Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FUNGSI KEPEMIMPINAN YANG BAIK

DALAM PRODUKTIVITAS KERJA DAN


KEPUASAN KERJA

Di Susun Oleh :
Siswanti
M 2012 0074
Semester 1B/Purwodadi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi


Atma Bhakti Surakarta
2012/2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “ Fungsi Kepemimpinan yang Baik dalam
Produktivitas Kerja dan Kepuasan Kerja “ dapat terselesaikan tepat pada waktunya,
meskipun masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam materi dan
sebagainya.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin ….

Purwodadi, 23 Oktober 2012

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul ……………………………………………… i
Kata Pengantar …………………………………………….. ii
Daftar Isi ………………………………………………….. iii
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah……………………………………... 2
3. Tujuan Penulisan………………………………………. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian pemimpin …………………………………. 4
B. Pengertian Kepemimpinan ……………………………. 5
C. Pengertian Produktivitas Kerja ……………………….. 8
D. Cara meningkatkan Produktivitas Kerja ……………… 9
E. Pengertian Kepuasan Kerja ………………………….. 11
F. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja ………………………. 13
BAB III : PENUTUP
I. Kesimpulan …………………………………………... iv
II. Saran ………………………………………………..... iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Karena dalam
hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan,
sehingga menjadikan manusia untuk hidup bersosial dengan lingkup sekitarnya.

Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling
tinggi derajatnya, yang mampu berfikir untuk lebih baik dalam proses
kehidupanya, sehingga manusia dituntut untuk mampu menangulangi segala
permaslahan yang ada dalam sekitarnya. Untuk itulah dibutuhkan sosok
pemimpin yang paling tidak mampu mengelola dirinya sendiri maupun kelompok.

Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan


agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Persoalan kepemimpinan selalu
memberikan kesan yang menarik. Literatur-literatur tentang kepemimpinan
senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap
dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin
yang baik. Suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar
ditentukan oleh kepemimpinan.

Demikian juga pemimpin dimanapun letaknya akan selalu mempunyai beban


untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Membicarakan
kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja ia akan
diteropong. Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi pusat perhatian
manusia. Ada yang berpendapat bahwa kepemimpinan sama tuanya dengan
sejarah manusia. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu
keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia.
2. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah dari makalah ini diantaranya :
A. Bagaimana arti dari pemimpin ?
B. Bagaimana hakikat kepemimpinan ?
C. Bagaimana hakikat produktivitas kerja ?
D. Bagaimana cara meningkatkan produktivitas kerja ?
E. Bagaimana hakikat kepuasan kerja ?
F. Apa dan bagaimana aspek-aspek kepuasan kerja ?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
o Memberikan wawasan yang lebih pada mahasiswa dan pembaca.
o Mampu menguasai materi tentang kepemipinan dalam produktivitas kerja
dan kepuasan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemimpin

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan


untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasan. Dalam kegiatanya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk memngerahkan dan mempengaruhi bawahanya sehubungan
dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas
pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas agar
bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang
dicapai dapat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian
kepemimpinan mencakup distribusi kekuasan yang tidak sama diantara
pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan anggotanya dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata
lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat memprngaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan social yang
saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan yang akhirnya terjadi
suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapkan
untuk memiliki kemapuan dalam menjelaskan kepemimpinanya, karena
apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin maka tujuan yang ingin
dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
B. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya,
pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal.

Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka
yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.

Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian
(honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan,
semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati
adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati

Berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenaidefinisi
kepemimpinan :

1. George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 :


Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin,mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Kartini Kartono (1994) :
Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi
khusus.Sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,
danmempunyai suatu tujuan serta peralatan-peralatan yang khusus.
Pemimpinkelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari
situasi khusus.
3. Harold Koontz (1989) :
Pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka
akanberusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusiasme.
4. R.K. Merton “The Social Nature of Leadership”, American Journal of
Nuns” (1969) :
.Kepemimpinan sebagai suatu hubungan antar pribadi dalam mana pihak
lainmengadakan penyesuaian karena mereka berkeinginan untuk itu, bukannya
karenamereka harus berbuat demikian.

5. P. Pigors “Le adearship and Domination” :


Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong yang mengontrol
dayamanusia dalam mengejar tujuan bersama, melalui interaksi yang berhasil
dariperbedaan-perbedaan individual.
6. H.H. Jennings “Leadership – a dynamic redefinition”, J ournal Education
School (1944) :
Kepemimpinan muncul sebagai suatu hasil interaksi yang melibatkan perilaku
yangmemuat seseorang terangkat ke peranan sebagai pemimpin oleh individu-
individulain.
7. J.K. Hemphill “The Leader and his Group ” :
Kepemimpinan adalah perilaku seorang individu sementara ia terlibat dalam
pengerahan kegiatan-kegiatan kelompok.
8. Dalam “ A Propossed Theory of leadership in small groups; Technical report ” :
Memimpin berarti terlibat dalam suatu tindakan memulai pembentukan
strukturdalam interaksi sebagai bagian dari proses pemecahan masalah-masalah
bersama.
9. H. Malayu S.P. “ Manajemen sumber daya manusia “ :
Seseorang yang mempegunakan wewenang dan kepemimpinanya, mengarahkan
bahwa untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin adalah seorang pimpinan yang mempunyai sifat-sifat
kepemimpinan dn kewibawaan. Falsafah kepemimpinanya bahwa ia (pemimpin)
adalah untuk bawahan dan milik bawahanya.
10. SP. Siagian (2002) :
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
dalam hal bawahanya, sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan
kehendak pemimpin, meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
C. Hakikat Produktivita Kerja

Secara umum, produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata


maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya (ILO, 1979). Greenberg yang
dikutip oleh Sinungan (1985) mengartikan produktivitas sebagai perbandingan
antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama
periode tersebut.
Pentingnya produktivitas kerja mencakup banyak hal, dimulai dari produktivitas
tenaga kerja, produktivitas organisasi, produktivitas modal, produktivitas
pemasaran, produktivitas produksi, produktivitas keuangan dan produktivitas
produk. Pada tahap awal revolusi industri di negara-negara Eropah, perhatian
lebih banyak tertuju pada bidang produktivitas tenaga kerja, produktivitas
produksi dan produktivitas pemasaran. Sedangkan di negara Jepang, perhatian
peningkatan produktivitas tertuju pada produktivitas tenaga kerja dan
produktivitas organisasi, sehingga keharmonisan kepentingan buruh dan majikan
dipelihara dengan baik.

Riggs (dalam Prisma. 1986:5) menyatakan ada 3 tahapan penting yang perlu
ditempuh untuk mensukseskan gerakan produktivitas, yaitu dengan ringkasan A-
I-M (Awareness, Improvement, dan Maintanence). Indonesia, pada saat ini masih
pada tahap Awareness, belum mencapai Inprovement dan Maintanance. Untuk
sampai pada tahap Improvement dan Maintanance banyak cara yang ditempuh,
diantaranya dengan meningkatkan produktivitas total, yang terdiri dari (a).
Tingkat ekonomi makro; (b). Tingkat sektor lapangan usaha; (c). Tingkat unit
organisasi secara individual dan; (d). Tingkat manusia secara individual.
Simanjuntak (1983) menyatakan bahwa produktivitas dipengaruhi oleh faktor
yang bersumber dari individu itu sendiri, lingkungan sosial pekerjaan, dan faktor
yang berhubungan dengan kondisi pekerjaan. Batu Bara (1989) menyatakan
bahwa produktivitas itu dipengaruhi oleh motivasi dan atos kerja, Keterampilan
dan kualitas tenaga kerja, pengupahan dan jaminan sosial.
D. Cara-cara Meningkatkan Produktivitas Kerja :
1. Tuliskan rencana kerja anda. Sebaiknya tulis di kertas atau papan yang
mudah terlihat. Bukan di alat elektronik seperti handphone. Dan dalam setiap
daftar rencana kerja anda, tentukan prioritas kerja anda. Buat prioritas dari
yang menurut anda paling penting sampai yang kurang penting.
2. Tuliskan aktivitas yang harus anda hindari. Selain memiliki daftar
pekerjaan yang harus anda lakukan, tuliskan juga aktivitas tidak produktif
yang harus anda hindari. Misalkan nonton televisi tanpa kenal waktu. Dan
berjanjilah anda tak melakukan aktivitas-aktivitas tersebut sebelum pekerjaan-
pekerjaan anda selesai.
3. Lakukan pemanasan. Sebagian orang kadang memerlukan pemanasan
sebelum bekerja. Misalnya dengan minum kopi atau teh terlebih dulu. Bila
anda termasuk orang yang memerlukan pemanasan sebelum beraktivitas,
lakukan saja. Yang penting, itu bisa membuat anda lebih enjoy dalam bekerja.
4. Fokus pada apa yang anda kerjakan. Satu pekerjaan, satu waktu! Sulit
kalau anda melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Sebab fokus anda
akan terbagi. Mulai dari tugas prioritas anda. Pusatkan perhatian dan
konsentrasi anda untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sebaik-baiknya.
Jangan berpindah ke pekerjaan lain sebelum selesai. Ingat, fokus!
5. Tetapkan batas waktu. Ini akan mendorong anda untuk mengerjakan setiap
pekerjaan dengan cepat.
6. Tandai pekerjaan yang selesai. Setiap daftar pekerjaan yang sudah selesai,
tandailah. Boleh dengan memberi centang atau mencoretnya. Ini akan
memacu anda untuk segera menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan berikutnya.
7. Ambil istirahat. Tentukan waktu untuk beristirahat. Misalkan setiap dua jam
sekali anda mengambil istirahat 15 menit. Ini bisa anda gunakan untuk
meregangkan otot atau meminum teh hangat.
8. Belajar membaca cepat. Tingkatkan terus kecepatan membaca anda. Tips
membaca cepat seperti disampaikan di blog Fikrul Mustanir.
9. Mengetik lebih cepat. Maksimalkan kesepuluh jari anda dan hapalkan
shortcut khusus yang akan membantu anda mengetik lebih cepat.
10. Patuhi peraturan anda. Rencana-rencana kerja yang sudah anda buat tadi
bukan hanya untuk dipajang saja. Patuhi dan lakukanlah dengan sebaik-
baiknya.
E. Hakikat Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu


mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh
Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons
emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu


konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari
pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.
Tidak berbeda dari pengertian di atas, kepuasan kerja menurut Kreiter dan Kinicki
(2005) adalah respon emosional terhadap pekerjaan seseorang. Keith Davis dalam
(Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa “job satisfaction is the
favorableness or unfavorableness with employees view their work”,(kepuasan
kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai
dalam bekerja). Sedangkan Wexley dan Yukl dalam (Mangkunegara, 2005)
mendefinisikan kepuasan kerja “is the way an employe feels about his or her
job” . (Adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan
yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau
gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai
lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu
pengawasan sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya . antara lain
umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan. Pegawai akan merasa puas
dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong
dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa
tidak puas.
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai
tingkat kepuasan yang berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh Kreitner & Kinicki
(2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional terhadap
berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja
bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu
aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.

Menurut Strauss dan Sayles dalam Handoko (2001) kepuasan kerja juga penting untuk
aktualisasi, karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan yang
seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat lelah dan
bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan.
F. Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja :

1. Kerja yang secara mental menantang,Kebanyakan Karyawan menyukai


pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan
umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini
membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang
menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang
menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang,
kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan
promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan
mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat
keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar
akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang
bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang
lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai
keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam
kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah
mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa
pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih
banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu
yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil
(fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan
mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung,Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik
untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.
Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik
yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan,
dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan atas berhasilnya suatu organisasi atau usaha, sebab kepemimpinan
yang sukses, menunjukan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil
dilaksanakan dengan sukses pula, terlebih dari kepemimpinan yang matang dan
mampu akan membuat bawahan menjadi lebih bersemangat dan akan pula
menimbulkan kepuasan kerja yang sama-sama saling menghargai akan tiap tugas
(pekerjaan) masing-masing, disamping itu akan terwujud pula produktivitas kerja
yang tinggi yang mampu mencapai tujuan yang telah di targetkan.

II. Saran
Sangat diperlukan jiwa-jiwa pemimpin yang mampu mengatur mendidik dan
mengkoordinasikan tiap-tiap bawahan agar mampu mewujudkan suasana yang
selaras yang diharapkan yang tidak adanya rasa permusuhan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai