Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN selain menimbulkan rasa sakit lama kelamaan dapat

menyebabkan gusi bengkak akibat terbentuknya nanah


Kesehatan gigi dan mulut masih merupakan yang berasal dari gigi tersebut. Bila kondisi gigi
hal yang perlu mendapatkan perhatian serius karena tersebut sangat parah dan akhirnya terpaksa dilakukan
penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh sebagian pencabutan gigi susu sebelum waktunya tercabut maka
besar masyarakat terutama anak-anak. Penanganan hal ini akan mengakibatkan bergesernya ruang bagi
masalah kesehatan gigi, perlu menunjang upaya gigi tetap yang akan tumbuh sehingga bisa
kesehatan agar menjadi derajat kesehatan yang menimbulkan malposisi gigi tetap4.
optimal, upaya di bidang kesehatan gigi perlu ditinjau Perilaku pencegahan penyakit akan efektif
dari aspek lingkungan, kesadaran masyarakat dan apabila orang tua melakukan edukasi yang baik pada
penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan anak serta menjadi contoh (role model) bagi anak.
perawatan1. Salah satu penyakit gigi yang diderita Peran orang tua sangat penting dalam upaya
anak adalah caries gigi. peningkatan kesehatan gigi anak, sebab anak
Caries merupakan suatu penyakit jaringan prasekolah masih tergantung pada bantuan orang
keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang dewasa5. Pengaruh paling kuat adalah dari ibu, oleh
disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatu sebab itu pembinaan untuk meningkatkan kesehatan
karbohidrat yang dapat dirugikan. Tandanya adalah gigi dan mulut anak prasekolah juga ditujukkan pada
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian ibu6. Pengetahuan ibu akan sangat berpengaruh
diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Caries gigi terhadap kesehatan gigi anaknya. Hal ini dibuktikan
sejauh ini masih menjadi masalah kesehatan anak. oleh hasil penelitian Poutanen pada tahun 2007 di
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 Finlandia yang menunjukkan bahwa ibu dengan
menyatakan angka kejadian caries pada anak di dunia pengetahuan kesehatan gigi yang baik memiliki anak
masih sebesar 60-90%. Schroth pada tahun 2014 dengan kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik
melaporkan bahwa prevalensi caries dini di Manitoba, daripada ibu dengan pengetahuan yang rendah7.
Kanada pada anak usia pra sekolah sebesar 53% dan Figur pertama yang dikenal anak begitu ia
yang menderita caries dini parah adalah 42,4%2. lahir adalah ibunya. Maka dari itu, perilaku dan
Caries gigi merupakan salah satu penyakit kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh anak. Pengetahuan
kronis yang paling sering mempengaruhi individu ibu tentang pencegahan caries akan sangat
pada segala usia, caries gigi merupakan masalah oral menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak,
yang utama pada anak-anak dan remaja. Upaya namun ‘tahu’ saja tidak cukup, perlu diikuti dengan
menurunkan insidensi dan akibat gangguan sangat ‘sikap peduli’ sehingga ibu mau melakukan
penting pada masa kanak-kanak karena caries gigi jika pencegahan caries gigi pada anaknya8.
tidak ditangani, akan menyebabkan kerusakan total Penelitian yang dilakukan oleh Budiman
pada gigi yang sakit. Pembinaan kesehatan gigi di (2011) di wilayah kerja Puskesmas Medan Area Kota
Indonesia masih diperlukan karena menurut Kemenkes Medan memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan
RI tahun 2016 terdapat 93,6% penduduk telah yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan
menggosok gigi tetapi hanya sebesar 9,2% penduduk upaya pencegahan caries gigi pada anak prasekolah.
yang menggosok gigi dengan benar. Kejadian caries Upaya pencegahan akan terlaksana dengan baik jika
gigi pada anak-anak di Indonesia diperkirakan seseorang mempunyai pengetahuan dan sikap yang
mencapai 65% pada tahun 20163. baik pula tentang pencegahan carie gigi. Banyak orang
Early Childhood Caries terjadi pada gigi yang tua yang mengabaikan pencegahan caries gigi karena
baru erupsi dan anak prasekolah. Gigi rahang atas anak minimnya pengetahuan serta sikap ketidakpedulian
lebih sering terkena dibanding gigi rahang bawah terhadap kesehatan gigi dan mulut9.
