Anda di halaman 1dari 8

Executive Summary Kuliah-12

BUSINESS ETHICS & GOOD GOVERNANCE


Ethical Decision Making in Business
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethics &
Good Governance”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Oleh:

Yudiansyah (55118110217)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2019
Jawaban Forum 12:
Selamat pagi Pak Prof. Hapzi,
Implementasi Ethical Decision Making in Business pada perusahaan di Tempat kerja saya PT.
Cheetham Garam Indonesia berjalan sesuai dengan kode etik bisnis yang dijalankan, sebagai
contoh :
1. Ketika akan mensupply produk ke toko yang sudah terlebih dahulu mempunyai customer
loyal dan mempunyai merk sendiri, maka manajemen mengadakan kerjasama untuk
membuatkan produk dengan merk personal atau privat brand sehingga sebagai buyer tetap
mendapatkan pemenuhan untuk customernya dan sebagai pabrik mendapatkan order rutin
sehingga ketersediaan barang di pasar selalu terjamin dan konsumen puas. Dengan demikian
etika dalam supply produk tetap terjaga demi kepuasan konsumen.
2. Ketika akan membuka atau penetrasi pasar ke area baru, setelah disurvey ternyata
menemukan ada pemain atau pabrik pengemasan produk yang serupa dengan pabrik kami.
Maka ditempuh jalan kerjasama agar pasar tetap terpenuhi kita menawarkan bahan setengah
jadi untuk dikemas sendiri sama mereka setelah itu mereka bisa distribusikan ke pasar
sasaran yang sudah kita tentukan. Hal ini untuk memberikan kesempatan yang lain agar tetap
bisa menjual ke pasar namun semuanya tetap bahan setengah jadi bisa dibeli dari kita.
Dengan demikian etika dalam penguasaan wilayah pasar tetap terjaga dan solusi saling
memberikan konstribusi positif.

Demikian implementasi Ethical Decision Making yang diterapkan di tempat saya bekerja.
Terima kasih.

Jawaban Quiz 12:

Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang pimpinan atau manajer di dalam
organisasi. Keberhasilan pimpinan membuat dan menetapkan suatu keputusan bergantung
dengan data dan informasi yang diberikan padanya. Untuk pembuatan suatu keputusan haruslah
meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik. seorang pimpinan
atau manajer dalam pembuatan keputusan perlu memahami dan menguasi teori dan praktek dan
data-data yang objektif sebagai landasan dalam membuat keputusan (Ali, 2018).

1. Hakikat Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan dan pengambilan keputusan adalah


kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan dan didalamnya manajer terlibat. Pengambilan
keputusan merupakam tanggung jawab utama dari semua administrator. Kompleksitasnya
pengambilan keputusan maka di perlukan semua disiplin ilmu dari berbagai bidang karena itu
seorang pimpinan atau manajer haruslah deanga teliti dan cermat serta menganalisis apa dampak
dari pengambuilan keputusan yang dibuat agar di belakang hari tidak terjadi kerusakan-
kerusakan yang berakibat merugikan banyak pihak atau kemunduran suatu perusahaan. (Ali,
2018)

2. Pentingnya Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi,
terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh pengambilan keputusan
sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan merupakan hasil pemikiran akhir yang
harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia
pimpin. Penting karena menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil
keputusan bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang.
Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang juga bersama staf,
tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya kepemimpinan yang dianut oleh si manajer.

Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu kegiatan
dalam manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan hanya keputusan-
keputusan mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program, penempatan, dan penganggaran, merupakan titik-titik
kritis terhadap mantapnya suatu kebijaksanan.

Apakah Pengambilan Keputusan Itu ? Pengambilan keputusan. Ialah. Proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses itu untuk
menemukan dan meyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa
pengambilan keputusan memerlukan satu seri tindakkan, membutuhkan beberapa langkah.

Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah
diselesaikan keputusan harus dibuat dengan kata lain keputusan, keputusan mempercepat
pergerakan dan perubahan. Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami
dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita dan
aspirasi, dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya. Ringkasnya, keputusan dibuat
untuk mencapai tujuan pelaksanaan dan berintikan hubungan kemanusiaan.

3. Proses Pengambilan Keputusan

Pucuk pimpinan (top manajer) perlu memahami dan memiliki keterampilan, dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan yang memungkinkan
asas kesatuan perintah diwujudkan. Di lingkungan suatu organisasi pengambilan Keputusan dan
atau kebijaksanaan yang ditetapkan pucuk pimpinan atau pimpinan unit / satuan kerja
bawahannya, harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan
organisasi, bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja.

a. Pengambilan Keputusan Etika Bisnis

Uraian pendahulan diatas telah menggambarkan pentingnya etika didalam bisnis atau usaha
dampak dari tidak memperhatikan etika didalam bisnis terjadinya kerusakan yang berakibat
terjadinya krisis moneter dan ekonomi dan yang lebih jauh lagi krisis kepercayaan pada Dunia
bisnis.

