April 2014
Disusun oleh:
1. Neni Kusnianti, ST, MT
2. Ir. Nono, M.Eng.Sc
3. Ir. Salim Mahmud, M.Phil
4. Tonton Aristono
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum.
Jl. AH Nasution 264 – Ujungberung, Bandung
Telp.022-7802251-3, Fax. 022-7802726
Daftar isi
ii
Daftar tabel
iii
Tabel 40. Contoh hasil pengujian jumlah agregat kasar berbidang pecah (angularitas) ......... 131
Tabel 41. Kekentalan aspal keras untuk pencampuran dan pemadatan ................................ 137
Tabel 42. Contoh data hasil percobaan Marshall ...................................................................... 149
Tabel 43. Contoh grafik hasil pengujian Marshall dan penentuan kadar aspal optimum ........ 150
Tabel 44. Contoh percobaan Marshall untuk mendapatkan stabilitas sisa ............................. 151
Tabel 45. Contoh data hasil percobaan Marshall Modifikasi .................................................... 159
Tabel 46. Contoh grafik hasil pengujian Marshall Modifikasi dan penentuan kadar aspal
optimum .................................................................................................................... 160
Tabel 47. Temperatur pencampuran dan pemadatan aspal keras ............................................ 163
Tabel 48. Contoh formulir isian pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal .................... 168
Tabel 49. Contoh hasil pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal ................................. 169
Tabel 50. Berat benda uji ........................................................................................................... 171
Tabel 51. Contoh Formulir Isian Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal ........ 176
Tabel 52. Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran Beraspal dipadatkan menggunakan
Benda uji kering permukaan jenuh ......................................................................... 179
Tabel 53. Berat benda uji ........................................................................................................... 181
Tabel 54. Contoh Formulir Isian Pengujian Kadar Aspal dari Campuran Beraspal
Menggunakan Tabung Refluks Gelas...................................................................... 186
Tabel 55. Berat benda uji untuk ektraksi dengan alat Sentrifus ............................................... 187
Tabel 56. Contoh hasil pengujian kadar aspal dari campuran beraspal dengan cara
ekstraksi menggunakan Sentrifus ........................................................................... 190
Tabel 57. Contoh Hasil Pengujian Pemulihan Larutan Aspal Dengan Alat Penguap Putar ..... 196
iv
Kata Pengantar
v
Pengujian Aspal, Agregat dan Campuran Beraspal Panas
1 Pendahuluan
Campuran beraspal panas adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal,
dengan atau tanpa bahan tambah (additive). Dalam campuran beraspal, aspal berperan
sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan.
Sifat-sifat mekanis dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-
bahan pembentuknya. Fraksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking),
dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur pemukaan, bentuk butiran dan ukuran
agregat maksimum yang digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat
aspal yang digunakan. Oleh sebab itu kinerja campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh
sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari
kedua bahan tersebut.
Material-material pembentuk campuran beraspal panas tersebut dicampur di Instalasi/Unit
Pencampur Aspal atau Asphalt Mixing Plant (AMP) pada temperatur tertentu, kemudian
diangkut kelokasi/lapangan, dihampar, dan dipadatkan.
Komposisi bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus direncanakan
sehingga setelah terpasang diperoleh lapisan perkerasan beraspal yang memenuhi kriteria:
Stabilitas yang cukup, yaitu mampu mendukung beban lalu-lintas yang melewatinya
tanpa mengalami deformasi permanen dan deformasi plastis selama umur rencana.
Durabilitas atau keawetan yang cukup, yaitu mampu menahan keausan akibat
pengaruh cuaca, iklim, dan gesekan antara roda kendaraan dengan permukaan
perkerasan.
Kelenturan atau fleksbilitas yang cukup, yaitu mampu menahan lendutan akibat beban
lalu-lintas dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar tanpa mengalami retak.
Cukup kedap air (impermeabilitas), yaitu mampu menahan rembesan air yang masuk
ke lapis pondasi di bawahnya.
Kekesatan (skid resistance) yang cukup, yaitu cukup kesat pada kondisi basah,
sehingga tidak membahayakan pemakai jalan (kendaraan tidak tergelincir atau selip).
Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), yaitu mampu menahan beban lalu
lintas berulang tanpa terjadi kelelahan berupa alur selama umur rencana
Kemudahan kerja (workability), yaitu mudah dilaksanakan, dihamparkan, dan
dipadatkan.
Hasil pengujian akan menentukan penerimaan atau perbaikan bahkan penolakan, baik
bahan maupun hasil pekerjaan, maka pengujian harus dilakukan sesuai dengan standar
yang berlaku.
2 Aspal
Pada campuran beraspal, sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan,
produksi dan kinerja campuran beraspal, untuk itu sifat aspal yang harus diperiksa antara
lain adalah : durabilitas, adhesi dan kohesi, kepekaan terhadap temperatur, pengerasan
dan penuaan.
Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang sangat penting dalam fungsi
pengendalian mutu. Data dari pengujian ini merupakan alat untuk menilai kualitas produksi
apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan alasan ini, pengambilan contoh dan prosedur
pengujian harus dilakukan dengan hati-hati dan benar.
Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk
mengambil contoh yang mewakili. Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak
mewakili kondisi bahan yang sebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-sia, bahkan
apabila digunakan, mungkin menyesatkan. Oleh karena itu, pengambilan contoh harus
1 dari 199
dilakukan dengan prosedur standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun
AASHTO atau ASTM atau standar internasional yang lain.
Hasil pengujian akan menentukan penerimaan atau penolakan, baik bahan maupun hasil
pekerjaan, maka pengujian harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pengujian laboratorium terhadap sifai-sifat fisik aspal yang digunakan sebagai bahan baku,
meliputi untuk :
Durabilitas aspal, yaitu dengan melakukan uji : penetrasi, titik lembek, kehilangan
berat, daktilitas, Thin Film Oven Test (TFOT), dan Rolling Thin Film Oven Test
(RTFOT)
Adhesi dan kohesi, yaitu dengan melakukan uji kelekatan aspal terhadap agregat
Pengerasan dan penuaan, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
Pengaruh terhadap temperatur pada proses pencampuran, pengangkutan,
penghamparan, dan pemadatan, yaitu dengan melakukan uji viskositas
Keamanan dalam pelaksanaan, yaitu dengan melakukan uji titik nyala
Kepekaan terhadap temperatur, yaitu dengan melakukan uji titik lembek
2 dari 199
b. Peralatan
Wadah untuk contoh aspal yang
mempunyai ukuran volume.
Peralatan untuk pengambilan contoh
aspal keras dan aspal cair; (Gambar 1)
Gambar 1. Peralatan
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh aspal yang akan diambil sudah
tersedia pada drum dengan kondisi liquid atau
cair (untuk aspal cair); (Gambar 2).
2) Aspal diambil dari drum dengan menggunakan alat yang sedapat mungkin tidak
dipanaskan terlebih dahulu (pemanasan keseluruhan), untuk menghindari
rusaknya aspal akibat pemanasan berulang.
3 dari 199
Gambar 3.c. Panaskan Gambar 3.d. Buat Gambar 3.d. Angkat aspal
pisau, untuk memudahkan potongan lingkaran batas dengan cara memutar
memotong aspal contoh yang akan diambil balik bor tangan
dengan pisau
3) Setelah pengadukan secara sempurna dilakukan pengambilan contoh sebanyak
1 liter dari drum terpilih (khusus aspal cair);
4) Simpan hasil pengambilan contoh ke dalam wadah yang mempunyai ukuran
volume; (Gambar 4.)
Catatan : Untuk semua bahan yang menjadi cair karena pemanasan contoh
diambil hanya pada bagian atas.
Gambar 4.a. Angkat lebih Gambar 4.b. Masukkan Gambar 4.c. Lepaskan
tinggi untuk melepaskan kedalam wadah tangkai bor dari aspal
Gambar 4.d. Pastikan Gambar 4.e. Tutup rapat- Gambar 4.f. Aspal siap
jumlah aspal cukup untuk rapat wadah aspal dibawa ke laboratorium
keperluan pengujian mutu untuk diuji mutunya
2.1.2 Pengambilan Contoh dari Mobil Tangki / Truk Penyemprot Aspal atau Tangki
Penyimpanan Aspal yang dilengkapi Alat Sirkulasi.
Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal mengacu pada SNI 06-6399-2000
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengambilan contoh
aspal dari mobil tangki dengan menggunakan wadah yang mempunyai ukuran
volume
o Untuk mendapatkan contoh aspal yang mewakili, yang akan digunakan untuk
prosedur pengujian mutu di laboratorium.
4 dari 199
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, serta cara pengambilan
contoh aspal di mobil tangki, tapi tidak mencakup semua permasalahan
keselamatan yang berkaitan dengn penggunaannya.
b. Peralatan
o Wadah untuk contoh aspal yang mempunyai
ukuran volume.
o Peralatan pembantu
Keterangan :
(1) Sambungan T ¾ “ terbuat dari besi
atau sejenisnya
(2) Baja/besi sambung 90o: ¾”
(3) Baja/besi sambung 45o: ¾“
(4) Benang asbes bergasket dililitkan
pada drat/ulir atau dibalut dengan
kain
(5) Locknut ¾”
(6) Pipa besi berniple ¾”
Gambar 1. Alat pengambil contoh (7) Pipa baja berulir ¾” panjang 3”
dengan keran (8) Penutup pipa baja tuang
5 dari 199
2.1.5 Pengambilan dengan Cara Tabung Celup.
o Tabung celup ini dapat digunakan untuk pengambilan contoh ulang, karena
kontaminasi akibat pengambilan contoh sebelumnya dapat dihindari dengan tindakan
kebersihan, dengan cara menaikkan dan menurunkan tabung yeng kedua ujungnya
terbuka 3 atau 4 kali pada jarak kira-kira ½ - 1 meter pada kedalaman yang
dikehendaki. (Gambar 1.)
o Pengambilan dengan cara tabung celup (untuk
aspal cair, tidak cocok untuk aspal keras), dengan
cara sebagai berikut :
1) Tabung dicelupkan kedalam aspal dengan
ujung keran bawah terbuka;
2) Pada kedalaman yang diinginkan, rantai ditarik
sehingga keran bagian bawah tertutup;
3) Keluarkan tabung dari tangki;
4) Isinya pindahkan kedalam wadah Gambar 1. Alat pengambil
Contoh dengan Tabung celup
6 dari 199
4) Untuk kapasitas 4000 m3 atau lebih diambil paling sedikit 10 contoh masing-
masing 4 liter.
2.1.9 Pengambilan Contoh Bahan Semi Padat atau Bahan Padat yang Belum Dipecah
(Drum, barrel, kardus atau kantong).
o Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belum dipecah :
1) Apabila contoh diambil dari produksi menerus atau satu kemasan, dipilih secara
acak seperti pada Tabel 1.;
2) Apabila tidak jelas (tidak menerus) contoh diambil dengan akar tiga dari jumlah
kemasan dilokasi.
7 dari 199
Tabel 3. Jenis Pengujian Asbuton Yang Diproses (Tipe II)
Tabel 4. Jenis Pengujian Aspal Elastomer Alam (Latex) dan Elastomer Sintetis(Tipe II)
8 dari 199
Tabel 5. Jenis pengujian aspal cair untuk lapis resap ikat dan lapis pengikat
Tabel 6. Jenis pengujian aspal emulsi untuk lapis resap ikat dan lapis pengikat
9 dari 199
Gambar 1. Prinsip kerja pengujian penetrasi
b. Peralatan
1 Unit alat pengujian nilai penetrasi lengkap, mencakup : pemegang jarum (47,5 ±
0,05) gram, pemberat (50 ± 0,05) gram atau (100 ± 0,05) gram masing-masing
untuk pengukuran penetrasi beban 100 gr dan 200 gram.
Cawan contoh atau gelas berbentuk silinder dasar rata
Bak perendam
Tempat air kecil untuk merendam contoh
Termometer.
Pengukur waktu, stop wacth.
Gambar 2.a. Peralatan Gambar 2.b. Bak perendam Gambar 2.c. Timbangan
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji (aspal keras) sebanyak ± 100 gram
Panaskan benda uji perlahan-lahan dan aduk, hingga cukup cair, (Gambar
3)
Tuang bahan uji ke kap penetrasi, diamkan hingga dingin, buat 2 benda uji
(duplo); (Gambar 3)
Tutup benda uji dan diamkan pada temperatur ruangh selama 1 – 1,5 jam
(benda uji kecil) atau 1,5 – 2 jam (benda uji besar).
Gambar 3.a. Aduk benda uji setelah Gambar 3.b. Tuangkan ke kap
dipanaskan penetrasi
10 dari 199
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
1) Letakkan benda uji ke dalam tempat air kecil, berikutnya masukan tempat air kecil
berikut benda uji kedalam bak perendam bertemperatur 25o C, selama 1 - 2 jam;
(Gambar 4.)
2) Periksa pemegang jarum dan bersihkan jarum penetrasi dan pasang, kemudian
letakkan pemberat 50 gram pada pemegang jarum hingga berat total 100 gram;
(Gamber 5)
3) Pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi; (Gambar 6)
4) Atur jarum hingga menyentuh permukaan benda uji dan tentukan angka nol pada
arloji penetrometer; (Gambar 7)
5) Lepaskan pemegang jarum dan bersamaan itu jalankan stop watch selama
(5+0,1) detik; (Gambar 8)
Gambar 5. Periksa jarum Gambar 6. Pindahkan tempat air bersama benda uji
dari bak perendam ke alat penetrasi
11 dari 199
Gambar 8.a. Lepaskan Gambar 8.b. Bersamaan itu jalankan stop watch
pemegang jarum selama (5+0,1) detik dan jarum masuk kedalam
benda uji
6) Putarlah arloji penetrometer dan baca serta catat angka penetrasinya (bulatkan
hingga angka 0,1 mm terdekat); (Gambar 9)
Gambar 9.a. Putarlah arloji penetrometer hingga Gambar 9.b. Baca serta
menyentuh pemegang jarum catat angka penetrasinya
7) Lepaskan jarum dari pemegang jarum, kemudian lakukan pengujian pada benda
uji yang sama paling sedikit 3 kali; (Gambar 10)
12 dari 199
e. Contoh hasil pengujian lihat Tabel 7.
o
Pemeriksaan penetrasi Mulai : pk. 11.30 Temperatur alat : 25 C
Pada 250C selesai : pk. 11.50
13 dari 199
2.2.2 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup
Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 2433:2011
b. Peralatan
Alat cleveland open cup, terdiri dari : nyala api penguji, pelat pemanas, pemanas
dan penyangga; (Gambar 1.a).
Cawan cleveland; (Gambar 1.b)
Termometer, dengan rentang pengukuran – 6C s/d 400C. dan Barometer, untuk
mengukur tekanan udara; (Gambar 1.c).
