SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Tim Penguji
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
Sumatera Utara.
Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
3. dr. Devi Nuraini Santi, M.kes selaku Dosen Pembimbing skripsi II dan
4. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
5. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan
Utara.
Tandi dan Arsyad Joyo selaku kepala desa Ngalam Baru yang telah
Hasibuan, dan Aldi Azhari Hasibuan) dan seluruh keluarga tersayang yang
telah banyak memberikan doa, dukungan moril dan materi selama penulis
USU ’06 Aswin , Aulia, Sari, Desi, Unee, Dila W dan juga teman-teman
10. Khusus buat Devi Paramitha Sary Harahap yang telah banyak membantu,
penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan
kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari
berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapakan saran dan kritik dari berbagai
Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan
bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas
Penulis
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Master Data
Lampiran 3 Analisa Data
Lampiran 4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat
lingkungan dan menyongsong Indonesia Sehat 2010, perlu upaya melibatkan seluruh
lapisan masyarakat, agar dapat dimengerti dan memahami perilaku hidup bersih dan
sehat, salah satu upaya tersebut adalah meningkatkan pembangunan disektor sanitasi
komponen sanitasi sangat erat kaitannya dengan aspek kehidupan, kondisi geografis
dan aspek perubahan perilaku masyarakat yang sudah tertanam sejak lama,
sanitasi didapatkan hasil bahwa banyak sarana yang dibangun tidak digunakan dan
satu diantaranya adalah tidak adanya demand dan responsive yang muncul pada
hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006
sembarangan, sementara itu berdasarkan studi Basic Human Service (BHS) ditahun
yang sama menghasilkan data bahwa perilaku masyarakat terhadap pola Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah setelah buang air besar 12%, setelah
membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi
makan bayi 7% dan sebelum menyiapkan makanan 6%, merebus air untuk
mendapatkan air minum tapi 47,50% air tersebut mengandung Echericia coli
(E.coli), belum lagi kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dan limbah
Kajian global terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2000, ditemukan
sekitar 1,1 milyar penduduk di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih
dan 2,4 milyar penduduk belum terakses sarana sanitasi /jamban yang memenuhi
syarat. Sebagian besar penduduk tersebut berada di benua Asia-Afrika dan lebih dari
100 juta masyarakat Indonesia belum memiliki kemudahan akses terhadap sumber
dimana persentase keluarga yang menggunakan air bersih di pedesaan sebesar 68,8%
jamban memenuhi syarat di pedesaan sebesar 52% dan perkotaan 77,4% (Depkes RI,
2001).
Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB)
sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan
Dari data profil kesehatan Kabupaten Lahat tahun 2008 jumlah kepemilikan
jamban di Kabupaten Lahat sebesar 49,40 % dan penyakit diare masuk dalam
Lahat yang merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu
kabupaten yang menjalankan gerakan STBM. Kegiatan gerakan STBM ini akan terus
berjalan di seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat secara bertahap
dan berkelanjutan dari satu desa ke desa yang lain sampai keberhasilan penggunaan
merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan gerakan STBM. Desa Ngalam
Baru yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Sukaramai merupakan desa yang
Kegiatan utama dari gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah prilaku
penyakit dari tinja dengan tujuan menimbulkan rasa jijik, malu, takut sakit untuk
untuk tidak buang air besar sembarangan merupakan suatu jalan untuk meningkatkan
Ngalam Baru yang memiliki jumlah penduduk 567 jiwa yang terdiri dari 157 KK dan
115 rumah. Sebelum intervensi STBM hanya memiliki jamban keluarga 40 unit,
akan tetapi setelah pemicuan melalui gerakan STBM jumlah jamban keluarga
menjadi 80 unit dan pemanfaatan jamban keluarga di desa tersebut telah mencapai
100%.
setelah adanya pemicuan melalui gerakan STBM berlangsung dalm kurun waktu
lebih kurang 6 bulan, hal ini disebabkan tidak adanya subsidi yang diberikan untuk
pembangunan jamban. Sementara itu, untuk desa Muara Kandi yang memiliki
jumlah penduduk 769 jiwa yang terdiri dari 190 KK dan 107 rumah dan hanya
memiliki jamban keluarga 43 unit dan pemanfaatan jamban keluarga hanya 258 jiwa
Besar Sembarangan Pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan
pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi dengan gerakan STBM di desa
Ngalam Baru dan desa Muara Tandi Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat
sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan
STBM.
pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.
pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.
tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi
sarana yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh masyarakat. Banyak
faktor penyebab mengenai kegagalan tersebut, salah satu diantaranya adalah tidak
Pendekatan ini berawal di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah
diadopsi secara massal di negara tersebut. Bahkan India, di satu negara bagiannya
pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total Sanitation Campaign
(TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodja, Afrika, Nepal, dan Mongolia telah
Kamal Kar dari India pada tahun 2004. Di tahun yang sama, Pemerintah Indonesia
program (36 kabupaten). Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi
pendekatan ini. Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama
dengan Bank Dunia merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini
Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan
CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai
bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan
pemasaran sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total
852/MENKES/SK/IX/2008).
prilaku masyarakat untuk membangunan sarana sanitasi dasar dengan melalui upaya
sanitasi meliputi tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola
air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola
Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap
infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan jamban yang nantinya akan
pemeliharaan.
luar, pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secara
keputusan, pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan
adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi,
tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan
dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu
sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip STBM telah
disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat itu sendiri
sanitasi.
kertas tersebut.
BABnya.
seperti pada malam hari, saat hujan atau saat sakit perut.
2. Transect Walk
Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan
tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa
- Menanyakan siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa
- Potongan-potongan kertas
- Spidol
- Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/ air minum)
- Ambil satu ember air sungai dan minta salah seorang untuk
lainnya.
salah seorang peserta untuk melakukan hal yang sama sebelum ember
Pembahasannya meliputi:
a. FGD untuk memicu rasa maluu dan hal-hal yang bersifat pribadi
mana saja pernah terkena diare, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk
karena diare?
- Lakukan dengan mengutip hadits atau pendapat alim ulama yaang relevan
jamban.
memperbaiki sarana sanitasi, dengan adanya pemicuan ini target utama dapat
tercapai yaitu: merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan
Alur kontaminasi
didukung data puskesmas
masyarakat untuk membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi
mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah mau merubah
kebiasaan BAB nya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan dari
kegiatan sehari-hari.
sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana
sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan
bangunan yang kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk
masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut.
tanah yang berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah
tanah adalah untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil. Kedua
bangunan dinding. Bangunan atau dinding penghalang erat kaitannya dengan faktor
konsep sanitasi total kepada masyarakat. Buang air besar sembarangan merupakan
prilaku yang masih sering dilakukan masyarakat pedesaan. Kebiasaan ini disebabkan
kotoran manusia atau tinja (jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari
dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan
(Kusnoputranto, 1997).
penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang itdak
menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam
(Kumoro, 1998)
1. Rumah Kakus
tangga.
2. Lantai Kakus
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus
baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya
yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jaddi
tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup
kondisi jamban tetap bersih selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga
Alat pembersih adalah bahan yang ada di rumah kakuss didekat jamban. Jenis
alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat
pembersih ini agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air.
7. Saluran Peresapan
Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap
terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang
macam (Azwar,1990) :
1. Jamban cubluk (Pit Privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam
karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri,
1994).
Adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban
model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai
transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja
Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu
di buang lagi.
Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapt dilakukan dengan :
2. sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak
3. lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai.
5. tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja
penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.
Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui
sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain
air , tangan, seranggaa, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan
arnstein (dalam Wagner & Lanoix, 1958) dalam buku M. Soeparman dan suparmin
Gambar 2.1
Transmisi penyakit melalui tinja
Air
Mati
Tangan
Makanan, Inang
Tinja Sakit
susu, baru
(sumber
sayuran
infeksi)
Serangga/
Tikus Cacat
adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat
merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai
penularan penyakit.
Gambar 2.2
Pemutusan Transmisi penyakit melalui tinja
Air
Penghalang
Tinja
Sanitasi
Inang
(sumber Tangan Terlindungi
infeksi)
Makanan
2.4. Perilaku
2.4.1. Pengetahuan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
1. Tahu
sebelumnya.
2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
5. Sintesis
2.4.2. Sikap
(secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap
(kecendrungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan reaksi
atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
(Notoatmodjo, 2003)
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
1. Persepsi
2. Respons terpimpin
3. Mekanisme
4. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
Baik
Intervensi STBM
Prilaku masyarakat
tentang BAB
sembarangan :
Sedang
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
Tidak di Intervensi Rendah
STBM
Karakteristik
responden :
- Pendidikan
- Penghasilan
- Pekerjaan
Ho : Tidak ada perbedaan sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan
Ha : Ada perbedaan sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada
METODE PENELITIAN
sembarangan pada desa yang diberi intervensi dan yang tidak diberi intervensi
tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisikan
Penelitian ini dilaksanakan di desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi
intervensi STBM dan desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi di
3.3.1. Populasi
Rumah Tangga yang yang ada di desa Ngalam Baru untuk desa yang diintervensi
3.3.2. Sampel
Z 2 P (1 P) N
n 2
d ( N 1) Z 2 P(1 P)
n = Besar Sampel
desa ngalam baru adalah 157 KK , Maka besar sampel yang akan diteliti adalah
Z 2 P (1 P) N
n
d 2 ( N 1) Z 2 P(1 P)
n
3,842 x 0,25 x 157
1,56 0,9604
n
150,79
2,5204
n 59,82 ≈ 60
Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sample yang akan diteliti
adalah 60 KK untuk desa Ngalam Baru dan 64 KK untuk desa Muara Tandi. Maka
Muara Tandi.
Mengingat hal tersebut diatas dan kemampuan peneliti dilihat dari segi
waktu, tenaga dan dana maka penulis dalam penelitian ini mengambil jumlah sampel
sebanyak 65 KK untuk Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Kandi. Teknik
homogen, hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak sistematis
interval 3 dalam daftar urutan rumah didesa Ngalam Baru dan desa Muara Tandi.
Maka populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai kelipatan
3. dalam pengambilan sampel pertama dilakukan secara acak. Interval 3 ini diperoleh
Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi Kecamatan Gumai Talang Kabupaten
Lahat.
dengan metode diskusi, mapping, transect walk dan metode lainnya untuk
menimbulkan rasa jijik dan malu pada masyarakat sasaran dan dilaksanakan
oleh pemerintah.
gerakan STBM dengan metode diskusi, mapping, transect walk dan metode
lainnya untuk menimbulkan rasa jijik dan malu pada masyarakat sasaran dan
sembarangan.
sembarangan.
Selatan ( Rp 824.730,- )
10. Baik adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang baik.
11. Sedang adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang sedang.
12. Rendah adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang rendah.
3.6.1. Pengetahuan
menjawab b, maka skore = 2; jika responden menjawab c, maka skore =3 dan untuk
pertanyaan nomor 3,6, dan 7. Jika jawaban responden b dan hanya dapat
menyebutkan 1 pilihan maka skore = 1, dan jika menyebutkan 2 pilihan maka skore
= 2, dan jika dapat menyebutkan lebih dari 2 maka skore = 3. Sehingga diperoleh
skore tertinggi = 30, selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan
1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban
3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban
3.6.2. Sikap
menjawab (a) akan diberi skore = 1; jika responden menjawab (b) akan diberi skore
= 2 dan jika responden menjawab (c) maka diberi skore = 3, sehingga didapat skore
tertinggi adalah 30. selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendaah dengan
1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban
3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban
3.6.3. Tindakan
menjawab (a) akan diberi skore = 1; jika responden menjawab (b) akan diberi skore
= 2 dan jika responden menjawab (c) maka diberi skore = 3, sehingga didapat skore
tertinggi adalah 30. selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan
3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban
yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian dianalisa untuk
Analisa dapat dilakukan dengan nilai probabilitas(p) dengan nilai taraf nyata
tidak di intervensi.
tidak di intervensi.
intervensi.
intervensi.
intervensi.
tidak di intervensi.
Daerah penelitian adalah pada desa Ngalam Baru dan Muara Tandi
Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat. Adapun batas-batas wilayah dari desa
Adapun batas-batas wilayah dari desa Muara Tandi adalah sebagai berikut :
yang terdaftar tahun 2009 sebanyak 573 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak
292 jiwa dan wanita sebanyak 281 jiwa. Sementara itu untuk Desa Muara Tandi
jumlah penduduk yang terdaftar tahun 2009 sebanyak 768 jiwa dengan perincian
laki-laki sebanyak 368 jiwa dan wanita sebanyak 400 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa penduduk desa Ngalam Baru
sebanyak 292 orang (51,0%) berjenis kelamin laki-laki dan hanya 368 orang (52,0%)
Sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, jamban dan sarana pembuangan air
limbah. Masyarakat pada Desa Ngalam Baru 100,0% menggunakan sarana air bersih
dari air sumur gali dan hanya 33,4% masyarakat pada Desa Muara Tandi yang
menggunakan sarana air bersih dari sumur gali. Sementara itu, untuk kepemilikan
jamban 100,0% masyarakat Desa Ngalam Baru telah memiliki jamban dan sebesar
21,23% masyarakat Desa Muara Tandi yang memiliki jamban. Hal ini dapat dilihat
JUMLAH KK
% PEMAKAI
MEMILIKI
MEMILIKI
PEMAKAI
% SEHAT
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
SEHAT
NO DESA
% KK
(KK)
KK
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa hanya tiga desa di wilayah
tetapi masih terdapat jumlah jamban dalam satu desa sebesar 7,08%. Akan tetapi,
memiliki jamban.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa 100,0% masyarakat pada
Desa Ngalam Baru memiliki sarana air bersih dari sumur gali dan secara
Karakteristik responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain umur,
pada Desa Ngalam Baru sebesar 58,5% responden berusia 30-40 tahun, tetapi untuk
Desa Muara Tandi hanya 49,2% responden berusia 30-40 tahun. Berdasarkan tingkat
pendidikan pada Desa Ngalam Baru sebesar 21,5% responden tidak tamat SD, tetapi
pada Desa Muara Tandi hanya 6,2% responden tidak tamat SD.
bekerja sebagai petani sementara itu pada Desa Muara Tandi hanya 73,8% responden
responden pada Desa Ngalam Baru berpenghasilan dibawah UMR dan sebesar
29,2% responden pada Desa Muara Tandi juga berpenghasilan dibawah UMR.
Kepemilikan sanitasi dasar adalah ada tidaknya sarana sanitasi dasar dimiliki
oleh setiap responden. Adapun data kepemilikan sanitasi dasar meliputi sarana air
bersih, jamban keluarga, jenis jamban keluarga, jarak jamban dari sumber air bersih
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa 100% responden pada Desa
Ngalam Baru (desa intervensi) dan Muara Tandi (desa tidak intervensi) memiliki
sarana air bersih, akan tetapi berdasarkan jenis sarana air bersih 100,0% responden
pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) dan 89,2% pada Desa Muara Tandi (desa
tidak intervensi) memiliki sarana air bersih berupa sumur gali. Berdasarkan
kepemilikan jamban, sebesar 76,9% responden pada Desa Ngalam Baru (desa
intervensi) dan hanya 41,5% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya 3,1% responden Desa Ngalam
Baru (desa intervensi) yang tidak BAB pada jamban, sementara itu 58,5% responden
pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) tidak BAB pada jamban. Sementara
itu sebesar 72% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) memiliki
a. Pengetahuan
yang tepat, media yang dapat menularkan penyakit dari kebiasaan BAB sembarangan
dan penyakit yang dapat ditularkan dari BAB sembarangan. Adapun distribusi
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa 3,1% responden pada Desa
Muara Tandi (desa intervensi) tidak tahu pengertian BAB sembarangan. Sebesar
87,7% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab tidak tahu
”penyebab penyakit yang ditularkan melalui tinja” tetapi 100% responden pada Desa
Muara Tandi juga (desa tidak intervensi) menjawab tidak tahu. Responden pada
Desa Ngalam Baru (desa intervensi) yang mengetahui bahwa ”BAB sembarangan
dapat mencemari lingkungan” sebesar 81,5% tetapi untuk Desa Muara Tandi (desa
tidak intervensi) hanya 36,9% responden yang menjawab dengan jawaban yang
sama.
menjawab bahwa “BAB sembarangan dapat menularkan penyakit” tetapi pada Desa
Muara Tandi (desa tidak intervensi) hanya 53,8% responden menjawab dengan
jawaban yang sama. Responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)
sebesar 29,2% menyatakan bahwa ”air sumur tidak dapat tercemar dari orang yang
BAB sembarangan”, tetapi responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi)
Desa Ngalam Baru (desa intervensi) memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar
72,3%. Sementara itu pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) mayoritas
responden memiliki pengetahuan yang sedang (kurang baik) yaitu sebesar 87,7%.
b. Sikap
sembarangan yang meliputi tentang sikap melihat anggota keluarga yang BAB
responden menurut tingkat sikap tentang BAB sembarangan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Ngalam Baru (desa intervensi) menyatakan sikap ”tidak setuju” pada pernyataan
sementara itu hanya 4,6% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)
menjawab dengan pernyataan yang sama. Sebagian besar responden pada Desa
Pada tabel diatas juga dapat dilihat bahwa sebesar 72,3% responden pada
Desa Ngalam Baru (desa intervensi) ”tidak setuju” dengan pernyataan ”Anggota
Keluarga BAB di tempat terbuka” tetapi responden pada Desa Muara Tandi (desa
tidak intervensi) hanya 9,2% yang menjawab tidak setuju. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa sebesar 4,6% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak
Baru (desa intervensi) memiliki sikap yang baik tentang BAB sembarangan yaitu
sebesar 84,6%, tetapi responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)
c. Tindakan
cukup dan mencuci tangan pakai sabun. Adapun distribusi responden menurut
tingkat tindakan tentang BAB sembarangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Baru (desa intervensi) hanya sebesar 3,1% yang BAB sembarangan, tetapi pada Desa
Muara Tandi (desa tidak intervensi) sebesar 43,1% responden yang BAB
sembarangan. Hampir seluruh responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi)
(98,5%) melarang anggota keluarga yang BAB sembarangan, tetapi pada Desa
Muara Tandi (desa tidak intervensi) hanya 1,5% responden yang melarang anggota
pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) merasa nyaman dan tenang BAB di
sembarang tempat.
Pada tabel dapat dilihat bahwa 95,4% responden pada Desa Muara Tandi
(desa tidak intervensi) tidak membuang tinja anak yang BAB sembarangan tetapi
hanya 27,7% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab dengan
jawaban yang sama. Responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)
sebesar 93,8% tidak melarang tetangga yang BAB sembarangan tetapi 35,4%
responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab dengan jawaban
yang sama.
Baru (desa intervensi) memiliki tindakan yang baik tentang BAB sembarangan yaitu
4.3.1. Perbedaan Pengetahuan Responden Pada Desa Ngalam Baru dan Desa
Muara Tandi
Dengan hasil analisis statistik uji independent- sampel T test diatas, dapat
dilihat dari nilai t hitung adalah 12,452 serta nilai probabilitas (p=0,000). Oleh
karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang
signifikan responden antara yang diberi intervensi dengan yang tidak diberi
intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang tidak diberi intervensi.
