Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH GEODESI FISIS

Disusun oleh :
Arco Triady Ujung
21110115130057

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp.(024) 76480785,
76480788 e-mail : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id
2018
I. PERSAMAAN LAPLACE UNTUK SISTEM KORDINAT BOLA

Persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang memuat sebuah fungsi dari dua atau
lebih peubah yang tidak diketahui dan turunan-turunan parsialnya terhadap peubah tersebut. Suatu
masalah nilai batas melibatkan suatu persamaan diferensial parsial dan semua penyelesaiaan yang
memenuhi syarat dinamakan syarat batas. Sebuah solusi persamaan diferensial parsial adalah
sebuah fungsi yang memenuhi persamaan tersebut dalam bentuk suatu kesamaan (secara identik).
Persamaan Laplace merupakan persamaan differensial parsial yang berbentuk
∇2 U = 0
Untuk kasus 3 dimensi, hanya merupakan pengembangan dari 2 dimensi. Bentuk umum dari
persamaan Laplace 3 dimensi adalah
d2 U d2 U d2 U
+ + =0
dx 2 dy 2 dz 2
Penyelesaian persamaan Laplace (ataupun bentuk persamaan differensial parsial
lainnya) untuk persoalan yang mempunyai simetri silinder ataupun bola perlu memperhatikan
bentuk operator differensial dalam sistem koordinat silinder ataupun bola.
Untuk menyelesaikan persamaan Laplace dalam sistem koordinat bola, dilakukan pemisahan
variabel dengan menganggap solusinya berbentuk
u = R(r)Θ(θ)Φ(ϕ)
kemudian substitusikan ke persamaan Laplace untuk sistem koordinat bola sehingga diperoleh
1 d 2 dR 1 d dΘ 1 d2 Φ
ΘΦ (r ) + RΦ (sinθ ) + RΘ =0
r 2 dr dr r 2 sinθ dθ dθ r 2 sinθ dϕ2
kemudian kalikan persamaan tersebut dengan r2sin2q/RQF sehingga menjadi
sin2 θ d 2 dR 1 d dΘ 1 d2 Φ
(r )+ (sinθ ) + =0
R dr dr Θ dθ dθ Φ dϕ2
Terlihat bahwa suku ketiga hanya merupakan fungsi dari f saja, sehingga dapat dinyatakan
1 d2 Φ
= −m2
Φ dϕ2
Yang memberikan bentuk fungsi F yaitu
sin mϕ
Φ={
cos mϕ
Dengan demikian persamaan differensial tersebut dituliskan kembali dalam bentuk
sin2 θ d 2 dR 1 d dΘ
(r )+ (sinθ ) −m2 = 0
R dr dr Θ dθ dθ
1 d 2 dR 1 d dΘ −m2
(r )+ (sinθ ) =0
R dr dr Θsin2 θ dθ dθ sin2 θ
Sekarang terlihat bahwa suku pertama hanya merupakan fungsi dari r saja, sehingga dapat
dianggap sebagai suatu konstanta:
1 d 2 dR
(r )=k
R dr dr
Selanjutnya
1 d dΘ −m2
k+ (sinθ ) =0
Θsin2 θ dθ dθ sin2 θ
1 d dΘ −m2
(sinθ ) + kΘ = 0
Θsin2 θ dθ dθ sin2 θ
Bentuk tersebut merupakan bentuk persamaan differensial yang solusinya adalah fungsi Legendre
terasosiasi jika k = l(l+1).
Dengan menggunakan k = l(l+1), maka bentuk fungsi Q adalah fungsi Legendre terasosiasi:
Θ = pm
t (cosθ)

Sedangkan bentuk solusi fungsi R adalah


rt
Φ = { −t−1
r
Dengan demikian bentuk solusi persamaan Laplace dalam system koordinat bola adalah
r t pm (cosθ) { sin mϕ
u(r, θ, ϕ) = { −t−1 t cos mϕ
r
Bentuk solusi yang sesuai tergantung dari syarat batas persoalan fisis yang ditinjau.
Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat bola:
x = rsinθcosϕ
y = rsinθsinϕ
z = rcosθ
Vector kedudukan adalah 𝐬̅ = x𝐢 + y𝐣 + z𝐤
𝐬̅ = rsinθcosϕ𝐢 + rsinθsinϕ𝐣 + rcosθ𝐤
∂s ∂s ∂s
ds = dr + dθ + dϕ
∂r ∂θ ∂ϕ
ds = (sinθcosϕ𝐢 + sinθsinϕ𝐣 + cosθ𝐤)dr + (rcosθcosϕ𝐢 + rcosθsinϕ𝐣 − rsinθ𝐤)dθ
+ (−rsinθsinϕ𝐢 + sinθcosϕ𝐣)dϕ
ds = (sinθcosϕdr + rcosθcosϕdθ − rsinθsinϕdϕ)
+ (sinθsinϕ + rcosθsinϕdθ + sinθcosϕdϕ)𝐣 + (cosθdr − rsinθdθ)𝐤
Jadi, kuadrat elemen panjang busur adalah:
ds 2 = ds. ds
ds 2 = sin2 θcos2 ϕdr 2 + rsinθcosθcos2 ϕdθdr − rsin2 θsinϕcosϕdrdϕ +
rsinθcosθcos2 ϕdθdr + r 2 cos2 θcos2 ϕdθ2 −
r 2 sin2 θcosθsinϕcosϕdθdϕ+r 2 sin2 θsin2 ϕdϕ2 + sin2 θsin2 ϕdr 2 + rsinθcosθsin2 ϕdrdθ +
rsin2 θsinϕcosϕdrdϕ + rsinθcosθsin2 ϕdrdθ +
r 2 cos2 θsin2 ϕdθ2+r 2 sin2 θcosθsinϕcosϕdθdϕ + r 2 sin2 θcos 2 ϕdϕ2 + cos2 θdr 2 −
rsinθcosθdθdr+r 2 sin2 θdθ2

ds 2 = sin2 θ(cos2 ϕ + sin2 ϕ)dr 2 + rsinθcosθ(cos 2 ϕ + sin2 ϕ)dθdr


+ rsinθcosθ(cos 2 ϕ + sin2 ϕ)drdθ + r 2 cos2 θ(cos2 ϕ + sin2 ϕ)dθ2
+ r 2 sin2 θ(cos2 ϕ + sin2 ϕ)dϕ2 + cos2 θdr 2 − rsinθcosθdθdr + r 2 sin2 θdθ2
ds 2 = sin2 θdr 2 + rsinθcosθdθdr+ rsinθcosθdrdθ + r 2 cos 2 θdθ2 + r 2 sin2 θdϕ2 +
cos2 θdr 2 + rsinθcosθdθdr + r 2 sin2 θdθ2 + r 2 sin2 θdϕ2 + cos2 θdr 2 − 2rsinθcosθdθdr +
r 2 sin2 θdθ2
ds 2 = (sin2 θ + cos2 θ)dr 2 + 2rsinθcosθdθdr − 2rsinθcosθdθdr + r 2 (sin2 θ+cos 2 θ)dθ2
+ r 2 sin2 θdϕ2
ds 2 = dr 2 + r 2 dθ2 + r 2 sin2 θdϕ2
ds 2 = h1 2 dr 2 + h2 2 dθ2 + h3 2 dϕ2
Maka:
h1 = 1
h2 = r
h3 = rsinθ
Misalkan V adalah fungsi skalar,
1 ∂V 1 ∂V 1 ∂V
Grad V = ∇V = + +
h1 ∂r h2 ∂θ h3 ∂ϕ
∂V 1 ∂V 1 ∂V
∇V = + +
∂r r ∂θ rsinθ ∂ϕ
Maka operator grad dalam koordinat bola adalah:
∂ 1 ∂ 1 ∂
∇= + +
∂r r ∂θ rsinθ ∂ϕ
Operator Laplacian ∇2 dalam koordinat bola adalah:
1 ∂ ∂ 1 ∂ ∂ 1 ∂2
∇2 =r2 ∂r (r 2 ∂r) + r2 sinθ ∂θ (sinθ ∂θ) + r2 sin2 θ ∂ϕ2 . . . . . . (1)

Lakukan sevarasi variable


U (r,𝜃, 𝜑) = R(r) Θ(𝜃) Φ(𝜑) . . . . . . (2)
Persamaan di atas disubtitusi ke persamaan Laplace, kemudian dikali dengan :
𝜃2
. . . . . . (3)
R(r) Θ(𝜃) Φ(𝜑)

dan diperoleh :
1 d dR 1 1 ∂ ∂Θ 1 1 ∂2 Φ(𝜑)
R(r) dr
(r 2 dr ) + Θ(𝜃) sinθ ∂θ
[sinθ ∂θ
] + 2 2
r sin θ Φ(𝜑) ∂𝜃
=0 . . . . . . (4)
Pada suku ketiga persamaan 4 di atas, Φ(𝜑) harus berulang (periodic) pada periode 𝜑 (0 → 2π)
dan negative, maka :
1 ∂2 Φ(𝜑)
Φ(𝜑) ∂𝜃
= −m2 dengan m bulat positif

maka solusinya adalah :


Φ(𝜑) = 𝐴 cos 𝑚𝜑 + B sin 𝑚𝜑 . . . . . . (5)
Selanjutnya suku pertama persamaan 4 ditulis dalam bentuk :
1 d 2 dR
(r ) = k2
R(r) dr dr
Maka,
1 1 ∂ ∂H m
𝑘2 + [sinθ ]− 2 =0
Θ(𝜃) sinθ ∂θ ∂θ sin θ
1 ∂ ∂Θ m
sinθ ∂θ
[sinθ ∂θ ] − (k 2 − sin2 θ) Θ = 0 . . . . . . (6)

Untuk menyelesaikan persamaan 6 ini, maka perlu dilakukan pemisalan seperti berikut :
v = cos θ => v2 = cos2 θ
dv = -sin θ d θ => sin2 θ = 1 – v2
dv
dθ = -sin θ

sehingga persamaan 6 berubah menjadi :

1 ∂ ∂Θ 2
m2
[sinθ ] + (k − 2 ) Θ = 0
sinθ − dv −
dv sin θ
sinθ sinθ
∂ 2
∂Θ 2
m2
− [−sin θ ] + (k − 2 ) Θ = 0
∂v ∂v sin θ
Perhatikan tanda (-) kemudian susun persamaan di atas, sehingga diperoleh :
∂ ∂Θ m2
[(1 − v 2 ) ] + (k 2 − )Θ = 0
∂v ∂v 1 − v2
∂ ∂Θ 2
∂Θ 2
m2
[ −v ] + (k − )Θ = 0
∂v ∂v ∂v 1 − v2
∂2 Θ ∂Θ 2
∂2 Θ 2
m2
− 2v − 2v + (k − )Θ = 0
∂v 2 ∂v ∂v 1 − v2
Perhatikan tiga suku pertama, ini dapat digabung sehingga menjadi :
∂2 Θ ∂Θ ∂2 Θ m2
(1 − v 2 ) − 2v − 2v 2 + (k 2 − )Θ =0 . . . . . . (7)
∂v2 ∂v ∂v 1−v2

Persamaan 7 dapat menjadi jawaban dari Θ(v) terbatas dalam bentuk polynomial, karena kembali
ke bentuk persamaan diferensial Legendre :
∂2 y ∂y m2
[1 − 𝑥 2 ] − 2x + (l(l + 1) − )y = 0
∂x 2 ∂x (1 − x 2 )
Adalah persamaan diferensial Legendre terasosiasi yang jawabnya adalah :
𝑝1𝑚 (𝑥) = 𝑝1𝑚 (𝑐𝑜𝑠θ)
Ini hanya akan mempunyai jawab terbatas (tidak terhingga) jika :
k2 = l(l + 1)
dimana l = bulat positif dan m ≤ l.
sehingga jawaban persamaan 7 di atas adalah :
Θ = 𝑝1𝑚 (𝑐𝑜𝑠θ)
dengan
∂m
𝑝1𝑚 (𝑣) = [1 − 𝑣 2 ] p (v)
∂v m l
yang dapat diselesaikan dengan menerapkan Rumusan Redriques, sehingga :
1 ∂l
𝑝1 (𝑣) = pl (v) (v2 – 1)l dan k2 = l (l + 1)
2𝑚 𝑙! ∂vl

Yang mengakibatkan persamaan 7 menjadi


1 d 2 dR(r)
(r ) = l (l + 1)
R(r) dr dr
dan solusinya adalah
1
R(r) = C1r1 + D1𝑟𝑙+1 . . . . . (8)

Dimana Clrl + Dl real dan m = 0, 1, 2, 3, . . . .


l = 0, 1, 2, 3, . . . . dengan m ≤ l
sehingga persamaan 2 menjadi :
1
U (r,𝜃, 𝜑) = ∑𝑚 𝑙 1
𝑙=0 ∑𝑚=0 (𝑐1 𝑟 + 𝐷1 ) 𝑃𝑙𝑚 (𝑐𝑜𝑠𝜃)[𝐴𝑚 cos 𝑚𝜑 + 𝐵𝑚 𝑠𝑖𝑛𝑚𝜑] . . . . . (9)
𝑟 𝑙+1

Untuk menyelesaikan solusi yang diberikan persamaan 9, syarat batas U (r,𝜃, 𝜑) yang diberikan
tak bergantung pada perubahan 𝜑, karena jika (r,𝜃) tetap, maka untuk 𝜑 = 0 => 2π
U (r,𝜃𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 , 𝜑) = tetap
Karena U tetap, sedangkan komponen yang mengandung 𝜑 adalah :
[𝐴𝑚 cos 𝑚𝜑 + 𝐵𝑚 𝑠𝑖𝑛𝑚𝜑] → 𝑚 = 0
[𝐴𝑚 cos 𝑚𝜑 + 𝐵𝑚 𝑠𝑖𝑛𝑚𝜑] = 𝑙 l = tetapan
Perhatikan r
Di dalam bola r = 0 → R, tidak boleh ∞
1
𝑐1 𝑟1 + 𝐷1 | ≠∞
𝑟 𝑙+1 𝑟=0