Sebagai sumber nyala penguji digunakan gas alam cair (LPG). Suplai tekanan
gas ke alat tidak boleh melebihi 3 kPa. (Gambar 1.d)
Gambar 1.a. Alat cleveland Gambar 1.d. Sumber nyala penguji (LPG)
open cup dengan nyala api
penguji, pelat pemanas,
pemanas, dan penyangga
14 dari 199
Kalibrasi dan standardisasi:
1) Kalibrasi alat pengukur temperatur sesuai petunjuk.
2) Periksa untuk kerja alat penguji manual paling sedikit sekali dalam setahun
dengan menentukan titik nyala dari CRM (Certified Reference Material) dengan
temperatur mendekati rentang temperatur benda uji.
Material aspal diuji sesuai prosedur pengujian dan pengamatan titik nyala yang
dikoreksi pada tekanan barometer.
Titik nyala diperoleh dalam batas sesuai Tabel 8. untuk identifikasi CRM.
Tabel 8. Nilai titik nyala dan batas CRM
Hidrokarbon Kemurnian Titik nyala (C) Batas (C)
N tetradecane 99% 115,5 8.0
N hexadecane 99% 138,8 8.0
3) Salah satu cara kerja alat titik nyala dapat diperiksa dengan menggunakan
SWSs (Secondary Working Standards) dan ditentukan sepanjang batas
kotrolnya.
SWSs material dapat digunakan untuk pengecekan berkala terhadap kinerja
alat,
4) Pada saat titik nyala diperoleh tidak dalam batas yang ditentukan pada Butir 2)
atau 3) periksa kondisi dan cara kerja alat untuk memastikan sesuai dengan
urutan pengujian cleveland open cup, terutama perihal posisi termometer,
posisi nyala penguji dan kecepatan pemanasan.
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji aspal sekurang-kurangnya 70
ml.
Simpan contoh aspal pada temperatur ruang di
dalam wadah yang kedap untuk menghindari
terjadinya difusi bahan dengan dinding wadah.
Untuk contoh yang mengandung air, tambahkan
kalsium klorida kemudian keringkan dengan
kertas filter atau kain penyerap.
Untuk contoh uji yang kental dipanaskan pada
temperatur 150C, sampai cukup cair untuk
Gambar 2. Contoh aspal
dituang.
15 dari 199
titik pusat dengan tepi cawan cleveland di luar lintasan api penguji;
(Gambar 3.b)
o Pengujian dapat dilakukan pada ruang bebas angin atau ruang asam,
agar tidak mempengaruhi hasil pengujian; (Gambar 3.c)
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Panaskan contoh bahan yang keras atau semi padat sampai cair,
temperatur pemanasan contoh uji tidak boleh > 150C;
2) Isi cawan cleveland dengan contoh uji sampai garis batas pengisian, dan
tempatkan cawan cleveland di atas pelat pemanas ; (Gambar 4)
3) Nyalakan api penguji dan atur diameter api penguji antara 3,2 mm s/d 4,8
mm, atau nyala api penguji seukuran dengan ujung pipa api penguji;
(Gambar 5)
16 dari 199
Gambar 5.a. Nyalakan pemanas Gambar 5.b. Nyalakan
api penguji dan atur
diameter apinya
Catatan 2. :
Bila api penguji padam, gas untuk nyala
penguji akan mempengaruhi hasil uji;
Teknisi harus berhati-hati selama
melakukan pengujian ini.
Aspal dengan titik nyala rendah dapat
menyala besar seketika.
Selain itu pengujian sampai dengan
temperatur 400C dapat mengeluarkan
uap beracun;
Gambar 6. Pengaturan gas
untuk nyala penguji
Gambar 7. Pemanasan awal dengan kenaikan temp. 14o - 17oC per menit
sampai benda uji mencapai temp. 56oC dibawah titik nyala-perkiraan, lalu
kurangi 5C - 6C per menit sampai benda uji mencapai temp. 28C di
bawah titik nyala-perkiraa
6) Gunakan nyala penguji pada waktu temperatur benda uji mencapai ± 28C
di bawah titik nyala-perkiraan dan lintaskan api penguji setiap kenaikan
temperatur 2C. Lintasan api penguji mengikuti garis lengkung yang
mempunyai jari-jari minimum 150 1 mm;
17 dari 199
7) Api penguji harus bergerak horizontal dan jarak dengan tepi atas cawan
tidak lebih dari 2 mm. Waktu yang dibutuhkan api penguji untuk melintasi
cawan kurang lebih 1 0,1 detik; (Gambar 8)
Gambar 9.a. Benda uji mulai Gambar 9.b. Catat temperatur saat
berasap terjadinya benda uji mulai menyala
/nyala biru (sebagai titik nyala)
12) Untuk menentukan titik bakar, lanjutkan pemanasan pada benda uji setelah
titik nyala dicatat, kenaikan temperatur 5C s/d 6C per menit.
18 dari 199
Teruskan penggunaan nyala
penguji pada interval kenaikan
temperatur 2C sampai benda uji
menyala dan terbakar minimal 5
detik.
Catat temperatur tersebut
sebagai titik bakar benda uji;
(Gambar 10)
d.2. Perhitungan
1) Amati dan catat tekanan baromater udara pada saat pengujian.
Bila tekanan berbeda dari 101,3 kPa (760 mm Hg), koreksi titik nyala atau
titik bakar atau keduanya, sebagai berikut :
Titik nyala / titik bakar terkoreksi = C + 0,25 (101,3 – K)
dimana : C = titik nyala/titik bakar,C;
K = tekanan barometer udara, kPa.
2) Bulatkan titik nyala dan titik bakar terkoreksi ke nilai 1C terdekat.
19 dari 199
Tabel 9. Contoh hasil uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup
Kondisi Lingkungan :
-Temperatur 27C
- Kelembaban 80%
- Tekanan Barometer 101,3 kPa ( 760 mm Hg)
Contoh 1 Contoh 2
Contoh dipanaskan Mulai : PK10.00 PK 10.40
Selesai : Pk 10.05 PK 10.45
Menit C Menit C
16 26 32 - 296C - 296C -
o o
Titik Nyala terkoreksi (bila Titik nyala 324 C 325 C
tek barometer berbeda) o
Titik nyala rata2 325 C
= C + 0,25 (101,3-K)
o
Dimana : C = titik nyala (C) Titik bakar 327 C 329oC
K = tekanan barometer (kPa)
Titik bakar rata2 328oC
20 dari 199
2.2.3 Pengujian Titik Lembek
Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 2434:2011
.a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji titik
lembek aspal, dengan menggunakan alat penguji titik lembek aspal.
Tujuan pengujian untuk mengetahui besaran temperatur titik lembek aspal dan
ter.
Titik lembek, dinyatakan dengan temperatur pada saat bola baja dengan berat
tertentu mendesak turun pada lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu, sehingga menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah
cincin pada tinggi 25,4 mm, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.
Mencakup peralatan, persiapan benda uji, dan cara pengujian untuk
menentukan titik lembek bahan aspal dan ter yang berkisar 30 oC sampai 200oC
dengan cara ring and ball
b. Peralatan
1 unit alat pengujian titik lembek aspal,
mencakup : cincin kuningan, bola baja
berdiameter 9,53 mm dengan berat
(3,50±0,05) gram, dudukan benda uji, alat
pengarah bola.
Termometer.
Pemanas
Oven dengan pengatur temperatur
Alat bantu seperti : spatula dan pisau
Gambar 1.a. Peralatan uji
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji sebanyak + 25 gram dan panaskan hingga cukup cair.
Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai temperatur tuang benda uji dan
tempatkan di atas pelat kuningan yang telah diolesi talk-gliserol. (Gambar 2)
Tuang contoh ke dalam cincin cetakan, diamkan pada temperatur sekurang-
kurangnya 8oC di bawah titik lembek selama 30 menit. (Gambar 3)
Setelah dingin ratakan permukaan benda uji dalam cincin dengan pisau yang
telah dipanaskan; (Gambar 4)
21 dari 199
Gambar 2. Oleskan talk-gliserol Gambar 3. Tuangkan benda uji
pada pelat kuningan kedalam cincin cetakan
Gambar 5.a. Benda uji Gambar 5.b. Pasang Gambar 5.c. Pasang
dengan tempatnya benda uji kesatu pada benda uji kedua pada
pengarah bola pengarah bola
2) Masukkan ke dalam bejana gelas dan isi air suling dengan temperatur (5 + 1)o C
sampai tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm – 108 mm; (Gambar 6)
3) Kemudian tempatkan bola-bola baja di atas tengah benda uji pada pengarah bola
menggunakan tangan atau penjepit dengan mengeluarkan/memasang kembali
pengarah bola; (Gambar 7)
4) Tempatkan termometer diantara kedua benda uji (+ 12,7 mm dari tiap cincin) dan
atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan benda uji menjadi 25,4mm;
(Gambar 8)
22 dari 199
Gambar 6.a. Masukan pengarah bola kedalam bejana Gambar 6.b. Tinggi
gelas berisi air suling bertemperatur (5 + 1)o C pada permukaan air berkisar
mesin pendingin 101,6 – 108 mm
Gambar 7.d. Ambil bola Gambar 7.e. Tempatkan Gambar 7.f. Tempatkan
baja bola baja kesatu diatas bola baja kedua diatas
tengah benda uji pada tengah benda uji pada
pengarah bola pengarah bola
23 dari 199
5). Panaskan bejana dengan kenaikan
temperatur air 5 o C/menit; (Gambar 9.)
6). Atur kecepatan pemanasan untuk 3 menit
pertama 5o C + 0,5 /menit
7) Catat temperatur yang ditunjukkan saat bola baja mendesak turun lapisan benda
uji (aspal) hingga menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin, sebagai
akibat kecepatan pemanasan; (Gambar 10)
Gambar 10. Proses penurunan benda uji sebagai akibat bola baja dan
kecepatan pemanasan
Gambar 11.a. Saat benda Gambar 11.b. Catat temperatur saat benda uji turun
uji turun menyentuh plat menyentuh plat dasar
dasar segera lihat
temperaturnya
24 dari 199
e. Contoh hasil pengujian lihat Tabel 10.
o
Temperatur yang diamati Waktu (detik) Titik lembek ( C)
No. o o
C F I II I II
5 41 6 -
10 50 65 50
15 59 122 120
20 68 184 185
25 77 245 240
30 86,6 303 302
35 95 360 365
40 104 422 427
45 113 484 486
50 122 488 490 46.0-46.0 45.8-46.0
25 dari 199
2.2.4 Pengujian Daktilitas
Keterangan :
A = Jarak pusat jari-jari : 111,5 - 113,5 mm
B = Panjang total benda uji : 74,5 - 75,5 mm
C = Jarak antar penjepit (clip) : 29,7 - 30,3 mm
D = Tepi/bahu : 6,8 - 7,2 mm
E = Jari-jari : 15,75 - 16,25 mm
F = Lebar min potongan : 9,9 - 10,1 mm
G = Lebar penjepit (clip) : 19,8 - 20,2 mm
H = Jarak antar pusat dengan
jari-jari kiri dan kanan : 42,9 - 43,1 mm
I = Diameter lubang : 6,5 - 6,7 mm
J = Tebal : 9,9 - 10,1mm
a dan a’ : Penjepit
b dan b’ : Cetakan daktilitas
Gambar 1.a. Cetakan benda uji daktilitas Gambar 1.b. Bak perendam
26 dari 199
Gambar 1.c. Alat uji daktilitas
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
1) Lapisi seluruh permukaan pelat dasar
dan bagian yang akan dilepas dengan
campuran gliserin dan talk atau kaolin
dengan perbandingan 3 gram gliserin
dan 5 gram talk untuk mencegah
melekatnya benda uji pada cetakan;
(Gambar 2.)
27 dari 199
5) Setelah diaduk, tuangkan benda uji ke dalam cetakan mulai dari ujung ke
ujung hingga sedikit melebihi cetakan; (Gambar 5)
6) Diamkan benda uji pada temperatur ruang selama 30 s/d 40 menit; (Gambar
6)
7). Ratakan permukaan benda uji yang berlebihan dengan pisau atau spatula
yang panas agar rata.
8). Rendam benda uji dalam bak perendam pada temperatur pengujian 25 oC
selama 85 menit s/d 95 menit; (Gambar 7.)
28 dari 199
Gambar 8.a. Ambil benda uji dari bak perendam Gambar 8.b. Lepaskan
benda uji dari sisi
cetakan pada pelat dasar
Gambar 8.c. Langsung pasangkan benda uji ke mesin uji dengan cara
memasukkan lubang cetakan ke pemegang di mesin uji daktilitas
Gambar 9.a. Jalankan Gambar 9.b. benda uji ditarik dengan kecepatan 50
mesin uji daktilitas mm/menit
29 dari 199
Gambar 10.a. Baca pada saat permuluran benda uji putus dan catat dalam
satun mm atau cm
Hasil pengujian
Daktilitas pada 250C, 5 cm per menit A B C D
1 >140
Pengamatan
2 >140
30 dari 199
2.2.5 Pengujian Berat Jenis Aspal Keras
Gambar 1.b. Bak perendam Gambar 1.c. Bejana gelas Gambar 1.d. Timbangan
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji sebanyak + 100
gram dan panaskan sampai cukup cair
dan aduk. (Gambar 2)
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan
digunakan sesuai petunjuk pemakaian
31 dari 199
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Isi bejana dengan air suling
hingga bagian atas tidak
terendam 40 mm, kemudian
rendam dalam bak
perendam, atur temperatur
bak perendam pada 25o C;
(Gambar 3)
2) Timbang piknometer
keadaan bersih dan
kering, dengan ketelitian 1
mg (=A); (Gambar 4)
3) Angkat bejana dari bak perendam dan isi piknometer dengan air suling
kemudian tutuplah piknometer; (Gambar 5)
32 dari 199
Gambar 6.a. Gambar 6.b. Angkat Gambar 6.c. Timbang
Tempatkan piknometer piknometer dan piknometer
dalam bejana keringkan
5) Tuangkan benda uji cair ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi
¾ bagian dan biarkan piknometer sampai dingin selama tidak kurang dari 40
menit, selanjutnya timbang (=C); (Gambar 7.)
6) Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutup; (Gambar
8)
Gambar 8.a. Isi piknometer yang berisi benda uji Gambar 8.b. Tutup
dengan air suling piknometer
33 dari 199
7) Angkatlah bejana dari bak perendam dan tempatkan piknometer di
dalamnya, kemudian masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak
perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, angkat keringkan, dan
timbang piknometer (=D); (Gambar 9)
34 dari 199
2.2.6 Pengujian Kelarutan Aspal
Alat dan prosedur pengujian mengacu pada RSNI M 04-2004 atau AASTHO T44,
(Pengujian Kelarutan aspal dalam Trichlor Ethylen)
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji kelarutan
aspal dalam larutan TCE
Tujuan pengujian untuk mengetahui derajat kelarutan aspal dalam TCE
(trichloroethylene).
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untuk menentukan
kadar aspal dari bahan-bahan yang mengandung aspal
b. Peralatan
Cawan Gooch (cawan porselin berlubang) berdiameter atas 44 mm, diameter
dasar 36 mm, tinggi bagian dalam cawan 28 mm;
Saringan fiber glas, berdiameter 32 mm, 35 mm atau 37 mm atau asbestos;
Labu penyaring, berkapasitas 250 ml, berdinding tebal dan memiliki pipa
pengeluaran;
Tabung penyaring, berdiameter dalam dalam 40 mm - 42 mm;
Silinder atau sambungan karet (rubber tubing atau adapter) untuk menahan cawan
Gooch di dalam tabung penyaring;
Pompa aspirator untuk pompa hampa udara;
Labu Erlenmeyer berkapasitas 125 ml atau wadah lain yang sesuai;
Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur sampai (110 ± 5) oC;
Desikator dengan ukuran sesuai kebutuhan;
Timbangan berkapasitas 200 gram ± 0,001 gram.
Cawan Goach
Pengikat
Karet Tabung Penyaring
Penutup Karet
Labu penyaring/
Erlenmeyer
35 dari 199
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji dan Bahan Pelarut
Siapkan benda uji (aspal) yang telah dikeringkan
dibawah temperatur penguapan sekurang-
kurangnya 2 gram, (Gambar 2)
Apabila contoh uji tidak cukup cair, panaskan
contoh uji dengan hati-hati sehingga dapat
dituang. Aduk sekali-sekali contoh uji agar panas
dapat merata pada campuran dan campuran
menjadi homogen. Hindari udara terperangkap
dalam contoh uji.
Bahan pelarut yang digunakan adalah Gambar 2. Benda uji
trichloroethylene atau 1.1.1 trichloroethane.
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian, yaitu :
Siapkan Cawan Gooth, sebagai berikut :
1). Setel alat penyaring.
2). Alternatif 1 : Tempatkan saringan fiber glas ke dalam cawan Gooch,
lekatkan dengan cara membasahinya dengan bahan pelarut dan
tempelkan pada dasar cawan Gooch;
Alernatif 2 : Tempatkan asbestos ke dalam cawan Gooch, basahi dengan
air, padatkan dan ratakan pada dasar cawan Gooch;
3). Keringkan cawan Gooch beserta isinya pada temperatur 110 oC 5 oC
sedikitnya selama 20 menit;
4). Dinginkan cawan Gooch beserta isinya dalam desikator sedikitnya selama
20 menit;
5). Timbang cawan Gooch beserta isinya dengan ketelitian 0,001 gram;
6). Ulangi pekerjaan butir 3), 4) dan 5) hingga diperoleh berat yang konstan
(perbedaan dua kali penimbangan tidak lebih dari 0,0003 gr) dan catat
sebagai berat cawan Gooch kosong (=A).
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Masukkan kira-kira 2 gram benda uji ke dalam labu Erlenmeyer yang sudah
ditimbang dengan ketelitian 0,001 gram; (Gambar 3.)
36 dari 199
2). Diamkan labu Erlenmeyer beserta isinya sampai mencapai temperatur ruang;
(Gambar 4)
3) Timbang dengan ketelitian 0,001 gram dan catat berat benda uji (=B);
(Gambar 5)
37 dari 199
8) Saring larutan secara dekantasi melalui saringan fiber gelas atau asbestos
dalam cawan Gooch dibantu vacum dari pompa aspirator; (Gambar 10).
9) Bagian yang tidak terlarut biarkan tertinggal dalam labu Erlenmeyer sampai
semua larutan tertuang ke dalam cawan Gooch;
Gambar 10. Saring larutan secara dekantasi melalui saringan fiber gelas
atau asbestos dalam cawan dibantu vacum dari pompa aspirator
10) Cuci Erlenmeyer dengan sedikit pelarut dari botol pencuci dan pindahkan
semua bagian yang tidak larut ke dalam cawan Gooch;
11) Gunakan batang pengaduk berujung karet jika dibutuhkan untuk
memindahkan bahan yang tidak larut dan menempel pada labu Erlenmeyer
ke dalam cawan Gooch, serta cuci batang pengaduk dan labu Erlenmeyer;
12) Cuci bahan yang tidak larut dalam cawan Gooch dengan pelarut sampai
bersih atau sampai larutan tidak berwarna;
13) Lepaskan cawan Gooch dari tabung penyaring dan cuci bagian bawah
cawan Gooch hingga bebas dari bahan yang larut; (Gambar 11)
Gambar 11. Lepaskan cawan dari tabung penyaring dan cuci bagian
bawah cawan hingga bebas dari bahan yang larut
14) Keringkan cawan Gooch dan isinya pada temperatur 110 oC ± 5 oC paling
sedikit selama 20 menit; (Gambar 12)
15) Dinginkan cawan Gooch dan isinya di dalam desikator paling sedikit 20 menit
dan tentukan beratnya; (Gambar 13)
16) Ulangi pekerjaan pada butir 14). dan 15). sampai diperoleh berat konstan
dengan ketelitian ± 0,0003 gr. Catat sebagai berat cawan Gooch dengan
bagian tak larut (=C).
38 dari 199
Gambar 12.a. Gambar 12.b. Gambar 12.c. Kemudian
Masukkan cawan Keringkan pada temp. keluarkan
kedalam oven 110 oC ± 5 oC minimal
selama 20 menit
Gambar 13.a. Dinginkan cawan Gooch dan isinya Gambar 13.b. Timbang
di dalam desikator paling sedikit 20 menit beratnya
d.2. Perhitungan
Hitung persentase total bahan yang tidak larut maupun persen bahan yang
larut, sebagai berikut :
(C - A)
Bahan yang tidak larut = x 100%
B
(C - A)
Bahan yang larut = 100% - x 100%
B
39 dari 199
d.3 Contoh hasil pengujian lihat Tabel 13.
40 dari 199
2.2.7 Pengujian Kehilangan Berat Aspal dengan Cara A
Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 06-2440-1991.
o Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji kehilangan/
penurunan berat aspal dengan menggunakan pinggan berputar, dipanaskan
dalam oven pada temperatur tertentu
Tujuan pengujian untuk mengetahui besaran kehilangan berat aspal yang
dinyatakan dalam persen berat semula.
Kehilangan atau penurunan berat aspal, adalah selisih berat sebelum dan
sesudah pemanasan pada tebal dan temperatur tetentu.
Mencakup persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian kehilangan berat
aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu
o Peralatan
Oven untuk pengujian yang dilengkapi dengan :
- pengatur temperatur (180 ± 1)o C
- pinggan berputar
Cawan baja tahan karat bentuk silinder dasar rata berdiameter dalam 140 mm.
Neraca analitik (kapasitas 200 ± 0,001) gram
41 dari 199
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian
o Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Tempatkan benda uji diatas “pinggan berputar” setelah oven mencapai (163
± 1)o C; (Gambar 4)
Gambar 6. Ambil benda uji dari dalam oven setelah Gambar 7. Timbang
mencapai 5 jam s/d 5 jam 15 menit kemudian cawan berisi benda uji
dinginkan dalam temperatur ruang (berat benda uji = B)
42 dari 199
d.2. Perhitungan
Kehilangan (penurunan) berat aspal dinyatakan dengan persamaan:
43 dari 199
2.2.8 Pengujian Elastisitas Aspal dengan Alat Daktilitas (Elastic recovery pada 25 °C)
Alat dan prosedur pengujian mengacu pada RSNI M-04-2005 (AASHTO T 301).
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam menguji daktilitas
aspal khususnya aspal yang dimodifikasi polimer jenis elastomer Sintetis dan
elastomer Alam (Latex), dengan menggunakan alat penguji daktilitas aspal
Tujuan pengujian untuk menentukan persen elastisitas aspal polimer setelah
ditarik dengan alat daktilitas dengan kecepatan 5 cm/menit 5% dan pada
temperatur 25 oC 0,5 oC sampai panjang yang ditentukan (perpanjangan 10 cm),
kemudian dipotong pada bagian tengahnya dan dibiarkan mengalami elastisitas
selama satu jam.
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian
b. Peralatan
Cetakan (mold) harus sama dengan desain yang ditunjukkan pada Gambar 1.a.
dimana penampang bagian a dan a’ harus memberikan luas penampang contoh 1
(satu) cm2. Cetakan harus dibuat dari bahan kuningan. Ukuran cetakan harus
sesuai dengan ukuran yang ditentukan;
A
Keterangan :
B A : 111,5 sampai 113,5 mm
C B : 74,5 sampai 75,5 mm
D
C : 30 0,1 mm
D : 6,8 sampai 7,2 mm
a K E : Jari-jari 15,75 sampai 16,25 mm
F : 17 0,1 mm
G G : 19,8 sampai 20,2 mm
b H : 42,9 sampai 43,1 mm
a’ b’ F I : Diameter 6,5 sampai 6,7 mm
I E H J : Tebal cetakan 9,9 sampai 10,1mm
L K : 10 0,1 mm
J
L : 36,5 0,1 mm
Gambar 1.a. Cetakan benda uji dan Plat dasar pada pengujian elastisitas aspal
Plat dasar harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap benda uji dengan
ketebalan yang cukup untuk mencegah terjadinya deformasi dan ukuran yang
cukup untuk meletakan satu sampai tiga cetakan;
Bak perendam, harus dapat diatur pada
temperatur 25 oC atau pada temperatur pengujian
yang dikehendaki dengan variasi tidak lebih dari
0,1 oC.
Volume air tidak boleh kurang dari 10 liter 0,1
liter dan dapat merendam benda uji pada
kedalaman tidak kurang dari 10 cm 0,5 cm,
serta memiliki penyangga yang dapat menyangga
benda uji dengan ketinggian tidak kurang dari 5 cm
di atas dasar bak perendam;
Gambar 1.b. Bak perendam
44 dari 199
Mesin penguji untuk menarik benda uji yang
sedemikian rupa sehingga dapat menjaga
benda uji terendam dalam air sesuai
ketentuan dan menarik benda uji tersebut
dengan kecepatan tetap serta tidak
menimbulkan getaran selama pengujian
berlangsung;
Termometer ASTM Nomor 63C yang
mempunyai rentang temperatur dari – 8 oC
sampai 32 oC;
Gunting yang memadai untuk memotong
benda uji aspal,
45 dari 199
Setelah diaduk merata, tuangkan contoh uji kedalam cetakan secara hati-
hati agar tidak merusak posisi cetakan.
Cetakan diisi dari ujung ke ujung sampai penuh dan sedikit berlebih;
(Gambar 4)
Biarkan cetakan yang berisi benda uji pada temperatur ruang sampai dingin
atau selama 30 - 40 menit.
Potong bagian permukaan benda uji yang berlebih dengan pisau atau
spatula panas hingga permukaan benda uji rata dengan cetakan;
Rendam kembali plat dasar dan cetakan yang berisi benda uji dalam bak
perendam pada temperatur (25 0,5) oC atau sesuai temperatur pengujian
yang diinginkan selama 85 - 95 menit; (Gambar 5)
Gambar 5.a. Masukkan benda uji Gambar 5.b. Rendam pada temperatur
kedalam bak perendam pengujian selama 85-95 menit
Lepaskan cetakan dan benda uji dari pelat dasar dan lepaskan cetakan
bagian a dan a’ dari benda uji.
Gambar 6.a. Ambil benda uji dari Gambar 6.b. Lepaskan benda uji dari
bak perendam sisi cetakan pada pelat dasar
46 dari 199
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Pasang benda uji pada mesin penguji dengan cara mengaitkan masing-
masing lubang di kedua ujung benda uji pada masing-masing pengait di
mesin penguji; (Gambar 7.)
Gambar 8.a. Hidupkan Gambar 8.b. Tarik benda uji dengan kecepatan
mesin penarik konstan 5 cm/menit 5% hingga perpanjangan 10
cm
5) Matikan mesin penarik dan segera potong benda uji pada bagian tengahnya
hingga menjadi dua bagian dengan menggunakan gunting; (Gambar 9.)
47 dari 199
Gambar 9.a. Matikan mesin penarik Gambar 9.b. Potong benda uji pada
bagian tengahnya
6) Biarkan selama satu jam untuk memberi kesempatan elastisitas pada benda
uji yang sudah dipotong tersebut; (Gambar 10)
7) Setelah dibiarkan satu jam kemudian geserkan kembali kedua sisi benda uji
sehingga kedua ujung benda uji yang telah dipotong dan mengalami
elastisitas bersentuhan kembali; (Gambar 11)
48 dari 199
Gambar 11. Skema proses pengujian elastisitas aspal
d.2. Perhitungan
Hitung persen elastisitas dari benda uji dengan menggunakan persamaan
berikut :
10 - X
% elastisitas = x 100
10
dimana :
X = perpanjangan benda uji dalam satuan centi meter (cm) setelah
mengalami elastisitas.
Nilai elastisitas adalah hasil dari rata-rata tiga benda uji (triplo) yang
berjalan normal.
49 dari 199
d.3 Contoh hasil pengujian lihat Tabel 15.
Tabel 15. Contoh hasil pengujian elastisitas aspal dengan alat daktilitas
(Elastic recovery pada 25 °C)
o
Contoh dipanaskan mulai : pk. 09.45 Temperatur oven : 163 C
selesai : pk. 11.10
Contoh dituangkan : pk. 11.10
Didiamkan pada temperatur ruang mulai : pk. 11.10
selesai : pk. 11.50
o
Direndam pada temperatur pengujian mulai : pk. 11.50 Temperatur bak perendam : 25 C
selesai : pk. 13.50
o
Pengujian Daktilitas mulai : pk. 13.50 Temperatur pengujian : 25 C
selesai : pk. 14.50
50 dari 199
2.2.9 Pengujian Noda untuk Aspal Keras
Alat dan prosedur pengujian mengacu pada SNI 03-6885-2002.
b. Peralatan
Labu dengan kapasitas 50 ml
Gabus penutup yang dilengkapi pipa
gelas Ø 6,4 mm dengan panjang 200
mm
Kertas saring Whatman No. 50 ukuran
70 mm
Pipet atau buret, dengan ketelitian 0,1
mm
Termometer
Timbangan analitis dengan kapasitas
1200 gram (ketelitian 0,001 gr)
Penangas
Plat kaca penguji
Gambar 1.a. Peralatan uji
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji sebanyak (2 ± 0,02) gram, untuk :
- Benda uji aspal keras atau setengah keras, harus meterial aslinya
- Benda uji aspal cair jenis SC, mempunyai nilai distilat (dibawah 360 oC
AASHTO T.78) kurang dari 15 % terhadap volume, harus material asli
atau residunya.
- Benda uji aspal cair jenis lain, dilakukan terhadap residu hasil AASHTO
T.78
51 dari 199
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
1) Timbang benda uji seberat (2 ± 0,02) gram di dalam labu. (Gambar 2.)
Gambar 4.a. Tutup labu dengan Gambar 4.b. Goyangkan labu dengan
penutup gabus yang dilengkapi pipa gerakan melingkar secara cepat
gelas selama 5 detik
52 dari 199
5) Rendam labu dalam penangas air yang mendidih pelan sampai sedalam lehernya
selama 55 detik; bila contoh sesudah berupa cairan yang tipis pemanasan tidak
diperlukan. (Gambar 5.)
Gambar 5.a. Rendam labu kedalam penangas air yang mendidih sedalam
leher labu selama 55 detik
6) Angkat labu dari penangas dan digoyang-goyang selama 5 detik kemudian
direndam 55 detik; (Gambar 6.)
53 dari 199
12) Setelah 5 (lima) menit amati tetesan pada kertas saringan dengan cara
memegangnya sambil : (Gambar 8.)
Tangan direntangkan.
Bidang kertas tegak lurus garis
pandang;
Sinar terang dari arah belakang
peninjau; diutamakan sinar tersebut
adalah sinar matahari yang
menyebar
Tetesan Tetesan
positip negatif
54 dari 199
a. Tetesan positip b. Tetesan negatip
Gambar 10. Sketsa petunjuk hasil pengujian noda aspal
55 dari 199
3 Agregat
Dalam campuran beraspal, agregat berperan sebagai tulangan sedangkan aspal berperan
sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat.
Sifat-sifat mekanis dalam campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-
bahan pembentuknya, friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking),
dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran
agregat maksimum yang digunakan.
Pada campuran beraspal, agregat memberikan kontribusi sampai 90-95% terhadap berat
campuran, sehingga sifat-sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu dari kinerja
campuran tersebut. Untuk tujuan ini, sifat agregat yang harus diperiksa antara lain :
ukuran butir, gradasi, kebersihan, kekerasan, bentuk partikel, tekstur permukaan,
penyerapan, dan kelekatan terhadap aspal.
Pengambilan contoh dan pengujian merupakan dua hal yang sangat penting dalam fungsi
pengendalian mutu. Data dari pengujian ini merupakan alat untuk menilai kualitas produksi
apakah memenuhi syarat atau tidak. Dengan alasan ini, pengambilan contoh dan prosedur
pengujian harus dilakukan dengan hati-hati dan benar.
Salah satu kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk
mengambil contoh yang mewakili. Apabila contoh yang dikirim ke laboratorium tidak
mewakili kondisi bahan yang sebenarnya, maka hasil pengujian akan sia-sia, bahkan
apabila digunakan, mungkin menyesatkan. Oleh karena itu, pengambilan contoh harus
dilakukan dengan prosedur standar, baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun
AASHTO atau ASTM atau standar internasional yang lain.
Pengujian laboratorium terhadap sifat-sifat fisik agregat yang digunakan sebagai bahan
baku, meliputi untuk :
Ukuran butir, yaitu dengan melakukan analisa saringan
Gradasi, yaitu dengan melakukan analisa saringan
Kebersihan, yaitu dengan melakukan analisa saringan basah
Kekerasan, yaitu dengan melakukan uji abrasi/keausan dengan mesin abrasi
Bentuk partikel, yaitu dengan melakukan uji partikel ringan pada egregat, uji kepipihan
agregat,
Kelekatan terhadap aspal, yaitu dengan melakukan pengujian kelekatan agregat
terhadap aspal,
Tekstur permukaan agregat, yaitu dengan melakukan uji angularitas,
56 dari 199
Tabel 17. Berat minimum contoh agregat dari lapangan
Prakiraan jumlah minimum
Ukuran nominal agregat maksimum
contoh dari lapangan (kg)
Agregat Halus :
No. 8 (2,36 mm) 10
No. 4 (4,75 mm) 10
Agregat Kasar :
3/8 in (9,5 mm) 10
½ in (12,5 mm) 15
¾ in (19,0 mm) 25
1 in (25,0 mm) 50
1 ½ in (37,5 mm) 75
2 in (50,0 mm) 100
2 ½ in (63,0 mm) 125
3 in (75,0 mm) 150
3 ½ in (90,0 mm) 175
57 dari 199
Gambar 1. Pengambilan contoh dari timbunan agregat bentuk kerucut
Alat dan prosedur pengambilan contoh agregat mengacu pada SNI 03-6889-2002.
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengambilan
contoh agregat dari timbunan
o Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mewakili populasi.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, dan cara pengambilan
contoh agregat kasar dan agregat halus
b. Peralatan
o Plat baja pemisah agregat, untuk timbunan trapesium
o Sekop berujung persegi
o Cangkul
o Meteran
o Timbangan
o Satu set saringan ukuran 2,36 s/d 90 mm
o Wadah penampung contoh, berupa karung atau kantong plastik
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh yang akan diambil sudah tersedia pada suatu timbunan agregat
trapesium dengan kondisi tidak terjadi segregasi ;
Lakukan pengukuran agregat nominal dari tumpukan dengan saringan
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1) Tentukan tempat pengambilan contoh agregat pada tempat penimbunan;
2) Masukkan plat baja penahan atau plat baja pemisah hingga cukup kokoh/tidak
berubah bila diambil contoh agregat bagian luarnya;
3) Untuk timbunan trapesium, keluarkan agregat yang berada diatas posisi titik
pengambilan dan pada kedalaman yang ditentukan, ambil contoh agregat
sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan;
4) Simpan hasil pengambilan contoh kedalam wadah (karung atau kantong
plastik)
58 dari 199
o Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mewakili populasi.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, dan cara pengambilan
contoh agregat kasar dan agregat halus
b. Peralatan
o Alat pembagi contoh/template
o Sekop berujung persegi
o Sekop
o Timbangan
o Satu set saringan ukuran 2,36 mm s/d
90 mm
o Kuas 75 mm
o Wadah penampung contoh, berupa
karung atau kantong plastik
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh yang akan diambil sudah tersedia pada ban berjalan dengan kondisi tidak
terjadi segregasi ;
Lakukan pengukuran besarnya agregat nominal dengan saringan, serta tentukan
jumlah atau berat contoh yang diperlukan .
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1) Operasikan ban berjalan dan tepat pada menit yang ditentukan sebagai
pengambilan contoh, ban berjalan hentikan;
2) Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat yang ditentukan, dengan
menggunakan alat pembagi contoh, termasuk bahan-bahan yang halus yang
melekat pada ban berjalan;
3) Simpan hasil pembagian contoh kedalam wadah (karung atau kantong
plastik).
Alat dan prosedur pengambilan contoh agregat mengacu pada SNI 03-6889-2002.
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengambilan
contoh agregat dari alat pengangkutann
o Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mewakili populasi.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, dan cara pengambilan
contoh agregat kasar dan agregat halus
59 dari 199
b. Peralatan
o Plat baja pemisah agregat
o Sekop berujung persegi
o Cangkul
o Timbangan
o Satu set saringan ukuran 2,36 s/d 90
mm
o Wadah penampung contoh, berupa karung atau kantong plastik
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh yang akan diambil sudah tersedia pada pada alat pengangkut (seperti :
truk, kereta api, kapal, atau lainnya) dengan kondisi tidak terjadi segregasi;
Lakukan pengukuran agregat nominal dengan saringan, serta tentukan jumlah
berat contoh agregat yang diperlukan.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1) Masukkan pelat baja pemisah kedalam agregat pada nomor pengangkutan
dan kwadran yang sesuai;
2) Keluarkan agregat yang berada diatas posisi yang akan diambil;
3) Ambil contoh agregat dari strata yang ditentukan;
4) Simpan hasil pembagian contoh kedalam wadah (karung atau kantong
plastik).
Alat dan prosedur pengambilan contoh agregat mengacu pada SNI 03-6889-2002.
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengambilan
contoh agregat dari hamparan lapangan
o Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mewakili populasi.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, dan cara pengambilan
contoh agregat kasar dan agregat halus
b. Peralatan
o Sekop berujung persegi
o Cangkul
o Meteran
o Timbangan
o Satu set saringan
o Wadah penampung contoh, berupa
karung atau kantong plastik
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh yang akan diambil sudah tersedia pada lapangan, yang dihampar dari
truk, kereta api, kapal, atau lainnya dengan kondisi tidak terjadi segregasi.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1) Lakukan penggalian dengan ukuran (0,8 x 0,8) m;
2) Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominal
dengan saringan;
3) Ambil contoh sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan.
60 dari 199
3.1.1.6 Pengambilan Contoh dari Sumber Agregat Potensial
Alat dan prosedur pengambilan contoh agregat mengacu pada SNI 03-6889-2002.
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengambilan
contoh agregat dari sumber agregat potensial (seperti : sisi sungai, dataran,
gunung, dll)
o Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mewakili populasi.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, dan cara pengambilan
contoh agregat kasar dan agregat halus
b. Peralatan
o Alat pengupas
o Sekop berujung persegi
o Cangkul
o Meteran
o Timbangan
o Satu set saringan
o Wadah penampung contoh, berupa karung atau kantong plastik
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh yang akan diambil sudah tersedia dilapangan yang diambil dari sumber
alam potensial (seperti : sisi sungai, dataran, gunung, dll,) dengan kondisi tidak
terjadi segregasi.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1) Tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agregat;
2) Lakukan pengupasan permukaan hingga bersih dan gali ukuran (0,8x0,6) m;
3) Pada kedalaman yang ditentukan, lakukan pengukuran agregat nominal
dengan saringan;
4) Ambil contoh agregat sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan.
Alat dan prosedur pengambilan contoh agregat mengacu pada SNI 03-6889-2002.
a. Maksud, Tujuan, dan Lingkup
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengambilan
contoh agregat dari sumber batuan padat/kompak (massive) yang potensial
(seperti : dataran, gunung, dll.)
o Dengan tujuan untuk mendapatkan contoh agregat yang mewakili populasi.
o Mencakup peralatan, persiapan pengambilan contoh, dan cara pengambilan
contoh agregat kasar dan agregat halus
b. Peralatan
o Alat pengupas
o Sekop berujung persegi
o Cangkul
o Meteran
o Timbangan
o Satu set saringan
o Wadah penampung contoh, berupa
karung atau kantong plastik
61 dari 199
c. Persiapan Pengambilan Contoh
Contoh yang akan diambil sudah tersedia dari sumber batuan padat/kompak
(massive) potensial (seperti : dataran, gunung, dll.)
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengambilan Contoh
1) Tentukan lapisan kedalaman (strata) yang akan diambil contoh agregat;
2) Lakukan pengupasan permukaan hingga bersih dan buang batuan massive
yang lapuk dipermukaan;
3) Pada kedalaman yang ditentukan, ambil batuan massive dengan ukuran
minimum (150 x 150 x 100) m;
4) Ambil contoh batuan sesuai dengan jumlah berat minimum yang disyaratkan
(25 kg);
5) Beri tanda pada batuan sesui posisi aslinya (atas, bawah
Alat dan prosedur penyiapan benda uji mengacu pada SNI 13-6717-2002.
Dimana penyiapan benda uji dari contoh agregat yang telah diambil dari lapangan dapat
dilakukan dengan salah satu dari 3 metode, yaitu :
1) Metode pembagi contoh dengan menggunakan alat spliter
2) Metode perempatan (quatering), terdapat 2 cara, yaitu :
(1) Metode perempatan cara 1
(2) Metode perempatan cara 2.
3). Metode pembentukan gundukan mini
Pemilihan Metode :
1) Metode Spliter, digunakan untuk :
(1) Agregat kasar;
(2) Agregat halus yang lebih kering dari permukaan jenuhnya;
(3) Pembagian pendahuluan agregat halus basah yang jumlahnya cukup
banyak; pembagian dilakukan menggunakan spliter yang mempunyai ukuran
lubang besar yaitu 37,5 mm sampai mendapatkan contoh paling sedikit 5 kg,
selanjutnya contoh yang diperoleh dikeringkan dan dibagi menggunakan
spliter yang berukuran sesuai dengan ukuran agregat halus.
2) Metode Perempatan, digunakan untuk :
(1) Agregat kasar;
(2) Agregat halus yang lebih basah dari keadaan kering permukaan jenuh.
Metode spliter meruipakan pilihan terbaik dalam penyiapan contoh benda uji,
meskipun metode perempatan dapat juga digunakan.
3) Metode Gundukan Mini, digunakan untuk :
(1) Agregat halus dalam kondisi basah.
(2) Sebagai lanjutan dari metode spliter atau perempatan untuk mendapatkan
jumlah benda uji tertentu.
62 dari 199
3.1.2.1 Metode Alat Pembagi Contoh Spliter
Alat dan prosedur penyiapan benda uji mengacu pada SNI 13-6717-2002.
b. Peralatan
o Spliter
o Dua buah penampung
o Nampan, untuk menuangkan contoh ke dalam spliter
o Wadah2 untuk menampung hasil pembagian contoh
63 dari 199
d. Prosedur/Pelaksanaan Pembagian Contoh Spliter
1) Masukkan contoh agregat secukupnya ke dalam nampan pemasok dan
ratakan pada seluruh nampan pemasok; (Gambar 2)
Gambar 4.a. Ambil salah Gambar 4.b. Tumpahkan Gambar 4.c. Lepaskan
satu hasil pembagian kembali contoh agregat alat penahan, hingga
pada nampan kedalam spliter terjadi aliran bebas
penampung melalui lubang persegi ke
nampan penampung
64 dari 199
5) Simpan hasil pembagian ke dalam wadah sesuai yang telah disiapkan
sebagaimana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji; (Gambar 5)
Alat dan prosedur penyiapan benda uji mengacu pada SNI 03-6717-2002.
Pilih salah satu cara yang akan digunakan dari :
65 dari 199
a. Maksud dan Tujuan
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam penyiapan
benda uji dengan metode perempatan cara 1.
o Dengan tujuan untuk mendapatkan benda uji agregat kasar, agregat halus
yang lebih basah dari keadaan kering permukaan jenuh.
b. Peralatan
Sekop
Sapu atau sikat
Mistar pelurus
Lantai datar, rata, untuk
penempatan contoh
Wadah2 untuk menampung
hasil pembagian contoh
2) Aduk contoh agregat yang sudah terkumpul tersebut secara merata dengan
membalik-balikkan beberapa kali dengan menggunakan sekop, kemudian
pada pembalikkan terakhir buat gundukkan membentuk kerucut (Gambar 3.)
66 dari 199
Gambar 3.a. Aduk contoh agregat dengan Gambar 3.b pada
membalik-balikkan beberapa kali dengan pembalikkan terakhir
menggunakan sekop buat gundukkan
membentuk kerucut
3) Tekan puncak kerucut dengan sekop secara hati-hati hingga terbentuk kerucut
terpancung dengan ketebalan dan diameter yang seragam, usahakan
diameter kerucut terpancung sekitar 4 sampai 8 kali ketebalannya; (Gambar 4)
Gambar 4.a. Tekan puncak kerucut Gambar 4.b. Tekan terus hingga
dengan sekop hingga terbentuk dameter kerucut terpancung menjadi
kerucut terpancung dengan ketebalan sekitar 4 - 8 x ketebalannya
dan diamter yang seragam
Gambar 5.a. Pertama bagi kerucut Gambar 5.b. Kemudian bagi lagi 2
terpancung dengan sekop menjadi 2 bagian yang sama arah menyilang,
bagian yang sama hingga terbagi menjadi 4 bagian yang
sama
67 dari 199
5) Kemudian ambil 2 bagian yang bersilangan dengan sekop dan kuas sampai
seluruh material terbawa; (Gambar 6)
Gambar 6.a. Ambil satu bagian Gambar 6.b. Kemudian ambil lagi
dengan sekop sampai seluruh satu bagian yang bersilangan juga
material terbawa dan masukkan sampai material terbawa dan
kedalam wadah masukkan kedalam wadah yang sama
6) Lanjutkan pembagian seperti halnya tahap 3). sampai dengan tahap 5).
terhadap bagian contoh yang telah dikerjakan pada tahap 5)., dan seterusnya
sampai mendapatkan jumlah benda uji yang direncanakan; (Gambar 7.)
Simpan hasil pembagian sisa yang tidak terambil dan gunakan untuk
penyiapan benda uji bila hasil pembagian yang pertama tidak mencukupi.
Gambar 7.a. Satukan dan aduk contoh agregat sisanyal tersebut secara
merata dengan membalik-balikkan beberapa kali dengan menggunakan
sekop, kemudian pada pembalikkan terakhir buat gundukkan membentuk
kerucut
Gambar 7.b. Tekan puncak kerucut dengan sekop hingga terbentuk kerucut
terpancung dan tekan terus hingga diameter kerucut terpancung menjadi
sekitar 4 - 8 x ketebalannya
68 dari 199
Gambar 7.c. Bagi kerucut terpancung dengan sekop menjadi 4 bagian yang
sama
Gambar 7.d. Kemudian ambil 2 bagian yang bersilangan dengan sekop dan
kwas sampai seluruh material terbawa dan seterusnya sampai mendapatkan
jumlah benda uji yang direncanakan
7) Hasil pembagian masukkan kedalam wadah sesuai yang telah disiapkan
sebagaimana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji.
Alat dan prosedur penyiapan benda uji mengacu pada SNI 03-6717-2002.
b. Peralatan
Terpal atau lembaran plastik
ukuran ± 2 x 2,5 m, untuk
penempatan contoh
Tongkat pelurus; Sikat
Wadah2 untuk menampung
hasil pembagian contoh
69 dari 199
c. Persiapan Perempatan Cara 2.
Buat daftar pengujian2 yang akan dilakukan pada contoh yang akan diuji dan
tentukan banyak bahan yang diperlukan untuk setiap benda uji;
Siapkan wadah2 bahan benda uji;
Kumpulkan semua contoh ditempat yang akan dilakukan penyiapan bahan;
Periksa contoh termasuk agregat kasar atau agregat halus dan periksa ukuran
butir terbesar;
Periksa contoh terhadap kondisi kering permukaan jenuh (dengan cara
mengepal contoh agregat halus, jika setelah kepalan dibuka masih
menggumpal menandakan dalan keadaan kering permukaan jenuh atau lebih
basah);
Siapkan terpal/kanvas atau lembaran plastik dengan ukuran kira-kira 2 x 2,5
m untuk penempatan agregat yang akan dibagi.
70 dari 199
a. Pengadukan b. Pembentukan konus c. Perempatan
dengan menggulung contoh (quartering)
kanvas
Alat dan prosedur penyiapan benda uji mengacu pada SNI 13-6717-2002.
a. Maksud dan Tujuan
o Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam penyiapan
benda uji dengan metode gundukan mini
o Dengan tujuan untuk medapatkan benda uji agregat halus dalam kondisi
basah.
b. Peralatan
Sekop kecil atau sendok
Alas rata, keras, halus untuk penempatan
contoh
Wadah untuk menampung hasil pembagian
contoh
Gambar 1. Peralatan
c. Persiapan Gundukan Mini
Buat daftar pengujian yang akan dilakukan pada contoh yang akan diuji dan
tentukan banyaknya bahan yang diperlukan untuk setiap benda uji;
Siapkan wadah bahan benda uji;
Kumpulkan semua contoh ditempat yang akan dilakukan penyiapan bahan;
Periksa contoh termasuk agregat kasar atau agregat halus dan periksa
ukuran butir terbesar;
Periksa contoh terhadap kondisi kering permukaan jenuh (dengan cara
mengepal contoh agregat halus, jika setelah kepalan dibuka masih
menggumpal menandakan dalan keadaan kering permukaan jenuh atau
lebih basah);
71 dari 199
Siapkan permukaan lantai yang yang datar dan rata, keras, dan tidak mudah
terkelupas, untuk penempatan agregat yang akan dibagi.
d. Prosedur/Pelaksanaan Penyiapan Benda Uji
1) Tumpahkan contoh agregat kesuatu permukaan yang datar, keras, dan tidak
mudah terkelupas, aduk sampai merata
2) Kemudian contoh yang sudah merata dibentuk suatu gundukan mini
menyerupai kerucut
3) Ambil contoh paling sedikit lima tempat secara acak pada gundukan mini
tersebut dengan menggunakan sendok atau sekop kecil, sampai
mendapatkan jumlah yang diinginkan
4) Hasil pembagian masukkan kedalam wadah sesuai yang telah disiapkan
sebagaimana ditentukan dalam penentuan jumlah benda uji
72 dari 199
3.2.1 Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar
b. Peralatan
Timbangan dan neraca dengan ketelitian
0,2% dari berat benda uji;
Satu set saringan yang sesuai
SNI 03-6866-2002:
37,5 mm (3”);
63,5 mm (2½”);
50,8 mm (2”); Gambar 1.a. Timbangan dan 1 set
36,1 mm (1½”); saringan
19,1 mm (¾”);
12,5 mm (½”);
9,5 mm (⅜”);
No.4 (4.75 mm);
No.8 (2,36 mm);
No.16 (1,18 mm);
No.30 (0,600 mm);
No.50 (0,300 mm); Gambar 1.b. Pengering Oven
No.100 (0,150 mm);
No.200 (0,075 mm);
Pengering oven, dengan pengatur
temperatur untuk memanasi sampai (110
+ 5)°C; (Gambar 1.b.)
Alat pemisah contoh (Gambar 1.c.);
Mesin pengguncang saringan (Gambar Gambar 1.c. Alat pemisah contoh
1.d.); (Spliter)
Talam-talam;
Kuas, sikat kuningan, sendok, dan
alat-alat lainnya.
73 dari 199
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Pengambilan contoh uji agregat dilakukan dan banyaknya berat contoh dari
lapangan harus sesuai dengan SNI 03-6889-2002.
Benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait kecuali
apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya
dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
Agregat halus - Jumlah contoh uji agregat halus setelah kering harus
minimum 300 gr.
Agregat kasar, terdiri dari:
o Ukuran maks. 5"; berat minimum 300,0 kg
o Ukuran maks. 4"; berat minimum 150,0 kg
o Ukuran maks. 3,5"; berat minimum 100,0 kg
o Ukuran maks. 3"; berat minimum 60,0 kg
o Ukuran maks. 2,5"; berat minimum 35,0 kg
o Ukuran maks. 2"; berat minimum 20,0 kg
o Ukuran maks. 1,5"; berat minimum 15,0 kg
o Ukuran maks. I"; berat minimum 10,0 kg
3
o Ukuran maks. /4" berat minimum 5,0 kg
1
o Ukuran maks. /2"; berat minimum 2,0 kg
3
o Ukuran maks. /8"; berat minimum 1,0 kg
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.; Selanjutnya
agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti
tercantum diatas.
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan temperatur (110 ± 5)°C, sampai
berat tetap; (Gambar 2)
74 dari 199
Gambar 3.a. Siapkan saringan Gambar 3.b. Masukkan benda uji
dengan susunan yang disyaratkan pada saringan bagian atas
3) Pasang penutup dan alas saringan (pan); (Gambar 4)
4) Apabila digunakan penggetar, pasang saringan pada penggetar; (Gambar 5)
Gambar 7.a. Timbang butir yang Gambar 7.b. Catat hasil timbangan
tertahan masing-masing saringan masing-masing saringan
75 dari 199
d.2. Perhitungan dan Penyajian Data (lihat Tabel 20)
1) Hitung berat butir kumulatif yang tertahan pada saringan tertentu.
2) Hitung berat butir yang lolos saringan tertentu, yaitu dengan cara
mengurangkan persen berat butir kumulatif yang tertahan dari seratus
persen.
3) Jika perlu, gambar gradasi dalam bentuk grafik
d.3. Contoh hasil pengujian
Tabel 20. Contoh Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar
Berat Bahan Kering = 10.000 gram
Berat Jumlah Berat Persentase Kumulatif
Saringan Tertahan, a Tertahan, b
(gram) (gram) Tertahan, c Lolos, d
76,2 (3")
63,5 (21/9")
50,8 (2")
36,1 (1½") 0,00 100,00
25,4 (1") 371,00 371,00 3,71 96,2
19,1 (1/4") 154,00 525,00 5,25 94,75
12,7 (1/2") 4.158,00 4.683,00 46,83 53,17
9,52 (3/8”) 1.758,00 6.441.26 64,41 35,59
No. 4 1.189,74 7.631,01 76,31 23,69
No. 8 502,22 8.133,22 81,33 18,67
No. 16 501,13 8.634,36 86,34 13,66
No. 30 472,39 9.106,75 91,07 8,93
No. 50 404,05 9.510,80 95,11 4,89
No. 100 316,73 9.827,53 98,28 1,72
No. 200 131,25 9.958,78 99,59 0,41
Pan 41,22 10.000,00 100,00 0,00
76 dari 199
3.2.2 Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Lolos Saringan No. 200
b. Peralatan
Saringan no 200 (0,075 mm) dan no. 16 (1,18 mm)
Wadah untuk mencuci contoh
Timbangan (ketelitian maksimum 0,1 % berat benda uji)
Oven, dilengkapi dengan pengatur temperatur (110 ± 5)oC
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji dan Bahan Pembersih
Pengambilan contoh uji agregat dilakukan dan banyaknya berat contoh dari
lapangan harus sesuai dengan SNI 03-6889-2002.
Siapkan benda uji dalam kondisi kering oven dengan berat sesuai ketentuan
ukuran maksimum agregat (Tabel 21)
Tabel 21. Ketentuan berat kering minimum benda uji
77 dari 199
Siapkan bahan yang digunakan untuk pembersih (detergent atau sabun)
untuk mempermudah pemisahan bahan halus yang melekat pada agregat
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Pencucian Menggunakan Air
1) Timbang wadah tanpa dan dengan benda uji, untuk mendapatkan berat
benda uji.; (Gambar 2)
2) Masukkan benda uji ke dalam wadah dan tambahkan air hingga seluruh
benda uji terendam; (Gambar 3)
78 dari 199
Gambar 6. Kembalikan ke dalam Gambar 7. Lakukan seterusnya
wadah, tambah air dan goyang- hingga air pencuci benar-benar
goyang, kemudian tuangkan ke jernih
saringan
7) Masukkan sisa contoh yang tertahan pada saringan no. 16 dan no. 200 ke
dalam wadah dan keringkan dalam oven pada temperatur (110+5)0C
sampai beratnya tetap; (Gambar 8)
79 dari 199
W4 = Berat kering benda uji sesudah pencucian + wadah [gram]
W5 = Berat kering benda uji sesudah pencucian [gram]
W6 = % bahan lolos saringan no. 200
d.3. Pencucian Mengunakan Bahan Pelarut
Pencucian dengan menggunakan bahan pelarut pada dasarnya sama dengan
yang diuraikan di atas, kecuali ke dalam air yang digunakan pertama kali
merendam contoh ditambahkan bahan pelarut.
Tabel 22. Contoh Hasil Pengujian Jumlah Bahan dalam Agregat Yang Lolos
Saringan No. 200 (0,075 mm)
Ukuran Maksimum Agregat
No. Contoh 1/5 No. 4 (4,75 mm) Satuan
I II
Berat Kering Benda Uji + Wadah (W1) 800 825 Gram
Berat Wadah (W2) 150 125 Gram
Berat Kering benda Uji Awal (W3) = (W1 – W2) 650 700 Gram
Berat Kering Benda Uji Sesudah
Pencucian + Wadah (W4) 780 680 Gram
Berat Kering Benda Uji Sesudah
Pencucian (W5) = (W4 – W2) 630 680 Gram
Persen Bahan Lolos Saringan
No. 200 (0,075 mm)
W6 = {(W3-W5) / W3} x 100 % 3,0 2,8 %
Hasil I = 3.0 %
Hasil II = 2.8 %
Rata-rata = (I + II) / 2 2,9 %
80 dari 199
3.2.3 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
b. Peralatan
Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram;
Piknometer dengan kapasitas 500 ml;
Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40± 3) mm, diameter bagian bawah
(90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm;
Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm;
Saringan No. 4 (4,75 mm);
Pengering oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi
sampai (110±5)°C;
Pengukuran temperatur dengan ketelitian pembacaan 1°C;
Talam;
Bejana tempat air;
Pompa hampa udara atau tungku;
Desikator.
81 dari 199
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm) yang diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100 gram.
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Keringkan benda uji dalam oven pada temperatur (110 ± 5)°C (Gambar 2),
Biarkan mendingin sampai temperatur yang dapat dikerjakan, basahi dengan
air, baik dengan cara melembabkan sampai 6% atau merendamnya, biarkan
(24+4) jam(Gambar 3);
2) Sebagai alternatif dari langkah di atas, dimana nilai berat jenis dan
penyerapan digunakan dalam menghitung campuran beton dengan agregat
dalam kondisi lapangan seadanya, persyaratan untuk pengeringan awal
sampai berat tetap dapat diabaikan dan apabila permukaan partikel telah
terjaga dalam kondisi basah, perendaman selama (24+4) jam dapat
diabaikan. Nilai penyerapan dan berat jenis dalam kondisi jenuh kering
permukaan dapat menjadi lebih tinggi untuk agregat yang tidak dikeringkan
dengan oven sebelum direndam apabila dibandingkan dengan yang melalui
langkah pada butir 1).;
Gambar 2.d. Dinginkan Gambar 3.a. Masukkan air Gambar 3.b. Rendam
pada temperatur ruang hingga terendam dalam air selama (24 ± 4)
jam
3) Buang kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilangnya butiran
yang halus, tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang rata dan
tidak menyerap air; (Gambar 4)
4) Beri aliran udara yang hangat dan perlahan, aduk untuk mencapai
pengeringan yang merata. Bila di inginkan, bantuan mekanis seperti alat
82 dari 199
pengaduk dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mencapai kondisi
jenuh kering permukaan; (Gambar 5)
83 dari 199
Gambar 10. Masukkan Gambar 11. Ratakan Gambar 12. Lakukan
benda uji kedalam dengan jari penumbukkan 25 x
kerucut secara
bertahap/lapis lapis ke 2
dst sampai penuh
Gambar 14.a. Angkat kerucut secara Gambar 14.b. Bentuk benda uji
vertikal setelah kerucut diangkat
6) Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 +
10 gram benda uji ke dalam piknometer; (Gambar 15)
Gambar 15.a. Masukkan Gambar 15.b. Ambil benda uji dan timbang
kembali kedalam wadah sebanyak 500 + 10 gram
84 dari 199
Gambar 15.d. Masukkan benda uji kering permukaan jenuh kedalam
piknometer
7) Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, selama
pemasukan sesekali putar piknometer sambil di guncang sampai tidak
terlihat gelembung udara di dalamnya; (Gambar 16)
85 dari 199
Gambar 17.d. Amati Gambar 17.e. Bila sudah tidak ada gelembung
apakah sudah tidak ada udara atau setelah 20 menit, keluarkan dan
gelembung udara sampai pasang penutup piknometer yang berbentuk
dengan 20 menit corong berlubang
9) Tambahkan air suling pada piknometer sampai mencapai tanda batas;
(Gambar 18)
Gambar 18. Tambahkan air suling pada piknometer sampai mencapai tanda
batas
10) Rendam piknometer dalam air dan ukur temperatur air untuk penyesuaian
perhitungan pada temperatur standar 25°C; (Gambar 19.)
Gambar 19.a. Rendam piknometer dalam bejana air Gambar 19.b. Keluarkan
dan ukur temperatur air untuk penyesuaian dan keringkan bagian luar
perhitungan pada temperatur standar 25°C dengan lap
11) Timbang piknometer
berisi air dan benda uji
dengan ketelitian 0,1
gram (=Bt ); (Gambar
20)
86 dari 199
12) Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan temperatur (110 ± 5)°C
sampai berat tetap; (Gambar 21)
87 dari 199
d.2. Perhitungan dan Penyajian Data
Tabel 23. Contoh Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Uraian A B Rata-rata
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 500 500,0 500,0 …………… gr
Berat benda uji kering oven (Bk) 497,7 493,2 …………… gr
Berat piknometer diisi air (25°C) (B) 822,6 850,0 …………… gr
Berat piknometer + benda uji (SSD) + Air (25°C) (Bt) 1127,6 1153,3 …………… gr
A B Rata-rata
Bk
Berat jenis (Bulk) = B 500 Bt 2,55 2,54 2,53 ……
500
Berat jenis kering permukaan jenuh = B 500 Bt 2,55 2,54 2,56 ……
Bk
Berat jenis semu (Apparent) = B Bk Bt 2,61 2,63 2,62 ……
500 Bk 100%
Penyerapan (Absorption) = Bk 1,39 1,35 1,32 ……
88 dari 199
3.2.4 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
b. Peralatan
Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg;
Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan.
Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap;
Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;
Saringan no. 4 (4,75 mm).
Pengering oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi
sampai (110±5)°C;
Alat pemisah contoh;
Gambar 1.b.
Keranjang kawat Gambar 1.c. Oven
89 dari 199
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Siapkan benda uji yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm yang diperoleh dari
alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan; (Gambar 2)
2) Keringkan benda uji dalam oven pada temperatur (110° ± 5)°C sampai
berat tetap; (Gambar 3)
Catatan 1. : bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam
pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air
aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven;
90 dari 199
4) Rendam benda uji dalam air pada temperatur ruang selama 24 ± 4 jam;
(Gambar 5)
Gambar 5. Rendam benda uji dalam air pada temperatur ruang selama
24 ± 4 jam
5) Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air
pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu
persatu; (Gambar 6)
6) Timbang benda uji kering permukaan jenuh (=B j ); (Gambar 7)
91 dari 199
8) Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat
dan ringan; bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang
tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati,
dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk
mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.
d.2. Perhitungan dan Penyajian Data
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan dalam
persamaan, sebagai berikut :
Bk
Berat jenis curah (bulk specific gravity) =
Bj Ba
Bj
Berat jenis kering-permukaan jenuh (saturated surface dry) = Bj Ba
Bk
Berat jenis semu (apparevt specific grafity) =
Bk Ba
Bj Bk
Penyerapan = .100%
Bk
dimana :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram
Ba = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air, dalam gram
Tabel 24. Contoh Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
A B Rata-rata
Berat benda uji kering oven Bk 1215,25 1195,10 ………… ………
Berat benda uji kering permukaan jenuh Bj 1232,10 1211,20 ……… ………
Berat benda uji didalam air Ba 749,86 140,69 ………… ………
A B Rata-rata
92 dari 199
3.2.5 Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles
Gambar 1.b. Sketsa bagian dalam alat mesin abrasi Los Angeles
93 dari 199
Gambar 2.a. Alat mesin Abrasi Gambar 2.b. Peralatan Gambar 2.c. Pengering
Los Angeles pendukung (saringan, Oven
timbangan, bola-bola baja,
dan alat bantu lainnya
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
1) Siapkan benda uji dengan berat dan gradasi sesuai Tabel 8. (terdapat 7
cara yang dapat ditentukan, cara A s/d G dengan masing-masing gradasi);
Tabel 25. Daftar gradasi dan berat benda uji
Lolos Tertahan
saringan saringan A B C D E F G
mm inci mm inci
75 3,0 63 2 1/2 - - - - 2500±50 - -
63 2 1/2 50 2,0 - - - - 2500 ± 50 - -
50 2,0 37,5 1 1/2 - - - - 5000 ± 50 5000 ± 50 -
37,5 11/2 25 1 1250± 25 - - - - 5000 ± 25 5000 ± 25
25 1 19 3/4 1250±25 - - - - - 5000 ± 25
19 3/4 12,5 1/2 1250±10 2500±10 - - - - -
12,5 1/2 9,5 3/8 1250±10 2500±10 - - - - -
9,5 3/8 6,3 ¼ - - 2500±10 - - - -
6,3 1/4 4,75 No.4 - - 2500±10 2500±10 - - -
4,75 No. 4 2,36 No. 8 - - - 2500±10 - - -
Total 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10 10000±10 10000±10 10000±10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000±25 4584±25 3330±20 2500±15 5000±25 5000±25 5000±25
2) Cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110C ± 5C sampai berat
tetap; (Gambar 3)
94 dari 199
3) Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan dan lakukan penimbangan; (Gambar 4)
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 macam gradasi (A, B, C, D, E ,G) pada Tabel 1.
2) Benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi ; (Gambar 7)
95 dari 199
3) Putar mesin dengan kecepatan 30 s/d 33 rpm dengan jumlah putaran
gradasi A, B, C, dan gradasi D adalah 500 putaran, serta untuk gradasi E,
F, dan gradasi G adalah 1000 putaran; (Gambar 8)
Gambar 9.d. Benda uji disaring Gambar 9.e. Benda uji hasil
dengan # no. 12 saringan (masih mengandung
debu)
96 dari 199
5) Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperatur 110C ± 5C dan
Timbang bahan tertahan saringan no. 12 dengan ketelitian 1 gram. (=b);
(Gambar 11)
d.2. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut:
ab
Keausan X 100%
a
dimana : a = berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b = berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan
dalam gram.
Tabel 26. Contoh Pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
Gradasi Pemeriksaan B fraksi 10 – 20 mm)
Saringan I II
Berat Berat Berat Berat
Lolos Tertahan
sebelum sesudah sebelum sesudah
(a) (b) (a) (b)
76,2 mm (3”) 63,5 mm (2½”) ………… ………… ………… …………
63,5 mm (2½”) 50,8 mm (2”) ………… ………… ………… ……..…
50,8 mm (2”) 37,5 mm (1½”) ………… ………… ………… ……..…
37,5 mm (1½”) 25,4 mm (1”) ………… ………… ………… …..……
25,4 mm (1”) 19,0 mm (¾”) ………… ………… ………… …………
19,0 mm (¾”) 12,5 mm (½”) 2500 gr ………… 2500gr …………
12,5 mm (½”) 9,5 mm (⅜”) 2500gr ………… 2500gr ……..…
9,5 mm (⅜”) 6,3 mm (¼”) ………… ………… ………… …………
6,3 mm (¼”) 4,75 mm (no.4) ………… ………… ………… …………
4,75 mm (no.4) 2,36 mm (no.8) ………… ………… …..…… …………
Jumlah Berat 5000 gr 4161 gr 5000 gr 4120 gr
Berat tertahan saringan no. 12 ……..… 839 gr ……..… 880 gr
97 dari 199
I. a = 5000 gram II. a = 5000 gram
b = 4161 gram b = 4120 gram
a–b = 839 gram a – b = 880 gram
a b a b
keausan I = 100% = 16,8 % Keausan II = 100% = 17,6%
a a
Keausan rata-rata = 17 %
98 dari 199
3.2.6 Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Gambar 1.a. Peralatan uji, contoh uji, dan aspal Gambar 1.b. Alat pengering
Oven
c. Persiapan Pengujian
99 dari 199
c.2. Persiapan Peralatan
Siapkan peralatan yang akan digunakan sesuai petunjuk pemakaian
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Pelapisan Agregat Kering dengan Aspal Cair
1) Masukkan 100 gram benda uji kedalam wadah. (Gambar 3)
7) Isi dengan air suling sebanyak 400 ml kemudian diamkan pada temperatur
ruang selama 16 sampai 18 jam; (Gambar 9)
8) Perkirakan persentase luas permukaan yang masih terselimuti aspal;
(Gambar 10)
Gambar 9.a. Isikan dengan air suling (400 ml) Gambar 9.b. Diamkan
kemudian diamkan pada temperatur ruang selama pada temperatur ruangan
16 – 18 jam selama 16 – 18 jam
Hasil Pengamatan
Uraian
I II
Hasil rata-rata 95 +
Gambar 1.a. Peralatan dan bahan pelarut untuk Gambar 1.b. Alat
menguji sifat kekekalan agregat terhadap larutan Na2SO4 pengering Oven
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji dan Bahan Pelarut
Cuci benda uji sampai bersih dan keringkan hingga berat tetap pada
temperatur (110± 5)°C;
Ayak benda uji untuk fraksi halus menggunakan ayakan sesuai dengan Tabel
11.a., sedangkan untuk fraksi kasar sesuai dengan Tabel 11.b.;
Timbang masing-masing fraksi, untuk fraksi halus diperlukan (100 ± 5) gram,
untuk fraksi kasar sesuai dengan Tabel 11.b.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan :
o Bila benda uji terdiri dari fraksi halus dan kasar dengan gradasi > 10%
berat butiran lebih besar 9,50 mm dan > 10% berat butiran lebih kecil dari
4,75 mm, pengujiannya sesuai dengan pengujian fraksi halus dan fraksi
kasar;
d.2. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus berikut :
AB
C 100%
A
dimana : C = Index ketangguhan benda uji dalam persen berat
A = Jumlah berat awal seluruh fraksi benda uji
B = Jumlah berat benda uji yang tertahan pada ayakan tertentu
Catatan : Klasifikasi ketangguhan batu adalah sebagai berikut: batas tangguh bila diuji
dengan menggunakan larutan natrium sulfat diperoleh index kekekalan < 10%
atau bila diuji menggunakan Iarutan magnesium sulfat diperoleh index
kekekalan < 12%.
Catatan : 1. Untuk yang halus diperlukan contoh untuk tiap fraksi min. 100 gr
2. Untuk yang kasar diperlukan contoh tiap fraksi min. Sebagai berikut :
Tertahan di1 1/2" = 2,000 gr
1" = 1,000 gr
3/4" = 500 gr
1/2" = 670 gr
3/8 " = 330 gr
No.4 = 300 gr
Gambar 1.a. Peralatan uji dan contoh uji Gambar 1.b. Alat pengering Oven
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Ambil benda uji (sebanyak 85 ml) yang sudah disaring (lolos saringan no.4) dan
diperempat. kemudian keringkan dalam oven pada temperatur (110 ± 5)oC. sampai
berat tetap, dinginkan pada temperatur ruangan;
2) Isi tabung plastik dengan larutan kerja sampai menunjukkan angka pada skala 5;
(Gambar 4)
Gambar 4.a. Isi tabung dengan larutan kerja melalui Gambar 4.b. Sampai
pipa pengalir angka menunjukkan pada
skala 5
3) Masukkan benda uji yang sudah dikeringkan ke dalam tabung plastik berisi larutan
kerja, ketuk-ketuk beberapa saat kemudian diamkan selama 10 menit; (Gambar 5)
Gambar 5.a. Ambil benda Gambar 5.b. Ratakan Gambar 5.c. Masukkan
uji yang telah disiapkan melalui corong
4) Tutup tabung plastik dengan penutup gabus, kemudian miringkan sampai hampir
mendatar dan kocok dengan alat pengocok tabung yang dipilih, yaitu alat pengocok
manual; (Gambar 6)
Gambar 6.a. Tutup Gambar 6.b. Pasang tabung plastik pada alat
tabung plastik pengocok manual
Gambar 6.c. Kocok tabung dengan cara goyangkan Gambar 6.d. Pengukur
sebanyak 90 kali bolak balik ke kiri dan ke kanan jumlah goyangan secara
(ditunjukkan angka digital pada alat pengukur) digital pada alat pengocok
manual
5) Tambahkan larutan kerja dengan cara mengalirkan larutan melalui pipa pengalir
yang terpasang pada penutup gabus, mulai dari bagian bawah pasir bergerak
keatas, hingga lumpur yang terdapat dibawah permukaan pasir naik ke atas
lapisan pasir.
Tambahkan larutan kerja sampai skala 15, kemudian biarkan selama 20 menit ± 15
detik; (Gambar 7)
6) Masukkan beban penguji perlahan sampai permukaan lapisan pasir, baca skala
pembacaan pasir (= B) yang ditunjukkan oleh keping skala pembacaan pasir
dikurangi dengan tinggi tangkai penunjuk ; (Gambar 9)
Catatan : Tinggi tangkai penunjuk adalah jarak antara keping skala pembacaan
dengan ujung tangkai beban bagian bawah
Gambar 9.a. Masukkan Gambar 9.b. Baca dan catat skala pembacaan pasir = B
beban penguji sampai (ditunjukkan oleh keping skala pembacaan pasir dikurangi
permukaan lapisan pasir tinggi tangkai penunjuk)
Tabel 31. Contoh pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan
plastis dengan cara setara pasir
Percobaan Ke
No. Uraian Kerja Keterangan
A B
Gambar 1.a. Alat jangkar ukur rasio, Gambar 1.b. Alat pengering Oven
timbangan, wadah dan contoh agregat
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Pengambilan contoh agregat harus sesuai dengan SNI 03-6889-2002 dan
penyiapan benda uji dari contoh agregat dengan SNI 03-6717-2002.
Siapkan benda uji agregat kasar dalam keadaan kering dengan berat masing-
masing disesuaikan dengan ukuran nominal maksimum agregat tersebut (lihat
Tabel 32.)
Bukaan
besar
Bukaan besar
Bukaan
Bukaan kecil
kecil
(ii) Atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran; (Gambar 4)
(iii) Butiran adalah pipih, jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan
yang lebih kecil; (Gambar 5)
Bukaan
kecil Bukaan kecil
(ii) Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran; (Gambar 8)
(iii) Butiran adalah lonjong, jika lebarnya dapat ditempatkan dalam bukaan
yang lebih kecil; (Gambar 9)
Gambar 11.a. Agregat pipih dan Gambar 11.b. Agregat kubikal (tidak
lonjong pipih dan lonjong)
Langkah pengujian masing-masing ukuran butiran agregat, sebagai berikut:
1) Gunakan alat jangkar ukur rasio pada posisinya dengan perbandingan yang
sesuai; (Gambar 12)
Bukaan
besar
Bukaan besar
Bukaan
kecil Bukaan kecil
Gambar 13. Tempatkan panjang butir Gambar 14. Tempatkan tebal butir
pada bukaan yang besar pada bukaan yang kecil
4) Sama seperti halnya kepipihan atau kelonjongan, setelah butiran
dikelompokkan, tentukan perbandingan contoh dalam masing-masing
kelompok dengan menghitung jumlah butirnya atau beratnya, tergantung
kebutuhan.
( p1 x f1 + p2 x f2 + .......... + pn x fn )
F = ...................................... (2)
pt
( p1 x e1 + p2 x e2 + .......... + pn x en )
E = .................................... (3)
pt
( p1 x NfNe1 + p2 x NfNe2 + .......... + pn x NfNen )
NFNE = ................. (4)
pt
( p1 x fe1 + p2 x fe2 + .......... + pn x fen )
FE = ................................. (5)
pt
( p1 x Nfe1 + p2 x Nfe2 + .......... + pn x Nfen )
NFE = ......................... (6)
pt
dengan pengertian:
F = adalah nilai rata-rata kepipihan (%)
E = adalah nilai rata-rata kelonjongan (%)
NFNE = adalah nilai rata-rata butiran yang tidak pipih dan tidak lonjong
(%)
FE = adalah nilai rata-rata kepipihan dan kelonjongan (%)
NFE = adalah nilai rata-rata butiran yang tidak pipih dan lonjong (%)
p1...pn = adalah % butiran agregat yang tertahan pada masing-masing
ukuran saringan
pt = adalah total % butiran agregat yang tertahan pada ukuran
saringan yang lebih besar dar 9,5 mm (3/8 inci)
f1 ...fn = adalah % butiran agregat yang pipih pada masing-masing ukuran
saringan
e1...en = adalah % butiran agregat yang lonjong pada masing-masing
ukuran saringan
NfNe1...NfNen = adalah % butiran agregat yang tidak pipih dan tidak
lonjong pada masing-masing ukuran saringan
Gambar 15. Sketsa Alat jangka ukur rasio (proportional caliper device)
Tabel 34. Contoh hasil pengujian kepipihan dan kelonjongan (dalam berat, gram )
Tabel 35. Contoh hasil pengujian kepipihan dan kelonjongan (dalam jumlah butir)
b. Peralatan
Silinder pengukur, kapasitas ± 100 ml dengan Ø dalam 39 mm, tinggi bagian
dalam ± 86 mm,
Corong, dengan Ø lubang terkecil (12,7 ± 0,6) mm dan dinding bagian bawah
corong minimum 38 mm, terbuat dari logam. Volume corong minimum 200 ml
dilengkapi dengan tabung gelas atau logam
Penyangga corong, yang mampu menyangga corong hingga sumbu corong
berhimpit dengan sumbu silinder pengukur
Pan, terbuat dari logam atau plastik yang cukup untuk menampung penyangga
corong serta mencegah terbuangnya bahan
Spatula logam, panjang bilah 100 mm dan lebar minimum 20 mm, digunakan
untuk meratakan agregat halus
Timbangan, ketelitian ± 0,1 gram, yang mampu menimbang silinder pengukur
beserta isinya
c. Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji Untuk Metode Pengujian A
Timbang dan gabungkan agregat halus yang telah dikeringkan dan disaring
sesuai dengan SNI ASTM C136-2012 (Pengujian analisis saringan agregat
halus dan kasar),
Berat masing-masing fraksi lihat Tabel. 36.
Tabel 36. Berat masing-masing fraksi untuk Metode A
No Fraksi Berat (gram)
1 2,36 mm (no.8.) sampai 1,18 mm (no.16.) 44
2 1,18 mm (no.16) sampai 600 µm (no.30.) 57
3 600 µm (no.30.) sampai 300 µm (no.50.) 72
4 300 µm (no.50.) sampai 150 µm (no.100.) 17
Berat total 190
Toleransi berat masing-masing = ± 0,2 gram
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Aduk benda uji dengan spatula sampai
terlihat homogen;
2) Tempatkan tabung dan corong pada
penyangga dan letakkan ditengah-
tengah dudukan silinder pengukur;
3) Tutup lubang terkecil dengan jari
tangan; (Gambar 2)
7) Sampai perataan selesai, hindari terjadi getaran atau gangguan yang dapat
menyebabkan pemadatan dari agregat halus dalam silinder;
8) Bersihkan dengan kuas butiran yang menempel di bagian luar silinder atas,
kemudian timbang silinder pengukur dan isinya dengan ketelitian 0,1 gram;
(Gambar 6)
Percobaan ke
No. Uraian
I II
éV W ù
Kadar rongga sebagai angularitas ê Gsb ú 100 %
5. ê ú
45,2 45,2
agregat halus ë
V
û
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Cuci contoh di atas saringan yang telah ditetapkan untuk mengeluarkan
bahan halus yang tersisa kemudian keringkan sampai diperoleh berat
konstan. Tentukan berat benda uji sampai mendekati 0,1 % berat contoh
kering asli. Agregat yang telah dicuci dan kering seperti disajikan pada
Gambar 2.
2) Tebarkan benda uji kering tersebut di atas permukaan yang rata, cukup luas
dan bersih sehingga bisa diamati dengan teliti setiap butirnya. Untuk
memenuhi persyaratan kriteria bidang pecah, amati butir agregat sehingga
bidangnya bisa langsung diperhatikan (Gambar 3). Jika luas bidang pecah
sekurang-kurangnya seperempat dari luas penampang partikel maksimum
yang terwakili, dianggap sebagai bidang pecah
Gambar 2. Agregat yang Gambar 3. Skema dari butir pecah dengan satu
telah dicuci dan kering permukaan bidang pecah
Gambar 8. Butir tidak pecah (ujung Gambar 9. Butir tidak pecah (butir
bulat, permukaan halus) bulat, permukaan halus)
4) Seleksi agregat pecah yang terdapat pada benda uji; (Gambar 10)
d.2. Perhitungan
Angularitas agregat kasar dihitung dengan persamaan :
E
P x 100
D
Dimana :
P = Persentase butir pecah dengan jumlah bidang pecah yang disyaratkan
E = Berat butir pecah dengan sekurang-kurangnya jumlah bidang pecah
yang disyaratkan
D = Berat benda uji
Tabel 40. Contoh hasil pengujian jumlah agregat kasar berbidang pecah
(angularitas)
Pengujian
No. Uraian
Satu bidang pecah Dua bidang pecah
atau lebih atau lebih
Terdapat 2 (dua) cara pengujian campuran beraspal dengan alat Marshall, yaitu:
1) Cara Uji Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall ;
2) Pengujian Cam puran Beraspal dengan alat Marshall Modifikasi
(Cara uji Campuran Beraspal Panas untuk ukuran agregat maksimum dari 25,4 mm
(1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5 inci) dengan alat Marshall).
Dalam spesifikasi pekerjaan jalan yang berlaku di Indonesia memuat adanya campuran
beraspal panas yang yang menggunakan ukuran agregat maksimum 25,4 mm (1
inci), diuji dengan metode Marshall yang biasanya dilakukan untuk campuran
beraspal panas disebut cara uji Marshall standar atau konvensional.
Keterangan gambar:
1 Leher sambungan
2 Cetakan benda uji
3 Dasar
Gambar 1.a. Gambar dan sketsa Cetakan benda uji
Termometer gelas, untuk pengukur tem peratur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 oC; (Gambar 1.i.)
Termometer logam, berkapasitas 10 oC sampai 204oC dengan ketelitian 2,8 oC;
(Gambar 1.j.)
Timbangan, yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1
gram; (Gambar 1.k.)
90
80
65%
70
50
40
30
20 28,5
10
0 6,5%
0,01 0,100,150 0,300 0,600 1,18
1,00 2,36 4,75 12,5
10,00 19.0
100,00
9,5
Gambar 20. Ukur tinggi benda Gambar 21. Timbang benda uji
uji dengan ketelitian 0,1 mm
4) Timbang benda uji di dalam air dan pembacaannya dilakukan setelah 3-5
menit; (Gambar 22)
Gambar 23.a. Lap permukaan benda uji dengan Gambar 23.b. Timbang
kain kering untuk mendapatkan kondisi ssd benda uji dalam kondisi
kering permukaan jenuh
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
Lama waktu yang diperlukan dari diangkatnya benda uji dari penangas air
sampai tercapainya beban maksimum saat pengujian tidak boleh > 30 detik.
1) Rendam benda uji dalam
penangas air selama 30 - 40
menit dengan temperatur tetap
60oC ± 1 oC; (Gambar 24)
Gambar 25.a. Benda uji dibuat 6 Gambar 25.b. Ukur tinggi benda
buah pada kadar aspal optimum uji dengan ketelitian 0,1 mm
Gambar 25.c. Timbang benda uji Gambar 25.d. Timbang benda uji
dengan ketelitian 0,1 mm dalam air untuk mendapatkan isi
dari benda uji
Gambar 25.f. Rendam benda uji dalam penangas air selama 24 jam
dengan temperatur 60 oC ± 1oC
d.2. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus-rumus, sebagai berikut :
2) Kepadatan (ton/m3) =
b. Peralatan
o Minimum 3 (tiga) buah cetakan benda uji diameter 152,4 mm ± 0,2 mm (6 in ±
0,008 in), tinggi 5,2 mm (3,75 in) lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
o Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap.
o Alat pengeluar benda uji (extruder) dengan diameter 151,1 mm (5,95 in).
o Alat Marshall lengkap dengan Kepala penekan, dongkrak pembebanan, Cincin
penguji dan arloji pengukur pelelehan.
o Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur.
o Penangas air (water bath).
o Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji.
o Termometer logam (metal thermometer) berkapasitas 10o C sampai 204o C
dengan ketelitian 2,8 o C.
o Termometer gelas untuk pengukur temperatur air dalam penangas dengan
sensitivitas sampai 0,2 o C.
o Perlengkapan lain seperti Wadah untuk memanaskan agregat, aspal dan cam
puran beraspal, sendok pengaduk dan spatula, Kompor atau pemanas (hot
plate), sarung tangan dari asbes, karet serta pelindung pernafasan.
(3) Berat jenis maksimum campuran beraspal (Gmm), Gmm diuji dengan
metode AASHTO T 209 – 1990 (SNI 03-6893-2002)
(4) Berat jenis efektif agregat
Keterangan:
= berat jenis efektif agregat
=berat jenis maksimum campuran
(AASTHO T 209 atau SNI 03-6893-
2002)
= persen berat terhadap total campuran
(=100)
= kadar aspal total, persen terhadap berat
total campuran
= berat jenis aspal
Contoh hasil pengujian seperti disajikan pada Tabel 45 (contoh data hasil
percobaan Marshall Modifikasi), dan Tabel 46 (contoh grafik hasil pengujian
Marshall Modifikasi dan penentuan kadar aspal optimum).
b. Peralatan
Alat pemadat getar listrik
Wadah penampung campuran
Cetakan benda uji berdiameter
152,1 mm
Kertas saring atau kertas
penghisap dengan ukuran sesuai
ukuran dasar cetakan
Spatula
Timbangan
Temperatur
Kipas angin meja
152,1 mm
166,1 mm
Gambar 1e. Alas 152,1 mm
cetakan 166,1 mm
Gambar 1d.
Cetakan
(3) Lindungi wadah yang sudah berisi campuran beraspal dengan plastik
yang kedap sehingga campuran tidak bercampur dengan bahan lain
yang tidak dikehendaki dan pengaruh oksidasi serta untuk
mempertahankan temperatur pemadatan selama pengangkutan ke
laboratorium;
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Bersihkan perlengkapan cetakan berdiameter 152,1 mm untuk benda
uji serta bagian telapak penumbuk dengan seksama dan panaskan
sampai temperatur antara 90o C – 150o C;
2) Letakkan cetakan benda uji tersebut di atas alas cetakan dan longgarkan
kedua bautnya, oleskan vaselin pada bagian dalam cetakan; (Gambar 10)
Kemudian letakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran
yang sesuai dengan ukuran dasar cetakan; (Gambar 11)
Gambar 13.a. Letakkan kertas saring atau kertas Gambar 13.b. Cetakan
penghisap di atas permukaan benda uji dengan yang sudah siap di uji
ukuran yang sesuai dengan ukuran cetakan
6) Lakukan penumbukan pada kedelapan posisi sesuai Butir d.1. 5). di atas
secara berulang sehingga jumlah penumbukan untuk masing-masing posisi
sebanyak 5 (lima) kali atau total waktu yang diperlukan untuk masing-
masing posisi adalah 5 x 6 detik;
7) Ganti kembali telapak
penumbuk dengan
menggunakan telapak
penumbuk yang berukuran
150 mm dan kemudian
padatkan lagi selama 6 detik
untuk mendapatkan
permukaan atas benda uji
menjadi rata; (Gambar
Gambar 17. Ganti kembali telapak
17)
penumbuk berukuran 150 mm, kemudian
padatkan lagi selama 6 detik untuk
mendapatkan permukaan rata
8) Keluarkan benda uji dari cetakan kemudian balikan dan selanjutnya
letakkan kertas saring atau kertas penghisap di atas permukaan benda
uji dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran cetakan serta padatkan
Gambar 19.a. Keluarkan benda uji dengan hati- Gambar 19.b. Diamkan
hati dan letakkan di atas permukaan yang rata selama kira-kira 24 jam
pada temperatur ruang
10) Bila diperlukan pendinginan lebih cepat dapat digunakan kipas angin
meja
Gambar 20.a. Bersihkan benda uji Gambar 20.b. Kemudian diberi label
dari butiran-butiran halus yang lepas yang jelas
kuas
Gambar 21. Ukur dan catat tinggi benda uji sebanyak 4 x pada arah
berlawanan kemudian diambil rata-rata, dengan ketelitian 0,1 mm (0,004 inc)
o Timbang benda
uji di udara = A
gram; (Gambar
22.)
Kepadatan Mutlak =
Keterangan: A = masa benda uji di udara (gram)
B = masa benda uji dalam air (gram)
C = masa benda uji kering permukaan jenuh (gram)
γ w = berat isi air (=1 gram/cm3)
Tabel 48. Contoh formulir isian pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal
Proyek : Peningkatan Jalan Jenis campuran : Laston lapis permukaan
Sukarno-Hata (AC- WC)
Sumber agregat : Sumedang Tanggal pengujian : 28 Agustus 2004
Berat benda uji kering permukaan di udara (SSD) = C (gram) 2654,3 2656,5 2652,2
b. Peralatan
Labu gelas atau logam dengan kapasitas volume minimum 1000 ml yang tahan
terhadap pengurangan tekanan.
Wadah dari borosilikat berkapasitas 1,4 ltr.
Termometer air raksa dengan ketelitian 0,1oC.
Penutup karet, dilengkapi slang yang dihubungkan dengan pompa isap
Ram kawat halus, untuk menutup lubang slang agar tidak ada material yang
terisap
Pompa isap.
Timbangan.
Penangas air (water bath)
Oven
Gambar 1.a. Peralatan uji ( labu gelas, Gambar 1.b. Unit pengisap (pompa
termometer, timbangan, penangas air, unit isap, penutup karet yang dilengkapi
pengisap, pengering/oven, pan/wadah untuk slang dan kran, pengukur tekanan
benda uji, dan alat bantu lainnya ) isap, dll.)
d. Persiapan Pengujian
d.1. Prosedur Untuk Campuran Yang Mengandung Agregat Tidak Berpori
1) Langkah dengan Menggunakan Wadah atau Labu:
(1) Dinginkan benda uji dalam temperatur ruang; (Gambar 3)
Gambar 8.c. Pasang Gambar 8.d. Tambahkan air suling pada labu
penutup labu yang sampai mencapai tanda batas
berbentuk corong
berlubang
Gambar 8.e. Kemudian Gambar 8.f. Rendam labu berisi benda uji dan
timbang (=G) air dalam bejana air dan ukur temperatur air
untuk penyesuaian perhitungan pada temperatur
standar 25°C
Perhitungan :
Hitung berat jenis teori maksimum dengan rumus :
Berat jenis =
Berat jenis =
Berat jenis =
No Uraian I II
1 Berat contoh uji kering oven di udara (=A)
2 Berat piknometer berisi air pada temperatur pengujian (=F)
3 Berat piknometer berisi air dan contoh uji pada temperatur
4 pengujian
Temperatur pengujian (oC)
(=G)
5 Faktor koreksi pengembangan termal dalam gambar 2
(H) dengan berat aspal 525 gr
6 Kepadatan air pada temperatur pengujian pada kurva D
dalam gambar 1 (Mg/m3) (dw)
7 Kepadatan air pada 25oC (Mg/m3)
8
Berat jenis :
(b)
Asal contoh : Tanggal uji :
Nomor contoh : Dikerjakan oleh :
Nama contoh : Dihitung oleh :
No Uraian I II
1 Berat benda uji kering oven (A)
2 Berat wadah + benda uji dalam air (P)
3 Berat wadah dalam air (Q)
4 Berat benda uji dalam air C = P – Q
8
Berat jenis =
Catatan : Bila penyerapan air lebih besar dari 100 %, pengujian berat jenis
harus dilakukan dengan SNI 03-6755-2002 (Metode pengujian berat jenis
nyata yang dipadatkan menggunakan benda uji berlapiskan parafin)
2) Perhitungan
Berat jenis nyata =
Keterangan: A = Berat benda uji kering di udara (gram)
B = Berat benda uji kering permukaan di udarar (gram)
C = Berat volumeter beserta tutup sampai penuh berisi air pada
temperatur 25 oC (gram)
E = Berat volumeter beserta tutup berisi air dan benda uji
(gram)
Persentase penyerapan air =
Catatan : Bila penyerapan air lebih besar dari 2 %, pengujian berat jenis
harus dilakukan dengan SNI 03-6755-2002
METODE B
I II
Nomor ontoh A B Rata- rata C D Rata- rata
Berat benda uji kering oven (gr) A
Berat benda uji kering Permukaan jenuh (gr) B
o
Berat volumeter berisi air (25 C) (gr) D
o
Berat volumeter berisi air dan benda uji (25 C)
(gr) E
Gambar 2.a. Keringkan Gambar 2.b. Bagi Gambar 2.c. Ambil dan
con toh pada temperatur contoh dengan cara masukkan kedalam
(110 + 5)oC sampai perempatan kantong plastik untuk
berbentuk curah penentan uji kadar air
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Tentukan berat air dari contoh uji ( =W 2); (lihat Pengujian kadar air
berdasarkan SNI 2490:2008)
2) Keringkan kertas saring dalam oven (110 + 5)oC dan timbang sampai berat
tetap; (Gambar 3)
3) Timbang berat tiap rangka silinder yang telah dipasang kertas saring,
dengan ketelitian 0,5 gram; (Gambar 4)
4) Masukkan benda uji ke dalam rangka yang telah diberi kertas saring
berbentuk kerucut, bila digunakan dua rangka, benda uji dibagi menjadi
dua bagian dengan berat yang sama.
Benda uji harus terletak dibawah ujung atas dari kertas saring, tentukan
berat dari masing-masing rangka + benda uji dengan ketelitian 0,5
gram (=W1); (Gambar 5)
Keterangan gambar
1 Pendingin
2 Tabung Refluks gelas
3 Rangka kerucut
4 Kasa Asbes
5 Pelat pemanas listrik
Gambar 6. Pelarut
Trichlorethylene atau
Methylene Chloride
Gambar 14.a. Timbang Gambar 14.b. Ambil dan tuangkan filtrat hasil
kertas saring kosong ekstraksi dalam tabung kedalam gelas penampung
(=B)
Gambar 14.c. Tuangkan Gambar 14.d. Saring filtrat dengan kertas saring
filtrat kedalam gelas ukur yang telah ditimbang kedalam labu
d.2. Perhitungan
Rumus untuk menentukan kadar aspal (=KA):
KA = x 100%
Keterangan : KA : Kadar aspal ,dinyatakan dalam persen (%).
W1 : Berat benda uji , dinyatakan dalam gram.
W2 : Berat air dalam benda uji, dinyatakan dalam gram.
W3 : Berat mineral agregat hasil ekstraksi, dinyatakan dalam gram.
W4 : Berat mineral halus yang tertinggal di dalam filtrat, dinyatakan
dalam gram. (C - B)
Tabel 54. Contoh Formulir Isian Pengujian Kadar Aspal dari Campuran
Beraspal Menggunakan Tabung Refluks Gelas
Nomor contoh : 12
Asal contoh : Jakarta-Cikampek Penguji :
Jenis perkerasan : Spek baru AC 1. Dodi Suhardiman
Terima tanggal : 8 – 4 – 2003 2. Adang Suhada
Dikerjakan tanggal : 11 – 4 - 2003
Selesai tanggal : 21 – 4 - 2003
b. Peralatan
Alat ekstraksi Sentrifuse yang dapat
berputar paling sedikit 3000 rpm, yang
dilengkapi cawan
Kertas saring berbentuk lingkaran
Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan
250 gram
Oven yang dapat diatur pada
temperatur 110 oC +5 oC;
Penangas uap
Cawan penguap
Desikator
Lemari asam
Peralatan untuk menentukan kadar air
(SNI 06-2490-1991) Gambar 1. Alat Sentrifus
c Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji dan Bahan Pelarut
Siapkan benda uji dengan berat sesuai ukuran agregat maksimum dari
campuran beraspal, seperti disajikan pada Tabel 56
Tabel 55. Berat benda uji untuk ektraksi dengan alat Sentrifus
Ukuran agreagt maksimum Berat contoh minimum
(mm) (inci) (gram)
4,75 No. 4 500
9,5 3/8 1000
12,5 1/2 1500
19,0 3/4 2000
25,0 1 3000
37,5 1,5 4000
d.2. Perhitungan
Tentukan kadar aspal (B), dengan menggunakan rumus:
Cotoh data hasil pengujian kadar aspal dari campuran beraspal dengan cara
ekstraksi menggunakan Sentrifus seperti disajikan pada Tabel 57.
Nomor Contoh A B
Berat tabung + kertas saring sebelum diekstraksi (A) 1913,7 1913,9
Berat campuran beraspal sebelum diekstraksi (B) 500,0 500,0
Berat agregat/mineral + Kertas saring sesudah 2383,7 2383,4
diekstraksi (C)
Berat agregat/mineral D = (C - A) 470,0 469,5
Berat bitumen/aspal (B – D) 30,0 30,5
Kadar bitumen/aspal [(B – D) / B] x 100% 6,0 6,1
b. Peralatan
Tabung pendingin
Motor pemutar labu penguap (0-75)
putaran/menit;
Manometer kapasitas (0-600) mmHg
Labu penampung kapasitas 0,5 liter
Motor pengisap 1524 putaran/menit
Labu penguap kapasitas 1 liter
Termometer kapasitas 200°C
Penangas oli (130-150) °C
Botol larutan aspal kapasitas 2 liter
Tabung hampa udara kapasitas 2 liter
Saluran sirkulasi air diameter 1 cm
Gambar 1. Sketsa alat penguap berputar untuk menguji pemulihan aspal dari bahan
pelarut hasil ekstraksi
c Persiapan Pengujian
c.1. Persiapan Benda Uji
Benda uji adalah berupa larutan aspal murni atau larutan aspal hasil
ekstraksi campuran beraspal dari lapangan. (Gambar 2)
Larutan pemulihan ditentukan sebagai berikut:
o Larutan pemulihan adalah aspal yang sudah dicampur dengan bahan
pelarut maksimum 1,5 liter atau sesuai dengan kapasitas alat.
d. Prosedur/Pelaksanaan Pengujian
d.1. Cara Pengujian
1) Masukkan benda uji yang akan
dipulihkan ke dalam botol atau
labu berisi larutan aspal yang
tembus pandang; (Gambar 3)
Gambar 5.a. Tempatkan botol berisi Gambar 5.b. Masukkan ujung pipa
larutan aspal dekat alat penguap pengisap ke dalam botol berisi larutan
berputar aspal
5) Masukkan 5) Isap larutan aspal di dalam labu larutan aspal ke dalam labu
penguap (e) sampai terisi maksimum setelah volume labu penguap; (Gambar 6)
6) Biarkan larutan aspal menguap hingga labu penampung (d) berisi pelarut kira-
kira 3/4 isi labu penampung; (Gambar 7)
Gambar 11. Buka kran udara hingga Gambar 12. Matikan motor pemutar
tekanan dalam tabung hampa udara labu penguap, kemudian naikkan labu
kembali pada tekanan atmosfir penguap berisi aspal
(manometer menunjukkan angka nol)
15) Lepaskan labu penguap dengan hati-hati kemudian bersihkan leher labu
penguap bagian dalam dengan kain yang bersih; (Gambar 13)
d.2. Perhitungan
Tabel 57. Contoh Hasil Pengujian Pemulihan Larutan Aspal Dengan Alat
Penguap Putar
Uraian I 2
Lokasi : Sta 1 + 500 2 + 300
Bahan pelarut : TCE Teknis TCE Teknis
Lama pengisapan : (menit) 10 30
o
Temperatur pengisapan : ( C) 150 160
Tekanan isap (mmHg) 600 730
Catatan
Neni Kusnianti, ST, MT, 2009. Modul Pengambilan Contoh Dan Pengujian Aspal Untuk
Pekerjaan Campuran Beraspal, Cetakan Pertama Tahun 2009 ISBN:
978-602-8256-12-4. Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Neni Kusnianti, ST, MT, 2009. Modul Pengambilan Contoh Dan Pengujian Agregat Untuk
Pekerjaan Campuran Beraspal, Cetakan Pertama Tahun 2009 ISBN:
978-602-8256-13-1. Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Neni Kusnianti, ST, MT, 2010. Modul Pengambilan Contoh Dan Pengujian Campuran Agregat-
Aspal Untuk Pekerjaan Campuran Beraspal, Cetakan Pertama Tahun
2009 ISBN: 978-602-8256-14-8. Puslitbang Jalan dan Jembatan,
Bandung.
Bina Marga, 2010. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2010 Revisi-2.
Jakarta.
Pengujian Aspal
SNI ASTM C117:2012, Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 µm (No. 200)
dalam agregat mineral dengan pencucian
SNI 06-6399-2000, Tata cara pengambilan contoh aspal
SNI 2456:2011, Cara uji penetrasi aspal
SNI 2433:2011, Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open
cup
SNI 2434:2011. Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)
SNI 2432:2011, Cara uji daktilitas aspal
SNI 2441:2011, Cara uji berat jenis aspal keras
SNI 06-2440-1991, Metode ini digunakan dalam pelaksanaan pengujian kehilangan berat
minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal tertentu yang
dinyatakan dengan berat semula
SNI 06-6885-2002, Metode pengujian noda untuk aspal minyak
SNI 06-6721-2002, Metode pengujian kekentalan aspal cair dan aspal emulsi dengan
alat saybolt
SNI 6828:2012, Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi
SNI 3645:2011, Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi
terhadap air
SNI 03-3644-1994, Metode pengujian jenis muatan partikel aspal emulsi
SNI 03-6830-2002, Metode pengujian kerusakan campuran aspal emulsi dengan semen
SNI 03-3642-1994, Metode pengujian kadar residu aspal emulsi dengan penyulingan
SNI 03-3641-1994, Metode pengujian kadar air aspal emulsi.
SNI 06-6721-2002, Metode pengujian kekentalan aspal cair dan aspal emulsi dengan alat
saybolt
SNI 03 6722-2002, Metode pengujian titik nyala aspal cair dengan alat tag open cup
SNI 2488:2011, Cara uji penyulingan aspal cair
SNI 2439:2011, Cara uji penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-
aspal
SNI 2490:2008, Cara uji kadar air dalam produk minyak dan bahan mengandung
aspal dengan cara penyulingan
SNI 06-6440-2000, Metode pengujian kekentalan aspal dengan viskometer pipa kapiler
hampa
Pengujian Agregat
SNI ASTM C117:2012, Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 µm (No. 200)
dalam agregat mineral dengan pencucian
SNI ASTM C136-2012, Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan kasar
SNI 03-6889-2002, Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 13-6717-2002, Tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat
SNI ASTM C136-2012, Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar
SNI 1969:2008, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
SNI 2439:2011, Cara uji penyelimutan dan pengelupasan pada campuran agregat-
aspal
SNI 3407:2008, Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman
menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat
SNI 03-4428-1997, Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan
plastik dengan cara setara pasir
SNI 03-6877-2002, Metode pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan
SNI 1970:2008, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 2417:2008, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi los angeles
RSNI T-01-2005, Pengujian Butiran Agregat Kasar berbentuk Pipih, Lonjong, atau Pipih
dan Lonjong
ASTM D 4791-95, Standard Test Method for Flat Particles, Elongated Particles, or Flat
and Elongated Particles in Coarse Aggregate
ASTM D 5821-01, Standard test method for determining the percentage of fractured
particles in coarse aggregate
Campuran Beraspal
SNI 03-6893-2002, Metode pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal
SNI 03-6757-2002, Metode pengujian berat jenis nyata campuran beraspal di padatkan
menggunakan benda uji kering permukaan jenuh
SNI 03-6752-2002, Metode pengujian kadar air dan kadar fraksi ringan dalam campuran
perkerasan beraspal
SNI 03-4797-1998, Metode pengujian pemulihan aspal dengan alat Penguap Putar.
SNI 03-6894-2002, Metode pengujian kadar aspal dan campuran beraspal dengan cara
sentrifus