DOKTER INTERNSIP
MENINGITIS VIRAL
Oleh:
Diah Ayu Pitaloka, dr.
446/2271/404.102/SIP.Internsip/2015
Pembimbing:
Siswanto Basuki., dr., Sp.A
0
PORTOFOLIO
Riwayat Pengobatan:
Pasien pernah berobat sebelumnya karena kejang demam pada usia 2
tahun. Kejang hanya satu kali disertai demam. Saat cacar berobat di
bidan, lalu sembuh. Kemudian mendadak panas tinggi rawat inap di
RS Widodo tgl 18 November 2015 lalu pulang paksa karena demam
turun. Masuk ke IGD RS Soeroto tgl 20 November 2015 karena
kejang.
1
Riwayat Sosial:
Pasien sehari-hari sekolah SD.
Hasil Pembelajaran
Tgl 20/11/2015
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
Status Generalis:
Keadaan umum : lemah
GCS : 4-5-6
Vital sign : TD: 110/70, N: 150x/menit
RR: 28x/menit, temp: 38,3o C
Kepala/leher : anemis (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnoe (-),
peningkatan JVP (-) Terdapat bekas varicella
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : suara 1 suara 2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler/vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Terdapat bekas varicella
Abdomen : soepel, bising usus (+) normal, hepar/lien tak teraba
Terdapat bekas varicella
Extremitas : akral hangat kering merah, CRT<2”, edema (-)
Terdapat bekas varicella
BB: 37 kg
Pemeriksaan Penunjang
WBC 12.5x 109/L
HGB 11.8g/dL
HCT 38,8%
MCV 84.5 fl
MCH 25.6 pg
MCHC 304g/L
PLT 500x109/L
PCT 0,365%
2
GDA 96 mg/dL
Widal O 1/800 H 1/800
Elektrolit Natrium 135,4
Kalium 3,26
Chloride 113,5
ASSESSMENT
Meningitis Viral
PLAN
Pengobatan :
IVFD D5 ½ NS 30 tpm
Inj. Ceftriaxon 2 x1300mg
Inj. Chloramphenicol 3 x1250mg
Inj. Ranitidin 2 x 40 mg
Inj. Norages 3 x 400 mg
Inj fenitoin 2 x 100 mg
Pasang NGT dan oksigen
Cek GDA ulang 3 jam
Pantau TTV
Edukasi:
Menginformasikan pada keluarga mengenai penyakit pasien, rencana pengobatan
yang akan dilakukan, serta kemungkinan untuk pasien untuk sembuh.
Follow up
Jam 23.30 Kejang sekali mata melirik ke atas selama 10 menit. Suhu
38,3ºC
Tgl 21/11/2015
SUBJEKTIF
OBJEKTIF
Status Generalis:
Keadaan umum : lemah
GCS : 2-2-3
Vital sign : TD: 110/62, N: 112x/menit
RR: 29x/menit, temp: 39o C
3
Kepala/leher : anemis (-), icterus (-), cyanosis (-), dyspnoe (-),
peningkatan JVP (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : suara 1 suara 2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: vesikuler/vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : soepel, bising usus (+) normal, hepar/lien tak teraba
Extremitas : akral hangat kering merah, CRT<2”, edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
WBC 7,6 x 109/L
HGB 11,2g/dL
HCT 36,5%
MCV 85,6 fl
MCH 26,2 pg
MCHC 306g/L
PLT 412x109/L
PCT 0,284%
GDA 97 mg/dL
SGOT 32
SGPT 34
Bil direct 1,32mg/dl
Bil Total 0,46 g/dl
Albumin 4,5 g/dl
Cretinin 0,94
Ureum 35 mg/dl
Uric acid 3.9mg/dl
Chol 175mg%
Trigliserid 105mg%
ASSESSMENT
Meningitis Viral
PLAN
Pengobatan :
Inj. Ceftazidin 3x 2gr
Inj. Amikacin 1 x 555mg
Inj. Fenitoin 2 x 148mg
Bila kejang Inj diazepam 11,1 mg Bila masih kejang Inj Fenitoin 600mg
Terapi lain lanjut
Modesco 6 x 100cc
Edukasi:
4
Menginformasikan pada keluarga mengenai penyakit pasien, rencana pengobatan
yang akan dilakukan, serta kemungkinan untuk pasien untuk sembuh.
Follow up
Jam 01.30 Pasien tidak kejang namun gelisah sekali. Suhu 36,5ºC
TINJAUAN PUSTAKA
5
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat dibagi menjadi akut dan
kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga
beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-
minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling
tumpang tindih karena etiologinya sangat bervariasi
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai
cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah
kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri
adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta
bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis juga dapat
dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial akut merujuk kepada bakteri
sebagai penyebabnya. Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang
menunjukkan respon selular nonpiogenik yang disebabkan oleh agen etiologi
yang berbeda-beda. Didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan
berasal dari virus, di antaranya Enterovirus dan Herpes Simplex Virus (HSV).
Meningitis viral merupakan inflamasi dari leptomeningen sebagai
manifestasi dari infeksi SSP. Istilah viral digunakan karena merupakan agen
penyebab, dan penggunaan meningitis saja mengimplikasikan tidak terlibatnya
parenkim otak dan medula spinalis. Namun, patogen virus dapat menyebabkan
kombinasi dari infeksi yaitu meningoencephalitis atau meningomielitis.
Pada meningitis viral, perjalanan klinis biasanya terbatas, dengan
pemulihan komplit pada 7-10 hari. Lebih dari 85% kasus disebabkan oleh
enterovirus non polio; maka, karakteristik penyakit, manifestasi klinis, dan
epidemiologi menunjukkan infeksi enteroviral. Campak, polio, dan limfositik
choriomeningitis virus (LCMV) saat ini merupakan ancaman untuk negara
6
berkembang. Polio tetap merupakan penyebab utama dari mielitis pada beberapa
daerah di dunia
FAKTOR RESIKO
Diluar periode neonatal, angka mortalitas dikaitkan dengan meningitis
viral kurang dari 1%; angka morbiditas juga rendah. Dokter harus menyadari virus
yang dapat menyebabkan meningitis juga dapat menyebabkan infeksi yang lebih
serius pada CNS sama halnya dengan organ lain. Laporan statistik World Health
Komplikasi seperti edema otak, hidrosefalus, dan kejang dapat timbul pada
periode akut.
Ras
Tidak ada predileksi rasial spesifik telah diidentifikasi
Sex
Tergantung dari patogen viral, rasio yang mempengaruhi wanita dan pria
dapat bervariasi. Enterovirus diduga untuk mempengaruhi pria 1.3-1.5 kali lebih
penyerangan yang beragam, mempengaruhi kedua gender tetapi pada usia berbagi.
Usia
o Insidensi meningitis viral menurun sesuai dengan usia
o Neonatus berada pada resiko terbesar dan mempunyai resiko signifikan
orang yang lebih tua berada pada resiko terbesar untuk infeksi, sementara
7
coxsackie virus A dan B, poliovirus, dan sejumlah enterovirus.
pemilik binatang peliharaan, atau orang yang hidup dia area non
higienis.
Adenovirus: Adenovirus merupakan penyebab jarang dari meningitis
pada pasien AIDS, Infeksi dapat timbul secara simultan dengan infeksi
WHO.
Klinisi harus mempertimbangkan secara sebagian meningitis bakterial
8
contoh, pasien dengan otitits bakteri dan sinusitis yang telah mengambil
antibiotic dapat timbul dengan meningitis dan penemuan CSF yang identik
PATOFISIOLOGI
Virus pathogen dapat mencapai akses SSP melalui 2 jalur utama:
hematogen atau neural. Hematogen merupakan jalur tersering dari virus patogen.
dilakukan oleh herpes virus (HSV-1, HSV-2, dan varicella zoster virus [VZV] B
signifikan. Hal ini termasuk respon imun sistemik dan local, barier mukosa dan
kulit, dan blood-brain barrier (BBB). Virus bereplikasi pada system organ awal
pertahanan imunologis, viremia sekunder dapat timbul, dimana hal ini dapat
endotel kapiler atau melalui defek natural (area posttrauma dan tempat lain yang
24-48 jam pertama, diikuti kemudian dengan penambahan jumlah monosit dan
limfosit. Limfosit CSF telag dikenali sebagai sel T, meskipun imunitas sel B juga
9
Bukti menunjukkan bahwa beberapa virus dapat mencapai akses ke CNS
dengan transport retrograde sepanjang akar saraf. Sebagai contoh, jalur ensefalitis
HSV-1 adalah melalui akar saraf olfaktori atau trigeminal, dengan virus dibawa
MANIFESTASI KLINIS
Riwayat Penyakit
Kebanyakan pasien melaporkan demam, sakit kepala, iritabilitas, nausea,
gejala seperti flu, dan demam derajat rendah yang timbul selama gejala
neurologis sekitar 48 jam. Dengan onset kaku kuduk dan nyeri kepala,
10
penggunaan obat intravena, dan resiko penyebaran penyakit menular
seksual.
Bagian yang penting dari riwayat adalah penggunaan antibiotic
bakterial.
Fisik
Penemuan fisik umum pada meningitis viral adalah sering untuk semua
semua pasien mempunyai gejala ini, dan nyeri kepala hampir selalu
kebanyakan kasus.
Demam lebih sering (80-100% cases) dan biasanya bervariasi antara
atau Kernig) dapat terlihat lebih pada setengah pasien tetapi secara umum
11
Photophobia secara ralatif adalah sering namun dapat ringan, Fonofobia
dapat timbul. Refleks tendon dalam biasanya normal tetapi dapat berat.
Tanda lain dari infeksi viral spesifik dapat membantu dalam diagnosis.
dari campak dan enterovirus, erupsi vesicular oleh herpes simpleks, dan
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Studi Laboratorium
Pemeriksaan hematologi dan kimia harus dilakukan
Pemeriksaan CSF merupakan pemeriksaan yang penting dalam
Kultur CSF tetap kriteria standar pada pemeriksaan bakteri atau piogen
13
aseptic. Hal berikut ini merupakan karakteristik CSF yang digunakan
merupakan sel utama pada 12-24 jam pertama; hitung sel biasanya
PMN pada sel pada perbedaan sel; hal ini merupakan bukan
kepala dengan dan tanpa kontras, atau MRI otak dengan gadolinium.
o CT scan dengan contrast menolong dalam menyingkirkan patologi
dapat dilakukan.
o MRI dengan contrast merupakan standar kriteria pada
14
o Semua pasien yang kondisinya tidak membaik secara klinis dalam
penyebab meningitis.
o Dalam kasus ensefalitis yang dicurigai, MRI dengan penambahan
kontras dan visualisasi yang adekuat dari frontal basal dan area
shunting.
Penemuan Histologis
o Dikarenakan dari angka mortalitas rendah dengan meningitis viral
PENATALAKSANAAN
Perawatan Medis
Terapi untuk meningitis viral kebanyakan suportif, istirahat, rehidrasi,
antipiretik, dan medikasi nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan jika
dapat dimodifikasi sebagai hasil dari pewarnaan gram, kultur dan uji PCR
ketika telah tersedia. Pasien dalam kondisi yang tidak stabil membutuhkan
15
perawatan di critical care unit untuk menjaga saluran nafas, pemeriksaan
pada bayi baru lahir dan bayi. Pada pasien muda ini, broad spectrum
dilaporkan. Restriksi cairan, diuretic, dan secara jarang infuse salin dapat
sekunder dari traktus urinarius dan system pulmoner juga penting untuk
dilaksanakan
Perawatan Pembedahan
Tidak ada terapi pembedahan yang biasanya diindikasikan. Pada pasien yang
mening atau parenkim untuk diagnosis definitif dari infeksi viral dibutuhkan.
itu semua yang dibutuhkan dalam management dari meningitis viral yang
tidak komplikasi.
Keputusan untuk memulai terapi antibakterial untuk kemungkinan
16
Asiklovir harus digunakan pada kasus dengan kecurigaan HSV (pasien
dengan lesi herpetic), dan biasanya digunakan secara empiris pada kasus
dan muntah.
- Ondansetron (Zofran) Antagonis selektif 5-HT3-receptor yang
meningitis viral dan dapat segera tersedia. Regimen anti HIV dan anti
infeksi ini dengan kuat mendukung secara klinis atau telah dikonfirmasi
17
kedua HSV-1 and HSV-2. Dewasa: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h for 10-
PROGNOSIS
mendapatkan sekuele atau risiko kematian. Adanya kejang dalam suatu episode
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym. Meningitis Bakterial. [serial online] 2011 [cited 2011 Jan 27];
Available from: URL:
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/meningitis-bakterial.html
2. Kumar,A.2005. Viral meningitis. Department of Pediatrics and Human
Development Michigan State University. College of Medicine and En
Sparrow Hospital. www.emedicine.com/PED/topic234.htm
3. Markum A. H, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta :Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Hal327-3
4. Razonables R.R. 2005. Meningitis. Divisio of Infectious Disease
Department of Medicine. Mayo Clinic College of Medicine.
www.emedicine.com/med/topic2613.htm
5. Ritarwan K. Diagnosis dan penatalaksanaan meningitis otogenik. Majalah
Kedokteran Nusantara 2006 Sep; 39 (3): 253.
6. Satria. Meningitis viral. [serial online] 2011 [cited 2011 Jan 27]; Available
from: URL: http://satriaperwira.wordpress.com/2010/07/06/meningitis-
viral/
7. Sugiri B. Sistem saraf. Kumpulan Materi Kuliah [serial online] 2011 [cited
2011 Jan 27]; Available from: URL:
http://hmkuliah.wordpress.com/2010/12/03/sistem-saraf/
18