Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
Di susun oleh :
Abdullah Agung Hayyuka (1507114795)
Toni Ardi (1507114719)
Ulfiana Puteri Al-Masri (1507116847)
Dosen Pengampu :
Prof. Edy Saputra, ST, MT, Ph.D
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Ideal Yang Digunakan Untuk Desain Reaktor .................... 13
Gambar 2.2 Laju Reaksi Pada Reaktor Mixed-Flow .......................................... 14
Gambar 2.3 Laju Reaksi Pada Reaktor Plug-Flow ............................................ 15
Gambar 2.4 Profil Reaktor Mixed-Flow Dan Plug-Flow ................................... 17
Gambar 2.5 Model Kinetika Untuk Produksi Benzil Asetat .............................. 19
Gambar 2.6 Pemilihan Rekator Untuk Sistem Reaksi Paralel ........................... 28
Gambar 2.7Pemilihan Reaktor Tipe Gabungan Reaksi Parelel Dan Seri Pada
Ssat Reaksi Parallel Memiliki Orde Yang Lebih Tinggi
Dibandingkan Reaksi Primer .......................................................... 30
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Campuran Reaksi Awal Pada Produksi Benzil Asetat ........................ 18
Tabel 2.2 Data Eksperimen Untuk Produksi Benzil Asetat ................................ 18
Tabel 2.3 Ekspresi Untuk Reaksi Batch Dengan Model Kinetika Berbeda ........ 19
Tabel 2.4 Hasil Dari Kuadrat Terkecil Untuk Ketiga Model Kinetika ............... 20
Tabel 2.5 Data Eksperimen Produksi Etil Asetat ................................................ 20
Tabel 2.6 Massa Molar Komponen Yang Terlibat Dalam Manufaktur
Etil Asetat ............................................................................................ 21
Tabel 2.7 Konsentrasi Molar Manufaktur Etil Asetat ......................................... 21
Tabel 2.8 Model Kinetika Untuk Mem Fit Data Pada Manufaktur Etil Asetat .. 22
Tabel 2.9 Hasil Fitting Model Pada Manufaktur Etil Asetat .............................. 23
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dikarenakan perancangan proses dimulai dengan reaktor, hal pertama
yang harus dilakukan adalah memilih reaktor. Performa reaktor yang baik menjadi
peran penting dalam menentukan kelayakan ekonomi dari rancangan keseluruhan
dan dampak terhadap lingkungan dari proses tersebut. Selain menghasilkan
produk yang diinginkan, reaktor juga menghasilkan produk samping. Produk
samping yang tidak diinginkan ini tidak hanya menyebabkan berkurangnya
pendapatan tetapi juga menyebabkan permasalahan lingkungan. Solusi terbaik
untuk permasalahan lingkungan bukan dengan mengembangkan metode
pengendalian tetapi untuk tidak menghasilkan limbah pada tahap awal.
Reaktor bisa diklasifikasikan sebagai kimia atau biokimia. Kebanyakan
reaktor tersebut menggunakan katalis. Dalam memilih katalis, strateginya berupa
katalis dengan karakteristik yang ideal serta sesuai dengan kondisi operasi yang
dibutuhkan untuk sistem reaksi. Hal yang mencakup dalam merancang reaktor
berupa :
1. Tipe reaktor
2. Katalis
3. Ukuran
4. Kondisi operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fasa
6. Kondisi umpan (konsentrasi dan suhu)
1.3 Tujuan
1. Mengerti dan memahami bentuk jalur reaksi
2. Mengerti dan memahami tipe-tipe dari sistem reaksi
3. Mengerti dan memahami cara menentukan performa reaktor
4. Mengerti dan memahami bentuk laju reaksi dari masing-masing sistem
reaksi
5. Mengerti dan memahami bentuk model reaktor ideal
6. Mengerti dan memahami cara memilih reaktor ideal
7. Mengerti dan memahami cara memilih performa reaktor
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan baca bagi mahasiswa yang ingin menambah wawasannya
tentang pemilihan reaktor
2. Sebagai bahan rujukan atau referensi bagi mahasiswa yang sedang
melakukan tugas perancangan reaktor dan/atau penyusunan makalah /
laporan kerja praktek
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak perancangan proses dimulai dengan reaktor, hal pertama yang harus
dilakukan adalah memilih reaktor. Performa reaktor yang baik menjadi peran
penting dalam menentukan kelayakan ekonomi dari rancangan keseluruhan dan
dampak terhadap lingkungan dari proses tersebut. Reaktor bisa diklasifikasikan
sebagai kimia atau biokimia. Kebanyakan reaktor tersebut menggunakan katalis.
Dalam memilih katalis, strateginya berupa katalis dengan karakteristik yang ideal
serta sesuai dengan kondisi operasi yang dibutuhkan untuk sistem reaksi. Hal
yang mencakup dalam merancang reaktor berupa :
1. Tipe reaktor
2. Katalis
3. Ukuran
4. Kondisi operasi (temperatur dan tekanan)
5. Fasa
6. Kondisi umpan (konsentrasi dan suhu)
Jalur 2 :
Jalur 3 :
Jika oksigen dianggap bebas (gratis), jalur reaksi mana yang lebih cocok sesuai
dengan biaya bahan baku, nilai produk dan produk sampingan?
Pembahasan :
Hal terbaik yang dilakukan adalah menentukan nilai potensi ekonomi (EP) yaitu :
EP = (nilai produk) – (biaya bahan baku)
Untuk jalur 1,
𝐸𝑃 = (62 × 0,46) − (26 × 1 + 36 × 0,39) = −11,52 $/kmol produk vinil klorida
Untuk jalur 3,
𝐸𝑃 = (62 × 0,46) − (28 × 0,58 + 36 × 0,39) = −1,76 $/kmol produk vinil klorida
5
Jalur 1 dan 3 memiliki nilai yang tidak layak. Hanya jalur 2 dengan produk
samping HCl yang dapat dijual yang memiliki nilai potensi ekonomi yang positif,
namun akan sedikit susah memasarkan HCl karena cenderung terbatas.
Seharusnya, suatu proyek harus sesuai dengan dasar nilainya.
Sebagai referensi, proses menggunakan etilen jauh lebih mahal dibanding
asetilen dan klorin lebih mahal daripada hidrogen klorida.
Sama dengan reaksi secara paralel, reaksi secara seri juga dapat
menyebabkan adanya kehilangan bahan dan produk yang berguna, namun produk
samping juga dapat tersimpan atau juga meracuni katalis.
(2.4)
5. Reaksi polimerisasi
Dalam reaksi polimerisasi, molekul monomer direaksikan bersama untuk
memproduksi polimer dengan massa molar yang tinggi. Ada 2 tipe reaksi
polimerisasi yaitu yang didalamnya ada langkah penghentian (termination step)
serta yang tidak. Contoh yang memiliki langkah penghentian seperti polimerisasi
radikal bebas dari molekul alkana yang dikenal polimerisasi tambahan (addition
polymerization). Radikal bebas merupakan atom bebas yang molekulnya stabil
dan mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Polimerisasi
biasanya membutuhkan radikal bebas dari komponen yang yang bersifat inisiator
seperti peroksida. Inisiator tersebut akan pecah membentuk radikal bebas seperti
CH3 atau OH yang biasanya terdapat pada molekul alkana. Contohnya
polimerisasi vinil klorida dari inisiator radikal bebas R.
Pada langkah inisiasi, yang pertama terjadi :
kelompok alkohol dikenal sebagai poliester. Polimer jenis ini banyak digunakan
untuk pembuatan dari serat buatan. Misalnya, esterifikasi asam tereftalat dengan
etilena glikol menghasilkan polietilen tereftalat.
6. Reaksi biokimia
Biasa dikenal dengan fermentasi dimana ada 2 tipe, tipe pertama yaitu
reaksi yang mengekploitasi gugus metabolik pada mikroorganisme yang dipilih
(bakteri, ragi, alga) untuk mengubahnya menjadi bahan umpan (dikenal dengan
susbtrat) untuk produk yang dibutuhkan.
(2.5)
Sebagai tambahan untuk bahan umpan, seperti nutrisi akan dibutuhkan
untuk menambah keberlangsungan hidup mikroorganisme. Reaksi yang
melibatkan mikroorganisme dapat berupa hidrolisi, oksidasi, esterifikasi, serta
reduksi.
Sebagai contoh reaksi oksidasi, memproduksi asam sitrat dari glukosa :
Untuk yang kedua, pada reaksi melibatkan enzim, yaitu protein katalis
yang dihasilkan mikroorganisme yang mempercepat reaksi kimia dalam
mikroorganisme.
(2.6)
Tidak seperti reaksi dengan mikroorganisme, pada enzim reaksi agen
katalitik tidak bereproduksi diri. Contoh pada penggunaan enzim sebagai
isomerisasi dari glukosa menjadi fruktosa :
Dimana faktor stoikiometri merupakan jumlah mol reaktan yang dibutuhkan per
mol produk.
Contoh : Benzena diproduksi dari toluena lewat reaksi
Hitung konversi, selektivitas dan yield reaktor dengan umpan toluena dan
umpan hidrogen.
Penyelesaian :
(toluena yang dikonsumsi dalam reaktor) 372 − 93
Konversi toluena = = = 0,75
(toluena yang diumpankan ke reaktor) 372
Faktor stoikiometri = mol stoikiometri toluena yang dibutuhkan per mol benzene
yang dihasilkan = 1
10
Dengan cara yang sama, untuk konversi, selektivitas dan yield dari umpan
hidrogen didapat berturut-turut 0,72, 0,98 dan 0,14. Berdasarkan hasil, performa
reaktor bisa dihitung dengan membandingkan kedua umpan dimana terlihat lebih
baik dengan toluena sebab lebih bernilai daripada hidrogen.
Dalam menjelaskan performa reaktor, selektivitas sering menjadi
parameter yang diprioritaskan dibandingkan yield reaktor sebab yield reaktor
didasarkan pada reaktan yang diumpankan ke reaktor dari apa yang dikonsumsi.
Sehingga jika terdapat bahan yang diaur ulang (recycle) maka tidak dapat
diperhitungkan lagi dengan cara tersebut. Namun secara keseluruhan, hasil
proseslah yang menjadi parameter penting untuk menggambarkan kinerja pabrik.
Laju reaksi akan bertanda negative untuk komponen reaktan dan bertanda
positif untuk komponen produk. Sebagai contoh berikut disajikan reaksi
irreversible :
𝑏𝐵 + 𝑐𝐶 + ⋯ → 𝑠𝑆 + 𝑡𝑇 + ⋯ (2.12)
Laju dari reaksi diatas dapat ditulis sebagai berikut.
𝑟𝐵 𝑟𝐶 𝑟𝑆 𝑟𝑇
− =− = −⋯ = = =⋯ (2.13)
𝑏 𝑐 𝑠 𝑡
Persamaan laju reaksi elementer, persamaan laju reaksi pada umumnya mengikuti
stoikimetri yaitu sebagai berikut.
−𝑟𝐵 = 𝑘𝐵 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 (2.14)
−𝑟𝑐 = 𝑘𝑐 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 (2.15)
𝑟𝑆 = 𝑘𝑆 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 (2.16)
𝑟𝑇 = 𝑘𝑇 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 (2.17)
Eksponen dari konsentrasi (𝑏, 𝑐, … ) disebut dengan orde reaksi. Jika pada suatu
reaksi tidak ada koresponden antara stoikiometri reaksi dan laju reaksi, yang
dikenal dengan reaksi nonelementer maka persamaan laju reaksi dapat ditulis
sebagai berikut.
𝛽 𝜉
−𝑟𝐵 = 𝑘𝐵 𝐶𝐵 𝐶𝐶𝛿 … 𝐶𝑆𝜀 𝐶𝑇 … (2.18)
𝛽 𝜉
−𝑟𝐶 = 𝑘𝐶 𝐶𝐵 𝐶𝐶𝛿 … 𝐶𝑆𝜀 𝐶𝑇 … (2.19)
𝛽 𝜉
𝑟𝑆 = 𝑘𝑆 𝐶𝐵 𝐶𝐶𝛿 … 𝐶𝑆𝜀 𝐶𝑇 … (2.20)
𝛽 𝜉
𝑟𝑇 = 𝑘𝑇 𝐶𝐵 𝐶𝐶𝛿 … 𝐶𝑆𝜀 𝐶𝑇 … (2.21)
Konstanta laju reaksi dan orde reaksi harus ditentukan secara
eksperimental. Jika mekanisme reaksi mencakup beberapa langkah ganda yang
mencakup tahapan intermediet kimia maka bentuk persamaan laju reaksi akan
lebih kompleks. Jika reaksi reversible seperti berikut:
𝑏𝐵 + 𝑐𝐶 + ⋯ ↔ 𝑠𝑆 + 𝑡𝑇 + ⋯ (2.22)
Maka laju reaksi untuk reaksi diatas yaitu selisih laju reaksi menuju produk
dan reaksi sebaliknya. Jika reaksi kedepan (menuju produk) dan sebaliknya
merupakan reaksi elementer maka persamaan laju reaksi ditulis sebagai berikut.
−𝑟𝐵 = 𝑘𝐵 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 . . . −𝑘 ′ 𝐵 𝐶𝑆𝑠 𝐶𝑇𝑡 … (2.23)
−𝑟𝐶 = 𝑘𝐶 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 . . . −𝑘 ′ 𝐶 𝐶𝑆𝑠 𝐶𝑇𝑡 … (2.24)
𝑟𝑆 = 𝑘𝑆 𝐶𝐵𝑏 𝐶𝐶𝑐 . . . −𝑘 ′𝑆 𝐶𝑆𝑠 𝐶𝑇𝑡 … (2.25)
12
Definisi konversi reaktor untuk kasus spesial pada campuran reaksi dengan
densitas tetap, dapat dilihat berikut ini.
𝑁𝑖𝑜 −𝑁𝑖𝑡 𝐶𝑖𝑜 −𝐶𝑖𝑡
𝑋𝑖 = = (2.31)
𝑁𝑖𝑜 𝐶𝑖𝑜
Jika persamaan 2.31 disubstitusi pada persamaan 2.29, didapat persamaan berikut.
𝑑𝐶𝑖
− = −𝑟𝑖 (2.32)
𝑑𝑡
Persamaan 2.32 diintegrasikan menjadi persamaan berikut.
𝐶𝑖 𝑑𝐶𝑖
𝑡 = − ∫𝐶𝑖 𝑡 (2.33)
0 −𝑟𝑖
2. Mixed-flow reactor
Berdasarkan Gambar 2.2b dimana umpan berupa komponen i sedang
bereaksi, neraca massa komponen i per unit waktu yaitu :
𝑚𝑜𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑙 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
[ ] − [ ] = [ ](2.34)
𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Untuk kasus spesial pada sistem dengan denstitas tetap, persamaan 2.37 menjadi:
𝑁𝑖𝑖𝑛 (𝐶𝑖𝑖𝑛 −𝐶𝑖𝑜𝑢𝑡 )
𝑉= (2.38)
−𝑟𝑖 𝐶𝑖𝑖𝑛
Gambar 2.2b merupakan sebuah plot persamaan 2.41 dari Ci,in hingga Ci,out,
dimana laju reaksi menurun hingga minimum pada Ci,out. Sebagaimana reactor
diasumsikan teraduk sempurna, Ci,out sebagai konsentrasi keluaran reactor, yang
mana memberikan laju terendah keluaran reactor. Luasan yang diarsir pada
Gambar 5.2b mewakili space-time (V/F).
3. Plug-flow reactor
Plug-flow reactor dapat dilihat pada Gambar 2.3a, yang mana komponen i
sedang bereaksi.
Dimana 𝑁𝑖 merupakan mol komponen i per satuan waktu, persamaan 2.43 dapat
disusun ulang menjadi :
𝑑𝑁𝑖 = 𝑟𝑖 𝑑𝑉 (2.44)
Substitusikan konversi reaktor ke dalam persamaan 2.44
𝑑𝑁𝑖 = 𝑑[𝑁𝑖𝑖𝑛 (1 − 𝑋𝑖 )] = 𝑟𝑖 𝑑𝑉 (2.45)
Penataan ulang persamaan 2.45 didapat :
𝑁𝑖𝑖𝑛 𝑑𝑋𝑖 = −𝑟𝑖 𝑑𝑉 (2.46)
Integrasi terhadap persamaan 2.46 didapat :
𝑋 𝑑𝑋
𝑉 = 𝑁𝑖𝑖𝑛 ∫0 𝑖 −𝑟𝑖 (2.47)
𝑖
𝐶𝑖 𝑑𝐶𝑖
𝜏 = − ∫𝐶𝑖 𝑜𝑢𝑡 (2.50)
𝑖𝑛 −𝑟𝑖
Pada Gambar 2.3b merupakan plot dari persamaan 2.50. Laju reaksi tinggi pada
Ci,in dan menurun ketika Ci,out, yang merupakan laju reaksi terendah. Luasan di
bawah kurva mewakili space-time.
Perlu diingat bahwa analisa untuk reaktor ideal-batch sama seperti untuk
reaktor plug-flow. Seluruh elemen fluida memiliki waktu tinggal yang sama pada
kedua kasus, yaitu :
𝑡𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑏𝑎𝑡𝑐ℎ = 𝜏𝑝𝑙𝑢𝑔−𝑓𝑙𝑜𝑤 (2.51)
Perbandingan profil untuk reaktor mixed-flow dan plug-flow dengan
konsentrasi masukan dan keluaran yang sama dapat dilihat pada Gambar 2.4a.
17
Volume larutan sebesar 1.321 x 10-3 m3 dan suhu dijaga pada 102˚C. Pengukuran
mol benzil klorida terhadap waktu dalam jam tertera pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Data eksperimen untuk produksi benzil asetat
Waktu reaksi Benzil klorida
(h) (%mol)
3.0 94.5
6.8 91.2
12.8 84.6
15.2 80.9
19.3 77.9
24.6 73.0
30.4 67.8
35.2 63.8
37.15 61.9
39.1 59.0
Penyelesaian :
19
Persamaan untuk reaksi pada reaktor batch dapat dilihat pada persamaan 2.28
yaitu :
𝑁𝑖𝑡
𝑑𝑁𝑖
𝑡=∫
𝑁𝑖𝑜 𝑟𝑖 𝑉
Pada awalnya dapat didalilkan bahwa reaksi bisa orde nol, orde pertama atau orde
kedua dalam konsentrasi A dan B. Namun, mengingat bahwa semua koefisien
reaksi stoikiometri adalah satuan, dan campuran reaksi awal merupakan equimolar
untuk jumlah A dan B, tampaknya masuk akal untuk pertama mencoba model
kinetika dalam konsentrasi A. Ini karena, dalam kasus ini, reaksi berlangsung
dengan tingkat perubahan mol yang sama untuk kedua reaktan. Dengan demikian,
dapat didalilkan bahwa reaksi dapat berupa orde nol, orde pertama atau orde
kedua dalam konsentrasi A. Pada prinsipnya, ada banyak kemungkinan lain.
Mengganti ekspresi kinetik yang tepat ke dalam persamaan 2.37 dan
mengintegrasikan memberikan ekspresi pada Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Ekspresi untuk reaksi batch dengan model kinetika berbeda
Orde Reaksi Ekspresi Kinetika Model Ideal-Batch
Orde nol −𝑟𝐴 = 𝑘𝐴 1
(𝑁 − 𝑁𝐴 ) = 𝑘𝐴 𝑡
𝑉 𝐴𝑂
Orde satu −𝑟𝐴 = 𝑘𝐴 𝐶𝐴 𝑁𝐴𝑂
𝑙𝑛 = 𝑘𝐴 𝑡
𝑁𝐴
Orde dua −𝑟𝐴 = 𝑘𝐴 𝐶𝐴2 1 1
𝑉( − ) = 𝑘𝐴 𝑡
𝑁𝐴 𝑁𝐴𝑂
Data eksperimen telah diganti ke dalam tiga model dan disajikan secara grafis
pada Gambar 2.5.
membedakannya dari grafik garis mana yang paling cocok. Akan lebih baik
dinilai dengan melakukan kuadrat terkecil sesuai dengan data untuk tiga model.
Perbedaan antara nilai yang dihitung dari model dan nilai percobaan dijumlahkan
menurut:
10
2 2
𝑅 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = ∑[(𝑁𝐴,𝑗 )𝑐𝑎𝑙𝑐 − (𝑁𝐴,𝑗 )𝑒𝑥𝑝]
𝑗
Dimana,
R = residual
(𝑁𝐴,𝑗 )𝑐𝑎𝑙𝑐 = jumlah mol A dari model untuk j pengukuran
(𝑁𝐴,𝑗 )𝑒𝑥𝑝 = mol A terhitung melalui percobaan untuk j pengukuran
Tabel 2.4 Hasil dari kuadrat terkecil untuk ketiga model kinetika
Orde Reaksi Rate Constant R2
Orde nol 𝑘𝐴 𝑉 = 1.066 26.62
Orde satu 𝑘𝐴 = 0.01306 6.19
Orde dua 𝑘𝐴 ⁄𝑉 = 0.0001593 15.65
Dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa yang paling sesuai ialah model reaksi orde satu
: 𝑟𝐴 = 𝑘𝐴 𝐶𝐴 dengan 𝑘𝐴 = 0.01306 h-1
Contoh 2.5
Etil asetat secara luas digunakan dalam pembuatan tinta cetak, perekat, lak
dan digunakan sebagai pelarut dalam pengolahan makanan. Etil asetat dapat
dibuat dari reaksi antara etanol dan asam asetat dalam fase cair sesuai dengan
reaksi.
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
Asam asetat Etanol Etil asetat air
atau
A+B↔C+D
Data eksperimen dapat digunakan dengan menggunakan katalis resin pengubah
ion berdasarkan pada eksperimen secara batch pada 60 0C. Data-data ini disajikan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Data eksperimen produksi etil asetat
21
Massa molar dan densitas untuk komponen diberikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Massa molar komponen yang terlibat dalam manufaktur etil asetat
Kondisi awal sedemikian rupa sehingga reaktan sama dengan konsentrasi produk
yang awalnya nol. Dari data eksperimen, dengan asumsi densitas sistem konstan :
a. Fit Model kinetika untuk data eksperimen
b. Untuk pabrik yang memproduksi 10 ton etil asetat per hari, hitung volume
yang dibutuhkan oleh reaktor aliran campuran dan reaktor aliran sumbat yang
beroperasi pada 60˚C. Asumsikan tidak ada produk yang didaur ulang ke
reaktor dan umpan reaktor sama dengan campuran etanol dan asam asetat.
Dan juga, asumsikan konversi reaktor 95% dari konversi saat setimbang.
Penyelesaian :
a. Untuk mem Fit model ke data, pertama ubah data persen massa dari tabel
2.5 kedalam konsentrasi molar. Volume campuran reaksi per kg campuran reaksi
(asumsi tidak terjadi perubahan volume larutan)
22
0,566 0,434
= + = 1,1316 𝑥 10−3 𝑚3
1018 754
Konsentrasi molar diberikan pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Konsentrasi molar manufaktur etil asetat
Substitusikan model kinetika dan itegrasikan, hasilnya diberikan pada tabel 2.8
yang tergantung pada nilai orde reaksi. Integral didapat dari tabel integral standar.
Tabel 2.8 Model kinetika untuk mem fit data pada manufaktur etil asetat
23
Perhatikan pada Tabel 2.8 Integral yang banyak adalah hal yang umum
untuk model kinetika yang berbeda. Hal ini khusus untuk reaksi ini di mana
semua koefisien stoikiometri adalah bentuk kesatuan dan campuran reaksi awal
memiliki kadar yang sama. Dengan kata lain, perubahan jumlah mol sama untuk
semua komponen. Dibandingkan menentukan integral secara analitik, hal tersebut
bisa ditentukan secara numerik. Integral analitis hanya lebih mudah jika dapat
diselesaikan, terutama jika model kinetika tersebut harus dipasang dalam
spreadsheet, daripada perangkat lunak yang ditulis berdasarkan tujuan. Kuadrat
paling kecil memvariasikan laju reaksi konstan untuk meminimalkan fungsi
objektif :
2
R2 minimum = ∑4𝑖=11 ∑11
𝑗=1[(𝐶𝑖,𝑗 )𝑐𝑎𝑙𝑐 − (𝐶𝑖,𝑗 )𝑒𝑥𝑝 ]
Dimana,
R = residual
(𝐶𝑖,𝑗 )𝑐𝑎𝑙𝑐 = perhitungan konsentrasi molar komponen i untuk pengukuran j
24
Dari Tabel 2.9, sangat sulit untuk memilih antara dua model terbaik.
Kesesuaian terbaik diberikan oleh model orde kedua untuk reaksi maju dan orde
pertama untuk reaksi balik dengan:
𝑘𝐴 = 0,002688 𝑚3 𝑘𝑚𝑜𝑙 −1 𝑚𝑖𝑛−1
𝑘𝐴′ = 0,004644 𝑚𝑖𝑛−1
Namun, sulit untuk memilih diantara model ini dan model orde kedua untuk
reaksi maju dan reaksi balik.
b. Sekarang gunakan model kinetika untuk mengukur reaktor yang
menghasilkan 10 ton perhari etil asetat. Pertama, konversi pada kesetimbangan
butuh untuk di hitung. Pada keadaan setimbang, laju reaksi maju dan balik adalah
sama yaitu:
𝑘𝐴 = 𝑘𝐴′ 𝐶𝐶
𝑁𝐴,𝑖𝑛 𝑋𝐴 𝑁𝐶,𝑜𝑢𝑡
𝑉= =
−𝑟𝐴 𝑘𝐴 𝐶𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 )2 − 𝑘𝐴′ 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
2
0,0788
= = 13,83 𝑚3
0,002688 𝑥 8,332 𝑥 (1 − 0,605)2 − 0,004644 𝑥 8,33 𝑥 0,605
Untuk reaktor aliran sumbat :
𝑋𝐴
𝑉𝐶𝐴0 𝐶𝐴0 𝑑𝑋𝐴
𝜏= =∫ 2
𝑁𝐴0 −𝑘𝐴 𝐶𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 )2 + 𝑘𝐴′ 𝐶𝐴0 𝑋𝐴
0
1. Model kinetika disesuikan dengan data eksperimen pada kondisi spesifik rasio
molar umpan dan suhu. Model-model tersebut hanya valid pada kondisi-
kondisi ini. Penggunaan umpan dengan kadar yang berbeda atau pada suhu
yang berbeda akan tidak valid.
2. Mengingat bahwa model kinetika hanya berlaku untuk berbagai kondisi
dimana mereka di fit kan, lebih baik penyelidikan secara eksperimen pada
kinetika reaksi dan desain reaktor dilakukan secara paralel. Jika pendekatan ini
diikuti, maka dapat dipastikan bahwa berbagai kondisi eksperimental yang
digunakan di laboratorium mencakup berbagai kondisi yang digunakan dalam
desain reaktor. Jika program eksperimental dilakukan dan diselesaikan
sebelum desain reaktor, maka tidak ada jaminan bahwa model kinetika akan
sesuai untuk kondisi yang dipilih dalam desain akhir.
3. Model-model yang berbeda sering memberikan prediksi yang sangat mirip
dalam rentang kondisi yang terbatas. Namun, perbedaan antara model-model
yang berbeda cenderung menjadi besar jika digunakan di luar rentang di mana
mereka di fit kan untuk data eksperimen.
mixed-flow dibandingkan reaktor batch ideal dan reaktor plug-flow, kerena mixed-
flow beroperasi pada laju reaksi lambat sesuai dengan konsentrasi luaran umpan.
Karenanya, reaktor mixed-flow membutuhkan volume yang lebih besar
dibandingkan reaktor batch ideal atau reaktor plug-flow. Oleh karena itu, untuk
reaksi tunggal, sebuah reaktor batch ideal atau reaktor plug-flow lebih di anjurkan.
Jika reaksi melibatkan lebih dari satu umpan, gambarannya menjadi lebih
kompleks. Misalkan sistem reaksi dengan persamaan laju yang sesuai :
𝑎1 𝑏1
𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁1 + 𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁2 → 𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾 𝑟1 = 𝑘1 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁1 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁2 (2.55.a)
𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁1 + 𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁2 → 𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾 𝑆𝐴𝑀𝑃𝐼𝑁𝐺
𝑎2 𝑏2
𝑟2 = 𝑘2 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁1 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁2 (2.55.b)
dimana,
𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁1 , 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁2 = konsentrasi molar umpan 1 dan umpan 2 dalam reaktor
𝛼1, b1 = orde reaksi reaksi primer
𝛼2, b2 = orde raksi reaksi sekunder
Rasio yang perlu untuk di perkecil di berikan oleh :
𝑟2 𝑘2 𝑎2−𝑎1 𝑏2−𝑏1
= 𝑘1 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁1 𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁2 (2.56)
𝑟1
𝑎2
𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾 → 𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾 𝑆𝐴𝑀𝑃𝐼𝑁𝐺 𝑟2 = 𝑘2 𝐶𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾 (2.57.b)
dimana,
r1, r2 = laju reaksi untuk reaksi primer dan sekunder
k1, k2 = konstanta laju reaksi
𝐶𝑈𝑀𝑃𝐴𝑁 = konsentrasi molar umpan
𝐶𝑃𝑅𝑂𝐷𝑈𝐾 = konsentrasi molar produk
𝛼1 , 𝛼2 = orde reaksi untuk reaksi primer dan sekunder
Untuk konversi reaktor pada saat tertentu, umpan harus memiliki waktu
tinggal yang sesuai didalam reaktor. Pada reaktor mixed-flow, umpan dapat
meninggalkan reaktor segera sesaat setelah masuk atau tinggal untuk waktu yang
lebih lama. Sama halnya dengan produk yang dapat tinggal untuk waktu yang
lebih lama atau meninggalkan reaktor secara tiba-tiba. Fraksi dalam jumlah besar
dari umpan ataupun produk meninggalkan reaktor sebelum dan sesudah apa yang
seharusnya terbentuk pada waktu tinggal yang spesisfik untuk nilai konversi yang
diberikan.
30
Gambar 2.7 Pemilihan reaktor tipe gabungan reaksi parelel dan seri pada ssat
reaksi parallel memiliki orde yang lebih tinggi dibandingkan reaksi primer
5. Reaksi polimerisasi
Polimer dikarakterisasi terutama melalui distribusi masa molar mengenai
cara serta cara itu sendiri. Orientasi berupa rantai, rantai silang pada rantai
polimer, dan sebagainya, juga mempengaruhi sifat-sifatnya. Luas distribusi massa
molar tergantung pada apakah reaktor batch atau reaktor plug-flow atau reaktor
mixed-flow yang digunakan. Luasnya memiliki pengaruh penting pada sifat
mekanik dan lainnya dari polimer, dan hal ini merupakan faktor penting dalam
pemilihan reaktor.
Dua tipe luas polimerisasi dapat diidentifikasi:
a) Dalam reaktor batch atau plug-flow, semua molekul memiliki waktu
tinggal yang sama, dan tanpa efek penghentian (lihat Bagian 2.2), semua akan
tumbuh dengan panjang yang kurang lebih sama, menghasilkan distribusi massa
molar yang sempit. Sebaliknya, reaktor mixed-flow akan menyebabkan distribusi
yang luas karena distribusi waktu tinggal di reaktor.
32
6. Reaksi biokimia
Seperti yang didiskusikan sebelumnya, ada dua tipe reaksi biokimia yaitu
reaksi-reaksi yang mengeksploitasi jalur metabolik dengan mikroorganisme
terpilih dan dikatalisasi oleh enzim. Misalkan mikroba biokimia reaktif dari tipe :
c
A R+C
Dimana A adalah umpan, R adalah produk dan C menunjukkan sel
(mikrooragnisme). Kinetika beberapa reaksi dapat digambarkan melalui
persamaan Monod :
𝐶𝐶 𝐶𝐴
−𝑟𝐴 = 𝑘 𝐶 (2.59)
𝐴 +𝐶𝑀
Dimana,
rA = laju reaksi
k` = konstanta laju reaksi
Cc = konsentrasi sel (mikroorganisme)
CA = konsentrasi umpan
CM = konstanta ( konstanta Michaeli yaitu fungsi reaksi dan kondisi)
Konstanta laju dapat bergantung pada banyak faktor, seperti suhu,
keberadaan elemen, vitamin, zat beracun, intensitas cahaya, dan sebagainya. Laju
reaksi tidak hanya tergantung pada ketersediaan umpan (makanan untuk
mikroorganisme) tetapi juga pada penumpukan limbah dari mikroorganisme yang
mengganggu multiplikasi mikroorganisme. Ada titik di mana limbah
33
lebih sulit daripada pada reaksi tunggal, karena faktor-faktor yang mempengaruhi
konversi juga dapat memiliki efek yang signifikan pada selektivitas.
Konversi yang tinggi dalam reaktor cenderung menurunkan CUMPAN.
demikian:
𝛼1 > 𝛼2 , selektivitas meningkat seiring konversi meningkat
𝛼1 < 𝛼2 , selektivitas menurun seiring konversi menurun
Jika selektivitas meningkat seiring konversi meningkat, pengaturan awal
untuk konversi reaktor harus berada pada 95%, dan untuk reaksi reversibel harus
berada pada 95% dari konversi kesetimbangan. Jika selektivitas menurun dengan
meningkatnya konversi, maka jauh lebih sulit untuk memberikan arahan desain.
Pengaturan awal sebesar 50% untuk konversi reaksi ireversibel atau 50% dari
konversi kesetimbangan pada reaksi reversibel adalah hal yang masih masuk akal.
Namun, ini hanya dugaan awal dan hampir pasti akan diubah nantinya.
seperti yang akan terlihat nantinya, ada interaksi yang kuat antara konversi reaktor
dan sisa dari flowsheet.
1. Reaksi tunggal
Untuk reaksi tunggal, pengaturan awal yang baik adalah 95% konversi
untuk reaksi ireversibel dan 95% konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel.
2. Reaksi banyak
Untuk reaksi banyak dimana produk samping terbentuk secara paralel,
selektivitas dapat meningkat atau menurun dengan meningkatnya konversi. Jika
reaksi byproduct ordenya lebih tinggi daripada reaksi primer, selektivitas
meningkat untuk meningkatkan konversi reaktor. Dalam hal ini, pengaturan awal
yang sama seperti reaksi tunggal harus digunakan. Jika reaksi samping dari sistem
paralel adalah urutan yang lebih rendah daripada reaksi utama, konversi yang
lebih rendah dari itu untuk reaksi tunggal diharapkan sesuai. Tebakan awal terbaik
pada tahap ini adalah untuk mengatur konversi sebesar 50% untuk reaksi
ireversibel atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel.
Untuk reaksi banyak di mana produk samping terbentuk secara seri,
selektivitas menurun seiring pertambahan konversi. Dalam hal ini, konversi yang
lebih rendah dari itu untuk reaksi tunggal diharapkan sesuai. Sekali lagi, tebakan
terbaik pada tahap ini adalah untuk mengatur konversi sebesar 50% untuk reaksi
ireversibel atau 50% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel. Perlu
ditekankan bahwa rekomendasi untuk pengaturan awal dari konversi reaktor
hampir pasti akan berubah pada tahap selanjutnya, karena konversi reaktor
merupakan variabel pengoptimalan yang sangat penting. Ketika berhadapan
dengan reaksi banyak, selektivitas atau hasil reaktor dimaksimalkan untuk
konversi yang dipilih. Pemilihan pola pencampuran dalam reaktor dan ketentuan
penambahan umpan harus dipilih untuk tujuan ini.
37
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Dalam pemilihan jalur reaksi, jalur reaksi yang memberikan hasil positif
dalam perhitungan pendapatan merupakan pilhan yang tepat
2. Terdapat enam sistem reaksi yang sering di jumpai pada proses reaksi
kimia, yaitu reaksi tunggal, reaksi ganda secara paralel, reaksi ganda
secara seri, reaksi gabungan paralel dan seri, reaksi polimerisasi dan reaksi
biokimia
3. Hasil proses merupakan parameter penting untuk menggambarkan
performa reaktor
4. Laju reaksi memilki peranan penting dalam menggambarkan proses reaksi
kimia yang sedang berlangsung
5. Terdapat 3 model umum reaktor ideal dalam proses kimia yaitu reaktor
ideal batch, reaktor aliran campuran dan reaktor aliran sumbat
6. Pemilihan reaktor ideal harus mempertimbangan konsentrasi awal umpan,
orde reaksi,dan waktu tinggal
7. Nilai konversi reaktor pada pengaturan awal adalah 95% untuk reaksi
ireversibel dan 95% dari konversi kesetimbangan untuk reaksi reversibel
3.2 Saran
Dalam memilih reaktor yang sesuai untuk konversi yang di ataur pada
pengaturan awal, sebaiknya pertimbangkan hal-hal berikut seperti, konsentrasi
awal umpan, orde reaksi dan waktu tinggal. Dan pastikan bahwa jalur reaksi yang
dipilih memberikan hasil yang positif.
38
DAFTAR PUSTAKA
Smith, R. 2005. Chemical Process Design and Integration. West Sussex, England.
John Wiley & Sons.