Sehingga D1= 0
Dengan demikian :
0 ;0≤𝜃≤𝜋/2
0≤𝑥≤1
U (r,𝜃, 𝜑) = U (r,𝜃) = ∑∞
𝑙=0 𝐶1 𝑃1 (𝑐𝑜𝑠𝜃) = {100 ; 𝜋/2≤𝜃≤𝜋
−1≤𝑥≤0

Maka penyelesaian selanjutnya diselesaikan dengan ortogonalitas Legendre, seperti berikut :


𝑙
0 ;𝑛 = 𝑙
∫ 𝑃1 (𝑥)𝑃𝑛 (𝑥)𝑑𝑥 = { 2
;𝑛 ≠ 𝑙
0 2𝑙 + 1
1 2 2
C1∫0 [𝑃1 (𝑥)] 𝑑𝑥 = 2𝑙+1
2 1
C1[2𝑙+1] = ∫−1 𝑓(𝜃)𝑃1 (𝑐𝑜𝑠𝜃)𝑑(𝑐𝑜𝑠𝜃)
2𝑙+1 1
C1= 2
∫−1 𝑓(𝜃)𝑃1 (𝑐𝑜𝑠𝜃)𝑑(𝑐𝑜𝑠𝜃)
Untuk x = cos 𝜃
1 𝑑𝑙
P1(x) = 𝑟𝑙 𝑙! 𝑑𝑥 𝑙 (𝑥 2 − 1)𝑙
1 𝑑𝑙
P1(𝑜𝑠𝜃) = (𝑜𝑠 2 𝜃 − 1)𝑙
𝑟 𝑙 𝑙! 𝑑𝑥 𝑙
1 𝑑
P1(𝑜𝑠𝜃) = 2 𝑑𝑥 (𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 − 1)𝑙

Jadi :
1 3 7
U(r, 𝜃) = 100 [2 𝑃0 (𝑐𝑜𝑠𝜃) + 4 𝑟𝑃𝑙 (𝑐𝑜𝑠𝜃) − 16 𝑟 2 𝑃2 (𝑐𝑜𝑠𝜃) + ⋯ . . ] . . . . . (10)

Dengan C0 = 100 (1/2) ; Cl = 100(3/4); dan C2 = 100 (-7/16)

II. FUNGSI LEGENDRE

Jika merupakan bilangan prima. Untuk sebarang bilangan bulat positif didefinisikan
sebagai pangkat dari dalam faktorisasi prima dari . Sebagai contoh kita ambil dan
. Karena maka nilai .
Fungsi aritmatika dari disebut Fungsi Legendre yang berkaitan dengan bilangan prima .
Kita memiliki teorema berikut, ( bukti sengaja tidak ditulis sebagai latihan bagi pembaca.
Pembuktiannya bisa menggunakan teori bilangan atau kombinatorik ).
Teorema. Untuk sebarang bilangan prima dan sebarang bilangan bulat positif berlaku,.

Contoh Soal :

1. Jika dan bilangan bulat positif sehingga dan . Hitung nilai .


Solusi:
Perhatikan bahwa . Dengan menggunakan Fungsi Legendre didapat,
dan

Jadi,
2. Berapa banyaknya angka tak terputus di bagian belakang
Solusi :
Angka di bagian belakang didapat dari perkalian . Dengan Fungsi Legendre,
mudah dilihat bahwa . Jadi, banyaknya angka di bagian belakang
adalah

Defenisi Fungsi Legendre


Fungsi legendre timbul sebagai penyelesaian dari persamaan diferensial
(1-x2)y”-2xy’+n(n+1)y=0....(1)
Yang disebut persamaan diferensial Legendre. Penyelesaian umum dari persamaan (1) untuk
n=0,1,2,3,....diberikan oleh
y=CnPn (x)+C2Qn (x)
Dengan Pn(x) sebagai polynomial yang disebut polynomial
legendre dan Qn(x) disebut fungsi legendre jenis kedua.

persamaan diferensial Legendre terasosiasi:

sin 
d 
 sin 
d 
d 
 
  l (l  1) sin   ml   0
d 
2 2

Untuk ml = 0, menjadi persamaan diferensial Legendre

sin 
d 
 sin 
d 
d 
 
  l (l  1) sin    0
d 
2

Fungsi Legendre terasosiasi

Dengan syarat

Anda mungkin juga menyukai