Anda di halaman 1dari 90

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR

SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK


DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN
GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

RIO BATARADA HASIBUAN


NIM. 061000031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara


PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK
DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN
GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RIO BATARADA HASIBUAN


NIM. 061000031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul:

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR


SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK
DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN
GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

RIO BATARADA HASIBUAN


NIM. 061000031

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal 08 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, MSi dr. Devi Nuraini Santi, M.kes


NIP. 19681101 199303 2 005 NIP. 19700219 199802 2 001
Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, M.Kes dr. Taufik Ashar, MKM


NIP. 19680329 199303 2 001 NIP. 19780331 200312 1 001
Medan, Juni 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi


NIP. 19531018 198203 2 001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah suatu gerakan pemerintah


dalam rangka membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, penyebaran penyakit
berbasis lingkungan, meningkatkan kemapuan masyarakat dengan cara merubah
perilaku masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas buang air besar sembarangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku
masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak
diberi intervensi gerakan sanitasi total berbasis masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain
cross-sectional. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang
berada pada Desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi intervensi STBM yang
berjumlah 157 KK dan Desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi
STBM yang berjumlah 190 KK. Dari populasi diambil sample sebanyak 65 KK pada
Desa Ngalam Baru dan Muara Tandi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
sistematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pada desa Ngalam Baru
memiliki pengetahuan yang baik sebesar 72,3%, sikap yang baik sebesar 84,6% dan
tindakan yang baik sebesar 100,0%. Untuk responden pada Desa Muara Tandi,
pengetahuan yang baik sebesar 12,3%, sikap yang baik sebesar 40,0% dan tindakan
yang baik sebesar 0,0%.Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji independent
sample T test untuk melihat perbedaan pengetahuan, diperoleh nilai p = 0,000.
dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan pada responden
desa ngalam Baru dan Desa Muara Tandi. Sikap responden Desa Ngalam Baru dan
Desa Muara Tandi juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p
= 0,000. Tindakan responden Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi juga
memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p = 0,000.

Kata Kunci : Kepala Keluarga, Pengetahuan, Sikap, Tindakan, STBM.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Total sanitation based on Community was the government’s effort to socialize


the clean and healthy life behavior and the spread of diseases based on environment
in order to increase people’s capability by changing their behavior in doing
defecating activities at will.
The aim of this research was to know the difference between people’s
behavior in doing defecating activities at will at the village which was given or not
given the total sanitation based on community intervention. The type of the research
was descriptive analytic. The population was all heads of family at Ngalam Baru
village which was given the total sanitation based on community intervention, and at
Muara Tandi village which was not given the total sanitation based on community
intervention. The sample was done with systematic random sampling.
The result of the research showed that the respondents at Ngalam Baru
village had good knowledge of 72.3 percent, good attitude of 84.6 percent, and good
action of 100.0 percent. The respondents at Muara Tandi village had good
knowledge of 12.3 percent, good behavior of 40.0 percent, and good action of 0.0
percent.
Based on the research using independent sample T test, it could be seen that
there was the difference in knowledge between the respondents at Ngalam Baru
village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was the
difference in attitude between the respondents at Ngalam Baru village and the
respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was also the difference in
action between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at
Muara Tandi village (p=0.000).
Therefore, there was the difference in the behavior of the respondents of both
villages.

Keywords: Heads of Family, Knowledge, Attitude, Action, Total Sanitation based


on Community

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RIO BATARADA HASIBUAN

Tempat/Tanggal lahir : Simpang Bedagai, 15 Agustus 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Nama Orang Tua : Sri Rahmad Hasibuan

Anak ke : 1 (satu) dari 4 orang bersaudara

Alamat Rumah Orang Tua : Perumahan SD Negeri 102015 Sei Rampah

Alamat : Jl. Djamin Ginting Gg, H. Arief No.32 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993 – 1999 : SD Negeri No. 023903 Binjai

Tahun 1999 – 2002 : SMP Negeri 6 Binjai

Tahun 2002 – 2005 : SMA Negeri 1 Binjai

Tahun 2006 – Sekarang : FKM USU

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Allhamdulillahhirobbil`alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah

memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul“Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar Sembarangan

Pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat di Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi

Sumatera Selatan tahun 2009”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya S, Msi selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara sekaligus Dosen Pembimbing skripsi I telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.kes selaku Dosen Pembimbing skripsi II dan

sekaligus sebagai dosen Penguji I dan dosen pembimbing akademik yang

Universitas Sumatera Utara


telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini

5. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

7. Juharno, SE selaku camat Gumay Talang, dr Rini R. Wulandari selaku

kepala Puskesmas Sukarami, Ahmad Nawawi selaku kepala desa Muara

Tandi dan Arsyad Joyo selaku kepala desa Ngalam Baru yang telah

memberikan izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

8. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda (Sri Rahmad Hasibuan)

dan Ibunda (Ida Sumarni), adik (Yogi Khairi Hasibuan, Fitriani

Hasibuan, dan Aldi Azhari Hasibuan) dan seluruh keluarga tersayang yang

telah banyak memberikan doa, dukungan moril dan materi selama penulis

mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat FKM

USU ’06 Aswin , Aulia, Sari, Desi, Unee, Dila W dan juga teman-teman

kost yang banyak memberikan dukungan kepada penulis.

10. Khusus buat Devi Paramitha Sary Harahap yang telah banyak membantu,

memberi masukan dan dukungan bagi penulis.

Universitas Sumatera Utara


Penulis juga menyebutkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan

dan doa selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari

berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapakan saran dan kritik dari berbagai

pihak yang bersifat membangun demi kebaikan skripsi ini.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan

bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2010

Penulis

Rio Batarada Hasibuan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ......................................................................................... i


Abstrak .............................................................................................................. ii
Abstract ............................................................................................................. iii
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................. v
Daftar Isi ............................................................................................................ viii
Daftar Tabel ...................................................................................................... xi
Daftar Gambar ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7


2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)........................ 7
2.1.1 Sejarah STBM.............................................................. 7
2.1.2 Prinsip-prinsip STBM .................................................. 9
2.1.3. Tingkatan Partisipasi dalam STBM ............................ 9
2.1.4. Metode STBM ............................................................ 10
2.1.5. Sanitation Ladder ....................................................... 16
2.2. Pengertian Jamban Keluarga................................................. 17
2.2.1. Jenis Jamban Keluarga................................................ 19
2.2.2. Syarat Jamban Sehat ................................................... 21
2.2.3. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga........................ 21
2.2.4. Pemeliharaan Jamban.................................................. 22
2.3. Transmisi Penyakit Dari Tinja .............................................. 22
2.4. Perilaku ................................................................................ 24
2.4.1. Pengetahuan ................................................................ 24
2.4.2. Sikap............................................................................ 26
2.4.3. Tindakan ..................................................................... 26
2.5. Kerangka Konsep ................................................................. 27
2.6. Hipotesa Penelitian ............................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 29


3.1 Jenis Penelitian...................................................................... 29

Universitas Sumatera Utara


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 29
3.2.1. Lokasi Penelitian......................................................... 29
3.2.2. Waktu penelitian ......................................................... 29
3.3. Populasi Dan Sampel ............................................................ 29
3.3.1. Populasi ....................................................................... 29
3.3.2. Sampel......................................................................... 30
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel .......................................... 31
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 31
3.4.1. Data Primer ................................................................. 31
3.4.2. Data Skunder............................................................... 32
3.5. Definisi Operasional.............................................................. 32
3.6. Aspek Pengukuran ................................................................ 33
3.6.1. Pengetahuan ............................................................... 33
3.6.2. Sikap............................................................................ 34
3.6.3. Tindakan...................................................................... 34
3.7. Analisa Data .......................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 37


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 37
4.1.1. Data Demografi .......................................................... 37
4.1.2. Data Sanitasi Dasar ..................................................... 38
4.2. Analisa Univariat .................................................................. 40
4.2.1. Variabel Independen .................................................. 40
4.2.1.1. Karakteristik Responden ............................... 40
4.2.1.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar ......................... 42
4.2.2. Variabel Dependen .................................................... 44
4.2.2.1. Perilaku Responden ...................................... 44
a. Pengetahuan .............................................. 44
b. Sikap ......................................................... 47
c. Tindakan ................................................... 50
4.3. Analisa Bivariat..................................................................... 53
4.3.1. Perbedaan Pengetahuan Responden Pada
Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi.................. 53

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 55


5.1. Karakteristik Responden ........................................................ 55
5.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar .................................................. 57
5.3. Perilaku Responden................................................................ 59
5.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Buang Air Besar
Sembarangan ............................................................... 59
5.3.2. Sikap Responden Tentang Buang Air Besar
Sembarangan................................................................. 61

Universitas Sumatera Utara


5.3.3. Tindakan Responden Tentang Buang Air Besar
Sembarangan................................................................. 62
5.4. Pengaruh Intervensi STBM Terhadap Perilaku
Buang Air Besar Sembarangan ............................................. 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 65


6.1. Kesimpulan ........................................................................... 65
6.2. Saran ..................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Master Data
Lampiran 3 Analisa Data
Lampiran 4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor-faktor yang harus dipicu dan metode yang


digunakan dalam kegiatan STBM.................................................... 15
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa
Ngalam Baru dan Muara Tandi Kecamatan Gumay Talang
Tahun 2009 ...................................................................................... 38
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Jamban
di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat
Tahun 2009 ...................................................................................... 39
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Sarana Air Bersih
di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat
Tahun 2009 ...................................................................................... 40
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden
di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi ..................................... 41
Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Sanitasi Dasar
di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi ..................................... 43
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan
Tentang BAB Sembarangan di di Desa Diberi
dan Tidak Diberi Intervensi ............................................................ 44
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan
Tentang Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi
dan Tidak Diberi Intervensi. ............................................................ 47
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap
Tentang BAB Sembarangan di Desa Diberi
dan Tidak Diberi Intervensi ............................................................. 48
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Tentang
Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi
dan Tidak Diberi Intervensi. ............................................................ 50
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan
Tentang BAB Sembarangan di Desa Diberi
dan Tidak Diberi Intervensi ............................................................. 50
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Tentang
Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi
dan Tidak Diberi Intervensi ............................................................. 52
Tabel 4.12. Perbedaan Pengetahuan Tentang BAB Sembarangan
di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi . ................................... 53

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Transmisi Penyakit Dari Tinja .......................................................... 23

Gambar 2.2. Pemutusan Transmisi Penyakit Dari Tinja........................................ 24

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah suatu gerakan pemerintah


dalam rangka membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, penyebaran penyakit
berbasis lingkungan, meningkatkan kemapuan masyarakat dengan cara merubah
perilaku masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas buang air besar sembarangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku
masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak
diberi intervensi gerakan sanitasi total berbasis masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain
cross-sectional. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang
berada pada Desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi intervensi STBM yang
berjumlah 157 KK dan Desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi
STBM yang berjumlah 190 KK. Dari populasi diambil sample sebanyak 65 KK pada
Desa Ngalam Baru dan Muara Tandi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
sistematic random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pada desa Ngalam Baru
memiliki pengetahuan yang baik sebesar 72,3%, sikap yang baik sebesar 84,6% dan
tindakan yang baik sebesar 100,0%. Untuk responden pada Desa Muara Tandi,
pengetahuan yang baik sebesar 12,3%, sikap yang baik sebesar 40,0% dan tindakan
yang baik sebesar 0,0%.Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji independent
sample T test untuk melihat perbedaan pengetahuan, diperoleh nilai p = 0,000.
dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan pada responden
desa ngalam Baru dan Desa Muara Tandi. Sikap responden Desa Ngalam Baru dan
Desa Muara Tandi juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p
= 0,000. Tindakan responden Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi juga
memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p = 0,000.