karena dilindungi oleh lidah selama gerakan Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
menghisap atau minum susu. Dampak caries pada Tengah bahwa jumlah anak-anak yang menderita
anak bila dibiarkan maka akan mengakibatkan caries caries gigi untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
mencapai pulpa gigi dan menimbulkan rasa sakit. Rasa tahun 2016 sebanyak 21.481 anak, dimana jumlah
sakit akan berdampak pada malasnya anak untuk penderita tertinggi berada di Kabupaten Parigi
mengunyah makanan sehingga asupan nutrisi anak Moutong yaitu sebanyak 5.211 anak dan Kabupaten
akan berkurang dan mempengaruhi pertumbuhan dan Toli-toli dengan jumlah penderita terendah yaitu
perkembangan anak. Caries gigi yang tidak dirawat sebanyak 724 anak. Data untuk Kota Palu menempati

2
urutan ketujuh dengan jumlah penderita tertinggi Penelitian dilaksanakan di TK Tunas Rimba
sesudah Kabupaten Sigi, yaitu sebanyak 832 anak10. Palu. Peneliti memilih TK Tunas Rimba Palu sebagai
Data yang peneliti peroleh di TK Tunas Rimba tempat penelitian karena berdasarkan observasi awal
Palu menunjukkan bahwa jumlah murid atau anak usia yang peneliti lakukan pada anak usia prasekolah di TK
prasekolah di TK Tunas Rimba Palu sebanyak 123 Tunas Rimba Palu, cukup banyak yang menderita
anak11. Hasil observasi yang peneliti lakukan pada 10 careis gigi
anak usia prasekolah di TK Tunas Rimba Palu pada Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal
tanggal 11 Mei tahun 2018 menunjukkan bahwa 4 dari 24-31 Juli tahun 2018. Peneliti memilih bulan Juli
10 anak tersebut menderita caries gigi. Belum ada sebagai waktu penelitian karena mengikuti kalender
upaya-upaya pencegahan caries gigi seperti pendidikan dan mengejar batas waktu penelitian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang dilakukan Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
di TK Tunas Rimba Palu sejak lima tahun terakhir, dari anak prasekolah yang tidak menderita caries gigi
menurut salah satu guru di TK Tunas Rimba Palu di TK Tunas Rimba Palu yang berjumlah sebanyak 81
bahwa dari pihak puskesmas atau dinas kesehatan orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45
hanya menyelenggarakan penyuluhan kesehatan gigi orang. Sumber data adalah primer dan sekunder.
di sekolah dasar. Analisis data menggunakan analisis univariat
Hasil wawancara awal pada 5 orang ibu dari dan analisis bivariat. Uji yang digunakan adalah uji
anak usia prasekolah yang dijumpai di TK Tunas chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05.
Rimba Palu menunjukkan bahwa terdapat 2 orang ibu
di antaranya yang belum mengetahui jika rajin HASIL PENELITIAN
menggosok gigi dapat mencegah caries gigi, terdapat Analisi Univariat
3 orang ibu diantaranya yang belum mengetahui jika
mengkonsumsi sayuran dapat mencegah caries gigi, Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan
serta terdapat 4 orang ibu di antaranya yang belum karakteristik responden dan anak di TK
mengetahui jika alat pembersih lidah dapat mencegah Tunas Rimba Palu
caries gigi. Sikap dari 5 orang ibu tersebut
menunjukkan bahwa terdapat 3 orang ibu diantaranya Karakteristik f %
yang merasa tidak perlu anak menggosok gigi dengan Usia Ibu
gerakan melingkar untuk mencegah caries gigi dan 17-25 tahun 11 24,5
terdapat 4 orang ibu diantaranya yang merasa tidak 19 42,2
26-35 tahun
perlu rutin membawa anak ke dokter gigi atau 6 13,3
36-45 tahun
9 20,0
puskesmas untuk memeriksakan kesehatan giginya. 46-49 tahun
Belum ada upaya pencegahan caries gigi pada anak Pendidikan
SD 3 6,7
yang dilakukan oleh 5 orang ibu tersebut, baik dari 11
pemeriksaaan kesehatan gigi anak maupun penyuluhan SMP 24,5
SMA 29 64,4
caries gigi yang pernah diikuti. 2
S1 4,4
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu Pekerjaan
apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu Tidak bekerja 35 77,8
dengan upaya pencegahan caries gigi pada anak usia Wiraswasta 8 17,8
prasekolah di TK Tunas Rimba Palu? PNS 2 4,4
Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya Jenis Kelamin Anak
hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan upaya Laki-laki 17 37,8
pencegahan caries gigi pada anak usia prasekolah di Perempuan 28 62,2
TK Tunas Rimba Palu. Usia
3 tahun 13 28,9
4 tahun 15
METODE PENELITIAN 33,3
5 tahun 17 37,8
Jenis penelitian yang digunakan dalam Total 45 100,0
penelitian ini adalah penelitian analitik dengan Sumber: Data Primer 2018
pendekatan cross sectional.

3
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 45 Analisis Bivariat
responden dalam penelitian ini, sebagian besar Hubungan antara pengetahuan dengan upaya
responden berusia 26-35 tahun yaitu 42,2%, dan pencegahan caries gigi pada anak usia prasekolah
sebagian kecil responden berusia 36-45 tahun yaitu
13,3%. Sebagian besar responden berpendidikan SMA Tabel 3 Hubungan antara pengetahuan dengan upaya
yaitu 64,4%, dan sebagian kecil responden pencegahan caries gigi pada anak usia
berpendidikan S1 yaitu 4,4%. Sebagian besar prasekolah di TK Tunas Rimba Palu
responden tidak bekerja yaitu 77,8%, dan sebagian
kecil responden adalah PNS yaitu 4,4%. Sebagian Upaya pencegahan caries
besar anak berjenis kelamin perempuan yaitu 62,2%, gigi
Total p-
dan sebagian kecil anak berjenis kelamin laki-laki Pengetahuan Kurang
Baik value
yaitu 37,8%. Sebagian besar anak berusia 5 tahun baik
yaitu 37,8%, dan sebagian kecil anak berusia 3 tahun f % f % f
yaitu 28,9%. Kurang 19 70,4 8 29,6 27
Cukup 3 16,7 15 83,3 18 0,001
Total 22 48,9 23 51,1 45
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Sumber: Data Primer 2018
variabel penelitian di TK Tunas Rimba Palu
Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan
Variabel Penelitian f % bahwa dari 27 responden yang mempunyai
Pengetahuan pengetahuan kurang tentang pencegahan caries gigi,
Kurang 27 60 terdapat 19 responden (70,4%) dengan upaya
Cukup 18 40 pencegahan caries gigi yang kurang baik dan 8
Sikap responden (29,6%) dengan upaya pencegahan caries
Kurang 25 55,6 gigi yang baik, sedangkan dari 18 responden yang
Cukup 20 44,4 mempunyai pengetahuan cukup tentang pencegahan
Upaya pencegahan caries gigi caries gigi, terdapat 15 responden (83,3%) dengan
Kurang baik 22 48,9 upaya pencegahan caries gigi yang baik dan 3
Baik 23 51,1 responden (16,7%) dengan upaya pencegahan caries
Total 45 100,0 gigi yang kurang baik. Hasil uji statistik menggunakan
Sumber: Data Primer 2018 chi-square diperoleh p-value = 0,001 (p-value < 0,05)
yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan
upaya pencegahan caries gigi pada anak usia
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 45 responden
prasekolah di TK Tunas Rimba Palu.
dalam penelitian ini, sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan yang kurang tentang
Hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan
pencegahan caries gigi yaitu 60%, dan sebagian kecil
caries gigi pada anak usia prasekolah
responden mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang pencegahan caries gigi yaitu 40%. Sebagian
Tabel 4 Hubungan antara sikap dengan upaya
besar responden mempunyai sikap kurang tentang
pencegahan caries gigi pada anak usia
pencegahan caries gigi yaitu 55,6%, dan sebagian
prasekolah di TK Tunas Rimba Palu
kecil responden mempunyai sikap cukup tentang
pencegahan caries gigi yaitu 44,4%. Sebagian besar
Upaya pencegahan caries
responden mempunyai upaya pencegahan caries gigi gigi Total p-
yang baik yaitu 51,1%, dan sebagian kecil responden Sikap
Kurang baik Baik value
mempunyai upaya pencegahan caries gigi yang kurang f % f % f
baik yaitu 48,9%. Kurang 18 72,0 7 28,0 25
Cukup 4 20,0 16 80,0 20 0,002
Total 22 48,9 23 51,1 45
Sumber: Data Primer 2018

4
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan untuk melakukan pencegahan caries gigi pada
bahwa dari 25 responden yang mempunyai sikap anaknya.
kurang tentang pencegahan caries gigi, terdapat 18 Hal ini sejalan dengan pernyataan
responden (72%) dengan upaya pencegahan caries Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan dapat
gigi yang kurang baik dan 7 responden (28%) dengan diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal,
upaya pencegahan caries gigi yang baik, sedangkan media massa dan orang lain. Pengetahuan merupakan
dari 20 responden yang mempunyai sikap cukup faktor pemudah (predisposising factor) bagi seseorang
tentang pencegahan caries gigi, terdapat 16 responden untuk terlaksananya upaya pencegahan penyakit,
(80%) dengan upaya pencegahan caries gigi yang baik dengan demikian faktor ini menjadi pemicu atau
dan 4 responden (20%) dengan upaya pencegahan anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
caries gigi yang kurang baik. Hasil uji statistik motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau
menggunakan chi-square diperoleh p-value = 0,002 kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan
(p-value < 0,05) yang artinya ada hubungan antara tingkat sosial ekonomi12. Selain itu menurut Meliono
sikap dengan upaya pencegahan caries gigi pada anak (2013), masyarakat yang mempunyai pengatahuan
usia prasekolah di TK Tunas Rimba Palu. cukup baik terhadap suatu penyakit, maka akan
menimbulkan respon positif yaitu upaya terhadap
PEMBAHASAN pencegahan penyakit tersebut13.
Hubungan antara pengetahuan dengan upaya Sejalan pula dengan teori Wawan dan Dewi
pencegahan caries gigi pada anak usia prasekolah (2011) yang menjelaskan bahwa majunya teknologi
di TK Tunas Rimba Palu menyebabkan tersedianya bermacam-macam media
massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat masyarakat tentang inovasi baru. Berbagai bentuk
hubungan antara pengetahuan dengan upaya media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
pencegahan caries gigi pada anak usia prasekolah di majalah mempunyai pengaruh besar terhadap
TK Tunas Rimba Palu. Hal ini dibuktikan dengan pengetahuan seseorang. Media massa membawa pula
menggunakan uji chi-square dan diperoleh p-value = pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
0,001 (p-value < 0,05). mengarahkan opini seseorang dalam penyampaian
Peneliti berasumsi bahwa terdapat hubungan informasi sebagai tugas pokoknya. Adanya informasi
antara pengetahuan dengan upaya pencegahan caries baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
gigi pada anak usia prasekolah di TK Tunas Rimba kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap
Palu dikarenakan jika responden telah mempunyai hal tersebut14.
pengetahuan yang cukup tentang pencegahan caries Ali (2013) juga menyatakan sebagaian besar
gigi, maka responden cenderung akan melakukan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
upaya pencegahan yang baik agar anaknya tidak telinga. Informasi yang diperoleh melalui pendidikan
menderita caries gigi. Begitu juga sebaliknya, kesehatan mampu menambah pengetahuan orang
responden yang kurang mengetahui tentang tersebut. Informasi yang diperoleh baik dari
pencegahan caries gigi, akan mempengaruhi upayanya pendidikan formal maupun non formal dapat
dalam mencegah caries gigi, dimana responden belum memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
maksimal atau kurang baik terhadap pencegahan impact), sehingga menghasilkan perubahan atau
caries gigi pada anaknya. peningkatan pengetahuan15. Wawan dan Dewi (2011)
Kurangnya pengetahuan responden tentang menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan sangat
pencegahan caries gigi dikarenakan responden kurang berperan dan berpengaruh terhadap pengetahuan
memperoleh informasi tentang caries gigi, baik seseorang karena kegiatan pendidikan yang dilakukan
melalui media massa ataupun kurang aktif mengikuti dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
penyuluhan kesehatan. Responden yang mempunyai keyakinan membuat masyarakat tidak hanya sadar,
pengetahuan cukup dikarenakan responden mendengar tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
atau melihat dari media cetak ataupun media melaksanakan suatu anjuran yang ada hubungannya
elektronik dan aktif dalam mengikuti kegiatan dengan kesehatan14.
penyuluhan kesehatan agar menambah pengetahuan Responden yang mempunyai pengetahuan
responden tentang caries gigi sehingga mengupayakan cukup tetapi upaya pencegahannya masih kurang baik
terhadap caries gigi pada anak dikarenakan

5
berdasarkan hasil wawancara tambahan yang peneliti formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
lakukan pada responden setelah selesai mengisi pendidikan nonformal18.
kuesioner menunjukkan bahwa faktor kesibukan dari Responden dengan pendidikan SD dan SMP
responden yang menyebabkan hal demikian, sehingga sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang
responden belum maksimal dalam melakukan dibanding responden dengan pendidikan SMA dan S1.
pencegahan caries gigi pada anaknya. Begitu pula Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan
untuk hasil wawancara tambahan pada responden yang yang ditempuh oleh responden, maka semakin
mempunyai pengetahuan kurang, tetapi upaya bertambah pula pengetahuannya.
pencegahannya sudah baik terhadap caries gigi pada Sejalan dengan pernyataan Wawan dan Dewi
anak dikarenakan faktor kebiasaan responden yang (2011), bahwa usia mempengaruhi daya tangkap serta
baik, seperti membiasakan anak untuk menggosok gigi pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan
minimal 2 kali sehari, membiasakan anak menggosok menyebabkan meningkatnya daya tangkap dan pola
gigi sebelum tidur malam, serta tidak membiasakan pikir, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
anak untuk mengkonsumsi makanan jajanan. membaik. Bertambahnya usia maka bertambah pula
Sejalan dengan Cecep (2015) yang pengalaman hidup. Pengetahuan dapat diperoleh dari
menyatakan bahwa pencegahan penyakit merupakan pengalaman yang telah dilalui14.
komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Upaya Sejalan pula dengan hasil penelitian yang
pencegahan penyakit bertujuan untuk menurunkan dilakukan oleh Kartika (2011) di Puskesmas Teladan
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit Kota Medan yang menunjukkan bahwa usia dan
tersebut. Sering seseorang mempunyai perilaku yang pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan
kurang baik terhadap pencegahan penyakit walaupun pengetahuan responden. Hal ini dikarenakan semakin
dirinya sudah mempunyai pengetahuan yang baik. tinggi pendidikan dan usia responden, maka
Faktor kebiasaan, kesibukan, dan kemalasan menjadi pengetahuannya juga akan semakin banyak19.
pencetus timbulnya perilaku yang kurang baik
tersebut16. Hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil caries gigi pada anak usia prasekolah di TK Tunas
penelitian yang dilakukan oleh Khahar (2011) di Rimba Palu
wilayah kerja Puskesmas Bukit Tinggi Kota Padang,
jumlah responden dalam penelitian adalah 55 orang, Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
dan menemukan ada hubungan antara pengetahuan hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan
dengan upaya pencegahan caries gigi pada anak caries gigi pada anak usia prasekolah di TK Tunas
prasekolah, dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Rimba Palu. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan
Pengetahuan yang cukup baik dapat merubah perilaku uji chi-square dan diperoleh p-value = 0,002 (p-value
seseorang menjadi baik dalam melakukan pencegahan < 0,05).
penyakit17. Peneliti berasumsi bahwa terdapat hubungan
Responden yang berusia 35 tahun ke bawah antara sikap dengan upaya pencegahan caries gigi
sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang pada anak usia prasekolah di TK Tunas Rimba Palu
dibanding responden yang berusia 36 tahun ke atas. dikarenakan responden yang telah mempunyai sikap
Hal ini dikarenakan semakin bertambah usia cukup beranggapan bahwa sangat perlu melakukan
seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatan pencegahan caries gigi pada anak, sehingga dari hal
dalam berfikir akan lebih baik, selain itu usia yang ini responden akan melakukan upaya pencegahan
bertambah, pengalaman juga akan semakin banyak caries gigi dengan baik agar dapat mencegah
sehingga dari pengalaman tersebut dapat menambah timbulnya masalah caries gigi pada anaknya,
pengetahuan responden. sebaliknya jika responden mempunyai sikap kurang
Sejalan dengan teori Notoatmodjo (2014), terhadap pencegahan caries gigi, maka hal ini pula
semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh yang kurang mendukung dalam pencegahan caries
seseorang, maka semakin banyak pula pengetahuan gigi pada anaknya, karena pada dasarnya responden
yang diperolehnya. Namun perlu ditekankan bahwa sudah mempunyai sikap acuh terhadap masalah caries
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti gigi sehingga kecil kemungkinan untuk melakukan
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan upaya pencegahan caries gigi pada anak.
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

6
Sejalan dengan pernyataan Sari (2012) bahwa Sejalan dengan teori Sarafino (2014) yang
sikap positif seseorang yang ditunjukkan oleh sikap menjelaskan bahwa sikap merupakan hal yang penting
menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung bukan hanya karena sikap itu sulit untuk diubah,
jawab terhadap suatu stimulus akan memberi dampak tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran
yang positif dalam kehidupan mereka, misalnya sosial individu meskipun sikap tidak selalu
berperilaku hidup bersih dan sehat serta dapat direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak dan
mencegah terjadinya masalah penyakit yang dapat juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah
menurunkan produktivitas hidup seseorang. Sikap laku individu terutama terjadi saat sikap yang dimiliki
negatif dalam mencegah permasalahan kesehatan kuat dan mantap. Sikap secara nyata menunjukkan
mempunyai dampak terhadap peningkatan kasus konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
penyakit20. tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
Kholid (2012) juga menyatakan bahwa sikap reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
merupakan respon evaluatif didasarkan pada proses Budiman dan Riyanto (2013) juga menyatakan
evaluasi diri yang disimpulkan berupa penilaian positif bahwa sikap timbul dari awareness (kesadaran) dan
atau negatif yang kemudian mengkristal sebagai reaksi interest (merasa tertarik) terhadap stimulus. Ada tiga
terhadap objek. Maksudnya yaitu seseorang yang komponen sikap yaitu kepercayaan atau keyakinan,
mempunyai sikap baik terhadap masalah penyakit, perasaan terhadap suatu objek dan kecenderungan
akan mengupayakan pencegahan terhadap penyakit untuk bertindak. Seseorang yang memiliki
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga kepercayaan dan perasaan terhadap informasi yang
sebaliknya, seseorang yang mempunyai sikap kurang mereka dapat, mereka akan cenderung untuk
baik, maka berkemungkinan besar untuk tidak mengambil sikap yag baik terhadap apa yang telah
melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut21. mereka terima sebelumnya. Faktor komunikasi sosial
Satari (2012) juga menyatakan bahwa dan informasi yang diterima individu dapat
memiliki sikap yang baik terhadap masalah kesehatan, menyebabkan perubahan sikap pada diri individu
menjadikan seseorang akan cenderung melakukan tersebut.
upaya pencegahannya karena dirinya merasa kesehatan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
sangatlah penting, untuk itu perlu dijaga agar dapat penelitian yang dilakukan oleh Marno (2011) di
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. wilayah Puskesmas Kaduddu Kota Jambi, yang
Sikap merupakan keadaan mental dan syaraf dari menemukan bahwa ada hubungan antara sikap dengan
kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang upaya pencegahan caries gigi pada anak usia
memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap prasekolah, dengan nilai p = 0,031 < 0,05. Sikap yang
respon individu pada semua objek dan situasi yang baik terhadap pencegahan caries gigi dapat
berkaitan dengannya22. menentukan keberhasilan dalam pencegahan caries
Responden yang mempunyai sikap kurang gigi pada anak.
tentang pencegahan caries gigi tetapi mempunyai Responden yang berusia 35 tahun ke bawah
upaya yang baik dalam pencegahan caries gigi pada sebagian besar mempunyai sikap yang kurang
anak dikarenakan perintah dari suami atau keluarga dibanding responden yang berusia 36 tahun ke atas.
yang menyuruh atau menyarankan pada responden Hal ini dikarenakan usia merupakan faktor yang
agar memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anak mempengaruhi perilaku. Semakin bertambah usia
dengan membiasakan anak untuk rajin menggosok gigi responden, maka pengalaman dan pengetahuan
minimal 2 kali sehari, melarang mengonsumsi terlalu semakin banyak, serta lebih bijak dalam menentukan
sering makanan atau minuman yang manis serta sikapnya.
mengontrol kesehatan gigi anak di puskesmas, Sejalan dengan yang dinyatakan oleh
sedangkan pada responden yang sudah mempunyai Suryabudhi (2009) bahwa usia merupakan salah satu
sikap cukup tentang pencegahan caries gigi, akan faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
tetapi mempunyai upaya pencegahan yang kurang baik seseorang. Seseorang yang menjalani hidup secara
terhadap caries gigi pada anak dikarenakan faktor normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup
kelelahan setelah melakukan aktivitas sehingga maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan
responden sering lupa untuk mengupayakan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan
pencegahan caries gigi pada anaknya. kearifannya semakin baik dalam pengambilan
keputusan.

7
Responden dengan pendidikan SD dan SMP pemahaman ibu tentang pencegahan caries gigi
sebagian besar mempunyai sikap yang kurang pada anak.
dibanding responden dengan pendidikan SMA dan S1. 2. Peneliti Selanjutnya
Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan proses Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
dalam membentuk perilaku. Bertambahnya usia maka meneruskan penelitian ini dengan meneliti lebih
bertambah pula kedewasaanya sehingga cenderung lanjut mengenai kesimpulan yang dihasilkan dari
mempunyai sikap yang positif23. penelitian.
Seperti yang dijelaskan oleh Fuadi (2010)
bahwa pendidikan merupakan proses dimana DAFTAR PUSTAKA
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan
bentuk tingkah laku lainnya di dalam lingkungan 1. Pratiwi D. 2010. Gigi Sehat-Merawat Gigi Sehat
masyarakat. Pendidikan merupakan alat yang Sehari-hari. Jakarta (ID): Kompas. Indonesia
digunakan untuk merubah perilaku manusia. Begitu Sehat: 2 (kol 11-14).
juga halnya dengan usia, usia mempengaruhi 2. [WHO] World Health Organization. 2015. The
pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang. World Health Report 2015. Swiss (CH): WHO.
Makin bertambahnya usia diharapkan seseorang 3. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik
bertambah pula kedewasaannya, makin mantap Indonesia. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.
pengendalian emosinya, dan makin tepat segala Jakarta (ID): Kemenkes RI.
tindakannya24. 4. Kusdhany L. 2012. Kesehatan Gigi dan Mulut.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Jakarta (ID): FKUI.
oleh Dimas (2013) di Puskesmas Bareng Kota Malang 5. Duncanson K. 2012. Study Protocol of a Parent-
yang menunjukkan bahwa usia dan pendidikan focused Child Feeding and Dietary Intake
berperan dalam pembentukan sikap. Sikap seseorang Intervention. California (AS): BMC Public Health.
cenderung positif dikarenakan usia yang bertambah 6. Kusumaningsih T. 2011. Peningkatan cara
serta pendidikan yang semakin tinggi25. mengatasi terjadinya karies gigi sehubungan
dengan pola makan anak TK di Kecamatan
SIMPULAN DAN SARAN Kenjeran Kotamadya Surabaya [skripsi]. Surabaya
Simpulan (ID): Ubaya Press.
7. Triyanto R. 2009. Faktor-faktor yang
Simpulan berdasarkan hasil penelitian dan mempengaruhi perilaku ibu dalam menjaga
pembahasan sebagai berikut: kebersihan gigi dan mulut anak prasekolah di
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya Sekolah Raudhatul Athfal (RA) Kecamatan
pencegahan caries gigi pada anak usia prasekolah Tambaksari Kota Tasikmalaya [tesis]. Surabaya
di TK Tunas Rimba Palu. (ID): Ubaya.
2. Ada hubungan antara sikap dengan upaya 8. Natamiharja L. 2013. Hubungan pendidikan,
pencegahan caries gigi pada anak usia prasekolah pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status
di TK Tunas Rimba Palu. karies gigi balitanya. Dentika Dental Journal
[Internet] [diunduh 2018 Mei 1]; 21 (4): 33-35.
Saran Tersedia pada: http://journaldentikaUSU-
karies.co.it.
1. TK Tunas Rimba Palu 9. Budiman W. 2011. Faktor yang berhubungan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dengan upaya pencegahan caries gigi pada anak
menjadi bahan masukan bagi pihak guru agar prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Medan
mengupayakan pemberian informasi tentang Area Kota Medan [skripsi]. Medan (ID): USU.
kebiasaan menggosok gigi setiap hari pada anak 10. [Dinkes Prov. Sulawesi Tengah] Dinas Kesehatan
didiknya serta mengupayakan kerja sama dengan Provinsi Sulawesi Tengah. 2016. Profil Kesehatan
pihak kesehatan untuk memberi penyuluhan pada Provinsi Sulawesi Tengah. Palu (ID): Dinkes Prov.
orang tua murid khususnya ibu tentang masalah Sulawesi Tengah.
caries gigi pada anak beserta dengan upaya 11. [TK Tunas Rimba Palu] Taman Kanak-kanak
pencegahannya sehingga dapat menambah Tunas Rimba Palu. 2017. Profil TK Tunas Rimba
Palu. Palu (ID): TK Tunas Rimba Palu

8
12. Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka cipta.
13. Meliono I. 2013. Pengetahuan Kesehatan. Jakarta
(ID): Lembaga Penerbitan FEUI.
14. Wawan A, Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta (ID): Nuha Medika.
15. Ali Z. 2013. Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan
Masyarakat dan Promosi Kesehatan. Jakarta (ID):
Trans info Media.
16. Cecep T. 2015. Trend Disease: Trend Penyakit
Saat Ini. Jakarta (ID): Trans info Media.
17. Khahar A. 2011. Hubungan pengetahuan dan sikap
ibu dengan upaya pencegahan caries gigi pada
anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Bukit
Tinggi Kota Padang [skripsi]. Padang (ID): UNP.
18. Notoatmodjo S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta (ID): Rineka Cipta.
19. Kartika. 2011. Hubungan karakteristik dengan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas Teladan Kota Medan [skripsi]. Medan
(ID): USU.
20. Sari Y. 2012. Teori Sikap. Jakarta (ID): Salemba
Medika.
21. Kholid A. 2012. Promosi Kesehatan: dengan
Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan
Aplikasinya. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo
Persada.
22. Satari W. 2012. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta
(ID): Nuha Medika.
23. Sarafino EP 2014. Health Psychology. Singapore
(S): John Wiley and Sons.
24. Fuadi A. 2010. Ilmu Pengetahuan dan Sikap.
Jakarta (ID): Gramedia.
25. Dimas U. 2013. Pengetahuan dan sikap tentang
pulpa di Puskesmas Bareng Kota Malang [skripsi].
Semarang (ID): UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai