Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MENCARI DATA KEBIJAKAN PELYANAN

KESEHATAN LANSIA DI INDONESIA


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
Satria Yosi Hernawan (1603067)
Emi
Cica
Kritian
Septtiana
Umi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf
hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun peningkatan
UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat
meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struktur
demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan menurunnya
angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran. Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan
kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan UHH di Indonesia. Berdasarkan
laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada
tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi
lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS)
terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun
2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65
tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Meningkatnya populasi lansia ini
membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada
kelompok penduduk lansia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi
beban bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Berbagai
kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah di antaranya tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual seperti
pembangunan sarana ibadah dengan pelayanan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2) Pelayanan
kesehatan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan
geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan
dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan,
penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4) Kemudahan dalam penggunaan fasilitas
umum, seperti pelayanan administrasi pemerintah (Kartu Tanda Penduduk seumur hidup),
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya
untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi,
penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus,
mendahulukan para lanjut usia. Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan kondisi dan posisi
lansia di berbagai bidang sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
penyusunan dan perencanaan program, kebijakan maupun kegiatan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lansia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

B. Situasi Indonesia

Gambaran Umum Indonesia termasuk negara berstruktur tua, hal ini dapat dilihat dari
persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di atas 7% dari
keseluruhan penduduk, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini. Struktur penduduk
yang menua tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan
manusia secara global dan nasional. Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas
kesehatan dan kondisi sosial masyarakat yang meningkat. Dengan demikian, peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus
sebagai tantangan dalam pembangunan. Perubahan struktur penduduk mempengaruhi angka
beban ketergantungan, terutama bagi penduduk lansia. Perubahan ini menyebabkan angka
ketergantungan lansia menjadi meningkat. Rasio ketergantungan penduduk tua (old
dependency ratio) adalah angka yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk tua
terhadap penduduk usia produktif. Angka tersebut merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk tua (60 tahun ke atas) dengan jumlah penduduk produktif (15- 59 tahun). Angka ini
mencerminkan besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk produktif untuk
membiayai penduduk tua. Kepala rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
rumah tangganya. Kedudukan kepala rumah tangga sangat penting dalam menentukan
kelangsungan rumah tangga. Selain bertanggung jawab secara ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, kepala rumah tangga juga berperan sebagai pengambil
keputusan. Tanggung jawab kepala rumah tangga yang sangat besar dari sisi psikologis maupun
ekonomis, ternyata masih banyak diemban oleh penduduk lansia yang seharusnya menikmati
hari tua tanpa beban berat. Gambar berikut ini menunjukkan bahwa dari tahun 2005 – 2012
sebagian besar penduduk lansia (sekitar 90%) masih memegang peranan penting di dalam
lingkungan rumah tangga berstatus sebagai kepala rumah tangga

C. Status Kesehatan Lansia


Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif
(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah
degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular.
Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang
sendi atau rematik. Sedangkan penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare,
pneumonia dan hepatitis. Lapangan Usaha Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D Pertanian 34,52
78,82 60,92 Industri 14,42 7,31 10,28 Jasa 51,06 12,87 28,80 Angka kesakitan (morbidity rates)
lansia adalah proporsi penduduk lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka kesakitan merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan
tergolong sebagai indikator kesehatan negatif. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan
derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012
sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang di antaranya
mengalami sakit. Bila dilihat perkembangannya dari tahun 2005-2012, derajat kesehatan
penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya angka kesakitan

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau
kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau sebab lainnya.
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, namun
terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh penduduk dapat
menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar. Berdasarkan Susenas 2012, separuh
lebih lansia (52,12%) mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir, dan tidak ada perbedaan
lansia yang mengalami keluhan kesehatan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki 50,22%;
perempuan 53,74%). Dari gambar di bawah ini juga memperlihatkan perkembangan kondisi
penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir pada tahun 2005-
2012. Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia masih rendah, yang dapat dilihat dengan
peningkatan persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan dari tahun 2005-
2012.

Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia adalah pola hidup
yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat berdampak pada penurunan
daya tahan tubuh, masalah umum yang dialami adalah rentannya terhadap berbagai penyakit.
Di dalam Susenas dikumpulkan informasi mengenai jenis keluhan kesehatan yang umum
seperti pada gambar di bawah ini. Keluhan kesehatan yang paling tinggi adalah jenis keluhan
lainnya (32,99%). Jenis keluhan lainnya di antaranya keluhan yang merupakan efek dari
penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Kemudian
jenis keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah batuk (17,81%) dan pilek (11,75%).

Penyakit Tidak Menular adalah penyakit degeneratif karena berhubungan dengan proses
degenerasi (ketuaan). Selain itu Penyakit Tidak Menular disebut juga new communicable
disease karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup dimana gaya hidup dapat
menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Inti atau substansi dalam
epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang
dipakai adalah istilah ditemukannya faktor resiko sebagai faktor penyebab. Obesitas sentral
dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif.
Untuk laki-laki dengan Lingkar Perut (LP) di atas 90 cm atau perempuan dengan LP di atas 80
cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO Asia-Pasifik, 2005). Prevalensi obesitas sentral
untuk tingkat nasional adalah 18,8%. Dari gambar berikut ini tampak bahwa obesitas sentral
cenderung meningkat sampai umur 45-54 tahun, selanjutnya berangsur menurun kembali. Bila
kita lihat prevalensi obesitas menjelang lansia sampai lansia (kelompok umur 55-64 tahun, 65-
74 tahun dan 75+ tahun), kelompok umur 55-64 tahun yang obesitasnya paling tinggi. Faktor
risiko lain yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif adalah merokok.
Prevalensi merokok lansia pada kelompok umur 55-64, 65-74 dan 75+ cukup tinggi yaitu di
atas 30%, dan paling tinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (37,5%) dengan rerata jumlah
batang rokok/hari sebanyak 13 batang rokok.

Penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan dewasa muda, karena penyakit pada
lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses
menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010
(rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan (RL2B) adalah 41,05% dari total jumlah
RS yang teregistrasi dalam SIRS), 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari
seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi
adalah hipertensi esensial sedang sebab sakit lainnya hampir sama kecuali pada kelompok umur
45-64 tahun terdapat gangguan refraksi, penyakit kulit dan pulpa sedangkan pada kelompok
umur >65 tahun terdapat katarak, penunjang sarana kesehatan dan penyakit jantung iskemik
lainnya dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat jalan

Pemerintah akan meningkatkan pola pelayanan kesehatan jemaah haji pada musim terkait
kebijakan Kementerian Agama (Kemenag) memprioritaskan jemaah haji lansia. Peningkatan
pelayanan kesehatan ini karena jemaah lansia memiliki karakter kondisi kesehatan yang
komplek. Bersumber dari Sistem Informasi Kesehatan Haji Indonesia (Siskohatkes) tahun
2012, jemaah haji lansia yang di embarkasi penyakit yang terbanyak berdasarkan hasil
pemeriksaan terakhir adalah Essential (primary) hypertension (40,12%) dan Non-insulin-
dependent diabetes mellitus (9,21%)

Untuk penyakit jemaah haji yang dirawat inap di Indonesia dan Arab Saudi yang paling banyak
adalah Non-insulin-dependent diabetes mellitus (12,30%) dan Essential (primary) hypertension
(8,91%). Hal ini sesuai dengan penyakit terbanyak yang diperiksa terakhir di embarkasi yaitu
Essential (primary) hypertension dan Non-insulin-dependent diabetes mellitus. Informasi
peristiwa dan penyebab kematian di masyarakat sangat penting untuk memperoleh data dasar
di bidang kesehatan, dimana data tersebut dapat dipakai sebagai indikator untuk menyusun
kebijakan kesehatan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi program yang sudah berjalan serta
menunjang penelitian-penelitaian yang dilakukan. Dari hasil laporan Badan Litbangkes untuk
registrasi penyebab kematian di 15 kabupaten/kota tahun 2011, proporsi penyebab kematian
kelompok lansia (umur 55-64 tahun dan >65) yang paling tinggi adalah Stroke dan Ischaemic
heart diseases.

Berobat jalan dapat dilakukan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan baik
modern ataupun tradisional, tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan.
Gambar di bawah ini menunjukkan proporsi penduduk lansia yang berobat jalan menurut jenis
tempat berobat. Tiga tempat yang paling banyak didatangi oleh penduduk lansia untuk berobat
jalan adalah praktek tenaga kesehatan sebesar 33,2%, praktek dokter/poliklinik sebesar 30,56%,
dan puskesmas/pustu sebesar 29,31%.
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah sebuah program jaminan kesehatan untuk
warga Indonesia yang memberikan perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin
masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan
dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi. Pada tahun 2011 dan 2012 program ini
mendanai biaya kesehatan yang paling tinggi pada kelompok umur 15-60 tahun, dan yang
paling rendah adalah kelompok lansia (> 60 tahun)

C. Upaya Kesehatan Lansia Kementerian Kesehatan

dalam upaya untuk meningkatkan status kesehatan para lanjut usia, melakukan beberapa
program yaitu:

1. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan dasar,
khususnya Puskesmas dan kelompok lansia melalui program Puskesmas Santun Lanjut Usia.
Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kepada lansia
dengan mengutamakan aspek promotif dan preventif di samping aspek kuratif dan rehabilitatif,
secara pro-aktif, baik dan sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia.
Puskesmas Santun Usia Lanjut menyediakan loket, ruang tunggu dan ruang pemeriksaan
khusus bagi lansia serta mempunyai tenaga yang sudah terlatih di bidang kesehatan lansia
dengan target Rencana Strategis Kesehatan tahun 2012 adalah 352 dan tahun 2014 sebanyak
602. Berdasarkan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011 secara nasional persentase
puskesmas yang memiliki posyandu lansia adalah 78,8%. Provinsi dengan persentase
puskesmas tertinggi yang memiliki posyandu lansia adalah Provinsi DI Yogyakarta (100%)
diikuti Jawa Tengah (97,1%) dan Jawa Timur (95,2%). Sedangkan persentase terendah ada di
Papua (15%), Papua Barat (18,2%) dan Sulawesi Barat (22,2%). Bila dilihat dari lokasi,
persentase puskesmas di perkotaan yang memiliki posyandu lansia 80,9%, sementara di
perdesaan 78,3%. Untuk puskesmas yang memiliki Kelompok Peduli Lansia secara nasional
persentasenya hanya 25,5%. Provinsi dengan persentase puskesmas tertinggi yang memiliki
Kelompok Peduli Lansia adalah DI Yogyakarta (53,6%) diikuti Sumatera Selatan (44%) dan
DKI Jakarta (41,7%). Sedangkan persentase terendah ada di Provinsi Maluku (0%), Papua
(2,5%) dan Nusa Tenggara Timur (4,5%). Berdasarkan lokasi, persentase puskesmas yang
memiliki Kelompok Peduli Lansia di perkotaan 32,2%, sementara di perdesaan 23,8%.

2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri
di Rumah Sakit. Saat ini baru ada 8 Rumah Sakit Umum tipe A dan B yang memiliki Klinik
Geriatri Terpadu yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta; RSUP Karyadi, Semarang;
RSUP Sardjito, Yogyakarta; RSUP Sanglah, Denpasar; RSUP Hasan Sadikin Bandung; RSUP
Wahidin, Makassar; RSUD Soetomo, Surabaya dan RSUD Moewardi, Solo. Untuk Rumah
Sakit Khusus pada rumah sakit jiwa yang melayani geriatri sudah ada 16 rumah sakit yaitu: RSJ
Dr. Radjiman Wediodoningrat, Lawang, RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor, RSJ Provinsi
Jawa Barat, Mataram, RSJ Nusa Tenggara Barat, RSJ Aceh, RSJ Jambi, RSJKO Soeprapto,
Bengkulu, RSJ Menur, Surabaya, Jawa Timur, RSJ Lampung, RSJ Ambon, RSJ Dr. Suparto
Hardjo Husodo, Kendari, Sulawesi Tenggara, RSJ Prof. Dr. Hb. Saanin, Padang, Sumatera
Barat, RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo, RSJ Daerah Surakarta, Jawa Tengah, RSJ Daerah
Madani Propinsi Sulawesi Tengah, RSJ Sambang Lihum, Kalimantan Selatan, Rumah Sakit
Khusus Daerah Atma Husada Mahakam, Kalimantan Timur, Rumah Sakit Khusus Daerah Prof.
Dr. V.L Ratumbuysang. Berdasarkan Rifaskes tahun 2011 ketersediaan klinik geriatri masih
sangat rendah yaitu sekitar 5% dari semua RSU Pemerintah. Sebagian besar provinsi tidak
memiliki RSU Pemerintah yang memberikan pelayanan klinik geriatri.

3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi usia lanjut.
Program kesehatan lansia adalah upaya kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif untuk meningkatkan status kesehatan lansia. Kegiatan program kesehatan lansia
terdiri dari: 1) Kegiatan promotif penyuluhan tentang Perilaku Hidup Sehat dan Gizi Lansia; 2)
Deteksi Dini dan Pemantauan Kesehatan Lansia; 3) Pengobatan Ringan bagi Lansia dan 4)
Kegiatan Rehabilitatif berupa Upaya Medis, Psikososial dan Edukatif. Berdasarkan Rifaskes
2011 persentase Puskesmas dengan kegiatan promotif penyuluhan tentang perilaku hidup sehat
dan gizi lansia secara nasional 75,7%. Provinsi dengan persentase puskesmas tertinggi adalah
Jawa Timur (93,8%), Jawa Tengah (93,6%) dan DI Yogyakarta (93,4%). Sedangkan persentase
terendah ada di Provinsi Papua (6,5%), Papua Barat (10.6%) dan Sulawesi Tenggara (31,8%).
Bila dilihat dari lokasi, persentase puskesmas di perkotaan yang melaksanakan kegiatan
promotif penyuluhan tentang perilaku hidup sehat dan gizi lansia 85,1%, sementara di
perdesaan 72,4%.

Kesimpulan

1. Persentase penduduk lansia tahun 2012 adalah 7,56% yang berarti termasuk negara
berstruktur tua. 2. Penduduk lansia berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012 yang paling
banyak adalah perempuan (Perempuan = 8,2%; Laki-laki = 6,9%).

3. Penduduk lansia berdasarkan wilayah tahun 2012 lebih banyak tinggal di perdesaan (7,63%)
daripada di perkotaan (7,49%).

4. Penduduk lansia paling tinggi pada tahun 2012 adalah di provinsi D.I. Yogyakarta (13,04%),
Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%).

5. Angka rasio ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2012 adalah sebesar 11,90.

6. Pendidikan penduduk lansia pada tahun 2012 relatif masih rendah karena persentase
tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD lebih dari separuh penduduk lansia (tidak/belum
pernah sekolah = 26,84%; tidak tamat SD = 32,32%).

7. Sebagian besar lansia pada tahun 2012 berstatus kawin (57,81%) dan cerai mati (39,06 %).

8. Pada tahun 2005 – 2012 sebagian besar penduduk lansia (sekitar 90%) masih memegang
peranan penting di dalam lingkungan rumah tangga berstatus sebagai kepala rumah tangga dan
persentase penduduk laki-laki lansia (61,17%) yang menjadi kepala rumah tangga lebih tinggi
dibandingkan penduduk perempuan lansia (37,05).

. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011 hampir separuh
(45,41%) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja.

10. Berdasarkan lapangan pekerjaan, pekerja lansia yang paling banyak bekerja pada sektor
pertanian (60,92), kemudian Jasa (28,80%) dan industri (10,28%).

11. Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar 26,93% dan dari tahun 2005-2012,
derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya
angka kesakitan 12. Keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang
merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan
diabetes (32,99%), Kemudian jenis keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah batuk
(17,81%) dan pilek (11,75%).

13. Prevalensi obesitas yang paling tinggi menjelang lansia sampai lansia (kelompok umur 55-
64 tahun, 65-74 tahun dan 75+ tahun) adalah kelompok umur 55-64 tahun (23,1%).

14. Prevalensi merokok lansia paling tinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (37,5%) dengan
rerata jumlah batang rokok/hari sebanyak 13 batang rokok.

15. Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010,
10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada
kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi esensial
(primer).
BAB III

A. KESIMPULAN
B. SARAN

Daftar Pustaka

1. UN, World Population Prospects: The 2010 Revision, 2011.

2. www.haryono.com

3. Laporan registrasi penyebab kematian di 15 kabupaten/kota, Badan Litbangkes tahun 2011.

4. Sistem Informasi Kesehatan Haji Indonesia (Siskohatkes), Pusat Kesehatan Haji, Kementerian
Kesehatan RI, tahun 2012

5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, Badan Litbangkes RI.

6. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010, Badan Litbangkes RI.

7. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Tahun 2011 dan 2012, Kementerian Kesehatan RI.

8. Sensus Penduduk Tahun 2010, Badan Pusat Statistik RI.

9. Survei Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2005, Badan Pusat Statistik RI.

10. Survei Ekonomi Nasional (Susenas)Tahun 2007, Badan Pusat Statistik RI.

Anda mungkin juga menyukai