Kata Kunci : Kepala Keluarga, Pengetahuan, Sikap, Tindakan, STBM.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Total sanitation based on Community was the government’s effort to socialize


the clean and healthy life behavior and the spread of diseases based on environment
in order to increase people’s capability by changing their behavior in doing
defecating activities at will.
The aim of this research was to know the difference between people’s
behavior in doing defecating activities at will at the village which was given or not
given the total sanitation based on community intervention. The type of the research
was descriptive analytic. The population was all heads of family at Ngalam Baru
village which was given the total sanitation based on community intervention, and at
Muara Tandi village which was not given the total sanitation based on community
intervention. The sample was done with systematic random sampling.
The result of the research showed that the respondents at Ngalam Baru
village had good knowledge of 72.3 percent, good attitude of 84.6 percent, and good
action of 100.0 percent. The respondents at Muara Tandi village had good
knowledge of 12.3 percent, good behavior of 40.0 percent, and good action of 0.0
percent.
Based on the research using independent sample T test, it could be seen that
there was the difference in knowledge between the respondents at Ngalam Baru
village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was the
difference in attitude between the respondents at Ngalam Baru village and the
respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was also the difference in
action between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at
Muara Tandi village (p=0.000).
Therefore, there was the difference in the behavior of the respondents of both
villages.

Keywords: Heads of Family, Knowledge, Attitude, Action, Total Sanitation based


on Community

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat

menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka peningkatan program kesehatan

lingkungan dan menyongsong Indonesia Sehat 2010, perlu upaya melibatkan seluruh

lapisan masyarakat, agar dapat dimengerti dan memahami perilaku hidup bersih dan

sehat, salah satu upaya tersebut adalah meningkatkan pembangunan disektor sanitasi

yang merupakan salah satu komponen program penyehatan lingkungan. Mengingat

komponen sanitasi sangat erat kaitannya dengan aspek kehidupan, kondisi geografis

dan aspek perubahan perilaku masyarakat yang sudah tertanam sejak lama,

membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat pembangunan sektor

tersebut berhasil dan berdayaguna masyarakat. (Depkes RI, 1999)

Dari beberapa studi evaluasi terhadap beberapa program pembangunan

sanitasi didapatkan hasil bahwa banyak sarana yang dibangun tidak digunakan dan

dipelihara masyarakat. Banyak faktor penyebab mengenai kegagalan tersebut, salah

satu diantaranya adalah tidak adanya demand dan responsive yang muncul pada

masyarakat ketika program dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


Sampai saat ini praktek sanitasi di masyarakat sangat memprihatinkan, dari

hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006

menunjukkan 47 % masyarakat masih berperilaku buang air besar (BAB)

sembarangan, sementara itu berdasarkan studi Basic Human Service (BHS) ditahun

yang sama menghasilkan data bahwa perilaku masyarakat terhadap pola Cuci

Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah setelah buang air besar 12%, setelah

membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi

makan bayi 7% dan sebelum menyiapkan makanan 6%, merebus air untuk

mendapatkan air minum tapi 47,50% air tersebut mengandung Echericia coli

(E.coli), belum lagi kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dan limbah

rumah tangga dengan aman masih rendah.(Depkes RI, 2008).

Kajian global terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2000, ditemukan

sekitar 1,1 milyar penduduk di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih

dan 2,4 milyar penduduk belum terakses sarana sanitasi /jamban yang memenuhi

syarat. Sebagian besar penduduk tersebut berada di benua Asia-Afrika dan lebih dari

100 juta masyarakat Indonesia belum memiliki kemudahan akses terhadap sumber

air minum (Depkes RI, 2001)

Cakupan air bersih dan sanitasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan,

dimana persentase keluarga yang menggunakan air bersih di pedesaan sebesar 68,8%

dan untuk perkotaan sebesar 91,10%. Persentase keluarga yang menggunakan

jamban memenuhi syarat di pedesaan sebesar 52% dan perkotaan 77,4% (Depkes RI,

2001).

Universitas Sumatera Utara


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama

Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam

rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah

penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat,

serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air

minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 852 / Menkes / SK /IX/2008 yang disebut Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB)

sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang

aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan

aman (Depkes RI, 2008).

Dari data profil kesehatan Kabupaten Lahat tahun 2008 jumlah kepemilikan

jamban di Kabupaten Lahat sebesar 49,40 % dan penyakit diare masuk dalam

sepuluh besar penyakit yang diderita masyarakat di kabupaten tersebut. Kabupaten

Lahat yang merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu

kabupaten yang menjalankan gerakan STBM. Kegiatan gerakan STBM ini akan terus

berjalan di seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat secara bertahap

dan berkelanjutan dari satu desa ke desa yang lain sampai keberhasilan penggunaan

jamban mencapai 100% (Dinkes Lahat, 2008).

Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan

merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan gerakan STBM. Desa Ngalam

Baru yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Sukaramai merupakan desa yang

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan intervensi gerakan STBM dan desa Muara Tandi yang juga berada di

wilayah kerja Puskesmas Sukaramai merupakan desa yang tidak mendapatkan

intervensi gerakan STBM.

Kegiatan utama dari gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah prilaku

masyarakat agar tidak BAB sembarangan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa

intervensi dengan melakukan diskusi, mapping, transect walk, simulasi penularan

penyakit dari tinja dengan tujuan menimbulkan rasa jijik, malu, takut sakit untuk

merubah kebiasaan BAB sembarangan. Karena dengan merubah prilaku masyarakat

untuk tidak buang air besar sembarangan merupakan suatu jalan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, pada desa

Ngalam Baru yang memiliki jumlah penduduk 567 jiwa yang terdiri dari 157 KK dan

115 rumah. Sebelum intervensi STBM hanya memiliki jamban keluarga 40 unit,

akan tetapi setelah pemicuan melalui gerakan STBM jumlah jamban keluarga

menjadi 80 unit dan pemanfaatan jamban keluarga di desa tersebut telah mencapai

100%.

Keberhasilan peningkatan jumlah jamban yang dibangun oleh masyarakat

setelah adanya pemicuan melalui gerakan STBM berlangsung dalm kurun waktu

lebih kurang 6 bulan, hal ini disebabkan tidak adanya subsidi yang diberikan untuk

pembangunan jamban. Sementara itu, untuk desa Muara Kandi yang memiliki

jumlah penduduk 769 jiwa yang terdiri dari 190 KK dan 107 rumah dan hanya

memiliki jamban keluarga 43 unit dan pemanfaatan jamban keluarga hanya 258 jiwa

dari keseluruhan penduduk (33,5%).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil survei pendahuluan tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air

Besar Sembarangan Pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi

Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kecamatan Gumay Talang

Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009”.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan demikian permasalahan yang muncul adalah belum diketahuinya

perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan

tidak diberi intervensi gerakan sanitasi total berbasis masyarakat di Kecamatan

Gumai Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan

pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi dengan gerakan STBM di desa

Ngalam Baru dan desa Muara Tandi Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang buang air besar

sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan

STBM.

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk mengetahui sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan

pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan

pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.

4. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat

tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi

intervensi gerakan STBM.

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai masukan pemerintah setempat dalam rangka menjalankan gerakan

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi puskesmas dalam rangka

peningkatan pemicuan kesehatan lingkungan.

3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan

berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi total berbasis masyarakat dilatar belakangi adanya kegagalan dalam

program pembangunan sanitasi pedesaan. Dari beberapa studi evaluasi terhadap

beberapa program pembangunan sanitasi pedesaan didapatkan hasil bahwa banyak

sarana yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh masyarakat. Banyak

faktor penyebab mengenai kegagalan tersebut, salah satu diantaranya adalah tidak

adanya demand atau kebutuhan yang muncul ketika program dilaksanakan.

STBM adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan.

Pendekatan ini berawal di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah

diadopsi secara massal di negara tersebut. Bahkan India, di satu negara bagiannya

yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan STBM ke dalam program

pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total Sanitation Campaign

(TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodja, Afrika, Nepal, dan Mongolia telah

menerapkan dalam porsi yang lebih kecil.

2.1.1. Sejarah STBM

STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total

dengan menerapkan model CLTS. Pendekatan CLTS sendiri diperkenalkan oleh

Kamal Kar dari India pada tahun 2004. Di tahun yang sama, Pemerintah Indonesia

melakukan studi banding ke India dan Bangladesh. Penerapannya dimulai

pertengahan tahun 2005, ketika pemerintah meluncurkan penggunaan metode ini di 6

Universitas Sumatera Utara


desa yang terletak di 6 provinsi. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan

mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program sanitasi.

Pada september 2006, program WSLIC memutuskan untuk menerapkan

pendekatan CLTS sebagai pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi

program (36 kabupaten). Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi

pendekatan ini. Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama

dengan Bank Dunia merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini

mengadopsi pendekatan CLTS dalam rancangannya (Percik, Desember 2008).

Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan

CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai

mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total

bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan

pemasaran sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total

berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional (Kepmenkes RI No.

852/MENKES/SK/IX/2008).

STBM yang tertuang dalam kepmenkes tersebut menekankan pada perubahan

prilaku masyarakat untuk membangunan sarana sanitasi dasar dengan melalui upaya

sanitasi meliputi tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola

air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola

limbah air rumah tangga dengan aman.

Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap

infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan jamban yang nantinya akan

dibangun oleh masyarakat. Pada dasarnya program STBM ini adalah

Universitas Sumatera Utara


“pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat

yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali.

2.1.2. Prinsip-prinsip STBM

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dalam pelaksanaanya program ini

mempunyai beberapa prinsip utama, yaitu :

1. Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali

untuk kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.

2. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan

dan kebutuhan masyarakat sasaran.

3. Menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung

terciptanya sanitasi total.

4. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa

permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan

pemeliharaan.

5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

2.1.3. Tingkatan Partisipasi Dalam STBM

Masyarakat sasaran dalam STBM tidak dipaksa untuk menerapkan kegiatan

program tersebut, akan tetapi program ini berupaya meningkatakan partisipasi

masyarakat dalam kegiatannya. Tingkat partisipasi masyarakat sangat berbeda,

dimulai tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi :

1. Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat hanya

sampai diberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan bagaimana

informasi itu diberikan ditentukan oleh si pemberi informasi (pihak tertentu).

Universitas Sumatera Utara


2. Masyarakat mulai diajak untuk berunding; Pada level ini sudah ada

komunikasi 2 arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau

berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan dalam suatu

perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-orang tertentu.

3. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak

luar, pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secara

bersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan.

4. Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan

keputusan, pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan

tetapi telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program.

Dari ke empat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam STBM

adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi,

tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan

dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu

sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip STBM telah

disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat itu sendiri

merupakan kunci utama (Depkes RI, 2008).

2.1.4. Metode STBM

Implementasi STBM di masyarakat pada intinya adalah pemicuan setelah

sebelumnya dilakukan analisa partisipatif oleh masyarakat itu sendiri. Untuk

memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa kondisinya, ada beberapa metode yang

dapat diterapkan dalam kegiatan STBM, seperti :

Universitas Sumatera Utara


1. Pemetaan

Bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat serta

sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat).

Alat yang diperlukan :

- Tanah lapang atau halaman.

- Bubuk putih untuk membuat batas desa.

- Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk.

- Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran.

- Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana

sanitasi.

Proses yang dilakukan :

- Mengajak masyarakaat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampung,

seperti batas desa/ dusun/ kampung, jalan, sungai dan lain-lain.

- Siapkan potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya,

menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan

menempatkannya sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas

kertas tersebut.

- Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-masing.

Jika seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka

maupun numpang di tetangga, tunjukkan tempatnya dan tandai

dengan bubuk kuning. Beri tanda dari masing-masing KK ke tempat

BABnya.

Universitas Sumatera Utara


- Tanyakan dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat

seperti pada malam hari, saat hujan atau saat sakit perut.

2. Transect Walk

Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan

tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan dan berdiskusi di tempat

tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa

BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya.

Proses yang dilakukan :

- Mengajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yaang sering

dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan).

- Lakukan analisa patisipatif di tempat tersebut.

- Menanyakan siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa

yang BAB di tempat tersebut pada hari itu.

- Menanyakan kepada masyarakat, apakah mereka senang dengan

keadaan seperti itu.

3. Alur Kontaminasi (Oral Fecal)

Bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran

manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.

Alat yang diperlukan :

- Gambar tinja dan gambar mulut

- Potongan-potongan kertas

- Spidol

Proses yang dilakukan :

Universitas Sumatera Utara


- Menanyakan kepada masyarakat apakah mereka yaakin bahwa tinja

bisa masuk ke dalam mulut?

- Menanyakan bagaimana tinja bisa ”dimakan oleh manusia?” Melalui

apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan

hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut.

4. Simulasi air yang telah terkontaminasi

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadapa air

yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

Alat yang diperlukan :

- Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/ air minum)

- Polutan air/ tinja

Proses yang dilakukan :

- Ambil satu ember air sungai dan minta salah seorang untuk

menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur dan

lainnya.

- Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, kenudia minta

salah seorang peserta untuk melakukan hal yang sama sebelum ember

tersebut diberikan tinja.

- Tunggu reaksinya. Jika peserta menolak melakukannya, tanyakan

alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masayarakat yang suda

terjadi selama ini. Apa yang akan dilakukan kemudian hari?

5. Diskusi Kelompok (FGD)

Universitas Sumatera Utara


Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan

menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat

merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.

Pembahasannya meliputi:

a. FGD untuk memicu rasa maluu dan hal-hal yang bersifat pribadi

- Menanyakan berapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di

tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya.

- Menanyakan bagaimana perasaan mereka jika BAB di tempat terbuka

dapat dilihat oleh orang lain.

- Tanyakan bagaimana perasaan para laki-laki, ketika istri, anaknya atau

ibunya BAB di tempat terbuka dan dilihat oleh orang lain.

b. FGD untuk memicu rasa jijik dan takut sakit

- Mengajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah tinja di

kampungnya dan kemana perginya tinja tersebut.

- Mengajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian taanyakan rumah

mana saja pernah terkena diare, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk

berobat, menanyakan apakah ada anggota keluarga yang meninggal

karena diare?

c. FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

- Lakukan dengan mengutip hadits atau pendapat alim ulama yaang relevan

dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan.

d. FGD menyangkut kemiskinan

Universitas Sumatera Utara


FGD ini biasanya berlangsung ketika masyaarakat ssudah terpicu dan ingin

berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun

jamban.

- Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu

dana besar, maka harus diberikan solusi dengan memberikan alternatif

dengan menawarkan bentuk jamban yang paling sederhana.

Metode yang dilakukan ini bertujuan untuk memicu masyarakat untuk

memperbaiki sarana sanitasi, dengan adanya pemicuan ini target utama dapat

tercapai yaitu: merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan

kebiasaan BAB di sembarang tempat. Faktor-faktor yang harus dipicu beserta

metode yang digunakan dalam kegiatan STBM untuk menumbuhkan perubahan

perilaku sanitasi dalam suatu komunitas (Depke RI, 2008).

Tabel 2.1. Faktor-Faktor Yang Harus Dipicu dan Metode Yang


Digunakan Dalam Kegiatan STBM
Hal – hal yang harus
Alat yang digunakan
 Transect walk
dipicu

 Demo air yang mengandung tinja, untuk


Rasa jijik

digunakan cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi,


cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras,

 Transect walk (meng-explore pelaku open


wudlu, dll
Rasa malu

 FGD (terutama untuk perempuan)


defecation)

 Perhitungan jumlah tinja


Takut sakit FGD

 Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan

 Alur kontaminasi
didukung data puskesmas

Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama


yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang
karena merugikan manusia itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


Privacy FGD (terutama dengan perempuan)
Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan
dengan masyarakat “termiskin” seperti di Bangladesh atau
India.

2.1.5. Tangga Sanitasi (Sanitation Ladder)

Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tidak meminta atau menyuruh

masyarakat untuk membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi

mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah mau merubah

kebiasaan BAB nya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan dari

kegiatan sehari-hari.

Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan

sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana

sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan

kenyamanan bagi penggunanya.

Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana sanitasi adalah sebuah

bangunan yang kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk

membuatnya. Pemikiran ini sedikit banyak menghambat kemauan masyarakat untuk

membangun jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan

masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut.

Pada prinsipnya sebuah sarana sanitasi terbagi menjadi tiga kelompok

berdasarkan letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah

tanah yang berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah

tanah adalah untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil. Kedua

adalah bangunan di permukaan tanah (landasan). Bangunan di permukaan ini erat

Universitas Sumatera Utara


kaitannya dengan keamanan saat orang tersebut membuang hajat.. Ketiga adalah

bangunan dinding. Bangunan atau dinding penghalang erat kaitannya dengan faktor

kenyamanan, psikologis dan estetika.

Dari lima kegiatan program STBM yang diperkenalkan, kegiatan untuk

penghentian kegiatan BAB di tempat terbuka merupakan pintu masuk pengenalan

konsep sanitasi total kepada masyarakat. Buang air besar sembarangan merupakan

prilaku yang masih sering dilakukan masyarakat pedesaan. Kebiasaan ini disebabkan

tidak tersedianya sarana sanitasi berupa jamban. Penyediaan sarana pembuangan

kotoran manusia atau tinja (jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup

penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan penularan penyakit saluran

pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran

yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari

tanah dan sumber air (Suparmin, 2002).

2.2. Pengertian Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang

dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat

tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan

(Kusnoputranto, 1997).

Sementara itu menurut Josep Soemardi (1999) pengertian jamban adalah

pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit

penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Universitas Sumatera Utara


Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari

kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai

penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang itdak

dikelola dengan baik.

Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat

menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam

peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja.

Adapun bagian-bagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut

(Kumoro, 1998)

1. Rumah Kakus

Rumah kakus mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari

pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun

estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah

tangga.

2. Lantai Kakus

Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus

baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya

juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.

3. Tempat Duduk Kakus

Melihat fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja

yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jaddi

tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup

yang mudah diangkat (Simanjuntak P, 1999)

Universitas Sumatera Utara


4. Kecukupan Air Bersih

Untuk menjaga keindahan jamban dari pandangan estetika, jamban hendaklah

disiram minimal 4-5 gaayung sampai kotoran tidak mengapung di lubang

jamban atau closet.Tujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga

kondisi jamban tetap bersih selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga

sehingga mencegah penyakit menular.

5. Tersedia Alat Pembersih

Alat pembersih adalah bahan yang ada di rumah kakuss didekat jamban. Jenis

alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat

pembersih ini agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air.

Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai

agar tidak berlumut dan licin.

6. Tempat Penampungan Tinja

Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai

tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk

sederhan berupa lobang tanah saja.

7. Saluran Peresapan

Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap

untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja.

2.2.1. Jenis Jamban Keluarga

Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang

terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang

Universitas Sumatera Utara


tercukupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat dibedakan atas beberapa

macam (Azwar,1990) :

1. Jamban cubluk (Pit Privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya

dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi

dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak

dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru.

Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam

karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri,

1994).

2. Jamban Empang (Overhung Latrine)

Adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban

model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai

untuk makanan ikan, ayam.

3. Jamban Kimia (Chemical Toilet)

Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada

transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja

disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya

dipakai kertas tissue (toilet paper).

Jamban kimia ada dua macam, yaitu :

a. Tipe lemari (commode type)

b. Tipe tangki (tank type)

Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu

di buang lagi.

Universitas Sumatera Utara


4. Jamban Leher Angsa (Angsa Trine)

Jamban leher angsa adalah jamban leher lubaang closet berbentuk

lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat

sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil.

Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam

kesehatan lingkungan (Warsito, 1996).

2.2.2. Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut : (Depkes RI, 2004).

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15

meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

6. Cukup penerangan

7. Lantai kedap air

8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih.

2.2.3. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang

baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

2.2.4. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara

pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut:

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

3. Tidak ada sampah berserakanan

4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapt dilakukan dengan :

1. air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember

2. sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak

bau dan mengundang lalat.

3. lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak

membahayakan pemakai.

4. tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.

5. tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja

Universitas Sumatera Utara


2.3. Transmisi penyakit dari tinja

Penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan

penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.

Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui

bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia.

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia

sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain

air , tangan, seranggaa, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan

arnstein (dalam Wagner & Lanoix, 1958) dalam buku M. Soeparman dan suparmin

2002, terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

1. kuman penyebab penyakit;

2. sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab;

3. cara keluar dari sumber;

4. cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial;

5. cara masuk ke inang yang baru;

6. inang yang peka (susceptible)

Gambar 2.1
Transmisi penyakit melalui tinja
Air
Mati

Tangan
Makanan, Inang
Tinja Sakit
susu, baru
(sumber
sayuran
infeksi)
Serangga/
Tikus Cacat

Universitas Sumatera Utara


Tanah

Sumber : (H.M. Soeparman & Suparmin, 2002)

Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa sumber terjadinya penyakit

adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat

dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban

merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai

penularan penyakit.

Gambar 2.2
Pemutusan Transmisi penyakit melalui tinja

Air
Penghalang

Tinja
Sanitasi

Inang
(sumber Tangan Terlindungi
infeksi)

Makanan

Sumber : (H.M. Soeparman & Suparmin, 2002)

2.4. Perilaku

2.4.1. Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu :

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuaan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara


6. Evaluasi

Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap statu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

2.4.2. Sikap

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk berespons

(secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap

mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih), disamping itu

komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif

(kecendrungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan reaksi

atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

(Notoatmodjo, 2003)

2.4.3. Tindakan atau Praktek

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tingkatan tindakan, yaitu :

1. Persepsi

mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons terpimpin

Universitas Sumatera Utara


dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme

apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa

mengurangi tindakan tersebut.

