Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIV. MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT

VESICOLITHIASIS

Disusun oleh :

Muhammad Zubair

10542024910

Pembimbing :

dr. Anita A.J Asmal, M.Kes,Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN
(Muhammad Zubair, Anita A.J Asmal)

Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone, bladder stone.
Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang berbentuk kristal yang terbentuk atas
material mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu saluran kemih pada dasarnya
dapat terbentuk pada setiap bagian tetapi lebih banyak pada saluran penampung terakhir.
Pada orang dewasa batu saluran kencing banyak mengenai sistem bagian atas (ginjal,
pyelum) sedang pada anak-anak sering pada sistem bagian bawah (buli-buli). Di negara
berkembang batu buli-buli terbanyak ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen
yang terbanyak penyusun batu buli-buli adalah garam calsium. Pada awalnya merupakan
bentuk yang sebesar biji padi tetapi kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih
besar. Kadangkala juga merupakan batu yang mulitipel.1
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir
kuno.. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-
negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini karena adanya pengaruh
status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh
dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.
Batu saluran kemih merupakan penyakit yang sering di klinik urologi di Indonesia.
Angka kejadian batu saluran kemih di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 37.636 kasus baru, dengan jumlah
kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita,
dengan jumlah kematian 378 penderita.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), jumlah pasien rawat inap penderita Batu
Saluran Kemih di rumah sakit seluruh Indonesia yaitu 17.059 penderita, dengan Case Fatality
Rate (CFR) 0,97%. Menurut Depkes RI (2006), jumlah pasien rawat inap penderita BSK di
Rumah Sakit seluruh Indonesia yaitu 16.251 penderita. Data dari Rumah Sakit Tembakau
Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2006-2010 diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap
BSK 111 penderita dengan proporsi 11, 53 dari 963 kasus penyakit dibagian urologi, dengan
rincian 24 penderita (2,5%) tahun 2006, 21 (2,2%) penderita pada tahun 2007, 22 penderita
(2,3%) pada tahun 2008, 11 penderita (1,1) pada tahun 2009, dan 33 penderita (3,4%) pada
tahun 2010
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling
beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah merupakan otot sirkuler,
dan yang paling luar adalah longitudinal mukosa vesika terdiri dari sel-sel transisional yang
sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli. Secara anatomis buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2) permukaan inferoinferior
dan (3) permukaan posterior.2,3

Gambar 1. Sistem urinarius1

Gambar 2. Anatomi Buli-buli1


Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung urin, buli-buli mempunyai
kapasitas yang maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300-450
ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari koff adalah:

Kapasitas buli- buli = (umur(tahun)+ 2 )x 30

Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan pada saat penuh
berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau di perkusi. Buli-buli yang
terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf afferen dan menyebabkan aktivasi miksi di
medulla spinalis segmen sacral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor,
terbukanya leher buli-buli dan relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

2. Faktor Resiko
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).4,5,6
a. Faktor Intrinsik
 Herediter (keturunan)Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk
jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki
risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi
mungkin karena kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang
sama (misalnya, diet). Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas berhubungan
dengan bentuk yang jarang dari nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi masih
terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap risiko bentuk umum dari penyakit batu.
 UmurPenyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk
pria,insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun. Untuk
wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50, sisa
yang relatif konstan selama beberapa dekade berikutnya.
 Jenis KelaminJumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan
b. Faktor Ekstrinsik
 GeografiPada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai
penyakit batu saluran kemih.
 Iklim dan temperatur
 Asupan airKurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 DietDiet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
batu saluran kemih.
 PekerjaanSering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang
aktifitas atau sedentary life

3. Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran
kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :5,7
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu(nukleus).Partikel-
partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated) akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat
berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain:
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih. Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu
karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk
kalsium oksalat menurun.

Gambar 3. Batu Buli-buli1

4. Faktor Risiko Penyebab Batu


Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan 70% pada perempuan mengandung kalsium
terutama kasium oksalat. Predisposisi kejadian batu khususnya batu kalsium oksalat dapat
terjadi karena :
 Riwayat batu kandung kemih dan saluran kemih
 Usia dan jenis kelamin
 Kelainan morfologi
 Pernah mengalami infeksi saluran kemih
 Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
 Profesi sebagai pekerja keras
 Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
 Hiperkalsiuria
a. Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh kenaikan absorbsi kalsium dari lumen
usus
b. Hiperkalsiuria Puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari
tulang.
c. Hiperkalsiuria Ginjal yang diakibatkan kelainan reabsobsi kalsium di tubulus
ginjal
 HiperikosuriaMerupakan suatu peningkatan asam urat yang dapat memacu
pembentuka batu kalsium, minimal sebagian oleh Kristal asam urat dengan
membentuk nidus untuk prespitasi kalsium oksalat atau prespitasikalsium pospat.
Pada kebanyakan pasien dengan diet purin yag tinggi.
 Penurunan jumlah air kemihKeadaan ini apat disebabkan masuknya cairan sedikit.
Selanjutnya akan menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan
pengurangan aliran kemih.
 HiperoksaluriaMerupakan kenaikan ekskresi oksalat diatas normal(45 mg/hari atau
0,5 mmol/hari). Peningkatan ini dapat menyebabkan perubahan cukup besar dan
memacu prepitasi kalsium oksalat dengan derajat yang lebih besar dibandingkan
kenaikan ekskresi kalsium.4-6

5. Pemeriksaan Klinis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada anamnesis biasanya
dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri suprapubik, disuria, gross hematuri terminal,
perasaan ingin kencing, sering kencing di malam hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh.
Gejala lain yang umumnya terjadi dalam menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung
penis, scrotum, perineum, punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa
bersifat tumpul atau tajam, disamping sering menarik-narik penisnya pada anak laki-laki dan
menggosok-gosok vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat saat pasien sedang
beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu memasuki leher vesika.
Pasien anak dengan batu buli sering disertai dengan priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada inspeksi, ketika
dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun tanda yang dapat dilihat
adalah hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri, pyuria, bakteri yang positif pada
pemeriksaan kultur urin.6

6. Komposisi batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium
fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-fosfat (MAP) (15%), xanthyn, dan sistin,
silikat dan senyawa lain (1%).8
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini dijumpai lebih dari 80% batu saluran kemih, baik yang berikatan
dengan oksalat maupun fosfat.

b. Batu Struvit
Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman golongan pemecah urea atau
urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah pH urine menjadi
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperi pada reaksi : Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP).
CO(NH2)2 + H2O → 2NH3 + CO2
c. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75 80%
batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran kalsium
oksalat.Penyakit ini banyak diderita oleh pasien dengan penyakit gout, penyakit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak
menggunakan obat urikosurik, seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Obesitas,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk
mendapatkan penyakit ini. Asam urat relatif tidak larut dalam urine, sehingga pada
keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya
membentuk batu asam urat.
Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah :
1. urine yang terlalu asam (pH urine < 6),
2. volume urine yang jumlahnya sedikit (< 2 liter/hari) atau dehidrasi,
3. hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi.
Batu asam urat bentuknya halus dan bulat, sehingga seringkali keluar spontan.
Bersifat radiolusen, sehingga pada pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan filling
defect pada saluran kemih sehingga harus dibedakan dengan bekuan darah.
d. Batu jenis lain
Batu sistin (Gambar 4), batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin, yaitu kelainan
absorpsi sistin di mukosa usus. Batu xantin terbentuk karena penyakit bawaan berupa
defisiensi enzim xanthin oksidase.

Gambar 4. Komposisi Batu10


7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat
menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu
buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat,
leukosit esterase dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri hebat, oleh
sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum sehingga urin akan
pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin asam. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria(leukosit), dan adanya
kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga berguna untuk memberikan
antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.1

b. Pemeriksaan Imaging
 Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat memvisualisasikan
saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini
mempunyai kelemahan karena hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque. Batu
asam urat dan ammonium urat merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu tersebut
terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa calsium sehingga gambaran akhirnya
radioopaque. Pelapisan adalah hal yang sering, biasanya lapisan tersebut berupa sisa
metabolik, infeksi dan disebabkan hematuri sebelumnya.

Gambar 5. BOF9
 Cystogram/ intravenous pyelografi
Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto KUB tidak dapat menunjukkan
adanya batu, maka langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan IVP. Adanya batu
akan ditunjukkan dengan adanya filling defek.6

Gambar 6. X-Ray posisi AP dengan pewarnaan IVP tampak gambaran radiopak pada
vesica urinaria dengan bentuk bulat padat9

 Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk melihat
batu yang radiopaque atau radiolucent.
Gambar 7. USG abdomen tampak dinding vesika urinaria menebal, terdapat massa calculus
pada vesica urinaria9

 CT scan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri perut,
massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli yang tidak dapat
ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang keruh.
Gambar 8. Ct-Scan axial Tampak kalsifikasi padat bulat dalam kandung kemih, sesuai
dengan batu kandung kemih9.

Gambar 9. Ct-Scan Axial Non Contrast tampak kalsifikasi padat dengan bentuk bintang
“jack stone” dalam vesica urinaria9
Gambar 10. CT-Scan Coronal Non-Contrast tampak batu jack stone pada vesica urinaria9

Gambar 11. CT-Scan Sagittal Non-Contrast


Tampak jackstone Calculus yang berbentuk seperti bintang dalam kandung kemih9
 MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang semestinya tidak
ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini diassosiasikan sebagai batu.

 Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat endoskopi melalui
uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam blader.

Gambar 12. Sistoskopi1

8. Pengobatan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik. Dengan
produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya
bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti
Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar
ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran
kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan
batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan
pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan
larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60mEQ dalam 3-4 dosis perhari
pemberian digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan
sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga
membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan produksi kadar asam urat
air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik.
Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan.4-7

b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan
kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu kandung
kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau dengan
memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang
kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan
batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh
dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar
bersama kemih.6

c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut atau
bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu indikasi.
Misalnya apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan
batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu
kejut atau sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxytehnik ini dilakukan setelah adanya batu ditunjukkan
dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat nya menjadi fragmen
yang akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan
dapat berupa energi mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan
elektrohidraulik dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxytehnik ini selain digunakan untuk dewasa
juga digunakan untuk anak-anak, tehnik percutaneus menggunakan endoskopi untuk
membuat fragmen batu lebih cepat hancur lalu dievakuasi. Sering tehnik ini
digunakan bersama tehnik yang pertama denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah
irigasi yang ditimbulkan oleh debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomytehnik ini digunakan untuk memindah batu dengan ukuran
besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan diverculotomy.
Pengambilkan prostate secara terbuka diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr.
Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam
jumlah banyak, memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya
untuk memindah batu yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan
tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit,
lebih lama menggunakan kateter.

Gambar 13. Suprapubic Cystostomy1


9. Pencegahan
 Diuresis yang adekuat
Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum banyak sehingga
urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada pasien dengan batu asam urat
dapat digunakan alkalinisasi urin sehingga pH dipertahankan dalam kisaran 6,5-7,
mencegah terjadinya hiperkalsemia yang akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien
dianjurkan untuk mengecek pH urin dengan kertas nitrasin setiap pagi.
 Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
 Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit5
DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: EGC. 2005

2. Schwartz, Principles of Surgery, Mc Graw Hill, 1999

3. Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, et al.

Surgery Basic Science and Clinical Evidence 2nd edition. Springer: 2008. p. 2185-6.

4. Sabiston, David C, dr. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. 1995

5. Staf pengajar ilmu bedah UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Bina Rupa

Aksara.2010.

6. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA : Informa

healthcare, 2009. 1-6

7. Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Ed-2. Jakarta : CV.Sagung Seto, 2009. 57-

68

8. Shires, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta : EGC, 2000. 588-

589.

9. Vesicolithiasis dibuka melalui URL: https://radiopaedia.org/articles/bladder-

calculus-1 (16 Maret 2018),2018

10. Kidney’s Stone dibuka melalui URL: https://wereblog.com (16 Maret 2018),2018

Anda mungkin juga menyukai