut serta dalam penyesuaian kurikulum SMK pada
program PJJ sesuai dengan kebutuhan perusahaan tanpa
mengurangi tingkat kompetensi terstandar yang terdapat
dalam Standar Kompetensi Lulusan SMK;
c. Menjaga keselarasan dan meningkatkan kualitas kerja
sama perusahaan dengan program PJJ SMK;
d. Ikut serta dalam penempatan tamatan pada
perusahaan/industri.
e. Pernyataan persetujuan terhadap pendirian program PJJ
SMK reguler pada program keahlian atau paket keahlian
tertentu.
5. Usulan pembukaan Program Keahlian atau Paket Keahlian
pada SMK yang dilaksanakan dengan cara PJJ harus
disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun pelajaran dimulai.
6. Dinas Provinsi akan melakukan penilaian usulan berdasarkan
kajian kelayakan dan kelengkapan berkas usulan.
7. Izin persetujuan pembukaan Program/Paket Keahlian pada
SMK yang dilaksanakan dengan cara PJJ dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
8. Kesesuaian dan kebenaran kajian kelayakan dinilai
berdasarkan simpulan kunjungan tim penilai di lokasi dan
wilayah setempat serta data pendukung dan pembanding
lainnya.

B. Data Pendukung dan Lampiran


Penyelenggara program PJJ harus melakukan kajian kelayakan
akademik dan administratif yang tertuang dalam suatu Naskah
Akademik beserta lampiran yang terdiri antara lain:
1. Kurikulum dan silabus;
2. Daftar guru beserta mata pelajaran yang diampu dan fotokopi
ijazah S1 dan yang lebih tinggi (dari setiap guru) serta ijin
perbantuan bagi guru dari sekolah lain atau instansi lain;
3. Daftar tutor beserta mata pelajaran dan lokasi tugas, dan
fotokopi ijasah SMA atau yang lebih tinggi, serta surat
kesediaan menjadi tutor (dari setiap tutor).
4. Daftar riwayat hidup guru dan tutor;
5. Daftar tenaga kependidikan;
6. Daftar sarana prasarana pendukung PJJ yang tersedia di
sekolah penyelenggara PJJ dan TKB.
7. Daftar sarana prasarana dan daftar fasilitas fisik pendukung
yang dapat dimanfaatkan berdasarkan asas pemanfaatan
bersama.
8. Dokumen pendukung lainnya sebagaimana dipersyaratkan
dalam akreditasi minimal.
9. Khusus untuk sekolah swasta, diperlukan dokumen akta
notaris pendirian yayasan, AD/ART yayasan, pengesahan
KUMHAM, dan delegasi kekuasaan (power of attorney) dari
yayasan kepada pimpinan sekolah swasta.
IV. PENUTUP
Pendidikan Jarak Jauh merupakan proses pembelajaran yang
dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan media komunikasi
dengan materi ajar yang dikembangkan dan dikemas dalam
beragam bentuk berbasis TIK. Prinsip pelaksanaan PJJ adalah
akses, pemerataan dan kualitas. Akses untuk mendapatkan
pendidikan semakin mudah dengan bantuan teknologi. Sehingga
ada pemerataan kesempatan berpartisipasi tanpa kendala dan
kualitas sesuai standar nasional pendidikan.
Panduan dibuat sebagai acuan dalam merancang, melaksanakan,
serta mengevaluasi program PJJ secara benar. Penyempurnaan
panduan akan terus dilakukan dan untuk masukan dari komunitas
pendidikan sangat diharapkan. Semoga panduan ini bermanfaat
bagi peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.

Kepala Dinas Pendidikan


Provinsi Jawa Barat

Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si


Pembina Utama Madya
NIP.196112311987031042

Anda mungkin juga menyukai