PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika dibandingkan dengan
Negara-negara di ASEAN (Association South of East Asia Nation). Setiap tahun diperkirakan
529.000 wanita di dunia meniggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan
persalinan yaitu, pendarahan, infeksi, dan preeklamasi, sehingga diperkirakan terdapat angka
kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut WHO
menjelaskan bahwa AKI di Indonesia menduduki peringkat ke 6 dibandingkan Negara-negara
ASEAN.
Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar Negara-negara di
Asia termasuk Indonesia adalah Negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan
20-60 kali lipat dibanding Negara-negara barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan
komplikasi persalinan.Di Indonesia yang termasuk Negara berkembang menurut survey SDKI
tahun 2012 angka kematian ibu berkisar 359 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu
menurun sangat lambat dalam beberapa tahun terakhir ini, sedangkan target MDG’s (Millenium
Depelopment Golds) yang ditegaskan dalam Kepres No.5 tahun 2010 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain
adalah perdarahan, infeksi dan preeklamsi. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) masih
tergolong tinggi yaitu 32/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Jawa barat menempati urutan ketiga provinsi, dengan Angka kematian ibu akibat preeklamsi
berat yaitu (37,69%) melahirkan terburuk profil dinas kesehatan tahun 2012) Angka kematian
bayi baru lahir di Jawa Barat adalah 4.650 dari 1000 kelahiran hidup.
Menurut Dinas Kesehatan Karawang data Angka kematian ibu (AKI) periode januari-oktober
2013 ada 52 kasus, penyebab utama preeklamsia berat 17 kasus, perdarahan 15 kasus, infeksi 4
kasus, partus lama 2 dan lain-lainnya 15 kasus.(Dinas kesehatan Karawang,2013)
Kejadian preeklamsi dan eklamasia sulit dicegah tetapi diagnose dini sangat menentukan
prognosis janin. Pengawasan pada masa kehamilan sangat penting karena preeklamsi berat dan
eklamasia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di Negara berkembang
Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari trias preeklamasi yaitu kenaikan berat badan edema,
kenaikan tekanan darah, dan terdapat proteinuria (Manuaba, 2012).
Preeklamsi dan eklamasia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya belum jelas Setelah perdarahan dan infeksi, preeklamasi dan
eklamasi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam kebidanan.
Karena itu diagnose dini sangatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati preklamasi
ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamasi. Hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil
memeriksakan dirinya selama hamil. Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur
sangatlah penting dalam upaya pencegahan preeklamasi dan eklamasi (Mochtar, 2005).
Berdasarkan data yang menunjukan tingginya angka kejadian preeklamsi pada ibu bersalin,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Angka Kejadian Preeklamsi
Berat pada ibu Bersalin di RB A Kabupaten karawang tahun 2014.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat uraikan rumusan masalah tingginya
angka kejadian Preeklamsi berat di RB Amanda wadas Periode Januari- juni tahun 2014.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin di RB A
tahun 2014.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran angka kejadian peeklamsi berat pada ibu bersalin di RB Amanda
wadas tahun 2014.
b. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
usia di RB A tahun 2014.
c. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
paritas ibu di RB A tahun 2014.
d. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
tingkat pendidikan di RB A tahun 2014.
e. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
usia kehamilan di RB A tahun 2014.
f. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berasarkan
pekerjaan di RB A tahun 2014
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi institusi
Sebagai bahan dokumentasi dan bahan sumber referensi tambahan dalam proses belajar
mengajar dan perencanaan membuat penelitian di tahun 2015.
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, keterampilan, serta menambah pengalaman bagi penulis dari kegiatan
yang dilakukan dalam membuat proposal ini.
3. Bagi RB A
Memberikan informasi secara obyektif tentang kejadian pre-eklamsi pada ibu bersalin sehingga
dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat perencanaan penelitian tentang kejadian preeklamsi
berat pada ibu bersalin.
E. RUANG LINGKUP
Sesuai judul ruang lingkup penelitian hanya meliputi gambaran kejadian preeklamsi berat pada
ibu bersalin di RB A tahun 2014. Penulis tertarik mengambil judul tersebut karena angka
kejadian masih tergolong tinggi pada periode Januari-juni tahun 2014 tercatat angka kejadian
kasus preeklamsi pada ibu bersalin sebanyak 20 orang.
Dalam hal ini penulis mengambil sampel pada ibu bersalin dengan variable terkait. Adapun
variable yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu bersalin yang mengalami preeklamsi yang
dideskrifsikan berdasarkan usia ibu ,paritas, tingkat pendidikan, dan akibat komplikasi obsetrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba,1998).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2010).
B. PREEKLAMSI
1. Pengertian Preeklamsi
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul
karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 pada kehamilan, tetapi
dapat terjadi sebelumnya misalnyapada mola hidatidosa (Prawihardjo, 2005).
Preeklamsi adalah gangguan multisystem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama
kehamilan. Biasanya juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Milne, et al. 2005).
Preeklamsi adalah yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria
(Sarwono, 2010).
2. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju.Semuanya baru berdasarkan pada teori
yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsi disebut juga “disease of theory”,
gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori tersebut antara lain :
a. Peran factor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berkutnya.Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies.
Terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya
(Prawihardjo, 2005).
b. Peran Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukan peran factor genetik kejadian preeklamsi antara lain:
preeklamsi hanya terjadi pada manusia, terdapat nya kecenderungan meningkatnya frequensi
preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang mederita preeklamasi, kecenderungan meningkatnya
frequensi preeklamsi pada anak-anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan
ipar mereka, peran rennin angiotensin-aldosteron system (Prawihardjo, 2005)
3. Patofisiologi
Pada preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.Pada
biopsy ginjal ditemukan spasme hebat artiola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen artiola
sedemikian sempitnya sehinga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
artiola mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat tercukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme artiola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 2005).
4. Gambaran Klinis
Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria. Gejala
subjektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan kabur, mual dan muntah
(Mochtar, 2005).