Untuk itu dalam penerapan etika di dunia bisnis yang sangat penting bagaimana Dunia bisnis
membuat suatu keputusan yang bertanggung jawab baik internal dan eksternal. Hal ini
dikarenakan tidak semua keputusan di pandang dari dimensi ekonomi saja namun haruslah juga
dipandang dari dimensi sosial budaya, osial politik dan keamanan suatu Negara. Untuk itu suatu
keputusan bisnis haruslah sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai atau norma yang patut dan
dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Etika bisnis adalah; suatu tindakan
yang berakhlak dan berbudi dalam proses bisnis yang mengedepankan output usaha yang layak
untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan konsumen yang bermutu dan bermanfaat.

Adapun tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan ialah sebagai berikut :

1. Menganalisis masalah : Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang
diharapkan, definisikan apa masalahnya.
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis adalah
menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka,
adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang mengalami
dan memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis. Sebuah penilaian etis yang
dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah
penilaian etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang
yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam
cara yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa
pertimbangan yang mendalam.

2. Membuat asumsi : Secara struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab ? Secara
personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau tidak ? Masalahnya
urgen / tidak ?
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn sebagai
sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.
3. Membuat alternatif pemecahan masalah : Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah
yang bersifat layak, efektif dan efisien.
Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi
dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang
ini biasa disebut dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).

4. Mengevaluasi alternatif : Mengumpulkan data untuk mengevaluasi setiap alternatif, menolak


/ menerima alternatif dari sudut kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap alternative.
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan dan
mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu spreadsheet mental yang
mengevaluasi setiap dampak tiap alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-masing
pemegang kepentingan yang telah identifikasi. Salah satu cara yang paling mudah adalah
menempatkan diri terhadap posisi orang lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini
adalah pertimbangan cara untuk mengurangi, meminimalisasi atau mengganti kensekuensi
kerugian yang mungkin terjadi atau meningkatkan dan memajukan konsekuensi-konsekuensi
yang mendatangkan manfaat. Selain itu juga perlu mempertimbangkan kewajiban, hak-hak
dan prinsip-prinsip, serta dampak bagi integritas dan karakter pribadi.

5. Memilih dan menerapkan alternatif : Pilih alternatif yang paling layak, efektif, dan efisien.
Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada di luar kemampuan, lebih baik
menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada tidak bertindak dan lebih baik
menerapkan alternatif yang mahal daripada murah tak bermutu.
Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang
merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk
menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan apa
yang kita harapkan.

6. Mengevaluasi hasil : Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.

b. Pendekatan-pendekatan etika bisnis dalam pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si
pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis
diantaranya adalah :
1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan
belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral
menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.
2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap
pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang
indivudu.
3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
4) hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar
dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
5) hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar
pekerjaanya.
6) hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang
melanggar moral dan norma agamanya.
7) hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas
tindakan yang dilakukan orang lain.
8) hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas
perlakuan yang adil.
9) hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman
terhadap kesehatan dan keamananya.

4. Pengambilan Keputusan Etis dalam Manajerial


Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai dengan
penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi mempersulit kita untuk
bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau mempersulit
orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan yang dapat
mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim
eksekutif.

Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan pengambilan
keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision making). Beberapa dari
peran yang kita emban bersifat sosial : teman, anak, pasangan, warga negara, tetangga. Beberapa
bersifat institusional : manajer, pengajar, pengacara, akuntan, auditor, analis keuangan, dan
sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam konteks ini menimbulkan pertanyaan yang lebih luas
berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan keadilan sosial.

Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer, eksekutif
senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki kemampuan
untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan mengmbil
keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan
pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis diantaranya :

1) Tahap perkembangan moral


Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk
menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang
berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan
makin cenderung berperilaku etis.

Sebagai misal, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari
perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti
aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang
lebih tinggi iu menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan
pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi yang
mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru.

2) Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai
pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung
perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan
hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya,
pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi
individu-individu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan
suatu contoh nyata dari kondisi atau keadaan terhadap lingkungan lingkungan organisasional
sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang
sangat etis.

3) Tempat kedudukan kendali


Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya
individu individu yang memiliki moral kuat dan baik akan sangat jauh lebih kecil
kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tak etis, namun jika mereka dikendalai
oleh suatu lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak
menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah
mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai
tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan
keputusan tak-etis.

6. Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan

Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang pentingdalam
pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis,
yaitu:

1) Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau


konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah
yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis, seperti
efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi (Brooks dan Dunn, 2011).
2) Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung pada niat
(intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan (contrast) dari
utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini
mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua,
orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk
mencapai tujuan.
3) Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasr seperti
dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada
hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari
individu.
4) Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan memperkuat
aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya
yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan pada satu nilai: keadilan.
5) Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia
didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs). Dengan
demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda dengan individu
lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.

Daftar Pustaka
Ali, Hapzi. (2018). Business Ethics and Good Governance: Ethical Decision Making in
Business. Universitas Mercu Buana. Jakarta.
Brooks, Leonard J dan Dunn, Paul. (2011). Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur, Eksekutif dan
Akuntan. Saduran Kanti Pertiwi. Salemba Empat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai