Anda di halaman 1dari 22

Makalah Desa Siaga

Disusun Oleh :

1. Umi soliah

2. Yeni widiastuti

3. Zaeni isnan

4. Yanuar adi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,


karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui
penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada
untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan
hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi,
obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat
(pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain). Kesehatan adalah tanggung jawab
bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun
peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit
yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat
untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu
upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidupsehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan
visi pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat”. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi
percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh
penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut
dengan DesaSiaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada
intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Untuk dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu
mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, bak sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat. Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan
oleh Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah
menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan
komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan
masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang
ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki
kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta
koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat
dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu
anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh


Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah
menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan
komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan
masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang
ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki
kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta
koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat
dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu
anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Apa definisi Desa Siaga?
Bagaimana Konsep Desa Siaga?
Apa saja Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan
Terkait?
Bagaimana Sistem Desa Siaga?
Dasar Hukum Kebijakan apa yang mengatur tentang Desa Siaga?
Apa saja Program Desa Siaga?

1.3Tujuan

Untuk mengetahui definisi Desa Siaga


Untuk mengetahui Konsep Desa Siaga
Untuk mengetahui Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku
Kepentingan Terkait
Untuk mengetahui bagaimana Sistem Desa Siaga
Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan yang mengatur Desa
Siaga
Untuk mengetahui Program Desa Siaga
Untuk mengetahui Kegiatan Desa Siaga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Desa Siaga


Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-rnasalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
Kejadian Luar Biasa ( KLB) , kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat secara
gotong royong.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Tujuan Desa Siaga


Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya
untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiap
siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mengubah
desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).

C. Sasaran Pengembangan dan Kriteria Desa Siaga


Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap per-masalahan kesehatan di wilayah
desanya.
Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu
dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama; tokoh perempuan dan
pemuda; kader; serta petugas kesehatan
Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat,
para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan Iainnya.
Adapun kriteria dari sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah
memiliki sekurang - kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

D. Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga


1. Identifikasi Masalah Kesehatan
Langkah awal yang dilakukan dalam penggerakan pemberdayaanmasyarakat
untuk membentuk dan mengembangkan Desa/Kelurahan Siagaadalah identifikasi
masalah kesehatan dengan menitik beratkan pada masalahpenyakit, lingkungan dan
perilaku. Identifikasi masalah kesehatan dapatdilakukan melalui pengumpulan data
sekunder di Puskesmas dan kantorDesa/Kelurahan setempat atau melalui pengumpulan
data dengan metodeobservasi partisipatif, diskusi kelompok terarah dan
survei/kunjungan rumahdengan menggunakan kuesioner.
Informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatanadalah
sebagai berikut :
a. Penyakit/nama penyakit
b. Penyebab penyakit menurut Puskesmas
c. Penyebab penyakit menurut masyarakat
d. Perilaku masyarakat yang dapat mengakibatkan sakit
e. Perilaku masyarakat yang bisa mencegah timbulanya penyakit
f. Lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
g. Lingkungan yang bisa mencegah timbulnya penyakit
h. Cara mencegah agar orang tetap sehat dan tidak sakit
i. Cara mencegah agar penyakit tidak menular
j. Apa yang bisa dilakukan oleh tiap keluarga agar terhindar dari penyakit
k. Apa yang bisa dilakukan oleh pemuka masyarakat agar wilayahnya terhindar dari
penyakit.
2. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
Pertemuan tingkat Desa/Kelurahan merupakan langkah awal dari
kegiatan pembinaan di tingkat Desa/Kelurahan.
a. Tujuan PTD :
1) Dikenalnya konsep desa siaga sebagai salah satu upaya penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2) Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam
pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
3) Dikenalnya masalah penyakit, lingkungan dan perilaku yangmenyebabkan masalah
kesehatan
4) Diperolehnya kesepakatan untuk meningkatkan derajat kesehatanmasyarakat
melalui pengembangkan Desa/Kelurahan menjadi DesaSiaga.
b. Tempat pertemuan
Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau
tempat lain yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.
c. Peserta pertemuan
a) Peserta tingkat kecamatan
a) Camat
b) TP-PKK kecamatan
c) Kepala Puskesmas
d) Staf Puskesmas
e) Diknas
f) Departemen Agama
g) Peserta tingkat desa
h) Kepala Desa
i) TP-PKK Desa
j) Sekdes
k) BPD
l) Tokoh Agama
m) Tokoh masyarakat/Guru
d. Waktu
e. Waktu pertemuan hendaknya disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi desa yang
bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat hadir serta cukup
memberikan ksesempatan untuk tercapainya tujuan pertemuan tingkat desa.
f. Pelaksanaan
1) Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta pertemuan
tingkat desa.
2) Pertemuan dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan memperkenalkan para
hadirin dan menjelaskan maksud dan tujuan serta acara pertemuan
3) Kepala desa mempersilahkan camat/wakilnya untuk memberikan sambutan atau
arahan dalam pertemuan.
4) Kemudian kepala Puskesmas/Petugas Promosi kesehatan Puskesmas/
5) Tokoh masyarakat sebagai pembicara dan menjelaskan tentang masalah kesehatan
hasil observasi masalah kesehatan dan perlunya Desa Siaga yang meliputi latar
belakang, tujuan dan cara pelaksanaan serta pentingnya dukungan masyarakat dalam
program tersebut.
6) Selanjutnya diskusikan bersama tentang langkah kegiatan berikutnya, khususnya
tentang survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa,waktu pelaksanaan survei dan
kelompok yang akan melakukan survei, serta ditentukannya waktu untuk mengadakan
musyawarah masyarakat desa
3. Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan danpengkajian
masyaralah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokokmasyarakat setempat
dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan petugaskesehatan (petugas
Puskesmas, Bidan di Desa).
a. Tujuan SMD :
1) Dilaksnakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
2) Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang
paling menonjol di masyarakat.
3) Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukungupaya mengatasi
masalah kesehatan.
4) Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam
pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.
b. Sasaran
Sasaran SMD adalah semua rumah yang ada di desa/kelurahan atau menetapkan
sampel rumah dilokasi tertentu (± 450 rumah) yang dapatmenggambarkan kondisi
masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku padaumumnya di desa/kelurahan.
c. Lokasi
SMD dilaksanakan di desa/kelurahan terpilih
d. Pelaksana
SMD dilaksanakan oleh kader dan tokoh masyarakat atau sekelompok
warga masyarakat yang telah ditunjuk pada pertemuan tingkat desa.
e. Waktu
Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuantingkat
desa/kelurahan.
f. Cara Pelaksanaan
1) Petugas Puskesmas, Bidan di desa dan kader/kelompok warga yangditugaskan
untuk melaksanakan SMD dengan kegiatan meliputi :
a) Pengenalan instrumen (daftar pertanyaan) yang akan dipergunakan dalam
pengumpulan data dan informasi masalah kesehatan.
b) Penentuan sasaran baik jumlah KK ataupun lokasinya
c) Penentuan cara memperoleh informasi masalah kesehatan dengancara
wawancara yang menggunakan daftar pertanyaan.
2) Pelaksana SMD
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjukmelaksanakan SMD
dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa mengumpulkan informasi
masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3) Pengolahan Data
Kader, tokoh masyarakat dan kelompok warga yang telah ditunjuk mengolah data
SMD dengan bimbingan petugas Puskesmas dan bidan di desa, sehingga dapat
diperoleh perumusan masalah kesehatan untuk selanjutnya merumuskan perioritas
masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang bersangkutan.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang
mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei
mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan
dan perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.
a. Tujuan MMD :
1) Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
2) Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.
3) Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes
sebagai koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
4) Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di
wilayahnya.
5) Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam mengembangkan Desa Siaga dan operasional Poskesdes.
b. Tempat pertemuan
Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau
tempat lain yang bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.
c. Peserta pertemuan
1) Peserta tingkat kecamatan : Camat, TP-PKK kecamatan, Kepala Puskesmas, Staf
Puskesmas, Diknas, Departemen Agama, Lintas sektor terkait
2) Peserta tingkat desa: Kepala Desa, TP-PKK Desa, Sekdes, BPD, Tokoh Agama,
Tokoh masyarakat/Guru
d. Waktu
Waktu pertemuan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi
desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat
hadir serta cukup memberikan ksesempatan
untuk tercapainya tujuan musyawarah masyarakat desa.
e. Pelaksanaan
1) Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta MMD.
2) MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.
3) Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan menggunakan alat peraga, poster dan lain-lain dipimpin oleh petugas
Puskesmas atau bidan di desa.
4) Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat/kader/kelompok SMD.
5) Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah (butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tehnis dari petugas
Puskesmas/bidan di Desa.
6) Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan dengan
pembentukan forum Desa Siaga dan penetapan Poskesdes sebagai koordinator UKBM.
7) Penutup.
E. Tahapan Desa Siaga
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada
forum/lembaga masyarakat desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja, misalnya
kelompok rembug desa, kelompok yasinan atau persekutuan doa, dsb. Demikian juga
Posyandu dan Polindesnya mungkin masih pada tahap pratama. Pembinaan intensif
dari petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam
bentuk pendampingan saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan kinerja
forum dengan pendekatan PKMD.
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota forum untuk
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu , Demikian
juga Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya. Pendampingan dari
tim Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk
pengembangan kualitas Posyandu atau pengembangan UKBM lainnya. Hal penting
lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari Puskesmas PONED sehingga semua
hamil bersalin nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi dan mengalami komplikasi
dapat ditangani dengan baik. Disamping itu sistem surveilans berbasis masyarakat juga
sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular
dan tidak menular ) serta faktor risiko di lingkungannya secara terus menerus dan
melaporkan serta memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis
masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian
luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan
kesehatan berbasis masyarakat. Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat
sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan ,masyrakat
didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana
dan jelas dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya tabulin. Pembinaan masih diperlukan
meskipun tidak terlalu intensif.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi. Masyarakat
sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat.
Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang
mengancam , namun juga terhadap kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. .
Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
F. Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat kelompok
indikatornya, yaitu:
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
dibenikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-
hal berikut:
a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa
b. Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
c. Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses
terdiri atas hal-hal berikut:
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
c. Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
d. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawatdaruratan dan Bencana.
e. Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan
yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator
keluaran terdiri atas hal-hal berikut:
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan
hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses
terdiri atas hal-hal berikut:
a. Jumlah penduduk yang mendenita sakit.
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e.Jumlah balita dengan gizi buruk.

Indikator Keberhasilan Desa Siaga Sehat


INDIKATOR KEBERHASILAN DESA SIAGA SEHAT
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dan empat
kelompok indikatornya, yaitu: (1) indikator masukan, (2) indikator proses, (3) indi-
kator keluaran, dan (4) indikator dampak.
Adapun uraian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adaiah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
dibenikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas
hal-hal berikut.
1. Ada/ tidaknya Forum Masyarakat Desa.
2. Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
3. Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).

2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator
proses terdiri atas hal-hal berikut.
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
c. Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada.
d. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kega¬wat
daruratan dan Bencana.
e. Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

3. Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan
yang dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. lndikator
keluaran terdiri atas hal-hal berikut.
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
b. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil
kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator proses terdiri
atas hal-hal berikut.
a. Jumlah penduduk yang mendenita sakit.
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

Mari Membentuk Desa Siaga


Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang
memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang
dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau istilah-istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam arti lain, program desa siaga ini ditujukan untuk menciptakan
masyarakat yang mampu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik
langsung maupun tidak langsung.
Dalam realitasnya, program ini tentu bertujuan sepenuhnya ingin mewujudkan
masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan
di wilayahnya masing-masing.
Tujuan Desa Siaga
Tujuan dibentuknya desa siaga adalah untuk mengembangkan kepedulian dan
kesiapsiagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan,
bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan desa
sehat. Tujuan tersebut, tentu dapat dicapai dengan syarat terciptanya peningkatan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan. Salah satu
contohnya adalah meningkatnya keluarga sadar gizi; meningkatnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS); meningkatnya kesehatan lingkungan desa; serta
meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan. Apalagi, kita tahu kalau seseorang mengharap pertolongan
selain dari Allah, maka siap-siap mereka akan mendapat kekecewaan. Untuk itu,
berusahalah setiap kita agar mampu menolong dirinya sendiri sehingga tidak
dikecewakan oleh siapa pun.
secara umum tujuan dari Desa Siaga adalah : berfungsi melindungi masyarakatnya dari
berbagai penyakit.
Pertama, mampu melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap
penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
dan faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil.
Kedua, mampu menanggulangi penyakit, terutama penyakit menular dan
penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, seperti penyakit Diare, Antrax, DBD, flu
burung, dll.
Ketiga, mampu melaksanakan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
Keempat, mampu melakukan pelayanan medis dasar yang sesuai dengan
kompetensinya.
Kelima, mampu melakukan promosi kesehatan tentang peningkatan keluarga
sadar gizi, peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan desa dan kegiatan lainnya yang
dianggap perlu.

Sedangkan tujuan khusus dari Desa Siaga adalah:


meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS, meningkatnya kemampuan dan kemauan
masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan, meningkatnya
kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya),
meningkatnya kesehatan lingkungan di desa. Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan
menjadi tiga: semua individu dan keluarga di desa, pihak-pihak yang memiliki
pengaruh besar terhadap perubahan perilaku individu atau keluarga di desa tersebut,
pihak-pihak yang diharapkan dapat memberikan dukungan kebijakan, dana, tenaga,
sarana, dan lain-lain terhadap pembentukan dan pengembangan Desa Siaga ini.
Kriteria/ Syarat Desa Siaga
Sebuah desa telah dikatakan menjadi desa siaga bila sekurang-kurangnya telah
memiliki sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau tenaga profesional kesehatan
yang siap melaksanakan: pemberdayaan masyarakat,
mendorong pembangunan berwawasan kesehatan di desa, rujukan pertama pelayanan
kesehatan bermutu bagi masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan Indikator
Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya, yaitu:
1.Indikator Input
Indikator Input adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah
diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator ini terdiri atas:
1) Ada/ tidaknya forum masyarakat desa
2) Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan/peralatannya
3) Ada/ tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4) Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
5) Ada/ tidaknya kader aktif
6) Ada/ tidaknya saran bangunan/Poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan
7) Ada/ tidaknya alat komunikasi yang lazim digunakan di masyarakat, seperti bedug,
microphone dari masjid, bedug, dll.
Akhirnya, untuk menjalankan fungsi desa siaga secara maksimal, maka
Poskesdes ini harus bekerjasama dengan tenaga kesehatan Puskesmas setempat,
terutama terkait dengan akses pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Sehingga
melalui bimbingan dari tenaga kesehatan yang ada, masyarakat diharapkan mampu
mengindentifikasi masalah, mencari penyebab masalah, dan menentukan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan secara lebih cepat,
terorganisir dan terselesaikan. Anda berminat membentuk desa siaga? Inilah cara sehat
dan murah dalam menghadapi berbagai penyakit yang muncul dewasa ini.
Mari kita mejadikan lebih banyak desa siaga, dengan harapan mampu meningkatkan
taraf kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong. Inti dari kegiata Desa Siaga
adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh
karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif.
Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA

Mahfudli, EF. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kebidanan komunitas / penulis, Syarifudin, Hamidah ; editor, Monica Ester, Esty
Wahyuningsih. – Jakarta : EGC, 2009.
Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006
tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga - Buku Pedoman Desa Siaga
Provinsi Jawa Timur, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi JATIM,Buku Pedoman Desa
Siaga Aktif Provinsi Jawa Barat, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi JABAR

Anda mungkin juga menyukai