5. Jenis-jenis
a. Preeklamsi ringan.
Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar, 2008)
1) Hipertensi : sistolik/ diastolic kurang lebih 140/90mmHg. Kenaikan
Sistolik kurang lebih 30mmHg dan kenaikan diastolic kurang lebih 15mmHg, cara
pengukurannya sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2 + pada
urin.
b. Preeklamsi Berat
Definisi preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik kurang lebih
160mmHg dan tekanan darah diastolic kurang lebih 110mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24
jam (Sarwono 2010).
Diagnosis preeklamsi digolongkan preeklamsi berat bila ditemukan atau lebih gejala sebagai
berikut :
1.) Tekanan darah sistolik kurang lebih 160mmHg dan tekanan darah diastolic
kurang lebih 110mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif,
3) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam.
4) Gangguan fisus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur
5) Nyeri epigastrium atau nyeri pada quadran kanan atas abdomen
6) edema paru-paru dan sianosis.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada preeklamsi berat di tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-
gejala preeklamsi berat selama perawatan di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya :yaitu terapi medikamentosa dengan
pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. kedua baru rencana sikap terhadap kehamilannya : yang tergantung pada kehamilan . sikap
terhadap kehamilannya di bagi 2 yaitu :
1) Ekspektatif : konservatif bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa.
2) Aktif, agresif, bila umur kehamilan 37 minggu ,artinya kehamilan diakhirisetelah mendapat
terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
a) Pemberian terapi mendikamentosa:
· segera masuk rumah sakit.
· tirah baring miring ke kiri
· Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
· Pemberian MgSO4 dibagi : dosis awal dan dosis lanjutan.
Menurut (Angsar,2008), Tujuan utama perawatan preeklamsi adalah mencegah
kejang,perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital,dan melahirkan bayi sehat
(Wiknjasastro,2008).
Preeklamsi dapat merupakan suatu penyakit yang fatal. Tidak terdapat program penapisan yang
pasti yang tersedia untuk kelainan ini yang sangat penting untuk memperbaiki hasil akhir ibu dan
janin, penentuan persalinan,pencegahan kejang,pengobatan hipertensi, penatalaksanaan cairan
dan asuhan pendukung untuk berbagai komplikasi organ akhir Preeklamsi berat biasanya
memerlukan persalinan segera.Penatalaksanaan harus mencangkup terapi anti hipertensi dan
akhirinya kehamilan ( Wiknjasastro,2008).
a. Terapi profilaksis kejang,meliputi :
1) Magnesium Sulfat ( MgSO4 ) intravena harus di berikan selama persalinan dan selama
evaluasi awal pasien penderita preeklamsi.
2) MgSO4 di gunakan untuk menghentikan dan / atau mencegah konvulsi tanpa menyebabkan
depresi umum untuk ibu maupun janin.
3) MgSO4 tidak di berikan untuk mengobati hipertensi.
4) Dosis awal : 4 gr MgSO4 di encerkan dalam 10 ml, larutan cairan IV lambat.
5) Dosis lanjutan : diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer per 6 jam atau di berikan 4
atau 5 gram IV. Selanjutnya maintenance dose di berikan 4 gram IV tiap 4-6 jam.
6) MgSO4 : harus selalu di berikan dengan metode infus terkendali/ pantau untuk mencegah
overdosis yang dapat bersifat fatal.
7) Syarat-syarat MgSO4 : harus tersedia antidotum MgSO4 ,bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1 gr (10% dalam 10 cc) IV 3 menit ,reflek patella + , pernapasan > 16
kali / menit ,tidak ada tanda-tanda distress napas.
8) MgSO4 di hentikan bila ada tanda-tanda intoksasi ,telah 24 jam pasca persalinanatau 24
jam setelah kejang terakhir.
b. Terapi hipertensi meliputi :
1) Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan intracranial pada ibu tidak terjadi.
2) Terapi kronis hipertensi sedang tidak akan menunda laju penyakit,memperpanjang
kehamilan atau menurunkan risiko kejang.
3) Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan hingga lebih rendah dari 140/90mmhg karena
tekanan yang lebih rendah akan menurunkan perfusi utero-plasenta.
4) Obat yang paling umum di gunakan selama kehamilan :
a). Nifedifin
Dosis 10-20 per oral, di ulangi setiap 30 menit , maksimum 120mg dalam 24 jam.
b) Labetalol atau atenolol.
Antagonis campuran alfa dan beta dosis 3-4 x 50mg/hari. 10-20mg bolus intravena yang dapat di
ulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg .Alternatif lain infuse labetalol tanpa
berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat di gunakan dan dititrasi sesuai dengan kebutuhan.
c) Terminasi kehamilan ,cara persalinan :
Jika tidak sedang dalm proses bersalinan ,periksa serviks dalam kondisi matang untuk induksi
,mulailah induksi persalinan. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bioshop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
5). Seksio sesarea : fetal assement jelek, syarat tetesan oksitosin tidak di penuhi (nilai bioshop
dari 5) atau adanya kontra indikasi tetesan oksitosin dan 12 jam setelah dimulainya tetesan
oksitosin belum masuk fase aktif . pada primigravida lebih di arahkan untuk di lakukan terminasi
dengan seksio sesarea.
a) Kala 1 fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka di lakukan seksio sesarea, fase aktif
amniotom saja, bila 6 jam setelah di amniotom belum terjadi pembukaan lengkap maka di
lakukan seksio sesarea.
b) Kala II harus di persingkat dalam 24 jam dengan partus buatan seperti dengan ekstrasi vakum
atau forceps, jadi ibu di larang mengedan (di lakukan oleh dokter ahli kandungan). Amniotom
sekurang-kurangnya di lakukan 3 menit setelah pemberian pengobatan medicinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan memungkinkan terminasi di tunda 2 kali 24 jam
untuk memberikan kortikosteroid ( Sujiyanti,2009).
6) Komplikasi
Nyeri epigastrium telah menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam bentuk
kemungkinan (Manuaba, 2007 ) :
a. Perdarahan subkapsular.
b. Perdarahan periportal system dan infark liver.
c. Edema parenkim.
d. Peningkatan pengeluaran enzim.
Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan kemampuan system otonom
aliran darah system saraf pusat (ke otak) dan menimbulkan berbagai bentuk kelainan
patofisiologis sebagai berikut (Manuaba,2007).
a. Edema otak karena permebilitas kafiler bertambah.
b. Iskemia yang menimbukan infark serebral.
c. Edema perdarahan batang otak dan retina.
d. Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medulla oblongata.
Komlikasi terberat adalah kematian ibu dan janin .Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang yang menderita preeklamsi dan eklamsia. Komplikasi di bawah ini yang biasa terjadi
pada preeklamsia berat dan eklamsia (Wibowo dan rachimhadi,2006).
a. Solusio plasenta komlikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklamsia.
b. Hipofibrinogemia biasanya terjadi pada preeklamsia berat .oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan
kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Kelainan mata kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu , dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan
tanda-gawat akan terjadi apopleksia serebri.
e. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada preeklamsia/ eklamsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia ,tetapi ternyata juga dapat
ditemukan pada penyakit lain . Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal
hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP yaitu Haemolysis , Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
Merupakan fungsi hati ,gepatoseluler (peningkatan enzim hati, SGPT, SGOT), gejala subyektif
(cepat lelah ,mual,muntah,nyeri epigastrium), hemolisis akibat kerusakan membrane eritrosit
oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jernih. Trombositopenia (< 150.000/cc),agregrasi
g. (adhesi trombosit di dinding vaskuler) kerusakan tromboksan (Vasokontriktor
kuat),lisosom (manuaba ,2007).
h. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra- uterin. Ibu yang menderita preeklamsia
merupakan predisposisi terjadinya kelahiran premature (Prawirohardjo,2005). Paritas pertama
dan paritas lebih dari 5, serta riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi obstetric,
dapat memperbesar kematian perinatal (Prawirohardjo,2005)
2. Paritas.
Primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.Sebaiknya melahirkan setelah
umur 20 tahun, Jarak persalinan 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 35 tahun.
Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang.Telah di buktikan bahwa kelahiran ke lima atau
grandemultivara dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin (Roeshadi,2004)
menurut (Prawirohadjo,2005 ) paritas 2 merupakan paling aman di tinjau dari sudut kematian
maternal. Primigravida dan multigravida pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko
tinggi untuk preeklamsi-eklamsia.
3. Usia Kehamilan
Preeklamsi biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20 Trimester II-III atau
aterem (Bobak,2005) Jika kurang dari 20 minggu (Preterem) dan lebih dari 42 minggu
(Posterem) ada gejala preeklamsi contohnya kenaikan tekanan darah tinggi bisa dilakukan
pemeriksaan proteinuria jika hasilnya tidak terdapat maka diaknosa tersebut bisa mengarah ke
hipertensi gestasional. Pada kondisi kehamilan normal proses apoptosis yang berperan dalam
sitotrofoblas dan pembaruan proses permukaan sinsitium dari vyilli korialis, lalu dikeluarkan
protein Bcl-2 yang berperan untuk menghambat apoptosis . Tetapi karena eksresi protein Bcl-2
menurun, maka proses apoptosis pas sel sinsitiotrofoblas plasenta meningkat, terjadi preeklamsi
berat atau dapat dikarnakan oleh penyempitan arteri spiralis ,yaitu 500, menyebabkan
penghambatan respon yang adekuat terhadap peningkatan aliran darah, jadi pertusi plasenta yang
menurun akan berdampak lepasnyan radikal bebas dan iskemia plasenta yang merangsang
peningkatan apoptosis.semua kejadian yang disebutkan diatas terjadi seiring dengan makin
tuanya usia kehamilan. Hal ini menyebabkan preeklamsi sering terjadi pada kehamilan aterem
(Utama ,2008).sebaiknya menjelang trimester I-III ibu hamil harus berhati-hati untuk mencegah
komlikasi yang lebih berbahaya lagi.
4. Tingkat Pendidikan
Mengatakan pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan kepribadian,
sehingga proses prilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia.
Semakin tinggi pendidikan yang didapat seseorang, maka kedewasannya semakin matang ,
mereka dengan mudah untuk menerima dan memahami informasi yang positif. Adapun yang
pendidikannya tingkat menengah sampai dasar sedikit untuk menerima informasi dengan baik.
Kaitannya dengan masalah kesehatan , dari buku safe motherhood menyebutkan bahwa wanita
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cendrung memperhatikan kesehatan dirinya. Sehingga
di masa-masa kehamilanpun sangat memperhatikan kehamilannya.
Adapun tingkat pendidikan menurut (Soekamto,2005).
a. Tingkat pendidikan dasar (SD<SMP).
b. Tingkat pendiidikan menengah (SMA).
c. Tingkat pendidikann tinggi (Perguruan Tinggi ).
5. Pekerjaan
Pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya Kesibukan
social lain serta kenaikan tingkat partisipasi dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam
segala bidang kerja di kebutuhan masyarakat menyebabkan cendrung kurang akan
memperhatikan kesehan dirinya (Arifin,2005).
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah .begitu juga
bila terjadi pada seseorang ibu hamil dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi
perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari pembesaran
Rahim . Semakin bertambahnya usia kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung
yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan proses kehamilan .oleh karenanya
pekerjaan boleh tetap dilakukan , asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai
kantor, adminitrasi perusahaan ,atau mengajar . Semuanya untuk kelancaran peredaran darah
dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsi
berat.(Notoadmojo,2008)
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Gambaran angka kejadian preeklamsia berat pada ibu bersalin
Di RB A tahun 2014
· Usia (Karkata,2006)
· Paritas (Prawirohadjo,2005)
· Usia kehamilan (Utama,2008)
· Tingkat pendidikan (Soekamto,2005)
· Pekerjaan (Arifin,2005)
Preeklamsia berat pada ibu bersalin
· Faktor imunologis
· Faktor genetik
(Karkata,2006.Roeshadi,2004.Blobak,2005.Soekamto,2005.Arifin,2005.Prawirohardjo,2005)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable yang lain dari masalah yang ingin di
teliti (Notoatmodjo,2010).
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena
konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur .konsep haya
dapat diamati atau diukur melalui konstruksi atau yang lebih di kenal dengan nama variable. Jadi
variable adalah symbol atau lambangyang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel
adalah sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo,2010).
Konsep-konsep atau variable –variabel berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada
bab II adalah usia, paritas , usia kehamilan ,tingkat pendidikan ,pekerjaan. Preeklamsi bisa
mengakibatkan kematian ibu dan kematian janin.
Bagan 3.1
Kerangka konsep
Preeklamsia berat
Usia
Paritas
Usia kehamilan
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
B. Definisi Oprasional
Tabel 3.2
Definisi operasional
No
Variabel
Devinisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil ukur
Skala ukur
1
Preeklamsi berat
Mencatat
Data dari rekam medik
Ordinal
2
Usia ibu
Lama waktu hidup yang dihitung mulai dari lahir sapai sekarang (Krakata,2006)
Ordinal
3
Paritas
1. Multi(2-3)
2. Primi(1)
3.Grande(>4)
Ordinal
4
Usia kehamilan
Pre-eklamsia biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20,dihitung dari Haid
pertama haid terakhir (Utama,2008).
Ordinal
5
Pendidikan Ibu
Sekolah formal terakhir responden yang diikuti dan mendapat ijazah. (Soekamto,2005)
1.Tinggi (PT)
2. Sedang SMP – SMA
3. Rendah (Tidak tamat SD – Tidak sekolah)
Ordinal
Pekerjaan Ibu
Suatu kegiatan yang dilakukan dan menghasilkan yang bertujuan untuk menafkahi diri dan
keluarganya. (Arifin,2005)
1. Tidak Bekerja
2. Bekerja
Nominal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang penulis gunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional, dimana variable independen dan variable dependen diukur dalam waktu yang
bersamaan yang terjadi di RB A kabupaten karawang periode januari-juni 2014.
B. Waktu dan Lokasi
1. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan mei 2014.
2. Lokasi
Lokasi dilaksanakan di RB A
C. Pupolasi dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian jumlah populasi yang di ambil sebanyak
200 orang baik normal maupun preeklamsi berat, sampel yang di ambil 20 orang,
2. Sample penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti, 20 orang dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoamodjo, 2012) .Sample penulisan yang diambil adalah seluruh ibu bersalin yang
mengalami preeklamsia berat yang terdaftar di RB A Kecamatan Lemah abang kabupaten
karawang periode januari-juni 2014 dengan teknik pengambilan sample menggunakan random
sampling.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini menggunakan data ini menggunakan data sekunder dengan melihat catatan
dari rekam medik pasien ibu bersalin yang mengalami preeklamsia berat di RB A Kabupaten
Karawang periode Januari-Juni 2014.
E. Pengolahan data dan analisa data
1. Pengolahan data
Pengolahan data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk pengecekan.
b. Coding
Setelah data selesai di edit lalu dilakukan coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Entry data.
Memindahkan data dari master data kedalam table
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data selesai dimasukkan, atau responden perlu di cek di
cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pengoreksian.
2.Analisis data
Analisis data (analisis deskriptif).
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variable .Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variable.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
P= F X 100%
N
Keterangan
P = Jumlah data yang di dapat
F= Ibu hamil yang preeklamsi
N = Jumlah populasi
MuslimahQ
Oleh:
ASNIAR
201102119
Oleh
ASNIAR
201102119
Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui untuk diuji dan dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Kebidanan
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji :
1. ISHAK KENRE ( )
A. Biodata
1. Nama : ASNIAR
2. NIM : 201102119
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/ Tgl. Lahir : Simae, 8 Januari 1991
5. Suku/ Bangsa : Bugis/ Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : JL. POROS PINRANG BARANTI
B. Riwayat Pendidikan
1. Tamat SDN 5 BARANTI tahun 2002
2. Tamat SMP AL-IMAN tahun 2005
3. Tamat SMA AL-IMAN tahun 2008
4. Melanjutkan di Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pangkajenne
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahlimadya / gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Apabila saya melanggar pernyataan ini , maka saya dapat dituntut atau dicabut
ASNIAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre Eklampsia di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo
Muhammad SAW. yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dari Program Studi
Diploma III Kebidanan Stikes Muhammadiyah Sidrap. Terima kasih kami ucapkan kepada
bapak Ishak Kenre, S.KM, M.Kes selaku penguji, ibu Syahriani, S.St., M.Kes, selaku
pembimbing I dan bapak Muhammad Tahir,SKM, M.Kes, selaku pembimbing II. Tidak
1. drg. H. Bambang Roesmono, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
2. Muhammad Tahir,SKM, M.Kes, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
3. Syahriani.S,Sit,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
4. Para dosen dan staff pengajar Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
5. drg. Hj. Hasnani Rapi, M.Kes. selaku Direktur Rumah Sakit Nene Mallomo beserta stafnya atas
bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
6. Kedua orang tua tercinta yang tak henti–hentinya mendidik, membimbing, membiayai dan
mendoakan sekolah saya sampai lulus kuliah.
7. Suamiku tercinta dan anakku tersayang yang selalu menemani dalam segala suka dan duka,
memberi semangat, masukan dan banyak membantu dalam studi maupun terselesaikannya Karya
Tulis ini.
8. Semua teman dan para sahabat DIII Kebidanan angkatan I, adik-adik kelas baik kebidanan
maupun keperawatan yang selalu memberi semangat dan dukungan, serta kebersamaanya yang
tak henti melahirkan canda, tawa dan cinta.
9. Dan semua pihak yang turut membantu terselesaikannya Karya Tulis ini.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat oleh peneliti sesuai dengan kemampuan peneliti. Untuk
itu kritik dan saran saya harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Karya
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
BIODATA PENULIS ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5
D. Manfaat penelitian ........................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pre eklampsia ................................................................................. 7
1. Pengertian Pre eklampsia ...................................................................................... 7
2. Etiologi ............................................................................................................. 10
3. Patologi ............................................................................................................. 13
4. Gambaran Klinik ………………………………………… ................................... 16
5. Penanganan ………………… ................................................................................. 18
No.Tabel Halaman
Tabel 4.1 Frekuensi Umur Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang Periode
Januari – Desember 2011 ...................................................................................... 40
Tabel 4.2 Frekuensi Paritas Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang Periode
Januari – Desember 2011 ..................................................................................... 40
Tabel 4.3 Frekuensi Preeklampsia Berdasarkan Umur di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng
Rappang periode Januari – Desember 2011 ......................................................... 41
Tabel 4.4 Frekuensi Preeklampsia Berdasarkan Paritas di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng
Rappang periode Januari – Desember 2011 ......................................................... 41
DAFTAR LAMPIRAN
ampiran I : Master tabel penelitian Frekuensi Umur dan Paritas Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo
Kab. Sidenreng Rappang Periode Januari – Desember 2011
ampiran II : Master tabel penelitian Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Umur di RSU. Nene
Mallomo Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011
ampiran III : Master tabel penelitian Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Paritas di RSU. Nene
Mallomo Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011
ampiran IV : Lembaran pengusulan judul
ampiran VII : Surat Permohonan Izin Penelitian dari STIKES Muhammadiyyah Sidenreng Rappang
Lampiran VIII : Surat izin dari Bappeda kabupaten Sidrap
Lampiran IX : Surat Izin penelitian di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang
ampiran X : Surat keterangan telah melakukan penelitian di RSU. Nene Mallomo Kab.
Sidenreng Rappang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Angka kematian ibu yang
begitu besar banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai tanda–tanda
kehamilan, usia hamil yang terlalu muda atau terlalu tua, pendidikan yang rendah, pendapatan
keluarga yang rendah selain itu juga aspek medis juga sangat berpengaruh dalam meningkatnya
angka kematian ibu melahirkan, selain itu penyebab kematian ibu yang cukup penting di
Indonesia adalah pre-eklampsia – eklampsia selain pendarahan dan sepsis. Penyakit ini
diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi.dari
penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal. Pre-
eklampsia ringan dapat berkembang dengan cepat menjadi pre-eklampsia berat. Resiko
komplikasi meliputi eklampsia, atau pre-eklampsia yang sangat berat.
Pre-eklampsia merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan di
ketidaktahuan ibu mengenai Pre-eklampsia. Dan di negara berkembang, 30% dari total
(http://nikmahawidya.wordpress.com)
merupakan penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang tertinggi di dunia.
Tahun 2005, Angka Kematian Maternal (AKM) di rumah sakit seluruh Indonesia akibat
eklampsia dan Pre-eklampsia sebesar 4,91% (8.379 dari 170.725), merupakan golongan
penyakit obstetrik yang paling banyak menyebabkan kematian dengan Case Fatality
20 minggu yang ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah di atas
140/90 mmHG, pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di dalam air seni ibu.
Kehamilan ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah tinggi, diabetes atau kelainan
ginjal dan kehamilan pada masa remaja atau di atas 40 tahun merupakan faktor-faktor
Pada kondisi hamil, tekanan darah ibu seharusnya normal atau justru lebih rendah
karena seorang wanita hamil, maka tubuhnya secara otomatis akan mengencerkan dan
menambah volume darahnya. Gunanya adalah agar bisa lebih banyak mengalirkan
oksigen dan sari makanan ke janin. Selain itu, penambahan volume darah juga sebagai
persiapan untuk proses melahirkan (di mana si ibu akan mengeluarkan banyak darah)
Penyebab pasti pre-eklampsia hingga saat ini tidak diketahui dengan jelas. Diduga
karena kondisi plasentanya, kekurangan oksigen atau ada gangguan di pembuluh darah. Kondisi
ini harus mendapat perhatian khusus, karena akibatnya bisa membahayakan.
(http://www.femina.co.id)
Pre-eklampsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang dikandungnya.
Komplikasi pada janin berupa prematuritas, gawat janin, berat badan lahir rendah atau
dan Kesehatan Indonesia (2002-2003).4 Angka kematian ibu adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup. Menurut laporan bulanan (LB.3) KIA tahun 2006, Angka Kematian Ibu
Maternal (AKI) di Jawa Timur sebesar 168 per 100.000 kelahiran hidup, dan keracunan
Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab
kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait
dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat
meliputi:
- Terlambat dirujuk
pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya
lebih baik. Kejadian pre-eklampsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan
Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan jumlah
kematian ibu maternal yang di laporkan pada tahun 2006 di sulawesi selatan sebesar
101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007 menurun menjadi 92,89 per
orang (19,61%). Maros terdapat 2.741 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
periode januari 2007 – desember 2008, dari jumlah ibu hamil tersebut terdapat 42 ibu
hamil yang menderita pre- eklampsia. (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,
2008)
Data tahun 2011 RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang didapatkan penderita
kehamilannya.
Setelah peneliti melakukan survei di tempat penelitian yaitu RSU. Nene Mallomo
1120 ibu hamil pada tahun 2011 (RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang, 2011).
dengan judul “Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pre-eklampsia di
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo
2. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Kebidanan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswi jurusan kebidanan dalam melakukan
eklampsia.
3. Bagi Peneliti
penelitian.
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang Pre-
eklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d) Definisi pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20
minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Wibowo dan Rachimhadi, 2006).
Pre-eklampsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan yang
ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah di atas 140/90 mmHG,
pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di dalam air seni ibu. Kehamilan
ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah tinggi, diabetes atau kelainan ginjal dan
kehamilan pada masa remaja atau di atas 40 tahun merupakan faktor-faktor yang dapat
yang berfungsi memberi janin oksigen serta semua nutrisi yang diperlukan. Akibatnya,
perkembangan bayi pun terhambat. Karena itu sangat penting mewaspadai bahaya Pre-
eklampsia, terutama bagi Anda yang beresiko tinggi terkena Pre-eklampsia. Jika Pre-
eklampsia makin parah bisanya akan ditandai dengan kejang bahkan hingga koma.
Solusi yang ditawarkan biasanya adalah dengan melahirkan bayi lebih awal jika dirasa
janin sudah matang atau jika Pre-eklampsia ini sudah pada taraf yang sangat
Pre-eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra, dan post partum.dari gejala klinik pre eklampsi di bagi menjadi dua pre-eklampsia
a. Pre-eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan /atau edema pada umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Nugroho, 2011)
Gejala klinis pre-eklampsia ringan meliputi
1) Hipertensi : sistolik /distolik 140/90 mm Hg
2) Proteteinuria : secara kuantitatif lebih 0’3gr / literDalam 24 jam atau secara kuantitatif positif 2
(+2)
3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
4) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda tanda preklampsia berat
(Nugroho, 2011)
b. Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya pertensi
160/110 mm hg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. (Nugroho, 2011)
Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria ≥ 5gr per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis. (mukhtar 2007)
2. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Telah banyak terdapat teori yang mencoba yang menerangkan sebab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan.Teori yang dapat
molahidatidosa;
c. sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus ;
d. sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. (Prawirohardjo, 2005)
Menurut Mochtar (2007), Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya.oleh karena itu disebut ”Penyakit teori”, namun belum ada
yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai
penyebab pre-eklampsia adalah teori ”iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat
a. Mengapa frekuensi menjadi tinggi pada: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa;
b. Mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan, umumnya pada triwulan ke III;
c. Mengapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan;
d. mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan
e. Penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema dan konvulsi sampai koma. Dari hal-hal
tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.
sehingga terjadi penurunan produksi prostsiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal
meningkat, aktifasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan digant trombin dan
plasmin,trombin akan mengkonsumsi anti trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga
dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat ditererangkan bahwa pada
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada Pre-
c. Faktor genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Pre-Eklampsia -
hamil, disamping infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan
beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan
kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya pre-eklampsia,
pre-eklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia
remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah
riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami pre-
kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan
2. Patologi
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu,
sebagian besar periksaan anatomi patologi berasal dari penderita pre-eklampsia yang
meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biosi hati dan ginjal ternyata bahwa
perubahan anatomi-patologi pada alat alat itu pada preklmpsia tidak banyak berbeda dari
pada yang ditemukan eklampsia.perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan
output dan resistensi sistem pembuluh darah. Aliran darah renal dan angka filtrasi
glomerulus pada pasien pre-eklampsia lebih rendah dibandingkan pada pasien dengan
kehamilan normal dengan usia kehamilan yang sama. Penurunan aliran darah renal
protein yang berakibat proteinuria. Resistensi vaskular cerebral selalu tinggi pada pasien
pre-eklampsia. Pada hipertensi aliran darah cerebral dan konsumsi oksigen lebih sedikit
dibandingkandengan wanita hamil biasa dan terdapat penurunan aliran darah dan
peningkatan tahanan vaskuler pada sirkulasi utero plasenta pada pasien pre-eklampsia
(Castro, 2004)
a. Otak
Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas
normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada
pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan
serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
c. Ginjal
Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini
retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga
d. Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema
paru yang menimbulkan decompensasi cordis. Bisa pula karena terjadinja aspirasi
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-
hal tersebut, maka harus di curigai terjadinya pre-eklampsia berat. Pada eklampsia dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan odema intra-okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan
tanda pre-eklampsia berat adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini
Pada pre-eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metabolisme air, elektrolit, kristaloit, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH darah berada
berada pada batas normal. Pada pre-eklampsia berat dan eklampsia, kadar gula darah
naik sementara, asam laktat dan asam organik lainya naik,sehingga cadangan alkali akan
turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-
zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik
pulih normal.
3. Gambaran Klinik
Gambar klinik mulai dengan kenaikan BB oedema kaki atau tangan,
kenaikantekanan darah terakhir terjadi protein urin. Pada pre-eklampsia ringan tidak
daerah frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrium, penglihatan kabur, mual disertai
muntah. Gejala ini sering ditemukan pada pre-eklampsia yang mana merupakan petunjuk
bahwa pre-eklampsia akibat timbul tekanan darah akan meningkat lebih tinggi, oedema
proteinuria. Gejala subjektif: sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan
visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Mochtar (2007)
a. Hipertensi
Gejala yang terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai batas
diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga kenaikan sistolik 30
mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa merupakan petanda.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 11o mmHg, tetapi jarang
mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi
asensial.
b. Oedem
Timbulnya oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat
0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per minggu atau 3
kg dalam satu bulan , pre-eklampsia harus dicurigai. Oedem ini tidak hilang dengan istirahat.
c. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan cara
dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan
sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam. Proteinuria didefinisikan
sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.
Gejala-gejala subyektif
simtomatis karena etiologi pre-eklampsia dan faktor – faktor apa dalam kehamilan yang
1) Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinya.
2) Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang.
3) Pemulihan sempurna kesehatan ibu
Pada kasus pre eklamia tertentu, terutama pada wanita menjelang atau sudah
aterm, tiga tujuan tersebut dapat terpenuhi oleh induksi persalinan. Dengan demikian,
informasi terpenting yang perlu dimiliki oleh ahli obstetri agar penanganan kehamilan
berhasil dan terutama kehamilan dengan penyulit hipertensi, adalah kepastian usia janin.
a. Pre-eklampsia ringan
1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre-eklampsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak
istirahat (berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat,lemak dan garam;
pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg/oral selama 7
hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan
laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati,
fungsi ginjal.
2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre-eklampsia ringan berdasarkan kriteria : setelah dua
minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre-
eklampsia; kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre-eklampsia
ringan dianggap sebagai pre-eklampsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah
ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap
dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai normotensi selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai
normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu
atau lebih.
2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tanggal taksiran persalinan
3) Cara persalinan: Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
b. Pre-eklampsia Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat
1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal;
2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal.
2) Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan non stress test (NST) dan ultrasonografi (USG)
dengan indikasi salah satu atau lebih yakni :
a) Ibu: Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda – tanda impending eklampsia, kegagalan
terapi konserfatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan tekanan
darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala – gejala status quo (tidak ada
perbaikan)
b) Janin: Hasil fetal assasemen jelek (NST dan USG) adanya tanda IUGR
c) Hasil laboratorium: Adanya HELLP syndrome
3) Pengobatan medisinal pasien PEB dilakukan di RS dan atas instruksi dokter yaitu segera masuk
RS, tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patela setiap
jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60 – 125 cc/jam) 500cc
berikan antasida : diet cukup protein, rendah karbohidrat lemak dan garam, pemberian obat anti
kejang MgSO4 diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda – tanda edema paru, payah
jantungkongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
4) Antihapertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg (diastol lebih 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
bukan kurang 90 mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta dosis antihipertensi sama
dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
5) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya diberikan obat–obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu) catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc
cairan infus atau pres disesuaikan dengan tekanan darah.
6) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat di berikan tablet anti hipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam maksimal 4 – 5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
7) Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda – tanda menjurus payah jantung
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
8) Lain – lain : Konsul penyakit dalam/jantung, mata, obat – obat anti piretik diberikan bila suhu
rectal 38,5ºC dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc
IM, antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1 gr/ 6 jam/ IV/hari, anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus dapat diberikan petidin HCL 50 – 75 mg
sekali saja, selambat lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
paritas.
1. Umur Ibu
Apa pengaruh usia dan fisik wanita pada kehamilan pertama dan proses persalinan?
“Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah, karena kondisi fisik
belum 100% siap. Kehamilan dan persalinan di usia tersebut, meningkatkan angka
kematian ibu dan janin 4-6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-
Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah
kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. “Bisa jadi
secara mental pun si wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk
memeriksakan diri dan kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan,
risiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum
Berbeda dengan wanita usia 20–30 tahun yang dianggap ideal untuk menjalani
kehamilan dan persalinan. “Di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima.
Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk
kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak pada perilaku merawat
Sedangkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi “Kehamilan pada
usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan kesehatan wanita yang bersangkutan,
“Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya,
sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan di atas usia 40 tahun,” ungkap dr.
Seno yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
(Sarwono, 2006).
Pada usia <20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal,
sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat
reproduksisehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
usia 20-35 tahun,dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya
ibu danfungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan
reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung
Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun perlu diperhatikan
yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil
dengan usia muda adalah kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan obat dan atau
perokok, arti dan manfaat antenatal care yang kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat
menimbulkan kesulitan tumbuh kembang janin dan penyulit saat proses persalinan
berlangsung. Kini wanita karier dan terdidik banyak yang ingin hidup mandiri mengejar
karier sehingga akan terlambat menikah dan hamil diatas usia 35 tahun. Pengawasan
terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena dapat terjadi hipertensi karena stres
2. Paritas
Paritas (Para)Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak
yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang atau sebelumnya.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim
dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001). Paritas adalah jumlah anak yang pernah
dilahirkan oleh seorang ibu (Nursalam, 2003). (http://bidan-ilfa.blogspot.com)
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh seorang
wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada
ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan.
Klasifikasi Paritas
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Wanita yang pertama
kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda. Usia terbaik
untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun. Sedangkan wanita
yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua. Primigravida
muda termasuk didalam kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan
atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada primigravida muda jarang
dijumpai dari pada primigravida tua. Dikarenakan pada primigravida muda dianggap
kekuatannya masih baik. Sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan meningkat
bagi sang ibu yang dapat terkena pre-eklampsia/ eklampsia (Manuaba, 2007)
b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali
(Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali
(Manuaba, 2008).
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney,2006).
c. Grandemultipara
Grande Multipara adalah kondisi dimana seorang ibu pernah melahirkan lebih dari 4 kali.
Grande multipara termasuk dalam kehamilan dengan resiko tinggi.Ibu hamil dengan
resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada waktukehamilan maupun persalinan
bila di bandingkan dengan ibu hamil normal. Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney,
2006). (http://dr-suparyanto.blogspot.com)
Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami
stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida
respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung
Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer total. Selama kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis.
ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan
volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Corwin, 2001).
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelengarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
bagi masyarakat.
pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan
perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit
lainnya. Penelitian telah juga merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini fungsi
keempat, yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat juga telah
menjadi fungsi rumah sakit. Jadi, empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan
Suatu sistem klasifikasi rumah sakit yang seragam diperlukan untuk memberi
kepemilikan, dan kapasitas tempat tidur. Samping itu, agar dapat mengadakan evaluasi
rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit vertikal yang langsung dikelolah oleh
Departemen Kesehatan; rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer, dan rumah
sakit BUMN.
b. Jenis pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan
berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi
medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan
pengobatan untuk penderita dengan kondisi medic tertentu baik bedah maupun non
bedah.
c. Lama Tinggal
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek
dan jangka panjang. Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang
merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari, misalnya penderita yang dengan
kondisi penyakit akut dan kasus darurat, biasanya dirawat di rumah sakit kurang dari 30
hari. Rumah sakit perawat jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita
dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyaikesakitan jangka
panjang.
pola berikut:
e. Afilasi Pendidikan
Rumah sakit berdasarkan afilisasi pendidikan terdiri atas dua jenis, yaitu rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit non pendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit
bidang spesialis lain. Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan
tidak ada afilasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit nonpedidikan.
d. Status akreditasi
Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi
dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah
rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang
D. Kerangka Konsep
didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara
satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain
(http://www.mediaskripsi.com).
a. Variabel Independen
Variabel independen atau variable bebas, atau peubah bebas merupakan peubah yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap peubah tak bebas. Atau
yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependen).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur ibu dan paritas.
b. Variabel Dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas atau variabel
terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable
2. Kerangka Penelitian
Kerangka dalam penelitian Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo Tahun 2011.
- Umur Ibu
- Paritas
Pre eklampsia
E. Definisi Operasional
1. Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang yang dapat
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun
Skala : Interval
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup atau lahir mati
dengan kategori :
1) Primigravida
2) Multigravida
3) Grendenmultipara
Skala : Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui karakteristik ibu hamil
dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang pada tahun 2011.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang , dengan alasan
bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe C di kabupaten Sidenreng
Rappang yang menerima rujukan dari 14 puskesmas dan pada tahun 2011.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13 - 25 Agustus 2012.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami Pre-
eklampsia di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang bulan Januari 2011 – Desember
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono
(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 pasien yang mengalami pre-
eklampsia.
sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu RSU. Nene Mallomo Sidenreng
Rappang dimana data yang dibutuhkan berasal dari Medical Record atau catatan medik
di tentang kasus Pre-eklampsia pada ibu hamil Januari 2011 – Desember 2011.
berikut :
a. Editing
Dilakukan pengecekan akan kelengkapan data pada format kuesioner terkumpul, bila
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan, bila terdapat kesalahan atau
b. Coding
Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah
c. Tabulating
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang
telah terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan
ƒ
P = — x 100%
n
Keterangan :
f : jumlah pengamatan
A. Hasil Penelitian
Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang pada tahun 2011 dan hasilnya disajikan pada
Tabel 4.1
Frekuensi Umur Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang
Periode Januari – Desember 2011
No. Umur Pre-eklampsia Tidak Pre-eklampsia Total
1 < 20 tahun 15 111 126
2 20-35 tahun 9
828 837
3 > 35 tahun 9
148 157
Jumlah 33 1087 1120
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dari 1120 ibu hamil di RSU. Nene Mallomo Kab.
2 11
Multigravida 609 620
3 4
Grandemultigravida 88 92
Jumlah 33 1087 1120
Sumber: Rekam Medik RSU. Nene Mallomo kab. Sidrap
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dari 1120 ibu hamil di RSU. Nene Mallomo Kab.
Tabel 4.3.
Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Umurdi RSU. Nene Mallomo
Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011
No.
2 20 – 35 tahun 9 27.27
Jumlah 33 100
Dari tabel 4.3, di atas dapat dilihat bahwa pre-eklampsia paling banyak dijumpai
pada ibu hamil yang berumur < 20 tahun berjumlah 15 kasus (45,46%).
Tabel 4.4
Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Paritas di RSU. Nene Mallomo
Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011
No.
1 Primigravida 18 54.55
2 Multigravida 11 33.33
3 Grandemultigravida 4 12.12
Jumlah 33 100,00
Dari tabel 4.4, di atas dapat dilihat bahwa pre-eklampsia paling banyak dijumpai
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 33 kasus ibu hamil dengan
pre-eklampsia dapat dilihat bahwa pre-eklampsia paling banyak dijumpai pada ibu hamil
yang berumur < 20 tahun berjumlah 15 kasus (45,46%) sedangkan ibu hamil yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa umur yang beresiko terkena pre-
eklampsia adalah < 20 tahun. Menurut BKKBN (2007) pada umur < 20 tahun tidak
termasuk umur reproduksi sehat. Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di
usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan
bawah 18 tahun perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia, hipertensi menuju pre-
infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial
yang sering menyertai ibu hamil dengan usia muda adalah kehamilan yang belum
diinginkan, kecanduan obat dan atau perokok, arti dan manfaat antenatal care yang
kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat menimbulkan kesulitan tumbuh kembang janin
dan penyulit saat proses persalinan berlangsung. Kini wanita karier dan terdidik banyak
yang ingin hidup mandiri mengejar karier sehingga akan terlambat menikah dan hamil
diatas usia 35 tahun. Pengawasan terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena dapat
terjadi hipertensi karena stres pekerjaan, hipertensi dapat menjadi pemicu pre-
paritas dapat dilihat bahwa kasus paling banyak dijumpai pada ibu hamil primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Wanita yang
pertama kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda.
Usia terbaik untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun.
Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida
tua. Primigravida muda termasuk didalam kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan
kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada primigravida
muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua. Dikarenakan pada primigravida muda
dianggap kekuatannya masih baik. Sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan
meningkat bagi sang ibu yang dapat terkena pre-eklampsia/ eklampsia (Manuaba, 2007)
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Corwin (2001) bahwa pada
primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang
Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stresor
meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah. Pada wanita dengan
Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer total. Selama kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis.
ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan
volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Corwin, 2001).
Selain itu, pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan
A. Kesimpulan
eklampsia di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang periode Januari - Desember
1. Persentase penderita pre-eklampsia tertinggi berdasarkan umur terjadi pada ibu hamil
B. Saran
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian tentang
pre-eklampsia
Dinas Kesehatan Kab. Sidenreng Rappang. 2010. Profil Kesehatan Kota Sidrap
Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta.
Manuaba,IB. 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, EGC : Jakarta
Manuaba,IB. 2007, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, EGC : Jakarta
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal & Patologi. Nuha Medika:
Yogyakarta
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Alfabeta: Bandung
Wibowo B., Rachimhadi T., 2006. Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi
III. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Yeyeh, Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). CV Trans Info Media: Jakarta
Arsip Blog
▼ 2013 (11)
o ► Juli (1)
o ▼ Agustus (8)
KTI PRE EKLAMPSIA
askeb anc
APN 58 LANGKAH
PENYAKIT PADA BAYI
AN NASHIHAH
JADI AKHWAT JANGAN CENGENG
askeb ANC
o ► September (2)
Mengenai Saya
asniar ilyas
Lihat profil lengkapku