RESUME
Seni selalu berada dalam konteks pencapaiannya sendiri, sementara sains terus
berputar-putar pada keadaan tak pernah ada penyelesaian tuntasnya. Pada waktu
masyarakat Yunani mengklasifikasikan bahwa tidak ada bidang seperti seni sebagai
alat yang berhubungan dengan pendidikan yang lebih bebas dan ekspresif daripada
tradisi Plato dan pernyataannnya sebagai seorang filosofi, ketika itu di sana tidak ada
lagi kekurangan, orang yang menentang kepada seni. Hal tersebut sangat berguna bagi
moral, dan perbaikan masyarakat. Argumen Plato dengan kebiasaan dustanya dari
paham ilusi dan pengkhianatannya dari ide-ide yang sejak lama menjadi tidak relevan;
Thesisnya tentang kenikmatan, gambaran artistic dan kecocokan untuk pikiran yang
Pertahanan Byzantine dengan teorinya diambil dari doktrin Plato, ide dan
dari kespriritualan yang bersifat keTuhanan, permusuhan dari semua aliran dari Zaman
2
Pertengahan dan dari banyak reformis, prinsip Plato adalah rasional dan idealistik,
dan realistik bertentangan lagi dengan gereja Roman. Latar belakang ideologi
perjuangan menjadi dan malah menjadi bersih di rangkaian perkembangan sejarah dan
hal ini tidak diragukan dalam rangka pencerahan, ketika peraturan dari platonism,
dengan seni sebagai musuhnya telah diambil alih oleh Rousseau dengan
permusuhannya dengan kebudayaan. Sejak itu, ada kecenderungan seni dipakai untuk
Estetis barat lebih berkembang dan terjadi pergulatan untuk dominasi kehidupan oleh
seni yang berkembang. Dengan segala perlawanan, keberatan, dan keraguan seni
berkembang dengan kreasi individu. Hal ini terlihat ketika berbicara tentang dugaan
yang kurang antara estetik dan efek praktikal, orang orang sedikit berpikir tentang
fakta bisa lebih cerah dari artistik, pikiran yang berarti ada seni yang digunakan seperti
kebalikan, dengan nama dan kemungkinan intensifikasi nilai estetis bisa berkurang
atau mencegah moral mereka. Ini adalah periode kebingunan estetik. Sebuah ide yang
akan datang yaitu seni dari sang master yang telah membangun dirinya dan
pengetahuan itu efek dari perkembangan seni dengan artistik yang bermanfaat. Pada
pertengahan abad, tidak ada moral yang dianggap sebagai kualitas estetik. Misal,
pikiran mereka harus lebih sensitif dan terlihat lebih berbeda diantara nilai-nilai
lainnya. Ilmu keagamaan yang menolak di setiap kondisi dan duniawi sebaik mungkin.
3
Seperti peraturan spiritual yang mana dimaksudkan untuk digunakan dalam arti
terhadap seni yang tidak memerlukan tanda dari ketidakmauan untuk daya tariknya,
jadi majikan artistik dan pelindung seni tidaklah selalu orang yang ahli dalam seni.
Berlawanan dengan iconoclasm, yang menolak seni dari awal, itu bukanlah di dalam
pikiran sosiologi, para astetikus, siapa yang menilai kehidupan berdasarkan ukuran
dari seni dan meninggalkan kehidupan demi untuk kesenian. Memang, mereka
mengingkari dan menumbangkan hubungan langsung apa saja antar seni dan
Dari pembagian nilai nilai, tidak ada dari mereka yang percaya bahwa didalam
Karena keduanya estetis dan iconoclasm dipisahkan dari dua lainnya, tidak ada yang
demikian yang bisa diambil tempatnya. Seni menyatakan dirinya seperti keefektifan
apologetic atau kritikan hanya ketika ditujukan kepada fakta. Tapi bukan ketika hal ini
ditemukan dirinya berhadapan dikekosongan sosial oleh manusia, seperti estetik dan
iconoclast yang diimpikan. Seni itu tidak ada yang menyehatkan atau berbahaya, tapi
dengan tanda yang sama, tidak ada kekhususan dalam style atau kualitas yang unik
yang mana itu dapat membuktikan berbahayanya atau bergunanya bagi satu sama lain.
Dari beberapa kondisi itu bagaimanapun, seni tidak hanya menggambarkan realitas
4
sosial., tetapi juga celaan masyarakat. Hal ini dibentuk untuk diagnosa dan obat obatan
Bagian dari seni yang dimainkan dalam ormas kemasyarakatan tidak selalu penting
dan membimbing. Master Yunani dan kastil berhantu bukanlah leonardo dan
micheleangelo, rubens dan rembrandt. Tidak juga kebanyakan manipulator dari virus
estetik sejak umum, seprti lebrun atau vandyke, yang merubah karakteristik dari
kebanyakan masyarakat fundamental dan nyata, tetapi kritik sosial seperti breughel,
callot, hoghart, goya, millet, dan daumier. Di tempat mereka, sebuah pertanyaan
tentang kritik sosial di dalam sistem sosial seperti keseluruhan atau di kelas individual,
keterangan institusi dan konvensi, penyalahgunaan, dan bahan cusation yang dibuat
dan diberikan dari percobaan untuk merusak kemasyarakatan dengan bersih dan lebih
sukses daripada yang pertama dan terkemuka, yang mana tepatnya diterima apa yang
ada didalam kemasyarakatan atau dukungan apa yang sedang diproses untuk
mana telah siap untuk diberikan kepada masyarakat. Pekerjaan ini adalah hasil dan
bukanlha penghasil dari keadaan. Hanya di dalam jangka panjang, seperti reaksinya
sejak masyarakat dengan pergerakannya telah diterima darinya dan dipersiapkan. Oleh
adanya pembantahan dan konflik. Seperti halnya, di setiap kritik sosial, mengingatkan
dirinya akan masyarakat yang kritis.. Matthew Arnold rupanya tidak berpikir dari
beberapa macam kritik sosial. Dalam pengertian ini ketika dia memanggil kesustraan
”criticism of life”. Dia khawatir dengan penggantian dari beberapa sistem sosial
5
dengan sistem lainnya, tidak dengan pemeriksaaan dari kekurangan yang bisa dilepas
dari semuanya. Dia cukup percaya bahwa kesustraan dari awal dan tanpa pengertian
untuk mencari idealnya, adanya khayalan dan adanya keadaan untuk tidak bisa
mengubah kebohongan dirinya sendiri, berdasarkan sama sama berperan pasif dalam
sebuah proses. Kesustraan telah sedikit dirubah di intisarinya oleh kehidupan seperti
kritikan, kesustran adalah organ dari kesenian. Menurut Oscar Wildes, bahwa seni
tidak menyama-nyamai kehidupan tapi rupanya sifat buruk ini berpindah ke level yang
ditubuhnya, merasa bahwa kehidupan di kota, telah memiliki daya tarik seperti
kemajuan teknologi. Mereka merasa daya tarik yang mereka temukan juga didalam
penyusutan dunia, hanya setelah pelukis dan penyair telah menemukan fakta untuk
(keterlibatan) konflik moral, kepedulian sosial, dan krisis tepatnya kepada penulis
Sementara itu, seni itu normatif dan patut dicontoh bagi masyarakat tidak hanya ketika
mengesahkan ideal dan norma humanistik. Tetapi juga saat itu membuat kebiasaaan
baru, moral, dan penerimaan perasaan, dan penghormatan. Bentuk kehidupan ini tidak
6
lagi berasal dari artistik kreatifitas secara spontan daripada melakukan ideologi yang
dikondisikan oleh kelas tetapi mereka memberikan arti dengan rasa simpati mereka.
Model pengajaran dan kecenderungan rasa, jalan perasaan, dan nilai nilai standard
kelakuan, dan konsep kehormatan dari tragedi klasik rationalism dari pencerahan, dan