NERVUS FACIALIS
Oleh Kelompok 2 :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
I. Anatomi Nervus Fasialis
Nervus fasialis merupakan salah satu nervus kranialis yang
berfungsi untuk motorik sensorik somatik, dan aferen eferen visceral.
Gambar berikut ini memperlihatkan cabang nervus fasialis beserta otot yg
dipersarafinya. Nervus fasialis memiliki dua subdivisi, yang pertama
adalah yang mempersarafi otot ekspresi wajah kemudian yang kedua
memiliki serat yang jauh lebih tipis yaitu intermediate yang membawa
aferen otonom, somatik, dan eferen otonom.1
Gambar 3. Letak nukleus nervus fasialis di batang otak dilihat dari dorsal1
Gambar 4. Nukleus nervus fasialis dari samping1
Serat somatik aferen. Serat somatik aferen berasal dari pinna, meatus akustikus
eksternus, dan gendang timpani. Serat berjalan menuju ganglion geniculatum
menuju nukleus sensorik nervus trigeminus. 1
Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis yang
berasal dari nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus menuju
ganglion geniculatum lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju glandula
lakrimal serta mukosa nasal. Sebagian lagi menuju ganglion submandibula, lewat
nervus lingualis. Ganglion submandibula bertanggung jawab untuk sekresi
glandula submandibularis dan sublingualis berupa saliva. Aferen dari sistem ini
berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal menerima input dari
hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang enak akan
terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan terjadi
lakrimasi. 1
Gambar 12. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis10
Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor.
Serabut di serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik,
meningioma, kelainan A.basilaris.6
Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan
gerakan ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan
ganglia basalis. Jika bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan
terjadi penurunan ekspresi wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit
Parkinson, atau reaksi hiperkinetik yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau
blefarospasme. Hubungan dengan talamus dan ganglia basalis tersebut tidak
diketahui secara terperinci.1
BELL’S PALSY
Gambar 13. Bells palsi tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit10
Perbedaan Bell’s palsy dengan Stroke
Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti tetapi dapat
diduga bahwa penyebab dari penyakit ini adalah karena saraf yang
mengendalikan otot wajah membengkak, terinfeksi, atau mampat karena aliran
darah berkurang15. Ada pula para ahli yang menyatakan bahwa pada kasus
Bell’s palsy terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah tulang
temporal, di sekitar foramen stilomastoideus12.
Diagnosis
Terapi
Penanganan mata
Bagian mata harus mendapatkan perhatian khusus dan harus dijaga agar
tetap lembab, hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pelumas mata
setiap jam sepanjang hari dan salep mata harus digunakan setiap malam14.
Kortikosteroid
Latihan wajah
1. Tersenyum
Gejala Sisa
Kontraktur
Hal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga plika nasolabialis
lebih jelas terlihat dibanding pada sisi yang sehat. Bagi pemeriksa yang
belum berpengalaman mungkin bagian yang sehat ini yang disangkanya
lumpuh, sedangkan bagian yang lumpuh disangkanya sehat.
Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau
tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. Bila pasien disuruh memejamkan
mata, maka otot orbikularis orispun akan akan ikut berkontraksi dan sudut
mulut terangkat. Bila ia disuruh menggembungkan pipi, kelopak mata ikut
merapat.
Spasme spontan
Dalam hal ini otot-otot wajah bergerak secara spontan, tidak terkendali.
Hal ini disebut juga tic facialis. akan tetapi tidak semua tic facialis
merupakan gejala sisa dari Bell’s palsy.
Etiologi
Virus varisela zooster yang merupakan jenis virus neutropik. Virus ini
termasuk dalam angota famili dari Herpez viridae dan penyebab utama dari
penyakit cacar air. SRH terjadi akibat reaktivasi dari infeksi virus varisela zooster
sebelumnya.
Patogenesis
Parese nervus VII timbul akibat reaktivasi virus varisela zooster yang
menetap pada ganglion genikulatum dan proses ini disebut ganglionitis.
Ganglionitis menekan selubung jaringan saraf, sehingga menimbulkan gejala pada
nervus VII. Peradangan dapat meluas sampai ke foramen stilomastoid.
Gejala
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Lesi nervus fasialis dapat pula terjadi pada kanalis fasialis berupa otitis
media, mastoiditis, kolesteatom, fraktur tulang temporal. Tic fasialis disebabkan
oleh spasme otot fasialis.6
HYPERACUSIS
Hyperacusis adalah suatu kondisi langka yang terjadi ketika suara biasa
menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri pada telinga. Merupakan gangguan
dalam persepsi kekerasan suara. Pasien yang menderita hiperakusis mungkin
muncul terlalu sensitif terhadap berbagai suara, menemukan banyak suara tak
tertahankan dan menyakitkan. Suatu kondisi langka yang terjadi ketika suara biasa
menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri pada telinga. Hal ini terjadi ketika ada
masalah dengan cara otak memproses suara.
Gejala
Ciri gejala hiperakusis adalah memiliki berkurangnya toleransi dan
peningkatan sensitivitas untuk suara di kehidupan sehari-hari terdengar di
lingkungan normal Anda. Orang yang menderita penyakit ini sering mengeluh
hidup di dunia di mana volume suara tampaknya terdengar terlalu tinggi.
Oleh karena itu orang-orang dengan kondisi yang begitu sensitif terhadap
suara, mereka mungkin mengembangkan rasa takut kebisingan, yang dikenal
sebagai fonofobia. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan mereka untuk
menghindari situasi sosial dan publik dalam ketakutan mengekspos telinga
mereka untuk suara yang berbahaya.
Diagnosis
Audiogram dengan LDL, UCL
Pengujian OAE
Tympanometry dan refleks akustik
Pengujian ABR (untuk lesi brainstem)
MRI scan of the brain
Evaluasi psikologi (jarang membantu, tetapi terkadang diminta dalam
evaluasi medikolegal)
Perawatan
Pengobatan untuk hyperacusis biasanya mencakup terapi suara untuk
melatih otak Anda untuk mendengar suara normal. Anda juga mungkin perlu
konseling.
Medikasi
1. Lorazepam or klonazepam (dosisrendah). "benzodiazepines"
2. Antidepresan
3. Obat anti-migrain: venlafaxine, topiramate, verapamil, beta-
blockers, tricyclics.
4. Obat anti-seizure: oxcarbazapine, gabapentin
5. Baclofen
Peralatan
1. Ear plugs
2. Maskers/sound generators
Terapi
1. TRT (Tinnitus Retraining Therapy)
2. AIT or (Auditory integration training)
Psikologi
Pembedahan
DAFTAR PUSTAKA