2.5. Kerangka Konsep

Baik
Intervensi STBM
Prilaku masyarakat
tentang BAB
sembarangan :
Sedang
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
Tidak di Intervensi Rendah
STBM

Karakteristik
responden :
- Pendidikan
- Penghasilan
- Pekerjaan

Universitas Sumatera Utara


2.6. Hipotesa Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan pengetahuan masyarakat tentang buang air besar

sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ha : Ada perbedaan pengetahuan masyarakat tentang buang air besar

sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi

Ho : Tidak ada perbedaan sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan

pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ha : Ada perbedaan sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada

desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ho : Tidak ada perbedaan tindakan masyarakat tentang buang air besar

sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ha : Ada perbedaan tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan

pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

cross-sectional, untuk mengetahui perbedaan perilaku masyarakat tentang BAB

sembarangan pada desa yang diberi intervensi dan yang tidak diberi intervensi

STBM di Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan

tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisikan

pertanyaan dan pilihan jawaban yang akan dipilih responden.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi

intervensi STBM dan desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi di

Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Desember – Januari tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Yang dimaksud populasi/objek dari penelitian ini adalah semua Kepala

Rumah Tangga yang yang ada di desa Ngalam Baru untuk desa yang diintervensi

Universitas Sumatera Utara


dengan STBM yang berjumlah 157 KK dan desa Muara Kandi Untuk desa yang

tidak diberikan intervensi yang berjumlah 190 KK.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus penentuan

jumlah sampel menurut Lemeshow (1994), sebagai berikut :

Z 2 P (1  P) N
n 2
d ( N  1)  Z 2 P(1  P)

Keterangan : N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Galat Pendungaan (0,1)

Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,960)

P = Proporsi Populasi (0,5)

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah KK pada

desa ngalam baru adalah 157 KK , Maka besar sampel yang akan diteliti adalah

Z 2 P (1  P) N
n
d 2 ( N  1)  Z 2 P(1  P)

1,960 2 x 0,5 (1  0,5) 157


n
0,012 (157  1)  1,960 2 0,5(1  0,5)

n
3,842 x 0,25 x 157
1,56  0,9604

n
150,79
2,5204
n  59,82 ≈ 60
Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sample yang akan diteliti

adalah 60 KK untuk desa Ngalam Baru dan 64 KK untuk desa Muara Tandi. Maka

Universitas Sumatera Utara


jumlah sampel yang akan diteliti adalah 65 KK untuk desa Ngalam Baru dan Desa

Muara Tandi.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Mengingat hal tersebut diatas dan kemampuan peneliti dilihat dari segi

waktu, tenaga dan dana maka penulis dalam penelitian ini mengambil jumlah sampel

sebanyak 65 KK untuk Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Kandi. Teknik

pengambilan sampel memakai sistematik sistematic random sampling.

Sistem random sampling digunakan karena anggota populasi bersifat

homogen, hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang

sama untuk diambil sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak sistematis

(sistematic sampling). Caranya adalah membagi jumlah anggota populasi dengan

perkiraan jumlah sampel yang digunakan. Pengambilan sampel dengan membuat

interval 3 dalam daftar urutan rumah didesa Ngalam Baru dan desa Muara Tandi.

Maka populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai kelipatan

3. dalam pengambilan sampel pertama dilakukan secara acak. Interval 3 ini diperoleh

dengan hasil pembagian jumlah populasi dengan jumlah sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner di

Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi Kecamatan Gumai Talang Kabupaten

Lahat.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa, Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kabupaten Lahat dan Instansi Pemerintah lainnya.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional dari variabel

adalah sebagai berikut :

1. Intervensi STBM adalah adanya kegiatan pemicuan dengan gerakan STBM

dengan metode diskusi, mapping, transect walk dan metode lainnya untuk

menimbulkan rasa jijik dan malu pada masyarakat sasaran dan dilaksanakan

oleh pemerintah.

2. Tidak di Intervensi STBM adalah tidak adanya kegiatan pemicuan dengan

gerakan STBM dengan metode diskusi, mapping, transect walk dan metode

lainnya untuk menimbulkan rasa jijik dan malu pada masyarakat sasaran dan

dilaksanakan oleh pemerintah.

3. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden

tentang buang air besar sembarangan.

4. Sikap adalah tanggapan responden tentang kebiasaan buang air besar

sembarangan.

5. Tindakan adalah aktifitas responden mengenai kebiasaan buang air besar

sembarangan.

6. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh responden.

7. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari responden untuk menghasilkan uang.

Universitas Sumatera Utara


8. Penghasilan adalah banyaknya uang yang dihasilkan responden setiap bulan.

a. Penghasilan Rendah, yaitu : penghasilan dibawah UMR Propinsi

Sumatera Selatan ( Rp 824.730,- )

b. Penghasilan Tinggi, yaitu : penghasilan diatas UMR Propinsi Sumatera

Selatan ( Rp 824.730,- )

9. Penggunaan jamban keluarga adalah kemauan masyarakat untuk

menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

10. Baik adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang baik.

11. Sedang adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang sedang.

12. Rendah adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang rendah.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan dengan ketentuan

sebagai berikut : jika ressponden menjawab a, maka skore = 1; jika responden

menjawab b, maka skore = 2; jika responden menjawab c, maka skore =3 dan untuk

pertanyaan nomor 3,6, dan 7. Jika jawaban responden b dan hanya dapat

menyebutkan 1 pilihan maka skore = 1, dan jika menyebutkan 2 pilihan maka skore

= 2, dan jika dapat menyebutkan lebih dari 2 maka skore = 3. Sehingga diperoleh

skore tertinggi = 30, selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = skore >23

Universitas Sumatera Utara


2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = 12 – 23

3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = skore < 12

3.6.2. Sikap

Dari pertanyaan sikap 1-10 mempunyai nilai jawaban : jika responden

menjawab (a) akan diberi skore = 1; jika responden menjawab (b) akan diberi skore

= 2 dan jika responden menjawab (c) maka diberi skore = 3, sehingga didapat skore

tertinggi adalah 30. selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendaah dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = skore >23

2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = 12 – 23

3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = skore < 12

3.6.3. Tindakan

Dari pertanyan tindakan 1-10 mempunyai nilai jawaban : jika responden

menjawab (a) akan diberi skore = 1; jika responden menjawab (b) akan diberi skore

= 2 dan jika responden menjawab (c) maka diberi skore = 3, sehingga didapat skore

tertinggi adalah 30. selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan

ketentuan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = skore >23

2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = 12 – 23

3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban

pertanyaan pada kuesioner = skore < 12

3.7. Analisa Data

Analisa dapat dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing variabel

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian dianalisa untuk

mengetahui perbedaan perilaku masyarakat dengan intervensi STBM dengan

menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Analisa dapat dilakukan dengan nilai probabilitas(p) dengan nilai taraf nyata

(α) sebesar 5 %, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Ho ditolak, jika p≤ α (0,05) maka terdapat perbedaan pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan

tidak di intervensi.

2. Ho diterima, jika p> α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan pengetahuan

masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan

tidak di intervensi.

3. Ho ditolak, jika p≤ α (0,05) maka terdapat perbedaan sikap masyarakat

tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di

intervensi.

Universitas Sumatera Utara


4. Ho diterima, jika p> α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat

tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di

intervensi.

5. Ho ditolak, jika p≤ α (0,05) maka terdapat perbedaan tindakan masyarakat

tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di

intervensi.

6. Ho diterima, jika p> α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan tindakan

masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan

tidak di intervensi.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Daerah penelitian adalah pada desa Ngalam Baru dan Muara Tandi

Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat. Adapun batas-batas wilayah dari desa

Ngalam Baru adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukarami

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukarami

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukarami

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukarami

Adapun batas-batas wilayah dari desa Muara Tandi adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Darmo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Endikat Ilir

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Karangan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Karangan

4.1.1. Data Demografi

Adapun jumlah penduduk di Desa Ngalam Baru Kecamatan Gumay Talang

yang terdaftar tahun 2009 sebanyak 573 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak

292 jiwa dan wanita sebanyak 281 jiwa. Sementara itu untuk Desa Muara Tandi

jumlah penduduk yang terdaftar tahun 2009 sebanyak 768 jiwa dengan perincian

laki-laki sebanyak 368 jiwa dan wanita sebanyak 400 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 4.1. berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Ngalam Baru
dan Muara Tandi Kecamatan Gumay Talang Tahun 2009
No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Ngalam Muara Ngalam Muara
Baru Tandi Baru Tandi
1. Laki-laki 292 368 51,0 48,0
2. Perempuan 281 400 49,0 52,0
Jumlah 573 768 100,0 100,0
Sumber : Kantor Kepala Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi, 2009

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa penduduk desa Ngalam Baru

sebanyak 292 orang (51,0%) berjenis kelamin laki-laki dan hanya 368 orang (52,0%)

penduduk desa Muara Tandi berjenis kelamin laki-laki.

4.1.2. Data Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, jamban dan sarana pembuangan air

limbah. Masyarakat pada Desa Ngalam Baru 100,0% menggunakan sarana air bersih

dari air sumur gali dan hanya 33,4% masyarakat pada Desa Muara Tandi yang

menggunakan sarana air bersih dari sumur gali. Sementara itu, untuk kepemilikan

jamban 100,0% masyarakat Desa Ngalam Baru telah memiliki jamban dan sebesar

21,23% masyarakat Desa Muara Tandi yang memiliki jamban. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 4.2 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Jamban di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat Tahun 2009
WC / JAMBAN

JUMLAH KK

% PEMAKAI
MEMILIKI

MEMILIKI
PEMAKAI

% SEHAT
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SEHAT
NO DESA

% KK
(KK)
KK

1 SUKARAMI 175 175 175 96 100.00 100.00 54.86


2 DARMO 188 182 182 131 96.81 96.81 71.98
3 TANJUNG BARU 237 200 200 170 84.39 84.39 85.00
4 SUGIWARAS 218 176 176 44 80.73 80.73 25.00
5 TANAH PILIH 353 220 220 205 62.32 62.32 93.18
6 MUARA TANDI 212 45 45 45 21.23 21.23 100.00
7 MANDI ANGIN 152 85 85 85 55.92 55.92 100.00
8 TANJUNG PERIUK 127 127 127 52 100.00 100.00 40.94
9 TANJUNG BERINGIN 137 10 10 10 7.30 7.30 100.00
10 NGALAM BARU 163 163 163 159 100.00 100.00 97.55
11 ENDIKAT ILIR 193 134 134 134 69.43 69.43 100.00
12 SUKA MAKMUR 424 30 30 30 7.08 7.08 100.00
13 BATAY 163 51 51 51 31.29 31.29 100.00
14 TANJUNG KARANGAN 122 116 116 69 95.08 95.08 59.48
15 TANJUNG DALAM 133 128 128 85 96.24 96.24 66.41
JUMLAH 2997 1842 1842 1366 67.19 67.19 74.16
Sumber :Profil Puskesma Sukaramii, 2010

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa hanya tiga desa di wilayah

kerja Puskesmas Sukarami yang seluruh masyarakatnya memiliki jamban (100,0%),

tetapi masih terdapat jumlah jamban dalam satu desa sebesar 7,08%. Akan tetapi,

secara keseluruhan 67,19% masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sukarami telah

memiliki jamban.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Sarana Air Bersih di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat Tahun 2009
Sarana Air Bersih Persen (%)
No DESA JLH
Kemasan Kemasan
KK Ledeng SPT SGL Ledeng SPT SGL
1 Sukarami 175 0 0 77 0 0,00 0,00 44,0 0,00
2 Darmo 188 0 0 103 0 0,00 0,00 54,7 0,00
3 Tanjung Baru 237 0 0 185 0 0,00 0,00 78,0 0,00
4 Sugiwaras 218 0 0 102 0 0,00 0,00 46,8 0,00
5 Tanah Pilih 353 0 0 205 0 0,00 0,00 58,0 0,00
6 Muara Tandi 212 0 0 71 0 0,00 0,00 33,5 0,00
7 Mandi Angin 152 0 0 87 0 0,00 0,00 57,2 0,00
8 Tanjung Periuk 127 0 0 50 0 0,00 0,00 39,3 0,00
9 Tanjung Beringin 137 0 0 30 0 0,00 0,00 21,9 0,00
10 Ngalam Baru 163 0 0 163 0 0,00 0,00 100,0 0,00
11 Endikat Ilir 193 0 0 112 0 0,00 0,00 58,0 0,00
12 Suka Makmur 424 0 0 51 0 0,00 0,00 12,0 0,00
13 Batay 163 0 0 82 0 0,00 0,00 50,3 0,00
14 Tanjung Karangan 122 0 0 61 0 0,00 0,00 50,0 0,00
15 Tanjung Dalam 133 0 0 74 0 0,00 0,00 55,6 0,00
Jumlah 2997 0 0 2261 0 0,00 0,00 75,4 0,00
Sumber :Profil Puskesma Sukaramii, 2010

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa 100,0% masyarakat pada

Desa Ngalam Baru memiliki sarana air bersih dari sumur gali dan secara

keseluruhan 75,4% masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Sukarami memiliki

sarana air bersih dari sumur gali.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Variabel Independen

4.2.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain umur,

tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan dan jumlah anggota keluarga.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden di Desa
Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Karakteristik Responden
n % n %
1 Umur
<30 tahun 9 13,8 10 15,4
30-40 tahun 38 58,5 32 49,2
>40 tahun 13 27,7 23 35,4

Jumlah 65 100,0 65 100,0


2. Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat SD 14 21,5 4 6,2
Tamat SD 26 40,0 36 55,4
Tamat SMP 10 15,4 15 23,1
Tamat SMA 15 23,1 10 15,4
Tamat Akademi/PT 0 0,0 0 0,0
Jumlah 65 100,0 65 100,0
3 Jenis Pekerjaan
Petani 52 80,0 48 73,8
Pedagang 7 10,8 1 1,5
Buruh 4 6,2 4 6,2
Pegawai Swasta 2 3,1 3 4,6
PNS 0 0,0 4 6,2
Lainnya 0 0,0 5 7,7
Jumlah 65 100,0 65 100,0
4 Penghasilan
< Rp 824.730,- 18 27,7 19 29,2
> Rp 824.730,- 47 72,3 46 70,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0
5. Jumlah Anggota Keluarga
<3 Anggota Keluarga 1 1,5 0 0,0
3-5 Anggota Keluarga 52 80,0 30 46,2
> 5 Anggota Keluarga 12 18,5 35 53,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur,

pada Desa Ngalam Baru sebesar 58,5% responden berusia 30-40 tahun, tetapi untuk

Desa Muara Tandi hanya 49,2% responden berusia 30-40 tahun. Berdasarkan tingkat

pendidikan pada Desa Ngalam Baru sebesar 21,5% responden tidak tamat SD, tetapi

pada Desa Muara Tandi hanya 6,2% responden tidak tamat SD.

Berdasarkan jenis pekerjaan 80,0 % responden pada Desa Ngalam Baru

bekerja sebagai petani sementara itu pada Desa Muara Tandi hanya 73,8% responden

Universitas Sumatera Utara


yang bekerja sebagai petani. Berdasarkan tingkat penghasilan sebesar 27,7%

responden pada Desa Ngalam Baru berpenghasilan dibawah UMR dan sebesar

29,2% responden pada Desa Muara Tandi juga berpenghasilan dibawah UMR.

4.2.1.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar

Kepemilikan sanitasi dasar adalah ada tidaknya sarana sanitasi dasar dimiliki

oleh setiap responden. Adapun data kepemilikan sanitasi dasar meliputi sarana air

bersih, jamban keluarga, jenis jamban keluarga, jarak jamban dari sumber air bersih

dan alasan mendirikan jamban.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Sanitasi Dasar di Desa


Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Karakteristik Responden
n % n %
1 Kepemilikan Sarana Air Bersih
Memiliki 65 100,0 65 100,0
Tidak Memiliki 0 0,0 0 0,0
Jumlah 65 100,0 65 100,0
2. Jenis Sarana Air Bersih
Air Sungai 0 0,0 7 10,8
Sumur Gali 65 100,0 58 89,2
Jumlah 65 100,0 65 100,0
3 Kepemilikan Jamban
Ya 50 76,9 27 41,5
Tidak 15 23,1 38 58,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0
4 Jenis Jamban
Cubluk/Cemplung 0 0,0 3 11,1
Plengsengan 0 0,0 7 25,9
Leher Angsa 50 100,0 17 63,0
Jumlah 50 100,0 27 100,0
5. Jamban Dalam Rumah
Ya 31 62,0 1 3,7
Tidak 19 38,0 26 96,3
Jumlah 50 100,0 27 100,0
6. Jarak Jamban Dari Sumber Air Bersih
1-5 meter
6-9 meter 2 4,0 0 0,0
≥ 10 meter 9 18,0 13 48,1
39 78,0 14 51,9
Jumlah 50 100,0 27 100,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 (Lanjutan)
No Karakteristik Responden Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
n % n %
7. BAB Pada Jamban
Ya 63 96,9 27 41,5
Tidak 2 3,1 38 58,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0
8. Kepemilikan Jamban Setelah STBM
Ya
Tidak 36 72,0 0 0,0
14 28,0 27 100,0
Jumlah 50 100,0 27 100,0
9. Alasan Pemilikan Jamban
Terpicu STBM 36 72,0 0 0,0
Kemauan Sendiri 14 28,0 27 100,0
Jumlah 50 100,0 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa 100% responden pada Desa

Ngalam Baru (desa intervensi) dan Muara Tandi (desa tidak intervensi) memiliki

sarana air bersih, akan tetapi berdasarkan jenis sarana air bersih 100,0% responden

pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) dan 89,2% pada Desa Muara Tandi (desa

tidak intervensi) memiliki sarana air bersih berupa sumur gali. Berdasarkan

kepemilikan jamban, sebesar 76,9% responden pada Desa Ngalam Baru (desa

intervensi) dan hanya 41,5% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak

intervensi) yang memiliki jamban.

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya 3,1% responden Desa Ngalam

Baru (desa intervensi) yang tidak BAB pada jamban, sementara itu 58,5% responden

pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) tidak BAB pada jamban. Sementara

itu sebesar 72% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) memiliki

jamban setelah adanya intervensi STBM.

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Variabel Dependen

4.2.2.1. Perilaku Responden

a. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui responden tentang kebiasaan

BAB sembarangan, meliputi tentang pengertian BAB senbarangan, tempat BAB

yang tepat, media yang dapat menularkan penyakit dari kebiasaan BAB sembarangan

dan penyakit yang dapat ditularkan dari BAB sembarangan. Adapun distribusi

responden menurut tingkat pengetahuan tentang BAB sembarangan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang


BAB Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Pengetahuan Responden
n % n %
1 Pengertian BAB sembarangan :
- Tidak tahu 0 0,0 2 3,1
- Buang air besar dimana saja. 15 23,1 59 90,8
- Buang air besar tidak pada tempat 50 76,9 4 6,2
yang tepat seperti jamban, atau WC
Jumlah 65 100,0 65 100,0
2. BAB sembarangan dapat mencemari
lingkungan :
- Tidak tahu 3 4,6 13 20,0
- Tidak dapat 9 13,8 28 43,1
- Dapat 53 81,5 24 36,9
Jumlah 65 100,0 65 100,0
3 Tahukah Penyakit yang ditularkan melalui
tinja disebabkan oleh apa :
- Tidak tahu 57 87,7 65 100.0
- Ya, dan menyebutkan salah satu
misalnya cacing, bakteri, virus, 6 9,2 0 0,0
parasit.
- Ya, dan menyebutkan lebih dari satu
jawaban misalnya cacing, bakteri, 2 3,1 0 0,0
virus, parasit
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6 (lanjutan)
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Pengetahuan Responden
n % n %
4 Tempat BAB yang tepat :
- Tidak tahu 1 1,5 0 0,0
- Dimana saja tetapi tidak dapat dilihat 2 3,1 3 4,6
- Jamban, WC 62 95,4 62 95,4

Jumlah 65 100,0 65 100,0

5. BAB sembarangan menularkan penyakit :


- Tidak tahu 2 3,1 12 18,5
- Tidak Dapat 5 7,7 18 27,7
- Dapat 58 89,2 35 53,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0

6 Tahukah melalui Media apa sajakah tinja dapat


menularkan penyakit :
- Tidak tahu 26 40,0 47 72,3
- Ya, dan menyebutkan salah satu misalnya
tangan, makanan, air, binatang dan 28 43,1 14 21,5
sayuran.
- Ya, dan menyebutkan lebih dari satu
jawaban misalnya tangan, makanan, air, 11 16,9 4 6,2
binatang dan sayuran
Jumlah 65 100,0 65 100,0

7 Tahukah penyakit apa yang dapat ditularkan


melalui tinja :
- Tidak tahu 16 24,6 63 96,9
- Ya, dan menyebutkan salah satu misalnya
cacingan, diare, polio, hepatitis A. 47 72,3 1 1,5
- Ya, dan menyebutkan lebih dari satu
jawaban misalnya cacingan, diare, polio, 2 3,1 1 1,5
hepatitis A.

Jumlah 65 100,0 65 100,0

8 Cara memutus rantai penularan penyakit dari


tinja :
- Tidak tahu 1 1,5 3 4,6
- Tidak bisa dilakukan pemutusan mata 3 4,6 15 23,1
rantai penularan penyakit
- Pemutusan rantai penularan penyakit 61 93,8 47 72,3
dengan penghentian BAB sembarangan
dan mendirikan jamban keluarga, cuci
tangan pakai sabun dan lainnya.
Jumlah 65 100,0 65 100,0

9 Dapatkah air sumur tercemar oleh tinja dari


orang yang BAB sembarangan :
- Tidak tahu 2 3,1 6 9,2
- Tidak dapat 10 15,4 19 29,2
- Dapat 53 81,5 40 61,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.6 (Lanjutan)
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Pengetahuan Responden
n % n %
10 Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih
adalah :
- 1-5 meter 1 1,5 5 7,7
- 6-9 meter 15 23,1 38 58,5
- ≥ 10 meter 49 75,4 22 33,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa 3,1% responden pada Desa

Muara Tandi (desa intervensi) tidak tahu pengertian BAB sembarangan. Sebesar

87,7% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab tidak tahu

”penyebab penyakit yang ditularkan melalui tinja” tetapi 100% responden pada Desa

Muara Tandi juga (desa tidak intervensi) menjawab tidak tahu. Responden pada

Desa Ngalam Baru (desa intervensi) yang mengetahui bahwa ”BAB sembarangan

dapat mencemari lingkungan” sebesar 81,5% tetapi untuk Desa Muara Tandi (desa

tidak intervensi) hanya 36,9% responden yang menjawab dengan jawaban yang

sama.

Responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) sebesar 89,2%

menjawab bahwa “BAB sembarangan dapat menularkan penyakit” tetapi pada Desa

Muara Tandi (desa tidak intervensi) hanya 53,8% responden menjawab dengan

jawaban yang sama. Responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)

sebesar 29,2% menyatakan bahwa ”air sumur tidak dapat tercemar dari orang yang

BAB sembarangan”, tetapi responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi)

hanya 15,4% responden yang menyatakan dengan pernyataan yang sama.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang
Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi
Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Pengetahuan
N % n %
1. Baik 47 72,3 8 12,3
2. Sedang 18 27,7 57 87,7
3. Buruk 0 0,0 0 0,0
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden pada

Desa Ngalam Baru (desa intervensi) memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar

72,3%. Sementara itu pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) mayoritas

responden memiliki pengetahuan yang sedang (kurang baik) yaitu sebesar 87,7%.

b. Sikap

Sikap yaitu pendapat atau pandangan responden terhadap kebiasaan BAB

sembarangan yang meliputi tentang sikap melihat anggota keluarga yang BAB

sembarangan, melihat tetangga yaang BAB sembarangan, jarak penampungan tinja

minimal 10 meter dan anjuran memiliki jamban keluarga. Adapun distribusi

responden menurut tingkat sikap tentang BAB sembarangan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap Tentang BAB
Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Sikap Responden
n % n %
1 BAB di tempat terbuka memberikan
kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban
- Setuju 7 10,8 5 9,2
- Kurang Setuju 20 30,8 56 86,2
- Tidak Setuju 38 58,5 3 4,6
Jumlah 65 100,0 65 100,0
2. BAB sembarang tempat dapat menimbulkan
penyakit :
- Setuju 48 73,8 14 21,5
- Kurang Setuju 10 15,4 37 56,9
- Tidak Setuju 7 10,8 14 21,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0
3 BAB sembarangan dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan :
- Setuju 29 44,6 20 30,8
- Kurang Setuju 33 50,8 25 38,5
- Tidak Setuju 3 4,6 20 30,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0
4 Air sumur dapat tercemar oleh tinja :
- Setuju 49 75,4 16 24,6
- Kurang Setuju 14 21,5 37 56,9
- Tidak Setuju 2 3,1 12 18,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0
5. Jarak penampungan tinja dengan sumber air
minimal 10 meter :
- Setuju 44 67,7 48 73,8
- Kurang Setuju 21 32,3 17 26,2
- Tidak Setuju 0 0,0 0 0,0
Jumlah 65 100,0 65 100,0
6 Anggota keluarga BAB di tempat terbuka :
- Setuju 1 1,5 2 3,1
- Kurang Setuju 17 26,2 57 87,7
- Tidak Setuju 47 72,3 6 9,2
Jumlah 65 100,0 65 100,0
7 Tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat
rumah bapak :
- Setuju 1 1,5 3 4,6
- Kurang Setuju 29 44,6 61 93,8
- Tidak Setuju 35 53,8 1 1,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0
8 Mendirikan jamban merupakan cara untuk
memutus rantai penularan penyakit dari tinja :
- Setuju 52 80,0 41 63,1
- Kurang Setuju 12 18,5 23 35,4
- Tidak Setuju 1 1,5 1 1,5
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8 (lanjutan)
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Sikap Responden
n % n %
9 Anjuran memiliki jamban keluarga
- Setuju 50 76,9 51 78,5
- Kurang Setuju 15 23,1 11 16,9
- Tidak Setuju 0 0,0 3 4,6
Jumlah 65 100,0 65 100,0
10 Air dan makanan yang tercemar tinja dapat
menimbulkan penyakit
- Setuju 39 60,0 24 36,9
- Kurang Setuju 25 38,5 39 60,0
- Tidak Setuju 1 1,5 2 3,1
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 58,5% responden pada Desa

Ngalam Baru (desa intervensi) menyatakan sikap ”tidak setuju” pada pernyataan

”BAB sembarangan memberikan kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban”,

sementara itu hanya 4,6% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)

menjawab dengan pernyataan yang sama. Sebagian besar responden pada Desa

Ngalam Baru (desa intervensi) (73,8%) menyatakan ”setuju” bahwa BAB

sembarang tempat dapat menimbulkan penyakit.

Pada tabel diatas juga dapat dilihat bahwa sebesar 72,3% responden pada

Desa Ngalam Baru (desa intervensi) ”tidak setuju” dengan pernyataan ”Anggota

Keluarga BAB di tempat terbuka” tetapi responden pada Desa Muara Tandi (desa

tidak intervensi) hanya 9,2% yang menjawab tidak setuju. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa sebesar 4,6% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak

intervensi) ”tidak setuju” dengan anjuran memiliki jamban keluarga.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Tentang Buang Air
Besar Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Sikap
N % n %
1. Baik 55 84,6 26 40,0
2. Sedang 10 15,4 39 60,0
3. Buruk 0 0,0 0 0,0
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada Desa Ngalam

Baru (desa intervensi) memiliki sikap yang baik tentang BAB sembarangan yaitu

sebesar 84,6%, tetapi responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)

hanya 40,0% responden yang memiliki sikap yang baik.

c. Tindakan

Tindakan yaitu melakukan kegiatan atau aktivitas yang baik terhadap

kebiasaan BAB semabarangan, meliputi membuang tinja anak yang BAB

sembarangan, melarang tetangga yang BAB sembarangan, menggunakan air yang

cukup dan mencuci tangan pakai sabun. Adapun distribusi responden menurut

tingkat tindakan tentang BAB sembarangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator TindakanTentang


BAB Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Tindakan Responden
n % n %
1 Bapak/Ibu BAB sembarangan
- Ya 2 3,1 28 43,1
- Kadang-kadang 0 0,0 20 30,8
- Tidak 63 96,9 17 26,2
Jumlah 65 100,0 65 100,0
2. Anak dan anggota keluarga bapak/Ibu BAB
pada jamban
- Ya 58 89,2 16 24,6
- Kadang-kadang 5 7,7 17 26,2
- Tidak 2 3,1 32 49,2
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 (lanjutan)
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Tindakan Responden
n % n %
3 Bapak/Ibu melarang anggota keluarga yang
BAB sembarangan
- Ya 64 98,5 1 1,5
- Kadang-kadang 0 0,0 3 4,6
- Tidak 1 1,5 61 93,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0
4 Bapak/Ibu merasa nyaman dan tenang BAB
di sembarang tempat
- Ya 63 96,9 15 23,1
- Kadang-kadang 2 3,1 29 44,6
- Tidak 0 0,0 21 32,3
Jumlah 65 100,0 65 100,0
5. Jika pada malam hari dan dalam keadaan
sakit perut, apakah bapak/ibu akan BAB
sembarang tempat :
- Ya 0 0,0 36 55,4
- Kadang-kadang 6 9,2 13 20,0
- Tidak 59 90,8 16 24,6
Jumlah 65 100,0 65 100,0
6. Bapak/Ibu membuang tinja anak bapak/ibu
yang BAB sembarangan
- Ya 28 43,1 1 1,5
- Kadang-kadang 19 29,2 2 3,1
- Tidak 18 27,7 62 95,4
Jumlah 65 100,0 65 100,0
7 Bapak/Ibu menyarankan kepada
anak/istri/suami dan keluarga untuk tidak
BAB sembarangan
- Ya 56 86,2 0 0,0
- Kadang-kadang 9 13,8 2 3,1
- Tidak 0 0,0 63 96,9
8 Bapak/Ibu melarang tetangga yang BAB di
sembarang tempat
- Ya 26 40,0 2 3,1
- Kadang-kadang 16 24,6 2 3,1
- Tidak 23 35,4 62 93,8
Jumlah 65 100,0 65 100,0
9 Bapak/Ibu menggunakan air yang cukup
saat BAB
- Ya 64 98,5 39 60,0
- Kadang-kadang 1 1,5 13 20,0
- Tidak 0 0,0 13 20,0
Jumlah 65 100,0 65 100,0
10 Bapak/Ibu mencuci tangan pakai sabun
setelah BAB
- Ya 41 63,1 8 12,3
- Kadang-kadang 4 6,2 7 10,8
- Tidak 20 30,8 50 76,9
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa responden Desa Ngalam

Baru (desa intervensi) hanya sebesar 3,1% yang BAB sembarangan, tetapi pada Desa

Muara Tandi (desa tidak intervensi) sebesar 43,1% responden yang BAB

sembarangan. Hampir seluruh responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi)

(98,5%) melarang anggota keluarga yang BAB sembarangan, tetapi pada Desa

Muara Tandi (desa tidak intervensi) hanya 1,5% responden yang melarang anggota

keluarga yang BAB sembarangan. Hasil penelitian menunjukkan 32,3% responden

pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) merasa nyaman dan tenang BAB di

sembarang tempat.

Pada tabel dapat dilihat bahwa 95,4% responden pada Desa Muara Tandi

(desa tidak intervensi) tidak membuang tinja anak yang BAB sembarangan tetapi

hanya 27,7% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab dengan

jawaban yang sama. Responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)

sebesar 93,8% tidak melarang tetangga yang BAB sembarangan tetapi 35,4%

responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab dengan jawaban

yang sama.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Tentang Buang


Air Besar Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi
No Sikap
N % n %
1. Baik 65 100,0 0 0,0
2. Sedang 0 0,0 54 83,1
3. Rendah 0 0,0 11 16,9
Jumlah 65 100,0 65 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada Desa Ngalam

Baru (desa intervensi) memiliki tindakan yang baik tentang BAB sembarangan yaitu

Universitas Sumatera Utara


sebesar 100,0%, tetapi responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi)

sebesar 16,9% responden yang memiliki tindakan yang jelek.

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1. Perbedaan Pengetahuan Responden Pada Desa Ngalam Baru dan Desa
Muara Tandi

Tabel 4.12. Perbedaan Pengetahuan Tentang BAB Sembarangan pada Desa


Diberi dan Tidak Diberi Intervensi
Variabel Nilai Rata- T P
Rata
Responden
Diberi Intervensi STBM 24,49 12,452 0,000
Pengetahuan Tidak Diberi Intervensi 20,35
STBM
Diberi Intervensi STBM 26,28 16,774 0,000
Sikap Tidak Diberi Intervensi 22,48
STBM
Diberi Intervensi STBM 27,03 19,185 0,000
Tindakan Tidak Diberi Intervensi 15,25
STBM

Dengan hasil analisis statistik uji independent- sampel T test diatas, dapat

dilihat dari nilai t hitung adalah 12,452 serta nilai probabilitas (p=0,000). Oleh

karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang

signifikan responden antara yang diberi intervensi dengan yang tidak diberi

intervensi. Dapat diartikan bahwa pengetahuan responden pada desa yang di

intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang tidak diberi intervensi.

Hasil penelitian diatas menunjukkan nilai t hitung sikap responden adalah

16,774 serta nilai probabilitas (p=0,000). Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap yang signifikan antara responden yang

diberi intervensi dengan yang tidak diberi intervensi. Dapat diartikan bahwa sikap

Universitas Sumatera Utara


responden pada desa yang di intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang

tidak diberi intervensi.

Dari tabel diatas juga dapat dilihat nilai t hitung tindakan adalah 19,185 serta

nilai probabilitas (p=0,000). Oleh karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan tindakan yang signifikan antara responden yang diberi

intervensi dan yang tidak diberi intervensi. Dapat diartikan bahwa tindakan

responden pada desa yang di intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang

tidak diberi intervensi.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa pendidikan responden pada

Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi masih rendah, pada Desa Ngalam Baru

responden yang tidak tamat SD 21,5%, untuk yang tamat SD 40%, sementara itu

untuk Desa Muara Tandi responden yang tidak tamat SD 6,2%, untuk yang tamat SD

55,4%. Masyarakat yang mempunyai pendidikan menengah akan lebih memiliki

pengetahuan yang lebih baik tentang dampak yang akan ditimbulkan dari kebiasaan

buang air besar sembarangan. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap suatu masalah.

Pendidikan merupakan suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat, dan bertujuan untuk bertahan

hidup termasuk memenuhi kebutuhan sandangnya (Azwar, 2007)

Tingkat pendidikan juga dapat menentukan daya nalar seseorang yang lebih

baik, sehingga dapat menyerap informasi-informasi dan dapat berfikir secara rasional

dalam menanggapi informasi dan masalah yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan

buang air besar sembarangan. Menurut Widyastuti (2005) yang dikutip dari Elisabeth

(2008), orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada

tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan

memiliki status kesehatan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Budiarja

(2001) yang dikutip dari Elisabeth (2008), pendidikan yang rendah membuat

rendahnya partisipasi di bidang kesehatan. Rendahnya pengetahuan masyarakat

Universitas Sumatera Utara


tentang dampak yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan

menjadikan masyarakat masih melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan.

Hasil penelitian juga menunjukkan 80% responden pada Desa Ngalam Baru

sebagai desa intervensi gerakan STBM bekerja sebagai petani dan tidak ada

responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Akan tetapi pada Desa Muara

Tandi hanya 73,8% responden yang bekerja sebagai petani dan 6,2% responden

bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Bekerja sebagai petani bukan merupakan

pekerjaan yang memiliki penghasilan yang tetap, akan tetapi kesadaran akan

pentingnya untuk memulai hidup sehat dengan meningkatkan sarana sanitasi dasar

untuk mengurangi perilaku buang air besar sembarangan telah dimiliki masyarakat

Desa Ngalam Baru. Berbeda halnya dengan responden Desa Muara Tandi walaupun

persentase responden yang bekerja sebagai petani cukup tinggi, akan tetapi kesadaran

akan pentingnya untuk memulai hidup sehat degan tidak buang air besar

sembarangan masih rendah.

Menurut teori Maslow (1943) yang dikutip oleh Malayu (2002), jika

seseorang yang ingin memiliki kebutuhan rasa aman dan kenyamanan maka akan

melakukan berbagai upaya untuk mencapainya, salah satu faktornya adalah

kecukupan penghasilan, dan ini hanya diperoleh jika mempunyai suatu pekerjaan

yang layak.

Menurut jumlah penghasilan yang dikategorikan menurut Upah Minimum

Regional (UMR) Propinsi Sumatera Selatan, sebagian besar responden

berpenghasilan lebih dari Rp 824.730,- yaitu sebesar 72,3% untuk Desa Ngalam

Baru dan 70,8% untuk Desa Muara Tandi. Tingginya penghasilan masyarakat ini

Universitas Sumatera Utara


berasal dari hasil pertanian masyarakat yang sebagian besar memiliki kebun kopi.

Semakin tinggi penghasilan penduduk, maka semakin tinggi pula persentase

pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang, makanan dan semakin tinggi

penghasilan keluarga semakin baik pula status kesehatannya (BPS, 2006).

Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk

memeperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Demikian sebaliknya jika pendapatan rendah maka akan terdapat hambatan dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi memegang peranan penting

dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Dengan demikian penghasilan akan

mempengaruhi masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan mendirikan jamban

sebagai salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan.

Akan tetapi dalam penelitian ini, walaupun sebagian besar masyarakat

berpenghasilan di atas UMR, akan tetapi kesadaran akan pentingnya membangun

jamban untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan masih sangat

rendah. Hal ini dapat dijumpai pada masyarakat pada Desa Muara Tandi.

5.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar

Distribusi responden menurut jenis sarana air bersih yang digunakan

menunjukkan bahwa responden memiliki sarana air bersih berupa sumur gali sebesar

84,6% untuk Desa Ngalam Baru dan 89,2% untuk Desa Muara Tandi. Sementara itu

distribusi responden menurut kepemilikan jamban, ditemukan pada Desa Ngalam

Baru 23,1% responden tidak memiliki jamban dan 58,5% responden pada Desa

Muara Tandi juga tidak memiliki jamban. Responden pada Desa Muara Tandi hanya

Universitas Sumatera Utara


63% yang menggunakan jamban leher angsa. Dengan demikian masih ada responden

yang menggunakan jamban cubluk, plengsengan dan buang air besar tidak pada

jamban. Adanya perbedaan persentase kepemilikan jamban pada Ngalam Baru dan

Muara Tandi juga disebabkan dengan adanya intervensi STBM, intervensi STBM

telah menimbulkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya untuk memulai hidup

sehat dengan memperbaiki sarana sanitasi dasar untuk tempat buang air besar.

Ada beberapa jenis jamban yang dapat digunakan, diantaranya jamban

cubluk, empang, kimia, plengsengan dan leher angsa. Jamban leher angsa merupakan

pilihan jamban yang paling baik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan diantara

jenis-jenis jamban yang ada. (Azwar, 1990).

Hasil penelitian juga menunjukkan 38,0% responden pada Desa Ngalam Baru

memiliki jamban yang letaknya berada diluar rumah, tetapi sebesar 96,3% responden

pada Desa Muara Tandi yang memiliki jamban diluar rumah. Letak jamban diluar

ataupun didalam rumah tidak akan menimbulkan masalah kesehatan jika jarak antara

lubang penampungan tinja dengan sumber air lebih dari sepuluh meter. Akan tetapi

letak jamban didalam rumah akan memberikan kemudahan dalam melakukan

aktifitas buang air besar, terlebih lagi jika dalam keadaan malam hari, letak jamban

yang didalam rumah akan lebih memberikan kenyamanan pada pemiliknya

dibandingkan yang berada diluar rumah.

Jamban yang dimiliki reponden ternyata sebagian besar memiliki jarak ≥ 10

meter dari sumber air yaitu sebesar 78,0% pada desa Ngalam Baru dan 51,9% pada

desa Muara Tandi. Dengan demikian masih terdapat jarak jamban dengan sumber air

≤ 10 meter. Menurut Ehler dan Steel (2000), jamban yang digunakan sebagai tempat

Universitas Sumatera Utara


penampungan kotoran manusia memiliki jarak dengan sumber air minum > 10

meter. Tetapi bila kondisi tanah berkapur, dan letak jamban pada sumber air ditanah

miring, maka jaraknya sekitar 15 meter.

Dari hasil penelitian juga dapat dilihat sebesar 72,0% responden pada Desa

Ngalam Baru memiliki jamban setelah adanya intervensi STBM, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa intervensi STBM dapat mengubah perilaku masyarakat

untuk tidak buang air besar sembarangan. Setelah berubahnya kesadaran untuk tidak

buang air besar sembarangan, maka tahapan selanjutnya adalah kesadaran tentang

pentingnya memiliki jamban.

5.3. Perilaku Responden

5.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Buang Air Besar Sembarangan

Hasil uji univariat menunjukkan bahwa tidak ada responden pada Desa

Ngalam Baru yang tidak mengetahui pengertian buang air besar sembarangan, tetapi

3,1% responden pada Desa Muara Tandi menjawab dengan pilihan yang sama. Hal

ini diperparah dengan sedikitnya jumlah responden yang mengetahui penyakit yang

dapat ditularkan oleh tinja dan masih terdapatnya responden yang tidak mengetahui

bahwa buang air besar sembarangan akan menularkan penyakit, serta terdapat

responden yang tidak mengetahui cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari

tinja.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pengetahuan reponden

pada Desa Ngalam Baru pada kategori baik sebesar 72,3% dan sebesar 12,3%

responden pada Desa Muara Tandi berpengetahuan baik. Tingkat pendidikan

Universitas Sumatera Utara


responden yang masih rendah akan membuat cara berpikir masyarakat terhadap suatu

hal akan terbatas, termasuk juga cara berpikir tentang kebiasaan buang air besar

sembarangan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting) dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Soekidjo, 2003).

Hasil uji statistic dengan menggunakan uji independent-sample T test untuk

mengetahui perbedaan pengetahuan responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa

Muara Tandi diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan yang signifikan tentang buang air besar sembarangan antara

responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi.

Tedapatnya perbedaan pengetahuan pada dua desa tersebut juga dipengaruhi

oleh adanya intervensi gerakan STBM pada Desa Ngalam Baru sehingga membuat

responden pada Desa Ngalam Baru menjadi tahu pentingnya untuk tidak buang air

besar sembarangan dan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas tersebut.

Karena berawal dari merubah perilaku BAB sembarangan maka kegiatan sanitasi

dasar lainnya dapat dilaksanakan (Depkes RI, 2008)

Sesuai dengan Dirjen PPM & PLP (1999) salah satu cara untuk mengatasi

rendahnya penggunaan jamban dengan identifikasi sedini mungkin baik yang

dilakukan oleh penyuluh kesehatan mengunjungi rumah secara khusus maupun

dilakukan secara pasif melalui pembinaan di tempat tertentu.

Universitas Sumatera Utara


5.3.2. Sikap Responden Tentang Buang Air Besar Sembarangan

Secara umum sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (keadaan

terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan di lingkungan yang

dapat menilai atau membimbing tingkah laku seseorang. Sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu (Soekidjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sikap reponden pada Desa

Ngalam Baru pada kategori baik sebesar 84,6% dan pada Desa Muara Tandi sebesar

40,0% responden bersikap baik. Hal ini dapat dilihat bahwa 72,3% responden desa

Ngalam Baru dan 9,2% Desa Muara Tandi menyatakan “tidak setuju” jika anggota

keluarga BAB di tempat terbuka, kemudian sebesar 53,8% dan 1,5% responden

“tidak setuju” jika tetangga mereka buang air besar sembarangan di kebun atau dekat

rumah. Tingginya persentase responden yang menjawab “tidak setuju” tentang

kebiasaan buang air besar belum tentu responden tersebut merealisasikan dalam

tindakan. Karena sikap merupakan penilaian (bisa pendapat) seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu yang belum tentu dapat di realisasikan dalam tindakan.

Hasil uji statistic dengan menggunakan uji independent-sample T test untuk

mengetahui perbedaan sikap responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara

Tandi diperoleh nilai p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap

yang signifikan antara responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi.

Universitas Sumatera Utara


5.3.3. Tindakan Responden Tentang Buang Air Besar Sembarangan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tindakan reponden pada

Desa Ngalam Baru pada kategori baik sebesar 100,0% dan pada Desa Muara Tandi

sebesar 0,0% responden memiliki tindakan baik. Hasil uji statistic dengan

menggunakan uji independent-sample T test untuk mengetahui perbedaan tindakan

responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi diperoleh nilai p=0,000.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tindakan yang signifikan antara

responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi.

Responden pada Desa Ngalam Baru memiliki tindakan yang baik mengenai

kebiasaan buang air besar sembarangan dari pada responden Desa Muara Tandi.

Responden Desa Ngalam Baru tidak lagi melakukan buang air besar sembarangan,

sementara itu responden Desa Muara Tandi masih melakukan buang air besar

sembarangan di kebun, sungai, maupun parit.

Walaupun responden Desa Muara Tandi memiliki status ekonomi yang cukup

baik dan memiliki pengetahuan yang sedang terhadap dampak yang dapat

ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan ternyata tidak begitu

mempengaruhi tindakan masyarakat desa Muara Tandi untuk tidak buang air besar

sembarangan. Karena untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan

suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan sesorang dapat

menerapkan apa yang mereka ketahui. Artinya pengetahun atau sikap yang baik

belum tentu terwujud dalam tindakan yang baik pula (Soekidjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara


5.4. Pengaruh Intervensi STBM Terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan, sikap

dan tindakan masyarakat tentang kebiasaan buang air besar sembarangan pada desa

yang diberi dengan desa yang tidak diberi intervensi Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi gerakan STBM

mempengaruhi perilaku masyarakat tentang kebiasaan buang air besar sembarangan.

Pada dasarnya upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 852 / Menkes / SK /IX/2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan

pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah

dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman. Akan tetapi kegiatan

utama intervensi STBM pada lokasi penelitian di Desa Ngalam Baru adalah merubah

perilaku masyarakat agar tidak BAB sembarangan, karena dengan penghentian

kegiatan BAB sembarangan merupakan pintu masuk pengenalan konsep sanitasi total

lainnya.

Kegiatan Intervensi STBM yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran

masyarakat tentang kebiasaan buang air besar sembarangan dilakukan dengan cara

memicu beberapa hal seperti rasa jijik, malu, takut sakit dan lainnya. Dengan

demikian terdapat keberhasilan dari program pemerintah setempat yang telah

melaksanakan program tersebut.

Perbedaan perilaku masyarakat pada desa yang diberi dan tidak diberi

intervensi sangat jelas dapat dilihat dari tindakan masyarakat pada desa tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Pada desa yang belum di intervensi dengan gerakan STBM hanya 26,2% responden

yang melakukan buang air besar pada jamban, akan tetapi berbeda halnya dengan

desa yang diberi intervensi 96,9% responden telah melakukan aktifitas buang air

besar sembarangan pada jamban.

Keberhasilan gerakan STBM mengubah kebiasaan masyarakat untuk tidak

melakukan buang air besar sembarangan disebabkan cara dan metode yang

digunakan. Masyarakat tidak diharuskan untuk membuat jamban, tetapi hanya

merubah perilaku sanitasi mereka. Setelah perilaku sanitasi menjadi lebih baik, maka

pilihan untuk memiliki sarana sanitasi yang layak dan milik sendiri akan muncul.

Selain itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan setempat tidak

memberikan subsidi untuk pembangunan sarana sanitasi dasar dan juga tidak

memberikan keputusan mengenai apa yang akan dilakukan untuk mengatasi

kebiasaan tersebut. Akan tetapi masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan

mendapatkan wewenang atas kontrol terhadap apa yang akan dilakukan. Kegiatan

parisipasi keluarga dan masyarakat dengan peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang melaksanakan program bersifat teknis perlu didukung oleh pemerintah

daerah setempat (Leihad, 2005)

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Persentase pengetahuan responden Desa Ngalam Baru (desa intervensi

STBM) sebesar 72,3% memiliki pengetahuan baik dan sedang sebesar 27,7%.

Pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi STBM) responden yang

mempunyai pengetahuan baik sebesar 12,3% dan sedang sebesar 87,7%.

2. Persentase sikap responden Desa Ngalam Baru (desa intervensi STBM)

sebesar 84,6% memiliki sikap baik dan sedang sebesar 15,4%. Pada Desa

Muara Tandi (desa tidak intervensi STBM) responden yang mempunyai sikap

baik sebesar 40,0% dan sedang sebesar 60,0%.

3. Persentase tindakan responden Desa Ngalam Baru (desa intervensi STBM)

sebesar 100,0% memiliki tindakan baik. Pada Pada Desa Muara Tandi (desa

tidak intervensi STBM) responden yang mempunyai tindakan sedang sebesar

83,1% dan buruk sebesar 16,9%.

4. Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang buang air besar

antara responden pada desa Ngalam Baru (desa intervensi STBM) dan desa

Muara Tandi (desa tidak intervensi STBM) (nilai p = 0,000). Adanya

perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan dipengaruhi intervensi gerakan

Universitas Sumatera Utara


STBM pada desa Ngalam Baru yang menjadikan masyarakat lebih tahu

tentang kebiasaan buang air besar dan dampak dari yang ditimbulkan.

6.2. Saran

1. Kepada Masyarakat Desa Muara Tandi meningkatkan kesadaran melakukan

aktivitas BAB pada jamban dengan membangun jamban yang sederhana.

2. Kepada petugas kesehatan dan kader kesehatan agar berperan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak yang ditimbulkan dari

kebiasaan BAB sembarangan.

3. Kepada Dinas Kesehatan, agar menjalankan gerakan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) pada desa Muara Tandi untuk lebih meningkatkan

perilaku masyarakat tentang BAB dengan tujuan masyarakat pada desa

Muara Tandi tidak lagi BAB sembarangan.

4. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat untuk memberkan bantuan dan

dukungan kepada dinas kesehatan untuk menjalankan gerakan STBM.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara,


Jakarta.

BPS, 2006. Susenas (Survei Ekonomi Nasional). Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 1998. Petunjuk Teknis Penyuluhan Program


Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Lingkungan. Penerbit
Direktorat Jenderal PPM & PLD, Jakarta.

......................, 1999. Modul Higiene dan Sanitasi Kesehatan Lingkungan. Jakarta

......................, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

......................, 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Tentang Kebijakan


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.

Dinas Kesehatan, 2008. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat


Tahun 2008, Pemkab Lahat.

.........................., 2008. Model Pelatihan Community Led Total Sanitation


(CLTS), Dinkes Pemkab Lahat.
Ehler, Steel, 2000. Syarat-syarat Jamban Sehat Yang Memenuhi Standar. Jakarta

Kusnoputranto, H, 2000. Kesehatan Lingkungan, FKM-UI Jakarta

Lemeshow S, dkk, 1997. Besar Sampel Dakam Penelitian Kesehatan. Gajah

Mada, University Press. Yogyakarta.

Mashuri, S, 1994. Pengelolaan Tinja Manusia. APK, Teknologi Sanitasi, Padang

Malayu, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Rineka Cipta,


Jakarta.

....................., 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Penerbit PT. Rineka


Cipta, Jakarta.

Priyono, E, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia, Percik,


Media Informasi Air minum dan penyehatan Lingkungan, Desember
2008, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Simanjuntak, P, 1999. Sarana Jamban Keluarga, Gramedia . Jakarta

Soemirat, J, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Sukarni, M, 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.


Supardi, I, 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit PT. Alumni
Bandung.

Suparmin, Soeparman, 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. EGC, Jakarta.

Suriawiria, U, 2003. Mikrobiologi Air. Penerbit PT. Alumni Bandung.

Tarigan, Elisabeth, 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


Keluarga Dalam Penggunaan Jamban Di Kota Kabanjahe Tahun
2007. Tesis Mahasiswa S-2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Warsito, S, 1996. Kakus Sederhana Bagi Masyarakat Desa. Kanisius. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner Penelitian

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR


SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI INTERVENSI DAN TIDAK
DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT DI KECAMATAN GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2009

Nomor Responden : ....


I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
a. Tidak tamat SD d. SMA
b. SD e. Akademi/Perguruan Tinggi
c. SMP
4. Pekerjaan :
a. Petani e. Pegawai Negeri Sipil
b. Pedagang f. Lain-lain, sebutkan…………..
c. Buruh
d. Pegawai swasta
5. Penghasilan keluarga :
6. Jumlah anggota keluarga :
II. Data Lingkungan/ Observasi
1. Apakah bapak/ibu memiliki sarana air bersih :
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, sarana air bersih yang digunakan :
a. Air Sungai c. Sumur bor
b. Sumur Gali d. PDAM
3. Apakah Bapak/Ibu memiliki jamban keluarga :
a. Ya b. Tidak

Universitas Sumatera Utara


4. Jenis jamban yang dimiliki :
a. Jamban Cubluk c. Jamban leher angsa
b. Jamban Plengsengan
5. Apakah jamban keluarga didalam rumah:
a. Ya b. Tidak
6. Jarak jamban dari sumber air bersih :
a. 1-5 meter b. 6-9 meter c. ≥ 10 meter
7. Apakah bapak/ibu BAB pada jamban keluarga :
a. Ya b. Tidak (Langsung ke No 13)
8. Apakah bapak/ibu memiliki jamban setelah adanya gerakan STBM
a. Ya b. Tidak
9. Alasan bapak/ibu mendirikan jamban:
a. Karena terpicu dengan gerakan STBM.
b. Karena kemauan diri sendiri tanpa ada dorongan dari gerakan STBM.

DATA PRILAKU
A. Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud BAB sembarangan
a. Tidak tahu
b. Buang air besar dimana saja.
c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban, atau WC.
2. Menurut bapak/ibu, apakah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan
a. Tidak tahu
b. Tidak dapat
c. Dapat

Universitas Sumatera Utara


3. Tahukah Bapak/Ibu penyakit yang ditularkan melalui tinja disebabkan oleh
apa:
a. Tidak b. Ya
Jawaban ya, dapat menjawab : 1. Cacing
2. Bakteri
3. Virus
4. Parasit
4. Menurut bapak/ibu dimana tempat BAB yang tepat :
a. Tidak tahu
b. Dimana saja tetapi tidak dapat dilihat orang.
c. Jamban, WC.
5. Menurut bapak/ibu, dapatkah BAB sembarangan menularkan penyakit :
a. Tidak tahu
b. Tidak dapat
c. Dapat
6. Tahukah bapak/ibu melalui media apa sajakah tinja dapat menularkan
penyakit :
a. Tidak b. Ya
Jawaban ya, dapat menjawab : 1. Tangan
2. Makanan
3. Air
4. Binatang
5. Sayuran, dll.
7. Tahukah Bapak/Ibu, penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja:
a. Tidak b. Ya
Jawaban ya, dapat menjawab : 1. Cacingan
2. Diare
3. Polio
4. Hepatitis A, dll.

Universitas Sumatera Utara


8. Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja :
a. Tidak tahu
b. Tidak bisa dilakukan pemutusan mata rantai penularan penyakit.
c. Pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB
sembarangan dan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun
dan lainnya.
9. Menurut bapak/ibu dapatkah air sumur tercemar oleh tinja dari orang yang
BAB sembarangan :
a. Tidak tahu
b. Tidak dapat
c. Dapat
10. Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih adalah:
a. 1-5 meter b. 6-9 meter c. ≥ 10 meter

II. Sikap
1. BAB di tempat terbuka memberikan kenyamanan yang sama dengan BAB di
jamban :
a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju
2. Setujukah bapak/ibu BAB sembarang tempat dapat menimbulkan penyakit:
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
3. Setujukah bapak/ibu BAB sembarang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
4. Setujukah bapak/ibu, air sumur dapat tercemar oleh tinja :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
5. Setujukah bapak/ibu jarak penampungan tinja dengan sumber air minimal 10
meter:
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
6. Setujukah bapak/ibu jika anggota keluarga BAB di tempat terbuka :
a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju

Universitas Sumatera Utara


7. Setujukah bapak/ibu jika tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah
bapak:
a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju
8. Setujukah bapak/ibu, bahwa mendirikan jamban merupakan cara untuk
memutus rantai penularan penyakit dari tinja :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
9. Setujukah bapak/ibu dengan anjuran memiliki jamban keluarga :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju
10. Setujukah bapak/ibu dengan air dan makanan yang tercemar tinja dapat
menimbulkan penyakit :
a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju

III. Tindakan
1. Apakah bapak/ibu BAB sembarangan :
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
2. Apakah anak dan anggota keluarga bapak/ibu BAB pada jamban :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
3. Apakah bapak/ibu melarang anggota keluarga yang BAB sembarangan:
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
4. Apakah bapak/ibu merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat :
a. ya b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Jika pada malam hari dan dalam keadaan sakit perut, apakah bapak/ibu akan
BAB sembarang tempat :
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
6. Apakah bapak/ibu membuang tinja anak bapak/ibu yang BAB sembarangan:
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
7. Apakah bapak/ibu menyarankan kepada anak/istri/suami dan keluarga untuk
tidak BAB sembarangan :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

Universitas Sumatera Utara


8. Apakah bapak/ibu melarang tetangga yang BAB di sembarang tempat :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
9. Saat BAB, apakah bapak/ibu menggunakan air yang cukup :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
10. Setelah BAB Apakah yang bapak/ibu mencuci tangan pakai sabun :
a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai