oleh
Oktaviani Dwi Lestari
NIM 2018152003
1. Kasus:
Batu Ginjal
2. Pengertian
Mary Baradero (2010) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang
mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya
batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal
atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran
perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada
bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses
perkemihan.
3. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-
50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
saluran kencing.
c. Suhu
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
d. Idiopatik
4. Manifestasi Klinik
Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu pada
a. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri kolik ditandai
dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan pinggang
c. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadi nya muntah. Dan gangguan perut.
d. Adanya darah di dalam urin. Dan adanya gangguan buang air kecil penderita juga
sering BAK. Atau malah terjadinya penyumbatan pada saluran kemih. Jika ini
terjadi maka resiko terjadinya infeksi saluran kemih menjadi lebih besar.
5. Anatomi Fisiologi
a. Ginjal
Menurut Mary Baradero (2010:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum
parietal (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga
terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan
ginjal ke bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran
setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3
cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif Muttaqin,
2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang
terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2010:237). Tarwoto
(2010:314) menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan
penyokong yang disebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang
berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal
terhadap adanya trauma.
Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu juta
nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan
puluh lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15%
terdiri atas nefron jukstamedular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai
dengan letak glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan
dalam konsentarsi dan difusi urine. Struktur urine yang berkaitan dengan proses
pembentukan urine adalah korpus, tubulus renal, tubulus
koligentes. Korpus ginjal terdiri dari glomerulus dan kapsula bowman yang
membentuk ultrafiltrat dari darah. Tubulus renal terdiri atas tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini
berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan komposisi
ultrafiltrat sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary Baradero,
2010:5). Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal
sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin, 2011:5).
b. Bagian – Bagian dalam Ginjal
Menurut Tarwoto (2010:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:
1) Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai
dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya
lebih dari 1 juta. Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran
darah menuju korteks.
2) Medula
Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut
pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3) Pelvis
Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian
bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor
bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor
bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter
bagian proksimal.
c. Fungsi Ginjal :
Menurut Syaifuddin (2010:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:
1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine
yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga
susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan
garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na,
K, Cl, dan fosfat).
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto
(2010:318) Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan
sekresi urin yang urin atau basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau
bikarbonat dalam urin.
4) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin
yang berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldosteron), membentuk eritropoiesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion
kalsium di usus.
d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal
Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah
per menit atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar
ini tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan,
tetapi agar ginjal dapat secara terus-menerus menyesuaikan komposisi
darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, memastikan
keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan pH serta
membuang produk-produk metabolisme urea.
Syaifuddin (2010:239) menjelaskan ginjal mendapat darah dari aorta
abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini
berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang
berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-
gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat
yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama dan
kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi
vena renalis mauk ke vena kava inferior.
e. Persyarafan Ginjal
Menurut Syaifuddin (2010:240) ginjal mendapatkan persarafan dari
fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah
darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat kelenjar
suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar buntu yang
menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon
kortison.
f. Proses Pembentukan Urin
Menurut Syaifuddin (2010:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine,
yaitu :
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari
permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang diteruskan
ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap
kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi
secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
vesika urinaria.
g) Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif
Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm.
berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto,
2010:323).
h) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra pada pria panjang
uretra ± 20 cm, sedangkan pada perempuan panjangnya ± 3-4 cm
(Syaifuddin, 2010:246). Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan
keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria.
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Arif Muttaqin,
2011:20). Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara
involunter memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria
saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air mani
(Tarwoto,2010:327).
6. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti
Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan
ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter,
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin
berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat
aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan
muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu
yaitu:
Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine
b. Teori matriks:
Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan
terjadinya kristalisasi.
a. Batu kalsium
Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus,
sebabkan oleh:
1) Hiperkalsiuria abortif:
b. Batu oksalat
Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:
3) Dehidrasi kronis
Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat
infeksi, terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI
kronik. Batu sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami
e. Batu Sistin
nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
3) Biakan urin
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
c. Radiologi
2) USG abdomen
8. Penatalaksanaan
Menurut penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang
dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G.
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah
lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam
antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
9. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batu nefrolitiasis
adalah:
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
d. Hidronefrosis
2) Keluhan utama
ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011) keluhan utama yang lazim didapatkan
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada
Incident beberapa kasus di dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan
pain kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos system
Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang
radiation, luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia. Pasien
relief merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Keluhan ini
disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 di
Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak,
apa yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. Lama
tanyakan kepada pasien apa yang pertama kali dirasakan tidak biasa
di bawa ke RS.
atau vitamin D.
c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis didapatkan
adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat
retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien
b. Palpasi
c. Perkusi
kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi
dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin, 2011).
2008).
12. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase
Intervensi :
sempit.
renal.
4) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.
kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi
terus berkurang.
Intervensi :
disfungsi ginjal.
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin,
2011:116).
Intervensi :
1) Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat
nutrisi.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau
yang tepat.
Intervensi :
panas,bengkak,adanya fungsiolesa.
masuk.
4) Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan
luka
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.