Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA

PASIEN DENGAN BATU GINJAL DI RUANG BOUGENVILE BAWAH


RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR

disusun guna memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

oleh
Oktaviani Dwi Lestari
NIM 2018152003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES WIJAYA HUSADA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN BATU GINJAL DI
RUANG BOUGENVILE DI RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR

1. Kasus:
Batu Ginjal
2. Pengertian
Mary Baradero (2010) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang

ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang

mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya

batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat

dan asam urat.

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam

saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari

substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011).

Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu

keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011).

Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal

atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran

perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada

bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses

perkemihan.
3. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya

batu pada ginjal, yaitu :

a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-

50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila

jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet

banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau

terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan

pekerjaan (kurang bergerak).

Berapa penyebab lain adalah :

a. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan

akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.

b. Stasis obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu

saluran kencing.

c. Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat

sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

d. Idiopatik
4. Manifestasi Klinik
Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu pada

ginjal. Gejala umum yang muncul diantaranya:

a. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri kolik ditandai

dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan pinggang

kemudian menjalar ke bagian perut dan daerah paha sebelah dalam.

b. Karena nyeri hebat biasa di ikuti demam dan menggigil.

c. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadi nya muntah. Dan gangguan perut.

d. Adanya darah di dalam urin. Dan adanya gangguan buang air kecil penderita juga

sering BAK. Atau malah terjadinya penyumbatan pada saluran kemih. Jika ini

terjadi maka resiko terjadinya infeksi saluran kemih menjadi lebih besar.

5. Anatomi Fisiologi
a. Ginjal
Menurut Mary Baradero (2010:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum
parietal (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga
terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan
ginjal ke bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran
setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3
cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif Muttaqin,
2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang
terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2010:237). Tarwoto
(2010:314) menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan
penyokong yang disebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang
berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal
terhadap adanya trauma.
Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu juta
nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan
puluh lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15%
terdiri atas nefron jukstamedular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai
dengan letak glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan
dalam konsentarsi dan difusi urine. Struktur urine yang berkaitan dengan proses
pembentukan urine adalah korpus, tubulus renal, tubulus
koligentes. Korpus ginjal terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman yang
membentuk ultrafiltrat dari darah. Tubulus renal terdiri atas tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini
berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan komposisi
ultrafiltrat sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary Baradero,
2010:5). Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal
sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin, 2011:5).
b. Bagian – Bagian dalam Ginjal
Menurut Tarwoto (2010:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:
1) Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai
dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya
lebih dari 1 juta. Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran
darah menuju korteks.
2) Medula
Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut
pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3) Pelvis
Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian
bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor
bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor
bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter
bagian proksimal.
c. Fungsi Ginjal :
Menurut Syaifuddin (2010:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:
1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine
yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga
susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan
garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na,
K, Cl, dan fosfat).
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto
(2010:318) Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan
sekresi urin yang urin atau basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau
bikarbonat dalam urin.
4) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin
yang berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldosteron), membentuk eritropoiesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion
kalsium di usus.
d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal
Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah
per menit atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar
ini tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan,
tetapi agar ginjal dapat secara terus-menerus menyesuaikan komposisi
darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, memastikan
keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan pH serta
membuang produk-produk metabolisme urea.
Syaifuddin (2010:239) menjelaskan ginjal mendapat darah dari aorta
abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini
berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang
berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-
gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat
yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama dan
kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi
vena renalis mauk ke vena kava inferior.
e. Persyarafan Ginjal
Menurut Syaifuddin (2010:240) ginjal mendapatkan persarafan dari
fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah
darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat kelenjar
suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar buntu yang
menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon
kortison.
f. Proses Pembentukan Urin
Menurut Syaifuddin (2010:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine,
yaitu :
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari
permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang diteruskan
ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap
kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi
secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
vesika urinaria.
g) Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif
Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm.
berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto,
2010:323).
h) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra pada pria panjang
uretra ± 20 cm, sedangkan pada perempuan panjangnya ± 3-4 cm
(Syaifuddin, 2010:246). Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan
keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria.
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Arif Muttaqin,
2011:20). Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara
involunter memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria
saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air mani
(Tarwoto,2010:327).
6. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti

Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk

ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal

pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju

pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.

Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat

terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan

sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional

ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter,

menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin

berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat
aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri

mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan

muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan

ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.

Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu

yaitu:

a. Teori inti (nucleus):

Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine

yang sudah mengalami supersaturasi.

b. Teori matriks:

Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan

kemungkinan pengendapan kristal.

c. Teori inhibitor kristalisasi:

Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi,

konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan

terjadinya kristalisasi.

Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini

tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan

kompleks. Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya :

a. Batu kalsium

Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus,

dapat bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di


jumpai pada orang yang mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau

gangguan kelenjar paratiroid. Orang menderita kanker, struke atau penyakit

sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium. Batu kalsium dapat di

sebabkan oleh:

1) Hiperkalsiuria abortif:

Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus

yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.

2) Hiperkal siuria renalis:kebocoran pada ginjal

b. Batu oksalat

Batu oksalat dapat disebabkan oleh

1) Primer autosomal resesif

2) Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.

3) Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass

jejenoikal, sindrom malabsorbsi

c. Batu asam urat

Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:

1) Makanan yang banyak mengandung purin

2) Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma

3) Dehidrasi kronis

4) Obat: tiazid, lazik, salisilat


d. Batu sturvit

Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat

infeksi, terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI

kronik. Batu sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami

defek absorbsi sistin.

e. Batu Sistin

Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam

urin.keadan ini terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang

resesif autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat

tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.


7. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa

nefrolitiasis, yaitu :

a. Urin

1) PH lebih dari 7,6

2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%

3) Biakan urin

4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b. Darah

1) Hb turun

2) Leukositosis

3) Urium kreatinin

4) Kalsium, fosfor, asam urat

c. Radiologi

1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu

2) USG abdomen

3) PIV (Pielografi Intravena)

4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2010)

8. Penatalaksanaan
Menurut penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang

dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G.

Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat

diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian

diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

b. Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk

membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut

nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan

adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah

tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan

gelombang kejut.

c. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang

kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun

demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah

diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan

lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam

ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan

antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal

2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal

3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter

4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih

9. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis

adalah:

a. Sumbatan: akibat pecahan batu

b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan

dan pengangkatan batu ginjal

d. Hidronefrosis

10. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,

diagnose medis, dan tanggal medis.

2) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat

ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011) keluhan utama yang lazim didapatkan

adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian

nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.

Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST


Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis

Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada

Incident beberapa kasus di dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-

tiba dari berdiri atau berbaring berubah ke posisi duduk atau

melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.

Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan

pain kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos system

kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan

batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut menyebabkan

tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari

terminal saraf yang memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi

akibat peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi hidronefrosis

atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri

mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh area

kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah.

Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala

gastrointestinal ini akibat dari reflex retrointestinal dan proksimitas

anatomi ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.

Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang

radiation, luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia. Pasien

relief merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Keluhan ini

disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar

secara anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih,

sedangkan pada pria mendekati testis.

Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan

(scale) of menilai seberapa jauh yang dirasakan.

pain 0= Tidak ada nyeri

1= Nyeri ringan

2= Nyeri sedang

3= Nyeri berat

4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 di

rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak,

perlahan-lahan atau seketika itu juga. Tanyakan apakah gejala-gejala

timbul secara terus menerus atau hilang timbul (intermiten). Tanyakan

apa yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. Lama

timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut pertama kali timbul

dan usahakan menghitung tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya,

tanyakan kepada pasien apa yang pertama kali dirasakan tidak biasa

atau tidak enak


b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :

a) Riwayat penyakit sekarang.

Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor

yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai

di bawa ke RS.

b) Riwayat penyakit dahulu.

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam

ginjal. Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu

saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK

kronis, riwayat penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium,

bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium

atau vitamin D.

c) Riwayat penyakit keluarga.

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat

keturunan dari orang tua.

c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis didapatkan

adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat

kesakitan, keringat dingin, dan lemah.


a. Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,

retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien

terlihat mual dan muntah.

b. Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa

kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

c. Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan

ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.

11. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase

batu ginjal dan atau insisi bedah (Susan M. T., 2007).

2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi

(Kartika S. W., 2013).

3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin, 2011).

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

5. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan

pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi (Mary Baradero,

2008).
12. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase

batu ginjal dan atau insisi bedah (Susan M. T., 2010:727).

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks.

Intervensi :

1) Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.

Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi

sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.

2) Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.

Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang

sempit.

3) Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik

renal.

Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.

4) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.

Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks

5) Ajarkan teknik relaksasi/distraksi

Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.

6) Berikan obat anti nyeri/analgesik

Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri


2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi

(Kartika S. W., 2013).

Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi

Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa

terbakar tidak ada, dorongan ingin berkemih

terus berkurang.

Intervensi :

1) Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.

Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda

komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan.

2) Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.

Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang

menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.

3) Dorong meningkatkan pemasukan cairan.

Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

4) Awasi pemeriksaan laboratorium.

Rasional : Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan

disfungsi ginjal.
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin,

2011:116).

Tujuan : Asupan klien terpenuhi.

Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi

yang adekuat, pernyataan kuat untuk

memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Intervensi :

1) Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat

badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat

mual/muntah dan diare.

Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk

menetapkan pilihan intervensi.

2) Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai

indikasi) atau dengan makan sedikit tapi sering.

Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki

nutrisi.

3) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan,

serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.

Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau

obat yang dapat merangsang pusat muntah.


4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet

yang tepat.

Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat

untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori

sehubungan dengan status hipermetabolik.

5) Kolaborasi untuk pemberian anti muntah

Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan

meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

Tujuan : Pengetahuan klien tentang penyakit baik.

Kriteria hasil : Klien akan membuka diri meminta Informasi.

Intervensi :

1) Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri,

panas,bengkak,adanya fungsiolesa.

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan sepsis.

2) Monitor Tanda Tanda Vital

Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga mengetahui

rentang Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah.

3) Gunakan tehnik steril saat perawatan luka

Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme yang

masuk.
4) Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan

luka

Rasional : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan keluarga

5) Kolaborasi medik pemberian antibiotik

Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2010. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asmadi. 2013. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto

Syaifuddin, 2010. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tarwoto. 2011. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info

Medika.

Anda mungkin juga menyukai