Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
Di susun oleh :
Abdullah Agung Hayyuka (1507114795)
Toni Ardi (1507114719)
Ulfiana Puteri Al-Masri (1507116847)
Dosen Pengampu :
Prof. Edy Saputra, ST, MT, Ph.D
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Ideal Yang Digunakan Untuk Desain Reaktor .....................13
Gambar 2.2 Laju Reaksi Pada Reaktor Mixed-Flow ...........................................14
Gambar 2.3 Laju Reaksi Pada Reaktor Plug-Flow .............................................15
Gambar 2.4 Profil Reaktor Mixed-Flow Dan Plug-Flow ....................................17
Gambar 2.5 Model Kinetika Untuk Produksi Benzil Asetat ...............................19
Gambar 2.6 Pemilihan Rekator Untuk Sistem Reaksi Paralel ............................28
Gambar 2.7Pemilihan Reaktor Tipe Gabungan Reaksi Parelel Dan Seri Pada
Ssat Reaksi Parallel Memiliki Orde Yang Lebih Tinggi
Dibandingkan Reaksi Primer ..........................................................30
3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Campuran Reaksi Awal Pada Produksi Benzil Asetat ..........................18
Tabel 2.2 Data Eksperimen Untuk Produksi Benzil Asetat .................................18
Tabel 2.3 Ekspresi Untuk Reaksi Batch Dengan Model Kinetika Berbeda .........19
Tabel 2.4 Hasil Dari Kuadrat Terkecil Untuk Ketiga Model Kinetika ................20
Tabel 2.5 Data Eksperimen Produksi Etil Asetat .................................................20
Tabel 2.6 Massa Molar Komponen Yang Terlibat Dalam Manufaktur
Etil Asetat .............................................................................................21
Tabel 2.7 Konsentrasi Molar Manufaktur Etil Asetat ..........................................21
Tabel 2.8 Model Kinetika Untuk Mem Fit Data Pada Manufaktur Etil Asetat . . .22
Tabel 2.9 Hasil Fitting Model Pada Manufaktur Etil Asetat ...............................23
4
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dikarenakan perancangan proses dimulai dengan reaktor, hal pertama yang
harus dilakukan adalah memilih reaktor. Performa reaktor yang baik menjadi
peran penting dalam menentukan kelayakan ekonomi dari rancangan keseluruhan
dan dampak terhadap lingkungan dari proses tersebut. Selain menghasilkan
produk yang diinginkan, reaktor juga menghasilkan produk samping. Produk
samping yang tidak diinginkan ini tidak hanya menyebabkan berkurangnya
pendapatan tetapi juga menyebabkan permasalahan lingkungan. Solusi terbaik
untuk permasalahan lingkungan bukan dengan mengembangkan metode
pengendalian tetapi untuk tidak menghasilkan limbah pada tahap awal.
Reaktor bisa diklasifikasikan sebagai kimia atau biokimia. Kebanyakan
reaktor tersebut menggunakan katalis. Dalam memilih katalis, strateginya berupa
katalis dengan karakteristik yang ideal serta sesuai dengan kondisi operasi yang
dibutuhkan untuk sistem reaksi. Hal yang mencakup dalam merancang reaktor
berupa :
1. Tipe reaktor
2. Katalis
3. Ukuran
4. Kondisi operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fasa
1.3 Tujuan
2
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan baca bagi mahasiswa yang ingin menambah wawasannya
tentang pemilihan reaktor
2. Sebagai bahan rujukan atau referensi bagi mahasiswa yang sedang
melakukan tugas perancangan reaktor dan/atau penyusunan makalah /
laporan kerja praktek
BAB II
3
PEMBAHASAN
Sejak perancangan proses dimulai dengan reaktor, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memilih reaktor. Performa reaktor yang baik menjadi peran
penting dalam menentukan kelayakan ekonomi dari rancangan keseluruhan dan
dampak terhadap lingkungan dari proses tersebut. Reaktor bisa diklasifikasikan
sebagai kimia atau biokimia. Kebanyakan reaktor tersebut menggunakan katalis.
Dalam memilih katalis, strateginya berupa katalis dengan karakteristik yang ideal
serta sesuai dengan kondisi operasi yang dibutuhkan untuk sistem reaksi. Hal
yang mencakup dalam merancang reaktor berupa :
1. Tipe reaktor
2. Katalis
3. Ukuran
4. Kondisi operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fasa
Jalur 2 :
4
Jalur 3 :
Jika oksigen dianggap bebas (gratis), jalur reaksi mana yang lebih cocok sesuai
dengan biaya bahan baku, nilai produk dan produk sampingan?
Pembahasan :
Hal terbaik yang dilakukan adalah menentukan nilai potensi ekonomi (EP) yaitu :
EP = (nilai produk) – (biaya bahan baku)
Untuk jalur 1,
EP=( 62 ×0,46 )−( 26 ×1+36 × 0,39 )=−11,52 $/kmol produk vinil klorida
Untuk jalur 3,
EP=( 62 ×0,46 )−( 28 ×0,58+36 × 0,39 )=−1,76 $/kmol produk vinil klorida
5
Jalur 1 dan 3 memiliki nilai yang tidak layak. Hanya jalur 2 dengan produk
samping HCl yang dapat dijual yang memiliki nilai potensi ekonomi yang positif,
namun akan sedikit susah memasarkan HCl karena cenderung terbatas.
Seharusnya, suatu proyek harus sesuai dengan dasar nilainya.
Sebagai referensi, proses menggunakan etilen jauh lebih mahal dibanding
asetilen dan klorin lebih mahal daripada hidrogen klorida.
Sama dengan reaksi secara paralel, reaksi secara seri juga dapat
menyebabkan adanya kehilangan bahan dan produk yang berguna, namun produk
samping juga dapat tersimpan atau juga meracuni katalis.
(2.4)
5. Reaksi polimerisasi
Dalam reaksi polimerisasi, molekul monomer direaksikan bersama untuk
memproduksi polimer dengan massa molar yang tinggi. Ada 2 tipe reaksi
polimerisasi yaitu yang didalamnya ada langkah penghentian (termination step)
serta yang tidak. Contoh yang memiliki langkah penghentian seperti polimerisasi
7
radikal bebas dari molekul alkana yang dikenal polimerisasi tambahan (addition
polymerization). Radikal bebas merupakan atom bebas yang molekulnya stabil
dan mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Polimerisasi
biasanya membutuhkan radikal bebas dari komponen yang yang bersifat inisiator
seperti peroksida. Inisiator tersebut akan pecah membentuk radikal bebas seperti
CH3 atau OH yang biasanya terdapat pada molekul alkana. Contohnya
polimerisasi vinil klorida dari inisiator radikal bebas R.
Pada langkah inisiasi, yang pertama terjadi :
6. Reaksi biokimia
Biasa dikenal dengan fermentasi dimana ada 2 tipe, tipe pertama yaitu
reaksi yang mengekploitasi gugus metabolik pada mikroorganisme yang dipilih
(bakteri, ragi, alga) untuk mengubahnya menjadi bahan umpan (dikenal dengan
susbtrat) untuk produk yang dibutuhkan.
8
(2.5)
Sebagai tambahan untuk bahan umpan, seperti nutrisi akan dibutuhkan
untuk menambah keberlangsungan hidup mikroorganisme. Reaksi yang
melibatkan mikroorganisme dapat berupa hidrolisi, oksidasi, esterifikasi, serta
reduksi.
Sebagai contoh reaksi oksidasi, memproduksi asam sitrat dari glukosa :
Untuk yang kedua, pada reaksi melibatkan enzim, yaitu protein katalis
yang dihasilkan mikroorganisme yang mempercepat reaksi kimia dalam
mikroorganisme.
(2.6)
Tidak seperti reaksi dengan mikroorganisme, pada enzim reaksi agen
katalitik tidak bereproduksi diri. Contoh pada penggunaan enzim sebagai
isomerisasi dari glukosa menjadi fruktosa :
Dimana faktor stoikiometri merupakan jumlah mol reaktan yang dibutuhkan per
mol produk.
Contoh : Benzena diproduksi dari toluena lewat reaksi
Hitung konversi, selektivitas dan yield reaktor dengan umpan toluena dan
umpan hidrogen.
Penyelesaian :
(toluena yang dikonsumsi dalam reaktor ) 372−93
Konversitoluena= = =0,75
(toluena yang diumpankan ke reaktor ) 372
Faktor stoikiometri = mol stoikiometri toluena yang dibutuhkan per mol benzene
yang dihasilkan = 1
(benzena yang dihasilkandalam reaktor ) 2
Selektivitas benzene daritoluena= × faktor stoikiometri=
(toluena yang dikonsumsi di reaktor ) 3
Dengan cara yang sama, untuk konversi, selektivitas dan yield dari umpan
hidrogen didapat berturut-turut 0,72, 0,98 dan 0,14. Berdasarkan hasil, performa
10
reaktor bisa dihitung dengan membandingkan kedua umpan dimana terlihat lebih
baik dengan toluena sebab lebih bernilai daripada hidrogen.
Dalam menjelaskan performa reaktor, selektivitas sering menjadi
parameter yang diprioritaskan dibandingkan yield reaktor sebab yield reaktor
didasarkan pada reaktan yang diumpankan ke reaktor dari apa yang dikonsumsi.
Sehingga jika terdapat bahan yang diaur ulang (recycle) maka tidak dapat
diperhitungkan lagi dengan cara tersebut. Namun secara keseluruhan, hasil
proseslah yang menjadi parameter penting untuk menggambarkan kinerja pabrik.
dikenal dengan reaksi nonelementer maka persamaan laju reaksi dapat ditulis
sebagai berikut.
β δ ε ξ
−r B=k B C B CC … C S CT … (2.18)
β δ ε ξ
−r C =k C C B CC … C S C T … (2.19)
β δ ε ξ
r S =k S C B C C …C S C T … (2.20)
β δ ε ξ
r T =k T C B C C … C S CT … (2.21)
Konstanta laju reaksi dan orde reaksi harus ditentukan secara
eksperimental. Jika mekanisme reaksi mencakup beberapa langkah ganda yang
mencakup tahapan intermediet kimia maka bentuk persamaan laju reaksi akan
lebih kompleks. Jika reaksi reversible seperti berikut:
bB+cC +… ↔ sS +tT +… (2.22)
Maka laju reaksi untuk reaksi diatas yaitu selisih laju reaksi menuju
produk
dan reaksi sebaliknya. Jika reaksi kedepan (menuju produk) dan sebaliknya
merupakan reaksi elementer maka persamaan laju reaksi ditulis sebagai berikut.
−r B=k B C bB CCc ...−k ' B C sS C tT … (2.23)
b c ' s t
−r C =k C C B CC ...−k C C S CT … (2.24)
b c ' s t
r S =k S C B C C ...−k S C S CT … (2.25)
b c ' s t
r T =k T C B C C ...−k T C S C T … (2.26)
Jika reaksi reversible diatas merupakan reaksi nonelementer, yang
melibatkan formasi kimia intermediet pada tahapannya maka persamaan laju
reaksi akan lebih kompleks dibandingkan persamaan 2.23 hingga 2.26.
2. Mixed-flow reactor
Berdasarkan Gambar 2.2b dimana umpan berupa komponen i sedang
bereaksi, neraca massa komponen i per unit waktu yaitu :
3. Plug-flow reactor
Plug-flow reactor dapat dilihat pada Gambar 2.3a, yang mana komponen i
sedang bereaksi.
15
[ ][ [ ]
mol reaktan yang mol reaktan yang
memasuki
volume tambahan
− mol reaktan terkonversi
per satuanwaktu ]
= meninggalkan
volume tambahan
(2.42)
per satuan waktu per satuan waktu
Persamaan 5.42 dapat ditulis dengan :
N i−(−r i dV ) =N i+ d N i (2.43)
Dimana Ni merupakan mol komponen i per satuan waktu, persamaan 2.43
dapat disusun ulang menjadi :
d N i=r i dV (2.44)
Substitusikan konversi reaktor ke dalam persamaan 2.44
d N i=d [ ¿¿ (1−X i ) ] =r i dV (2.45)
Penataan ulang persamaan 2.45 didapat :
¿¿ d X i=−r i dV (2.46)
Integrasi terhadap persamaan 2.46 didapat :
Xi
dX i
V =¿ ¿∫ (2.47)
0
−r i
Jika persamaan 2.47 dihubungkan dengan space-time, didapat :
Xi
dX i
τ =Ci¿ ∫ (2.48)
0
−r i
Untuk kasus spesial pada sistem densitas tetap, maka :
Ci out
−¿ dC
V= ¿
Ci¿ ∫ −r i (2.49)
Ci¿ i
16
Ci out
dC i
τ =− ∫ (2.50)
Ci¿
−r i
Pada Gambar 2.3b merupakan plot dari persamaan 2.50. Laju reaksi tinggi pada
Ci,in dan menurun ketika Ci,out, yang merupakan laju reaksi terendah. Luasan di
bawah kurva mewakili space-time.
Perlu diingat bahwa analisa untuk reaktor ideal-batch sama seperti untuk
reaktor plug-flow. Seluruh elemen fluida memiliki waktu tinggal yang sama pada
kedua kasus, yaitu :
t ideal−batch =τ plug−flow (2.51)
Perbandingan profil untuk reaktor mixed-flow dan plug-flow dengan
konsentrasi masukan dan keluaran yang sama dapat dilihat pada Gambar 2.4a.
Penyelesaian :
Persamaan untuk reaksi pada reaktor batch dapat dilihat pada persamaan 2.28
yaitu :
Nit
dN i
t=∫
Nio ri V
Pada awalnya dapat didalilkan bahwa reaksi bisa orde nol, orde pertama atau orde
kedua dalam konsentrasi A dan B. Namun, mengingat bahwa semua koefisien
reaksi stoikiometri adalah satuan, dan campuran reaksi awal merupakan equimolar
untuk jumlah A dan B, tampaknya masuk akal untuk pertama mencoba model
kinetika dalam konsentrasi A. Ini karena, dalam kasus ini, reaksi berlangsung
dengan tingkat perubahan mol yang sama untuk kedua reaktan. Dengan demikian,
dapat didalilkan bahwa reaksi dapat berupa orde nol, orde pertama atau orde
kedua dalam konsentrasi A. Pada prinsipnya, ada banyak kemungkinan lain.
Mengganti ekspresi kinetik yang tepat ke dalam persamaan 2.37 dan
mengintegrasikan memberikan ekspresi pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Ekspresi untuk reaksi batch dengan model kinetika berbeda
Orde Reaksi Ekspresi Kinetika Model Ideal-Batch
Orde nol −r =k 1
A A
V
( N AO−N A )=k A t
Orde satu −r A=k A C A N
ln AO =k A t
NA
2
Orde dua −r A=k A C A 1 1
V ( −
N A N AO )=k A t
Data eksperimen telah diganti ke dalam tiga model dan disajikan secara grafis
pada Gambar 2.5.
19
Dimana,
R = residual
( N A , j ) calc = jumlah mol A dari model untuk j pengukuran
( N A , j ) e xp = mol A terhitung melalui percobaan untuk j pengukuran
Tabel 2.4 Hasil dari kuadrat terkecil untuk ketiga model kinetika
Orde Reaksi Rate Constant R2
Orde nol k A V =1.066 26.62
Orde satu k A =0.01306 6.19
Orde dua k A /V =0.0001593 15.65
Dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa yang paling sesuai ialah model reaksi orde satu
: r A =k A C A dengan k A =0.01306 h-1
Contoh 2.5
Etil asetat secara luas digunakan dalam pembuatan tinta cetak, perekat, lak
dan digunakan sebagai pelarut dalam pengolahan makanan. Etil asetat dapat
dibuat dari reaksi antara etanol dan asam asetat dalam fase cair sesuai dengan
reaksi.
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
Asam asetat Etanol Etil asetat air
atau
A+B ↔ C+D
Data eksperimen dapat digunakan dengan menggunakan katalis resin pengubah
ion berdasarkan pada eksperimen secara batch pada 60 0C. Data-data ini disajikan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Data eksperimen produksi etil asetat
20
Massa molar dan densitas untuk komponen diberikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Massa molar komponen yang terlibat dalam manufaktur etil asetat
Kondisi awal sedemikian rupa sehingga reaktan sama dengan konsentrasi produk
yang awalnya nol. Dari data eksperimen, dengan asumsi densitas sistem konstan :
a. Fit Model kinetika untuk data eksperimen
b. Untuk pabrik yang memproduksi 10 ton etil asetat per hari, hitung volume
yang dibutuhkan oleh reaktor aliran campuran dan reaktor aliran sumbat yang
beroperasi pada 60˚C. Asumsikan tidak ada produk yang didaur ulang ke
reaktor dan umpan reaktor sama dengan campuran etanol dan asam asetat.
Dan juga, asumsikan konversi reaktor 95% dari konversi saat setimbang.
Penyelesaian :
a. Untuk mem Fit model ke data, pertama ubah data persen massa dari tabel
2.5 kedalam konsentrasi molar. Volume campuran reaksi per kg campuran reaksi
(asumsi tidak terjadi perubahan volume larutan)
21
0,566 0,434 −3 3
¿ + =1,1316 x 10 m
1018 754
Konsentrasi molar diberikan pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Konsentrasi molar manufaktur etil asetat
Perhatikan pada Tabel 2.8 Integral yang banyak adalah hal yang umum
untuk model kinetika yang berbeda. Hal ini khusus untuk reaksi ini di mana
semua koefisien stoikiometri adalah bentuk kesatuan dan campuran reaksi awal
memiliki kadar yang sama. Dengan kata lain, perubahan jumlah mol sama untuk
semua komponen. Dibandingkan menentukan integral secara analitik, hal tersebut
bisa ditentukan secara numerik. Integral analitis hanya lebih mudah jika dapat
diselesaikan, terutama jika model kinetika tersebut harus dipasang dalam
spreadsheet, daripada perangkat lunak yang ditulis berdasarkan tujuan. Kuadrat
paling kecil memvariasikan laju reaksi konstan untuk meminimalkan fungsi
objektif :
23
C i , j ¿ exp
Ci , j ¿calc −¿
¿
¿2
¿
2
R minimum = ¿
¿
11
∑¿
j=1
4
∑¿
i=11
Dimana,
R = residual
Ci , j ¿calc
= perhitungan konsentrasi molar komponen i untuk pengukuran j
¿
Ci , j ¿exp = pengukuran konsentrasi molar secara eksperimen komponen i
¿
untuk pengukuran j
Sekali lagi, ini dapat dilakukan, misalnya, dalam spreadsheet perangkat
lunak, dan hasilnya diberikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Hasil fitting model pada manufaktur etil asetat
Dari Tabel 2.9, sangat sulit untuk memilih antara dua model terbaik.
Kesesuaian terbaik diberikan oleh model orde kedua untuk reaksi maju dan orde
pertama untuk reaksi balik dengan:
k A =0,002688 m3 kmol−1 min−1
' −1
k A =0,004644 min
Namun, sulit untuk memilih diantara model ini dan model orde kedua untuk
reaksi maju dan reaksi balik.
b. Sekarang gunakan model kinetika untuk mengukur reaktor yang
menghasilkan 10 ton perhari etil asetat. Pertama, konversi pada kesetimbangan
24
butuh untuk di hitung. Pada keadaan setimbang, laju reaksi maju dan balik adalah
sama yaitu:
'
k A =k A C C
V =¿
0,0788 3
¿ 22
=13,83 m
0,002688 x 8,33 x (1−0,605) −0,004644 x 8,33 x 0,605
Untuk reaktor aliran sumbat :
XA
V CA 0 CA 0d X A
τ= =∫
NA0 2 2 '
0 −k A C A 0 (1−X A ) +k A C A 0 X A
Dimana, a = √k '
A k 'A +4 k A k 'A C A 0
τN A 0 τN C 120,3 x 0,0788 3
V= = = =1,88 m
C A0 X A C A0 0,605 x 8,33
Secara alternatif, waktu tinggal dalam reaktor aliran sumbat dapat dihitung dari
persamaan reaktor batch yang diberikan pada tabel 2.8. Hasil dari waktu tinggal
ini sama untuk keduanya. Karenanya, konsentrasi akhir dalam reaktor aliran
sumbat yaitu:
2 k A ( 2 k A C A 0 + k 'A−a ) exp(¿−aτ)−2 k A ( 2 k A C A 0 +k 'A +a )
(k 'A−a )(2 k A C A 0 + k 'A +a )−( k 'A + a )(2 k A C A 0 + k 'A −a ) exp (−aτ)
CA= ¿
Dimana a = √k '
A k 'A +4 k A k 'A C A 0
Konsentrasi akhir C A dari konversi adalah 8,33 x 0,395 = 3,29 kmol.m3
(asumsi tidak ada perubahan volume). Karenanya, persamaan doatas dapat
diselesaikan melalui trial dan error untuk mendapatkan nilai waktu tinggal sebesar
120,3 min.
Seperti yang diduga, hasil nya menunjukkan bahwa volume yang
dibutuhkan oleh reaktor aliran campuran lebih besar dibandingkan reaktor aliran
sumbat.
Poin- poin yang harus dicatat berdasarkan contoh 2.4 dan 2.5 sebagai
berikut :
1. Model kinetika disesuikan dengan data eksperimen pada kondisi spesifik rasio
molar umpan dan suhu. Model-model tersebut hanya valid pada kondisi-
kondisi ini. Penggunaan umpan dengan kadar yang berbeda atau pada suhu
yang berbeda akan tidak valid.
2. Mengingat bahwa model kinetika hanya berlaku untuk berbagai kondisi
dimana mereka di fit kan, lebih baik penyelidikan secara eksperimen pada
kinetika reaksi dan desain reaktor dilakukan secara paralel. Jika pendekatan ini
diikuti, maka dapat dipastikan bahwa berbagai kondisi eksperimental yang
digunakan di laboratorium mencakup berbagai kondisi yang digunakan dalam
desain reaktor. Jika program eksperimental dilakukan dan diselesaikan
sebelum desain reaktor, maka tidak ada jaminan bahwa model kinetika akan
sesuai untuk kondisi yang dipilih dalam desain akhir.
26
dimana,
r1, r2 = laju reaksi untuk reaksi primer dan sekunder
29
Akan terlihat bahwa dengan situasi yang diberikan ini, beberapa tingkat
pencampuran antara reaktor plug-flow dan reaktor mixed-flow akan memberikan
selektivitas keseluruhan paling baik. Ini bisa diperoleh melalui:
Serangkaian reaktor mixed-flow (Gambar 2.7a)
Reaktor alir campur dengan aliran recycle (Gambar 2.7b)
Serangkaian kombinasi reaktor plug-flow dan reaktor mixed-flow (Gambar 2.7c
-2.7d)
Penyusunan tersebut memberikan selektivitas keseluruhan tertinggi yang
hanya dapat disimpulkan melalui analisis detail dan optimisasi sistem reaksi.
Gambar 2.7 Pemilihan reaktor tipe gabungan reaksi parelel dan seri pada ssat
reaksi parallel memiliki orde yang lebih tinggi dibandingkan reaksi primer
5. Reaksi polimerisasi
Polimer dikarakterisasi terutama melalui distribusi masa molar mengenai
cara serta cara itu sendiri. Orientasi berupa rantai, rantai silang pada rantai
polimer, dan sebagainya, juga mempengaruhi sifat-sifatnya. Luas distribusi massa
31
molar tergantung pada apakah reaktor batch atau reaktor plug-flow atau reaktor
mixed-flow yang digunakan. Luasnya memiliki pengaruh penting pada sifat
mekanik dan lainnya dari polimer, dan hal ini merupakan faktor penting dalam
pemilihan reaktor.
Dua tipe luas polimerisasi dapat diidentifikasi:
a) Dalam reaktor batch atau plug-flow, semua molekul memiliki waktu
tinggal yang sama, dan tanpa efek penghentian (lihat Bagian 2.2), semua akan
tumbuh dengan panjang yang kurang lebih sama, menghasilkan distribusi massa
molar yang sempit. Sebaliknya, reaktor mixed-flow akan menyebabkan distribusi
yang luas karena distribusi waktu tinggal di reaktor.
b) Ketika polimerisasi terjadi dengan mekanisme yang melibatkan radikal
bebas, umur radikal bebes yang secara aktif tumbuh mungkin sangat pendek
karena proses terminasi seperti penyatuan dua radikal bebas (lihat Bagian 2.2).
Proses pengakhiran ini dipengaruhi oleh konsentrasi radikal bebas, yang pada
gilirannya sebanding dengan konsentrasi monomer. Dalam reaktor batch atau
plug-flow, konsentrasi monomer dan radikal bebas menurun. Hal ini
menghasilkan peningkatan panjang rantai seiring peningkatan waktu tinggal dan
demikian juga luas distribusi masa molar. Reaktor mixed-flow menjaga
keseragaman konsentrasi monomer dan demikian juga dengan laju pengakhiran
rantai konstan. Hasil ini terjadi pada distribusi massa molar yang sempit.
Dikarenakan umur aktif polimer singkat, variasi terhadap waktu tinggal tidak
memberikan pengaruh signifikan.
6. Reaksi biokimia
Seperti yang didiskusikan sebelumnya, ada dua tipe reaksi biokimia yaitu
reaksi-reaksi yang mengeksploitasi jalur metabolik dengan mikroorganisme
terpilih dan dikatalisasi oleh enzim. Misalkan mikroba biokimia reaktif dari tipe :
c
A R+C
Dimana A adalah umpan, R adalah produk dan C menunjukkan sel
(mikrooragnisme). Kinetika beberapa reaksi dapat digambarkan melalui
persamaan Monod :
CCC A
−r A=k (2.59)
C A +C M
32
Dimana,
rA = laju reaksi
k` = konstanta laju reaksi
Cc = konsentrasi sel (mikroorganisme)
CA = konsentrasi umpan
CM = konstanta ( konstanta Michaeli yaitu fungsi reaksi dan kondisi)
Konstanta laju dapat bergantung pada banyak faktor, seperti suhu,
keberadaan elemen, vitamin, zat beracun, intensitas cahaya, dan sebagainya. Laju
reaksi tidak hanya tergantung pada ketersediaan umpan (makanan untuk
mikroorganisme) tetapi juga pada penumpukan limbah dari mikroorganisme yang
mengganggu multiplikasi mikroorganisme. Ada titik di mana limbah
mikroorganisme menghambat pertumbuhan. Kelebihan umpan atau
mikroorganisme dapat memperlambat laju reaksi. Tanpa meracuni kinetika karena
penumpukan limbah umpan, Persamaan 2.59 memberikan kurva karakteristik
yang sama seperti reaksi autokatalitik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4b.
Jadi, tergantung pada rentang konsentrasi, aliran campuran, aliran sumbat,
kombinasi aliran campuran dan aliran sumbat atau aliran campuran dengan
pemisahan dan daur ulang mungkin tepat digunakan.
Untuk reaksi biokimia berkatalis enzim dari bentuk
enzymes
A R
Kinetika dapat digambarkan melalui persamaan Monod dalam bentuk :
CE C A
−r A=k (2.60)
C M +C A
dimana CE merupakan konsentrasi enzim.
Kehadiran beberapa zat dapat menyebabkan reaksi melambat. Zat tersebut
dikenal sebagai inhibitor. Perlambatan reaksi disebabkan oleh inhibitor yang
bersaing dengan bahan umpan untuk situs aktif pada enzim atau inhibitor yang
menyerang situs yang berdekatan dan, dengan demikian, menghambat akses
bahan umpan ke situs aktif.
Tingkat reaksi tinggi disukai oleh konsentrasi enzim yang tinggi (CE) dan
konsentrasi umpan yang tinggi (CA). Ini berarti bahwa reaktor plug-flow atau
33
ideal-batch disukai jika kedua bahan umpan dan enzim harus diumpankan ke
reaktor.
1. Reaksi tunggal
lain, dengan konversi rendah. Untuk reaksi seri, penurunan selektifitas yang
signifikan kemungkinan karena konversi meningkat.
Sekali lagi, sulit untuk memilih pengaturan awal dari konversi reaktor
dengan sistem reaksi secara seri. Konversi sebesar 50% untuk reaksi ireversibel
atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel adalah hal yang
masih masuk akal.
Reaksi banyak juga dapat terjadi dengan pengotor yang masuk dengan
umpan dan mengalami reaksi. Sekali lagi, beberapa reaksi harus diminimalkan,
tetapi cara yang paling efektif untuk menangani reaksi-reaksi produk samping
yang disebabkan oleh pengotor umpan bukanlah dengan mengubah kondisi
reaktor tetapi dengan melakukan pemurnian umpan.
Untuk reaksi tunggal, pengaturan awal yang baik adalah 95% konversi
untuk reaksi ireversibel dan 95% konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel.
2. Reaksi banyak
lebih rendah dari itu untuk reaksi tunggal diharapkan sesuai. Sekali lagi, tebakan
terbaik pada tahap ini adalah untuk mengatur konversi sebesar 50% untuk reaksi
ireversibel atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel. Perlu
ditekankan bahwa rekomendasi untuk pengaturan awal dari konversi reaktor
hampir pasti akan berubah pada tahap selanjutnya, karena konversi reaktor
merupakan variabel pengoptimalan yang sangat penting. Ketika berhadapan
dengan reaksi banyak, selektivitas atau hasil reaktor dimaksimalkan untuk
konversi yang dipilih. Pemilihan pola pencampuran dalam reaktor dan ketentuan
penambahan umpan harus dipilih untuk tujuan ini.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Dalam pemilihan jalur reaksi, jalur reaksi yang memberikan hasil positif
dalam perhitungan pendapatan merupakan pilhan yang tepat
2. Terdapat enam sistem reaksi yang sering di jumpai pada proses reaksi
kimia, yaitu reaksi tunggal, reaksi ganda secara paralel, reaksi ganda
secara seri, reaksi gabungan paralel dan seri, reaksi polimerisasi dan reaksi
biokimia
3. Hasil proses merupakan parameter penting untuk menggambarkan
performa reaktor
4. Laju reaksi memilki peranan penting dalam menggambarkan proses reaksi
kimia yang sedang berlangsung
5. Terdapat 3 model umum reaktor ideal dalam proses kimia yaitu reaktor
ideal batch, reaktor aliran campuran dan reaktor aliran sumbat
6. Pemilihan reaktor ideal harus mempertimbangan konsentrasi awal umpan,
orde reaksi,dan waktu tinggal
7. Nilai konversi reaktor pada pengaturan awal adalah 95% untuk reaksi
ireversibel dan 95% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel
37
3.2 Saran
Dalam memilih reaktor yang sesuai untuk konversi yang di ataur pada
pengaturan awal, sebaiknya pertimbangkan hal-hal berikut seperti, konsentrasi
awal umpan, orde reaksi dan waktu tinggal. Dan pastikan bahwa jalur reaksi yang
dipilih memberikan hasil yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, R. 2005. Chemical Process Design and Integration. West Sussex, England.
John Wiley & Sons.