16,774 serta nilai probabilitas (p=0,000). Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap yang signifikan antara responden yang
diberi intervensi dengan yang tidak diberi intervensi. Dapat diartikan bahwa sikap
Dari tabel diatas juga dapat dilihat nilai t hitung tindakan adalah 19,185 serta
nilai probabilitas (p=0,000). Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan tindakan yang signifikan antara responden yang diberi
intervensi dan yang tidak diberi intervensi. Dapat diartikan bahwa tindakan
responden pada desa yang di intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang
Hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa pendidikan responden pada
Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi masih rendah, pada Desa Ngalam Baru
responden yang tidak tamat SD 21,5%, untuk yang tamat SD 40%, sementara itu
untuk Desa Muara Tandi responden yang tidak tamat SD 6,2%, untuk yang tamat SD
pengetahuan yang lebih baik tentang dampak yang akan ditimbulkan dari kebiasaan
buang air besar sembarangan. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap suatu masalah.
kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat, dan bertujuan untuk bertahan
Tingkat pendidikan juga dapat menentukan daya nalar seseorang yang lebih
baik, sehingga dapat menyerap informasi-informasi dan dapat berfikir secara rasional
dalam menanggapi informasi dan masalah yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan
buang air besar sembarangan. Menurut Widyastuti (2005) yang dikutip dari Elisabeth
(2008), orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada
memiliki status kesehatan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Budiarja
(2001) yang dikutip dari Elisabeth (2008), pendidikan yang rendah membuat
Hasil penelitian juga menunjukkan 80% responden pada Desa Ngalam Baru
sebagai desa intervensi gerakan STBM bekerja sebagai petani dan tidak ada
responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Akan tetapi pada Desa Muara
Tandi hanya 73,8% responden yang bekerja sebagai petani dan 6,2% responden
bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Bekerja sebagai petani bukan merupakan
pekerjaan yang memiliki penghasilan yang tetap, akan tetapi kesadaran akan
pentingnya untuk memulai hidup sehat dengan meningkatkan sarana sanitasi dasar
untuk mengurangi perilaku buang air besar sembarangan telah dimiliki masyarakat
Desa Ngalam Baru. Berbeda halnya dengan responden Desa Muara Tandi walaupun
persentase responden yang bekerja sebagai petani cukup tinggi, akan tetapi kesadaran
akan pentingnya untuk memulai hidup sehat degan tidak buang air besar
Menurut teori Maslow (1943) yang dikutip oleh Malayu (2002), jika
seseorang yang ingin memiliki kebutuhan rasa aman dan kenyamanan maka akan
kecukupan penghasilan, dan ini hanya diperoleh jika mempunyai suatu pekerjaan
yang layak.
berpenghasilan lebih dari Rp 824.730,- yaitu sebesar 72,3% untuk Desa Ngalam
Baru dan 70,8% untuk Desa Muara Tandi. Tingginya penghasilan masyarakat ini
Demikian sebaliknya jika pendapatan rendah maka akan terdapat hambatan dalam
sebagai salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan.
jamban untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan masih sangat
rendah. Hal ini dapat dijumpai pada masyarakat pada Desa Muara Tandi.
menunjukkan bahwa responden memiliki sarana air bersih berupa sumur gali sebesar
84,6% untuk Desa Ngalam Baru dan 89,2% untuk Desa Muara Tandi. Sementara itu
Baru 23,1% responden tidak memiliki jamban dan 58,5% responden pada Desa
Muara Tandi juga tidak memiliki jamban. Responden pada Desa Muara Tandi hanya
yang menggunakan jamban cubluk, plengsengan dan buang air besar tidak pada
jamban. Adanya perbedaan persentase kepemilikan jamban pada Ngalam Baru dan
Muara Tandi juga disebabkan dengan adanya intervensi STBM, intervensi STBM
sehat dengan memperbaiki sarana sanitasi dasar untuk tempat buang air besar.
cubluk, empang, kimia, plengsengan dan leher angsa. Jamban leher angsa merupakan
pilihan jamban yang paling baik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan diantara
Hasil penelitian juga menunjukkan 38,0% responden pada Desa Ngalam Baru
memiliki jamban yang letaknya berada diluar rumah, tetapi sebesar 96,3% responden
pada Desa Muara Tandi yang memiliki jamban diluar rumah. Letak jamban diluar
ataupun didalam rumah tidak akan menimbulkan masalah kesehatan jika jarak antara
lubang penampungan tinja dengan sumber air lebih dari sepuluh meter. Akan tetapi
aktifitas buang air besar, terlebih lagi jika dalam keadaan malam hari, letak jamban
meter dari sumber air yaitu sebesar 78,0% pada desa Ngalam Baru dan 51,9% pada
desa Muara Tandi. Dengan demikian masih terdapat jarak jamban dengan sumber air
≤ 10 meter. Menurut Ehler dan Steel (2000), jamban yang digunakan sebagai tempat
meter. Tetapi bila kondisi tanah berkapur, dan letak jamban pada sumber air ditanah
Dari hasil penelitian juga dapat dilihat sebesar 72,0% responden pada Desa
Ngalam Baru memiliki jamban setelah adanya intervensi STBM, dengan demikian
untuk tidak buang air besar sembarangan. Setelah berubahnya kesadaran untuk tidak
buang air besar sembarangan, maka tahapan selanjutnya adalah kesadaran tentang
Hasil uji univariat menunjukkan bahwa tidak ada responden pada Desa
Ngalam Baru yang tidak mengetahui pengertian buang air besar sembarangan, tetapi
3,1% responden pada Desa Muara Tandi menjawab dengan pilihan yang sama. Hal
ini diperparah dengan sedikitnya jumlah responden yang mengetahui penyakit yang
dapat ditularkan oleh tinja dan masih terdapatnya responden yang tidak mengetahui
bahwa buang air besar sembarangan akan menularkan penyakit, serta terdapat
responden yang tidak mengetahui cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari
tinja.
pada Desa Ngalam Baru pada kategori baik sebesar 72,3% dan sebesar 12,3%
hal akan terbatas, termasuk juga cara berpikir tentang kebiasaan buang air besar
sembarangan.
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long lasting) dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Soekidjo, 2003).
mengetahui perbedaan pengetahuan responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa
Muara Tandi diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengetahuan yang signifikan tentang buang air besar sembarangan antara
oleh adanya intervensi gerakan STBM pada Desa Ngalam Baru sehingga membuat
responden pada Desa Ngalam Baru menjadi tahu pentingnya untuk tidak buang air
besar sembarangan dan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas tersebut.
Karena berawal dari merubah perilaku BAB sembarangan maka kegiatan sanitasi
Sesuai dengan Dirjen PPM & PLP (1999) salah satu cara untuk mengatasi
dapat menilai atau membimbing tingkah laku seseorang. Sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sikap reponden pada Desa
Ngalam Baru pada kategori baik sebesar 84,6% dan pada Desa Muara Tandi sebesar
40,0% responden bersikap baik. Hal ini dapat dilihat bahwa 72,3% responden desa
Ngalam Baru dan 9,2% Desa Muara Tandi menyatakan “tidak setuju” jika anggota
keluarga BAB di tempat terbuka, kemudian sebesar 53,8% dan 1,5% responden
“tidak setuju” jika tetangga mereka buang air besar sembarangan di kebun atau dekat
kebiasaan buang air besar belum tentu responden tersebut merealisasikan dalam
stimulus atau objek tertentu yang belum tentu dapat di realisasikan dalam tindakan.
mengetahui perbedaan sikap responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara
Tandi diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap
yang signifikan antara responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi.
Desa Ngalam Baru pada kategori baik sebesar 100,0% dan pada Desa Muara Tandi
sebesar 0,0% responden memiliki tindakan baik. Hasil uji statistic dengan
responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi diperoleh nilai p=0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tindakan yang signifikan antara
Responden pada Desa Ngalam Baru memiliki tindakan yang baik mengenai
kebiasaan buang air besar sembarangan dari pada responden Desa Muara Tandi.
Responden Desa Ngalam Baru tidak lagi melakukan buang air besar sembarangan,
sementara itu responden Desa Muara Tandi masih melakukan buang air besar
Walaupun responden Desa Muara Tandi memiliki status ekonomi yang cukup
baik dan memiliki pengetahuan yang sedang terhadap dampak yang dapat
ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan ternyata tidak begitu
mempengaruhi tindakan masyarakat desa Muara Tandi untuk tidak buang air besar
suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan sesorang dapat
menerapkan apa yang mereka ketahui. Artinya pengetahun atau sikap yang baik
belum tentu terwujud dalam tindakan yang baik pula (Soekidjo, 2003).
dan tindakan masyarakat tentang kebiasaan buang air besar sembarangan pada desa
yang diberi dengan desa yang tidak diberi intervensi Sanitasi Total Berbasis
Nomor 852 / Menkes / SK /IX/2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan
pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah
dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman. Akan tetapi kegiatan
utama intervensi STBM pada lokasi penelitian di Desa Ngalam Baru adalah merubah
kegiatan BAB sembarangan merupakan pintu masuk pengenalan konsep sanitasi total
lainnya.
masyarakat tentang kebiasaan buang air besar sembarangan dilakukan dengan cara
memicu beberapa hal seperti rasa jijik, malu, takut sakit dan lainnya. Dengan
Perbedaan perilaku masyarakat pada desa yang diberi dan tidak diberi
intervensi sangat jelas dapat dilihat dari tindakan masyarakat pada desa tersebut.
yang melakukan buang air besar pada jamban, akan tetapi berbeda halnya dengan
desa yang diberi intervensi 96,9% responden telah melakukan aktifitas buang air
melakukan buang air besar sembarangan disebabkan cara dan metode yang
merubah perilaku sanitasi mereka. Setelah perilaku sanitasi menjadi lebih baik, maka
pilihan untuk memiliki sarana sanitasi yang layak dan milik sendiri akan muncul.
Selain itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan setempat tidak
memberikan subsidi untuk pembangunan sarana sanitasi dasar dan juga tidak
kebiasaan tersebut. Akan tetapi masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan
mendapatkan wewenang atas kontrol terhadap apa yang akan dilakukan. Kegiatan
manusia yang melaksanakan program bersifat teknis perlu didukung oleh pemerintah
6.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
STBM) sebesar 72,3% memiliki pengetahuan baik dan sedang sebesar 27,7%.
Pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi STBM) responden yang
sebesar 84,6% memiliki sikap baik dan sedang sebesar 15,4%. Pada Desa
Muara Tandi (desa tidak intervensi STBM) responden yang mempunyai sikap
sebesar 100,0% memiliki tindakan baik. Pada Pada Desa Muara Tandi (desa
4. Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang buang air besar
antara responden pada desa Ngalam Baru (desa intervensi STBM) dan desa
tentang kebiasaan buang air besar dan dampak dari yang ditimbulkan.
6.2. Saran
Suparmin, Soeparman, 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. EGC, Jakarta.
DATA PRILAKU
A. Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud BAB sembarangan
a. Tidak tahu
b. Buang air besar dimana saja.
c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban, atau WC.
2. Menurut bapak/ibu, apakah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan
a. Tidak tahu
b. Tidak dapat
c. Dapat
II. Sikap
1. BAB di tempat terbuka memberikan kenyamanan yang sama dengan BAB di
jamban :
a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju
2. Setujukah bapak/ibu BAB sembarang tempat dapat menimbulkan penyakit:
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
3. Setujukah bapak/ibu BAB sembarang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
4. Setujukah bapak/ibu, air sumur dapat tercemar oleh tinja :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
5. Setujukah bapak/ibu jarak penampungan tinja dengan sumber air minimal 10
meter:
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
6. Setujukah bapak/ibu jika anggota keluarga BAB di tempat terbuka :
a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju
III. Tindakan
1. Apakah bapak/ibu BAB sembarangan :
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Apakah anak dan anggota keluarga bapak/ibu BAB pada jamban :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
3. Apakah bapak/ibu melarang anggota keluarga yang BAB sembarangan:
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
4. Apakah bapak/ibu merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat :
a. ya b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Jika pada malam hari dan dalam keadaan sakit perut, apakah bapak/ibu akan
BAB sembarang tempat :
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
6. Apakah bapak/ibu membuang tinja anak bapak/ibu yang BAB sembarangan:
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
7. Apakah bapak/ibu menyarankan kepada anak/istri/suami dan keluarga untuk
tidak BAB sembarangan :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya