Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika dibandingkan dengan
Negara-negara di ASEAN (Association South of East Asia Nation). Setiap tahun diperkirakan
529.000 wanita di dunia meniggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan
persalinan yaitu, pendarahan, infeksi, dan preeklamasi, sehingga diperkirakan terdapat angka
kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut WHO
menjelaskan bahwa AKI di Indonesia menduduki peringkat ke 6 dibandingkan Negara-negara
ASEAN.
Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar Negara-negara di
Asia termasuk Indonesia adalah Negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan
20-60 kali lipat dibanding Negara-negara barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan
komplikasi persalinan.Di Indonesia yang termasuk Negara berkembang menurut survey SDKI
tahun 2012 angka kematian ibu berkisar 359 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu
menurun sangat lambat dalam beberapa tahun terakhir ini, sedangkan target MDG’s (Millenium
Depelopment Golds) yang ditegaskan dalam Kepres No.5 tahun 2010 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain
adalah perdarahan, infeksi dan preeklamsi. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) masih
tergolong tinggi yaitu 32/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Jawa barat menempati urutan ketiga provinsi, dengan Angka kematian ibu akibat preeklamsi
berat yaitu (37,69%) melahirkan terburuk profil dinas kesehatan tahun 2012) Angka kematian
bayi baru lahir di Jawa Barat adalah 4.650 dari 1000 kelahiran hidup.
Menurut Dinas Kesehatan Karawang data Angka kematian ibu (AKI) periode januari-oktober
2013 ada 52 kasus, penyebab utama preeklamsia berat 17 kasus, perdarahan 15 kasus, infeksi 4
kasus, partus lama 2 dan lain-lainnya 15 kasus.(Dinas kesehatan Karawang,2013)
Kejadian preeklamsi dan eklamasia sulit dicegah tetapi diagnose dini sangat menentukan
prognosis janin. Pengawasan pada masa kehamilan sangat penting karena preeklamsi berat dan
eklamasia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di Negara berkembang
Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari trias preeklamasi yaitu kenaikan berat badan edema,
kenaikan tekanan darah, dan terdapat proteinuria (Manuaba, 2012).
Preeklamsi dan eklamasia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya belum jelas Setelah perdarahan dan infeksi, preeklamasi dan
eklamasi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam kebidanan.
Karena itu diagnose dini sangatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati preklamasi
ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamasi. Hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil
memeriksakan dirinya selama hamil. Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur
sangatlah penting dalam upaya pencegahan preeklamasi dan eklamasi (Mochtar, 2005).
Berdasarkan data yang menunjukan tingginya angka kejadian preeklamsi pada ibu bersalin,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Angka Kejadian Preeklamsi
Berat pada ibu Bersalin di RB A Kabupaten karawang tahun 2014.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat uraikan rumusan masalah tingginya
angka kejadian Preeklamsi berat di RB Amanda wadas Periode Januari- juni tahun 2014.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin di RB A
tahun 2014.

2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran angka kejadian peeklamsi berat pada ibu bersalin di RB Amanda
wadas tahun 2014.
b. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
usia di RB A tahun 2014.
c. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
paritas ibu di RB A tahun 2014.
d. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
tingkat pendidikan di RB A tahun 2014.
e. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berdasarkan
usia kehamilan di RB A tahun 2014.
f. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin berasarkan
pekerjaan di RB A tahun 2014
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi institusi
Sebagai bahan dokumentasi dan bahan sumber referensi tambahan dalam proses belajar
mengajar dan perencanaan membuat penelitian di tahun 2015.
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, keterampilan, serta menambah pengalaman bagi penulis dari kegiatan
yang dilakukan dalam membuat proposal ini.
3. Bagi RB A
Memberikan informasi secara obyektif tentang kejadian pre-eklamsi pada ibu bersalin sehingga
dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat perencanaan penelitian tentang kejadian preeklamsi
berat pada ibu bersalin.
E. RUANG LINGKUP
Sesuai judul ruang lingkup penelitian hanya meliputi gambaran kejadian preeklamsi berat pada
ibu bersalin di RB A tahun 2014. Penulis tertarik mengambil judul tersebut karena angka
kejadian masih tergolong tinggi pada periode Januari-juni tahun 2014 tercatat angka kejadian
kasus preeklamsi pada ibu bersalin sebanyak 20 orang.
Dalam hal ini penulis mengambil sampel pada ibu bersalin dengan variable terkait. Adapun
variable yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu bersalin yang mengalami preeklamsi yang
dideskrifsikan berdasarkan usia ibu ,paritas, tingkat pendidikan, dan akibat komplikasi obsetrik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba,1998).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2010).

B. PREEKLAMSI
1. Pengertian Preeklamsi
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul
karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 pada kehamilan, tetapi
dapat terjadi sebelumnya misalnyapada mola hidatidosa (Prawihardjo, 2005).
Preeklamsi adalah gangguan multisystem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama
kehamilan. Biasanya juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Milne, et al. 2005).
Preeklamsi adalah yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria
(Sarwono, 2010).

2. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju.Semuanya baru berdasarkan pada teori
yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsi disebut juga “disease of theory”,
gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori tersebut antara lain :
a. Peran factor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan
berkutnya.Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking
antibodies.
Terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya
(Prawihardjo, 2005).
b. Peran Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukan peran factor genetik kejadian preeklamsi antara lain:
preeklamsi hanya terjadi pada manusia, terdapat nya kecenderungan meningkatnya frequensi
preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang mederita preeklamasi, kecenderungan meningkatnya
frequensi preeklamsi pada anak-anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan
ipar mereka, peran rennin angiotensin-aldosteron system (Prawihardjo, 2005)
3. Patofisiologi
Pada preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.Pada
biopsy ginjal ditemukan spasme hebat artiola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen artiola
sedemikian sempitnya sehinga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
artiola mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat tercukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme artiola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 2005).
4. Gambaran Klinis
Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria. Gejala
subjektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan kabur, mual dan muntah
(Mochtar, 2005).
5. Jenis-jenis
a. Preeklamsi ringan.
Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar, 2008)
1) Hipertensi : sistolik/ diastolic kurang lebih 140/90mmHg. Kenaikan
Sistolik kurang lebih 30mmHg dan kenaikan diastolic kurang lebih 15mmHg, cara
pengukurannya sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2 + pada
urin.
b. Preeklamsi Berat
Definisi preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik kurang lebih
160mmHg dan tekanan darah diastolic kurang lebih 110mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24
jam (Sarwono 2010).
Diagnosis preeklamsi digolongkan preeklamsi berat bila ditemukan atau lebih gejala sebagai
berikut :
1.) Tekanan darah sistolik kurang lebih 160mmHg dan tekanan darah diastolic
kurang lebih 110mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif,
3) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam.
4) Gangguan fisus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur
5) Nyeri epigastrium atau nyeri pada quadran kanan atas abdomen
6) edema paru-paru dan sianosis.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada preeklamsi berat di tinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-
gejala preeklamsi berat selama perawatan di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya :yaitu terapi medikamentosa dengan
pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. kedua baru rencana sikap terhadap kehamilannya : yang tergantung pada kehamilan . sikap
terhadap kehamilannya di bagi 2 yaitu :
1) Ekspektatif : konservatif bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa.
2) Aktif, agresif, bila umur kehamilan 37 minggu ,artinya kehamilan diakhirisetelah mendapat
terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
a) Pemberian terapi mendikamentosa:
· segera masuk rumah sakit.
· tirah baring miring ke kiri
· Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
· Pemberian MgSO4 dibagi : dosis awal dan dosis lanjutan.
Menurut (Angsar,2008), Tujuan utama perawatan preeklamsi adalah mencegah
kejang,perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital,dan melahirkan bayi sehat
(Wiknjasastro,2008).
Preeklamsi dapat merupakan suatu penyakit yang fatal. Tidak terdapat program penapisan yang
pasti yang tersedia untuk kelainan ini yang sangat penting untuk memperbaiki hasil akhir ibu dan
janin, penentuan persalinan,pencegahan kejang,pengobatan hipertensi, penatalaksanaan cairan
dan asuhan pendukung untuk berbagai komplikasi organ akhir Preeklamsi berat biasanya
memerlukan persalinan segera.Penatalaksanaan harus mencangkup terapi anti hipertensi dan
akhirinya kehamilan ( Wiknjasastro,2008).
a. Terapi profilaksis kejang,meliputi :
1) Magnesium Sulfat ( MgSO4 ) intravena harus di berikan selama persalinan dan selama
evaluasi awal pasien penderita preeklamsi.
2) MgSO4 di gunakan untuk menghentikan dan / atau mencegah konvulsi tanpa menyebabkan
depresi umum untuk ibu maupun janin.
3) MgSO4 tidak di berikan untuk mengobati hipertensi.
4) Dosis awal : 4 gr MgSO4 di encerkan dalam 10 ml, larutan cairan IV lambat.
5) Dosis lanjutan : diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer per 6 jam atau di berikan 4
atau 5 gram IV. Selanjutnya maintenance dose di berikan 4 gram IV tiap 4-6 jam.
6) MgSO4 : harus selalu di berikan dengan metode infus terkendali/ pantau untuk mencegah
overdosis yang dapat bersifat fatal.
7) Syarat-syarat MgSO4 : harus tersedia antidotum MgSO4 ,bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1 gr (10% dalam 10 cc) IV 3 menit ,reflek patella + , pernapasan > 16
kali / menit ,tidak ada tanda-tanda distress napas.
8) MgSO4 di hentikan bila ada tanda-tanda intoksasi ,telah 24 jam pasca persalinanatau 24
jam setelah kejang terakhir.
b. Terapi hipertensi meliputi :
1) Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan intracranial pada ibu tidak terjadi.
2) Terapi kronis hipertensi sedang tidak akan menunda laju penyakit,memperpanjang
kehamilan atau menurunkan risiko kejang.
3) Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan hingga lebih rendah dari 140/90mmhg karena
tekanan yang lebih rendah akan menurunkan perfusi utero-plasenta.
4) Obat yang paling umum di gunakan selama kehamilan :
a). Nifedifin
Dosis 10-20 per oral, di ulangi setiap 30 menit , maksimum 120mg dalam 24 jam.
b) Labetalol atau atenolol.
Antagonis campuran alfa dan beta dosis 3-4 x 50mg/hari. 10-20mg bolus intravena yang dapat di
ulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg .Alternatif lain infuse labetalol tanpa
berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat di gunakan dan dititrasi sesuai dengan kebutuhan.
c) Terminasi kehamilan ,cara persalinan :
Jika tidak sedang dalm proses bersalinan ,periksa serviks dalam kondisi matang untuk induksi
,mulailah induksi persalinan. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bioshop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
5). Seksio sesarea : fetal assement jelek, syarat tetesan oksitosin tidak di penuhi (nilai bioshop
dari 5) atau adanya kontra indikasi tetesan oksitosin dan 12 jam setelah dimulainya tetesan
oksitosin belum masuk fase aktif . pada primigravida lebih di arahkan untuk di lakukan terminasi
dengan seksio sesarea.
a) Kala 1 fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka di lakukan seksio sesarea, fase aktif
amniotom saja, bila 6 jam setelah di amniotom belum terjadi pembukaan lengkap maka di
lakukan seksio sesarea.
b) Kala II harus di persingkat dalam 24 jam dengan partus buatan seperti dengan ekstrasi vakum
atau forceps, jadi ibu di larang mengedan (di lakukan oleh dokter ahli kandungan). Amniotom
sekurang-kurangnya di lakukan 3 menit setelah pemberian pengobatan medicinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan memungkinkan terminasi di tunda 2 kali 24 jam
untuk memberikan kortikosteroid ( Sujiyanti,2009).
6) Komplikasi
Nyeri epigastrium telah menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam bentuk
kemungkinan (Manuaba, 2007 ) :
a. Perdarahan subkapsular.
b. Perdarahan periportal system dan infark liver.
c. Edema parenkim.
d. Peningkatan pengeluaran enzim.
Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan kemampuan system otonom
aliran darah system saraf pusat (ke otak) dan menimbulkan berbagai bentuk kelainan
patofisiologis sebagai berikut (Manuaba,2007).
a. Edema otak karena permebilitas kafiler bertambah.
b. Iskemia yang menimbukan infark serebral.
c. Edema perdarahan batang otak dan retina.
d. Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medulla oblongata.
Komlikasi terberat adalah kematian ibu dan janin .Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari
ibu yang yang menderita preeklamsi dan eklamsia. Komplikasi di bawah ini yang biasa terjadi
pada preeklamsia berat dan eklamsia (Wibowo dan rachimhadi,2006).
a. Solusio plasenta komlikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklamsia.
b. Hipofibrinogemia biasanya terjadi pada preeklamsia berat .oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan
kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Kelainan mata kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu , dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan
tanda-gawat akan terjadi apopleksia serebri.
e. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada preeklamsia/ eklamsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia ,tetapi ternyata juga dapat
ditemukan pada penyakit lain . Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal
hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP yaitu Haemolysis , Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
Merupakan fungsi hati ,gepatoseluler (peningkatan enzim hati, SGPT, SGOT), gejala subyektif
(cepat lelah ,mual,muntah,nyeri epigastrium), hemolisis akibat kerusakan membrane eritrosit
oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jernih. Trombositopenia (< 150.000/cc),agregrasi
g. (adhesi trombosit di dinding vaskuler) kerusakan tromboksan (Vasokontriktor
kuat),lisosom (manuaba ,2007).
h. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra- uterin. Ibu yang menderita preeklamsia
merupakan predisposisi terjadinya kelahiran premature (Prawirohardjo,2005). Paritas pertama
dan paritas lebih dari 5, serta riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi obstetric,
dapat memperbesar kematian perinatal (Prawirohardjo,2005)

C. Gambaran Angka Kejadian Preeklamsia Berat pada Ibu Bersalin


Terutama pada penderita yang mempunyai factor predisposisi terhadap preeklamsia. Menurut (
Wiknjosastro,2008 ). Faktor predisposisi /risiko tersebut antara lain :
1. Usia
Ibu dengan di bawah umur 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap lebih
rentan. Bahwa umur reproduksi sehat pada wanita berkisar antara 20-35 tahun. Preeklamsi yang
meningkat di usia muda dihubungkan belum sempurnanya organ-organ yang ada di tubuh wanita
untuk berproduksi,selain itu factor psikologis yang cendrung kurang stabil juga meningkatkan
kejadian preeklamsi di usia muda. Bertambahnya umur hingga saat ini penyebab preeklamsi dan
eklamsia belum diketahui dengan pasti,penyakit ini masih di sebut Disease of theory.Namun
demikian, perhatian harus ditunjukan wanita berkaitan dengan perubahan pada system
kardiovaskulernya dan secara teoritis peeklamsia dihubungkan dengan adanya patologi pada
endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah.Preeklamsi-eklamsia hampir secara eklusif
merupakan penyakit pada nulipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur
ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai resiko 3-4 kali lipat mendapatkan preeklamsi dibandingkan usia lebih muda
(Karkata,2006).

2. Paritas.
Primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.Sebaiknya melahirkan setelah
umur 20 tahun, Jarak persalinan 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 35 tahun.
Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang.Telah di buktikan bahwa kelahiran ke lima atau
grandemultivara dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin (Roeshadi,2004)
menurut (Prawirohadjo,2005 ) paritas 2 merupakan paling aman di tinjau dari sudut kematian
maternal. Primigravida dan multigravida pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko
tinggi untuk preeklamsi-eklamsia.
3. Usia Kehamilan
Preeklamsi biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20 Trimester II-III atau
aterem (Bobak,2005) Jika kurang dari 20 minggu (Preterem) dan lebih dari 42 minggu
(Posterem) ada gejala preeklamsi contohnya kenaikan tekanan darah tinggi bisa dilakukan
pemeriksaan proteinuria jika hasilnya tidak terdapat maka diaknosa tersebut bisa mengarah ke
hipertensi gestasional. Pada kondisi kehamilan normal proses apoptosis yang berperan dalam
sitotrofoblas dan pembaruan proses permukaan sinsitium dari vyilli korialis, lalu dikeluarkan
protein Bcl-2 yang berperan untuk menghambat apoptosis . Tetapi karena eksresi protein Bcl-2
menurun, maka proses apoptosis pas sel sinsitiotrofoblas plasenta meningkat, terjadi preeklamsi
berat atau dapat dikarnakan oleh penyempitan arteri spiralis ,yaitu 500, menyebabkan
penghambatan respon yang adekuat terhadap peningkatan aliran darah, jadi pertusi plasenta yang
menurun akan berdampak lepasnyan radikal bebas dan iskemia plasenta yang merangsang
peningkatan apoptosis.semua kejadian yang disebutkan diatas terjadi seiring dengan makin
tuanya usia kehamilan. Hal ini menyebabkan preeklamsi sering terjadi pada kehamilan aterem
(Utama ,2008).sebaiknya menjelang trimester I-III ibu hamil harus berhati-hati untuk mencegah
komlikasi yang lebih berbahaya lagi.
4. Tingkat Pendidikan
Mengatakan pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan kepribadian,
sehingga proses prilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia.
Semakin tinggi pendidikan yang didapat seseorang, maka kedewasannya semakin matang ,
mereka dengan mudah untuk menerima dan memahami informasi yang positif. Adapun yang
pendidikannya tingkat menengah sampai dasar sedikit untuk menerima informasi dengan baik.
Kaitannya dengan masalah kesehatan , dari buku safe motherhood menyebutkan bahwa wanita
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cendrung memperhatikan kesehatan dirinya. Sehingga
di masa-masa kehamilanpun sangat memperhatikan kehamilannya.
Adapun tingkat pendidikan menurut (Soekamto,2005).
a. Tingkat pendidikan dasar (SD<SMP).
b. Tingkat pendiidikan menengah (SMA).
c. Tingkat pendidikann tinggi (Perguruan Tinggi ).
5. Pekerjaan
Pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya Kesibukan
social lain serta kenaikan tingkat partisipasi dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam
segala bidang kerja di kebutuhan masyarakat menyebabkan cendrung kurang akan
memperhatikan kesehan dirinya (Arifin,2005).
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah .begitu juga
bila terjadi pada seseorang ibu hamil dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi
perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari pembesaran
Rahim . Semakin bertambahnya usia kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung
yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan proses kehamilan .oleh karenanya
pekerjaan boleh tetap dilakukan , asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai
kantor, adminitrasi perusahaan ,atau mengajar . Semuanya untuk kelancaran peredaran darah
dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsi
berat.(Notoadmojo,2008)

C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Gambaran angka kejadian preeklamsia berat pada ibu bersalin
Di RB A tahun 2014
· Usia (Karkata,2006)
· Paritas (Prawirohadjo,2005)
· Usia kehamilan (Utama,2008)
· Tingkat pendidikan (Soekamto,2005)
· Pekerjaan (Arifin,2005)
Preeklamsia berat pada ibu bersalin
· Faktor imunologis
· Faktor genetik
(Karkata,2006.Roeshadi,2004.Blobak,2005.Soekamto,2005.Arifin,2005.Prawirohardjo,2005)

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable yang lain dari masalah yang ingin di
teliti (Notoatmodjo,2010).
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena
konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur .konsep haya
dapat diamati atau diukur melalui konstruksi atau yang lebih di kenal dengan nama variable. Jadi
variable adalah symbol atau lambangyang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel
adalah sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo,2010).
Konsep-konsep atau variable –variabel berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada
bab II adalah usia, paritas , usia kehamilan ,tingkat pendidikan ,pekerjaan. Preeklamsi bisa
mengakibatkan kematian ibu dan kematian janin.

Bagan 3.1
Kerangka konsep
Preeklamsia berat

Usia
Paritas

Usia kehamilan

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

B. Definisi Oprasional
Tabel 3.2
Definisi operasional

No
Variabel

Devinisi
Operasional

Alat
Ukur

Hasil ukur

Skala ukur
1

Preeklamsi berat

Penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,proteinuria


Dan oedema yang timbul karna kehamilan, tekanan darah lebih160,diastolic kurang lebih
110,proteinuria 4+ (Sarwono,2010)

Mencatat
Data dari rekam medik

1. Tidak preeklamsi berat


2. Preeklamsi berat

Ordinal
2

Usia ibu

Lama waktu hidup yang dihitung mulai dari lahir sapai sekarang (Krakata,2006)

Mencatat data dari rekam medic

1. usia 20-35 tahun.


2. usia <20 tahun
3. usia >35 tahun

Ordinal
3

Paritas

Jumlah anak yang telah di lahirkan oleh ibu (Prawirohardjo, 2005)

Mencatat data dari rekam medic

1. Multi(2-3)
2. Primi(1)
3.Grande(>4)

Ordinal
4
Usia kehamilan

Pre-eklamsia biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20,dihitung dari Haid
pertama haid terakhir (Utama,2008).

Mencatat data dari rekam medic

1. Aterem (37-42 minggu)


2.Preterem (<36minggu)
3. posterem (.42 minggu)

Ordinal
5

Pendidikan Ibu

Sekolah formal terakhir responden yang diikuti dan mendapat ijazah. (Soekamto,2005)

Mencatat data dari rekam medic

1.Tinggi (PT)
2. Sedang SMP – SMA
3. Rendah (Tidak tamat SD – Tidak sekolah)

Ordinal

Pekerjaan Ibu
Suatu kegiatan yang dilakukan dan menghasilkan yang bertujuan untuk menafkahi diri dan
keluarganya. (Arifin,2005)

Mencatat data dari rekam medic

1. Tidak Bekerja
2. Bekerja

Nominal

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode yang penulis gunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional, dimana variable independen dan variable dependen diukur dalam waktu yang
bersamaan yang terjadi di RB A kabupaten karawang periode januari-juni 2014.
B. Waktu dan Lokasi
1. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan mei 2014.
2. Lokasi
Lokasi dilaksanakan di RB A
C. Pupolasi dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian jumlah populasi yang di ambil sebanyak
200 orang baik normal maupun preeklamsi berat, sampel yang di ambil 20 orang,

2. Sample penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti, 20 orang dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoamodjo, 2012) .Sample penulisan yang diambil adalah seluruh ibu bersalin yang
mengalami preeklamsia berat yang terdaftar di RB A Kecamatan Lemah abang kabupaten
karawang periode januari-juni 2014 dengan teknik pengambilan sample menggunakan random
sampling.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini menggunakan data ini menggunakan data sekunder dengan melihat catatan
dari rekam medik pasien ibu bersalin yang mengalami preeklamsia berat di RB A Kabupaten
Karawang periode Januari-Juni 2014.
E. Pengolahan data dan analisa data
1. Pengolahan data
Pengolahan data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk pengecekan.
b. Coding
Setelah data selesai di edit lalu dilakukan coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Entry data.
Memindahkan data dari master data kedalam table

d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data selesai dimasukkan, atau responden perlu di cek di
cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pengoreksian.
2.Analisis data
Analisis data (analisis deskriptif).
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variable .Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variable.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
P= F X 100%
N
Keterangan
P = Jumlah data yang di dapat
F= Ibu hamil yang preeklamsi
N = Jumlah populasi
MuslimahQ

Rabu, 14 Agustus 2013


KTI PRE EKLAMPSIA

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA


DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO
SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH


jukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Di Program Studi Diploma Tiga Kebidanan

Oleh:
ASNIAR
201102119

STIKES MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG


PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA
DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO
SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2011

Oleh

ASNIAR
201102119

Karya Tulis Ilmiah ini diterima dan disetujui untuk diuji dan dipertahankan di hadapan

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Kebidanan

STIKES Muhammadiyah Sidrap.

Pangkajene, … Oktober 2012

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

SYAHRIANI.S,Sit,M.Kes MUHAMMAD TAHIR,SKM,M.Kes


NBM: 1110354 NBM : 1069207
Mengetahui

Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Prodi D III Kebidanan

MUHAMMAD TAHIR,SKM,M.Kes SYAHRIANI.S,Sit,M.Kes


NBM : 1069207 NBM: 1110354
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA
DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO
SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2011

Yang disusun dan diajukan oleh


ASNIAR
201102119
Telah dipertahankan Di hadapan Tim Penguji
Pada Hari :
Tanggal :

Telah diperbaiki dan dinyatakan telah memenuhi syarat


Pembimbing :
1. SYAHRIANI S.Sit,M.Kes ( )

2. MUHAMMAD TAHIR, SKM, M.Kes ( )

Penguji :

1. ISHAK KENRE ( )

Diketahui oleh Disetujui oleh


Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Prodi D III Kebidanan
STIKES Muhammadiyah Sidrap STIKES Muhammadiyah Sidrap

MUH.TAHIR,SKM,M.Kes SYAHRIANI. S,Sit,M.Kes


NBM : 1069207 NBM : 1110354
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Biodata
1. Nama : ASNIAR
2. NIM : 201102119
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/ Tgl. Lahir : Simae, 8 Januari 1991
5. Suku/ Bangsa : Bugis/ Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : JL. POROS PINRANG BARANTI

B. Riwayat Pendidikan
1. Tamat SDN 5 BARANTI tahun 2002
2. Tamat SMP AL-IMAN tahun 2005
3. Tamat SMA AL-IMAN tahun 2008
4. Melanjutkan di Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pangkajenne
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahlimadya / gelar kesarjanaan di

suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila saya melanggar pernyataan ini , maka saya dapat dituntut atau dicabut

gelar ahli madya yang telah saya peroleh.

Pangkajene, … Oktober 2012

ASNIAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-NYA sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran

Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre Eklampsia di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Sidenreng Rappang Tahun 2011 “.

Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW. yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir dari Program Studi

Diploma III Kebidanan Stikes Muhammadiyah Sidrap. Terima kasih kami ucapkan kepada

bapak Ishak Kenre, S.KM, M.Kes selaku penguji, ibu Syahriani, S.St., M.Kes, selaku

pembimbing I dan bapak Muhammad Tahir,SKM, M.Kes, selaku pembimbing II. Tidak

lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. drg. H. Bambang Roesmono, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
2. Muhammad Tahir,SKM, M.Kes, selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
3. Syahriani.S,Sit,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
4. Para dosen dan staff pengajar Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Sidenreng Rappang.
5. drg. Hj. Hasnani Rapi, M.Kes. selaku Direktur Rumah Sakit Nene Mallomo beserta stafnya atas
bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.
6. Kedua orang tua tercinta yang tak henti–hentinya mendidik, membimbing, membiayai dan
mendoakan sekolah saya sampai lulus kuliah.
7. Suamiku tercinta dan anakku tersayang yang selalu menemani dalam segala suka dan duka,
memberi semangat, masukan dan banyak membantu dalam studi maupun terselesaikannya Karya
Tulis ini.
8. Semua teman dan para sahabat DIII Kebidanan angkatan I, adik-adik kelas baik kebidanan
maupun keperawatan yang selalu memberi semangat dan dukungan, serta kebersamaanya yang
tak henti melahirkan canda, tawa dan cinta.
9. Dan semua pihak yang turut membantu terselesaikannya Karya Tulis ini.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat oleh peneliti sesuai dengan kemampuan peneliti. Untuk

itu kritik dan saran saya harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Karya

Tulis ini dapat bermanfaat. Amin

Pangkajene, … Oktober 2012

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
BIODATA PENULIS ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5
D. Manfaat penelitian ........................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pre eklampsia ................................................................................. 7
1. Pengertian Pre eklampsia ...................................................................................... 7
2. Etiologi ............................................................................................................. 10
3. Patologi ............................................................................................................. 13
4. Gambaran Klinik ………………………………………… ................................... 16
5. Penanganan ………………… ................................................................................. 18

B. Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre eklampsia ........................................................... 23


C. Gambaran Umum Rumah Sakit ................................................................................... 29
D. Kerangka Konsep………………… .............................................................................. 33
E. Definisi Operasional .................................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ............................................................................................................ 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 35
C. Populasi Dan Sampel .................................................................................................... 35
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 36
E. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data .................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 38
B. Pembahasan ........................................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 44
B. Saran .............................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No.Tabel Halaman

Tabel 4.1 Frekuensi Umur Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang Periode
Januari – Desember 2011 ...................................................................................... 40

Tabel 4.2 Frekuensi Paritas Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang Periode
Januari – Desember 2011 ..................................................................................... 40

Tabel 4.3 Frekuensi Preeklampsia Berdasarkan Umur di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng
Rappang periode Januari – Desember 2011 ......................................................... 41

Tabel 4.4 Frekuensi Preeklampsia Berdasarkan Paritas di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng
Rappang periode Januari – Desember 2011 ......................................................... 41
DAFTAR LAMPIRAN

ampiran I : Master tabel penelitian Frekuensi Umur dan Paritas Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo
Kab. Sidenreng Rappang Periode Januari – Desember 2011
ampiran II : Master tabel penelitian Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Umur di RSU. Nene
Mallomo Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011
ampiran III : Master tabel penelitian Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Paritas di RSU. Nene
Mallomo Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011
ampiran IV : Lembaran pengusulan judul

Lampiran V : Lembaran konsul

Lampiran VI :Surat izin pengambilan data awal

ampiran VII : Surat Permohonan Izin Penelitian dari STIKES Muhammadiyyah Sidenreng Rappang
Lampiran VIII : Surat izin dari Bappeda kabupaten Sidrap

Lampiran IX : Surat Izin penelitian di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang

ampiran X : Surat keterangan telah melakukan penelitian di RSU. Nene Mallomo Kab.
Sidenreng Rappang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Angka kematian ibu yang
begitu besar banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai tanda–tanda
kehamilan, usia hamil yang terlalu muda atau terlalu tua, pendidikan yang rendah, pendapatan
keluarga yang rendah selain itu juga aspek medis juga sangat berpengaruh dalam meningkatnya
angka kematian ibu melahirkan, selain itu penyebab kematian ibu yang cukup penting di
Indonesia adalah pre-eklampsia – eklampsia selain pendarahan dan sepsis. Penyakit ini
diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan hanya 61% medikasi.dari
penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai target darah yang optimal. Pre-
eklampsia ringan dapat berkembang dengan cepat menjadi pre-eklampsia berat. Resiko
komplikasi meliputi eklampsia, atau pre-eklampsia yang sangat berat.
Pre-eklampsia merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan di

dunia. Kematian pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta

ketidaktahuan ibu mengenai Pre-eklampsia. Dan di negara berkembang, 30% dari total

kematian anak saat dilahirkan disebabkan oleh Pre-eklampsia.

(http://nikmahawidya.wordpress.com)

Pre-eklampsia, baik secara independen maupun bersama dengan penyakit lain,

merupakan penyebab utama kematian ibu dan kelahiran prematur yang tertinggi di dunia.

Tahun 2005, Angka Kematian Maternal (AKM) di rumah sakit seluruh Indonesia akibat

eklampsia dan Pre-eklampsia sebesar 4,91% (8.379 dari 170.725), merupakan golongan

penyakit obstetrik yang paling banyak menyebabkan kematian dengan Case Fatality

Rate (CFR) 2,35%.(http://sikkahoder.blogspot.com)

Pre-eklampsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan di atas

20 minggu yang ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah di atas

140/90 mmHG, pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di dalam air seni ibu.
Kehamilan ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah tinggi, diabetes atau kelainan

ginjal dan kehamilan pada masa remaja atau di atas 40 tahun merupakan faktor-faktor

yang dapat meningkatkan risiko Pre-eklampsia.

Pada kondisi hamil, tekanan darah ibu seharusnya normal atau justru lebih rendah

karena seorang wanita hamil, maka tubuhnya secara otomatis akan mengencerkan dan

menambah volume darahnya. Gunanya adalah agar bisa lebih banyak mengalirkan

oksigen dan sari makanan ke janin. Selain itu, penambahan volume darah juga sebagai

persiapan untuk proses melahirkan (di mana si ibu akan mengeluarkan banyak darah)

sehingga kelak tidak kekurangan darah.

Penyebab pasti pre-eklampsia hingga saat ini tidak diketahui dengan jelas. Diduga
karena kondisi plasentanya, kekurangan oksigen atau ada gangguan di pembuluh darah. Kondisi
ini harus mendapat perhatian khusus, karena akibatnya bisa membahayakan.
(http://www.femina.co.id)
Pre-eklampsia berakibat buruk pada ibu maupun janin yang dikandungnya.

Komplikasi pada janin berupa prematuritas, gawat janin, berat badan lahir rendah atau

intra uterine fetal death (IUFD). (Wijayarini, 2002).

Angka kejadian pre-eklampsia di Indonesia 3,4% - 8,5%. Menurut Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (2002-2003).4 Angka kematian ibu adalah 307 per 100.000

kelahiran hidup. Menurut laporan bulanan (LB.3) KIA tahun 2006, Angka Kematian Ibu

Maternal (AKI) di Jawa Timur sebesar 168 per 100.000 kelahiran hidup, dan keracunan

kehamilan (Pre-eklampsia) adalah 14,01 %.

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab

tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi

oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab

kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait
dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat

meliputi:

- Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan

- Terlambat dirujuk

- Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Pre-eklampsia merupakan penyakit yang angka kejadiannya di setiap negara

berbeda-beda. Angka kejadian lebih banyak terjadi di negara berkembang dibanding

pada negara maju. Hal ini disebabkan oleh karena di negara maju perawatan prenatalnya

lebih baik. Kejadian pre-eklampsia dipengaruhi oleh paritas, ras, faktor genetik dan

lingkungan. Kehamilan dengan preklampsia lebih umum terjadi pada primigravida,

sedangkan pada multigravida berhubungan dengan penyakit hipertensi kronis, diabetes

melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2005).

Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan jumlah

kematian ibu maternal yang di laporkan pada tahun 2006 di sulawesi selatan sebesar

101,56 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2007 menurun menjadi 92,89 per

100.000 kelahiran hidup yang penyebabnya adalah perdarahan 77 orang ( 50,33%),

infeksi 6 orang (3,92%), pre-eklampsia 40 orang ( 26,14%), dan lain-lainnya sebanyak 30

orang (19,61%). Maros terdapat 2.741 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

periode januari 2007 – desember 2008, dari jumlah ibu hamil tersebut terdapat 42 ibu

hamil yang menderita pre- eklampsia. (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,

2008)
Data tahun 2011 RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang didapatkan penderita

Pre-eklampsia sebanyak 33 orang dari 1120 ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya.

Setelah peneliti melakukan survei di tempat penelitian yaitu RSU. Nene Mallomo

Sidenreng Rappang didapatkan data penderita Pre-eklampsia sebanyak 33 orang dari

1120 ibu hamil pada tahun 2011 (RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian

dengan judul “Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene

Mallomo Sidenreng Rappang periode tahun 2011”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-

eklampsia di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang Tahun 2011?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pre-eklampsia di

RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang Tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo

Sidenreng Rappang Tahun 2011 berdasarkan umur.

2. Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo

Sidenreng Rappang Tahun 2011 berdasarkan paritas

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Kebidanan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswi jurusan kebidanan dalam melakukan

penelitian kebidanan selanjutnya yang berkaitan dengan Pre-eklampsia.

2. Bagi Tempat Penelitian


Sebagai sumber informasi dalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil tentang Pre-

eklampsia.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan mata kuliah metode

penelitian.

4. Bagi Ibu Hamil

Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang Pre-

eklampsia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pre-eklampsia


1. Pengertian Pre-eklampsia
a) Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007).
b) Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : proteinuri, hipertensi,dan edema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya ( Mochtar, 2007)
c) Menurut Mansjoer (2007), Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu. Perkembangan penelitian terbaru
menyatakan bahwa edema tidak lagi dimasukkan dalam penegakan diagnosis pre-eklampsia.

d) Definisi pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20
minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Wibowo dan Rachimhadi, 2006).
Pre-eklampsia adalah gejala terjadinya hipertensi pada masa kehamilan yang

ditandai dengan 3 gejala khas, yakni naiknya tekanan darah di atas 140/90 mmHG,

pembengkakan anggota tubuh, dan adanya protein di dalam air seni ibu. Kehamilan

ganda, obesitas, sejarah medis adanya darah tinggi, diabetes atau kelainan ginjal dan

kehamilan pada masa remaja atau di atas 40 tahun merupakan faktor-faktor yang dapat

meningkatkan risiko pre-eklampsia.

Tingginya tekanan darah mengakibatkan mengecilnya pembuluh darah di uterus,

yang berfungsi memberi janin oksigen serta semua nutrisi yang diperlukan. Akibatnya,

perkembangan bayi pun terhambat. Karena itu sangat penting mewaspadai bahaya Pre-

eklampsia, terutama bagi Anda yang beresiko tinggi terkena Pre-eklampsia. Jika Pre-

eklampsia makin parah bisanya akan ditandai dengan kejang bahkan hingga koma.

Solusi yang ditawarkan biasanya adalah dengan melahirkan bayi lebih awal jika dirasa
janin sudah matang atau jika Pre-eklampsia ini sudah pada taraf yang sangat

membahayakan bagi ibu dan janin. (http://www.ayahbunda.co.id)

Gambaran klinik pre-eklampsia bervariasi luas dan sangat individual. kadang

kadang sukar untuk menentukan gejala preklampsia yang timbul dahulu.

Pre-eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,

intra, dan post partum.dari gejala klinik pre eklampsi di bagi menjadi dua pre-eklampsia

ringan dan berat (Prawirohardjo, 2010)

Pre-eklampsia dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pre-eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan /atau edema pada umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Nugroho, 2011)
Gejala klinis pre-eklampsia ringan meliputi
1) Hipertensi : sistolik /distolik 140/90 mm Hg
2) Proteteinuria : secara kuantitatif lebih 0’3gr / literDalam 24 jam atau secara kuantitatif positif 2
(+2)
3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
4) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda tanda preklampsia berat
(Nugroho, 2011)

b. Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya pertensi
160/110 mm hg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. (Nugroho, 2011)
Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria ≥ 5gr per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis. (mukhtar 2007)
2. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui.

Telah banyak terdapat teori yang mencoba yang menerangkan sebab penyakit tersebut,

akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan.Teori yang dapat

diterima harus dapat menerangkan hal hal berikut:


a. sebab bertambahnya prekuesi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan

molahidatidosa;

b. sebab bertambahnya prekuensi dengan makin tuanya kehamilan ;

c. sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus ;

d. sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. (Prawirohardjo, 2005)

Menurut Mochtar (2007), Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui

dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba

menerangkan penyebabnya.oleh karena itu disebut ”Penyakit teori”, namun belum ada

yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai

penyebab pre-eklampsia adalah teori ”iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat

menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini.

Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan :

a. Mengapa frekuensi menjadi tinggi pada: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa;
b. Mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan, umumnya pada triwulan ke III;
c. Mengapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan;
d. mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan
e. Penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema dan konvulsi sampai koma. Dari hal-hal
tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.

Adapun teori-teori yang dihubungkan dengan terjadinya pre-eklampsia adalah :

a. Peran prostasiklin dan trombiksan


Pada pre-eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular,

sehingga terjadi penurunan produksi prostsiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal

meningkat, aktifasi pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan digant trombin dan

plasmin,trombin akan mengkonsumsi anti trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga

terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

b. Peran faktor imunologis


Menurut Rukiyah (2010), Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama

dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat ditererangkan bahwa pada

kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang

mendukung adanya sistem imun pada penderita Pre-Eklampsia - Eklampsia, beberapa

wanita dengan Pre-Eklampsia - Eklampsia mempunyai komplek imun dalam serum,

beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada Pre-

Eklampsia - Eklampsia diikuti proteinuria.

c. Faktor genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Pre-Eklampsia -

Eklampsia antara lain:

1) pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia;


2) terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi Pre-Eklampsia - Eklampsia pada anak-anak
dari ibu yang menderita Pre-Eklampsia - Eklampsia;
3) kecenderungan meningkatnya frekuensi Pre-Eklampsia - Eklampsia pada anak dan cucu ibu
hamil dengan riwayat Pre-Eklampsia - Eklampsia dan bukan pada ipar mereka;
4) peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS).
Yang jelas pre-eklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu

hamil, disamping infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan

beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan

memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang

terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia. Faktor-faktor tersebut antara lain,gizi buruk,

kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya pre-eklampsia,
pre-eklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia

remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah

riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami pre-

eklampsia sebelumnya, riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan,

kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan

ginjal, lupus atau rematoid artritis.

2. Patologi
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu,

sebagian besar periksaan anatomi patologi berasal dari penderita pre-eklampsia yang

meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biosi hati dan ginjal ternyata bahwa

perubahan anatomi-patologi pada alat alat itu pada preklmpsia tidak banyak berbeda dari

pada yang ditemukan eklampsia.perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan

histopatologi yang khas pada pre-eklampsia. (Pudiastuti, 2011)

Kelainan patofisiologi yang mendasari preklampsia pada umumnya karena

vasospasme. Peningkatan tekanan darah dapat ditimbulkan oleh peningkatan cardiac

output dan resistensi sistem pembuluh darah. Aliran darah renal dan angka filtrasi

glomerulus pada pasien pre-eklampsia lebih rendah dibandingkan pada pasien dengan

kehamilan normal dengan usia kehamilan yang sama. Penurunan aliran darah renal

diakibatkan oleh konstriksi di pembuluh darah afferen yang dapat mengakibatkan

kerusakan membran glomerulus dan kemudian meningkatkan permeabilitas terhadap

protein yang berakibat proteinuria. Resistensi vaskular cerebral selalu tinggi pada pasien

pre-eklampsia. Pada hipertensi aliran darah cerebral dan konsumsi oksigen lebih sedikit

dibandingkandengan wanita hamil biasa dan terdapat penurunan aliran darah dan
peningkatan tahanan vaskuler pada sirkulasi utero plasenta pada pasien pre-eklampsia

(Castro, 2004)

Menurut Mochtar (2007) pada penderita pre-eklampsia dapat terjadi perubahan

pada organ-organ, antara lain :

a. Otak
Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas

normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada

pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan

serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.

b. Plasenta dan rahim


Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga

terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin.

Pada pre-eklampsia dan eklampsiasering terjadi peningkatan tonus rahim dan

kepekaanya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematus.

c. Ginjal
Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini

menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah

retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga

pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.

d. Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema

paru yang menimbulkan decompensasi cordis. Bisa pula karena terjadinja aspirasi

pnemonia,atau abses paru.


e. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-

hal tersebut, maka harus di curigai terjadinya pre-eklampsia berat. Pada eklampsia dapat

terjadi ablasio retina yang disebabkan odema intra-okuler dan merupakan salah satu

indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan

tanda pre-eklampsia berat adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini

disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks

serebri,atau di dalam retina.

f. Keseimbangan air dan elektrolit

Pada pre-eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada

metabolisme air, elektrolit, kristaloit, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan

keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH darah berada

berada pada batas normal. Pada pre-eklampsia berat dan eklampsia, kadar gula darah

naik sementara, asam laktat dan asam organik lainya naik,sehingga cadangan alkali akan

turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-

zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik

sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkalidapat kembali

pulih normal.

3. Gambaran Klinik
Gambar klinik mulai dengan kenaikan BB oedema kaki atau tangan,

kenaikantekanan darah terakhir terjadi protein urin. Pada pre-eklampsia ringan tidak

ditemukan gejala-gejala subjektif. Pada pre-eklampsia ditemukan sakit kepala terutama

daerah frontalis, rasa nyeri di daerah epigastrium, penglihatan kabur, mual disertai

muntah. Gejala ini sering ditemukan pada pre-eklampsia yang mana merupakan petunjuk
bahwa pre-eklampsia akibat timbul tekanan darah akan meningkat lebih tinggi, oedema

terjadi lebih umum dan proteinuria bertambah. (Winkjasastro.H.2002 hal 287-288)

Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul

proteinuria. Gejala subjektif: sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguan

visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Mochtar (2007)

Gambaran klinik pre-eklampsia

a. Hipertensi
Gejala yang terlebih dahulu timbul ialah hipertensi yang terjadi secara tiba-tiba, sebagai batas
diambil tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, tapi juga kenaikan sistolik 30
mmHg atau diastolik 15 mmHg diatas tekanan yang biasa merupakan petanda.
Tekanan darah sistolik dapat mencapai 180 mmHg dan diastolik 11o mmHg, tetapi jarang
mencapai 200 mmHg. Jika tekanan drah melebihi 200 mmHg maka sebabnya biasanya hipertensi
asensial.

b. Oedem
Timbulnya oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan berat
0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per minggu atau 3
kg dalam satu bulan , pre-eklampsia harus dicurigai. Oedem ini tidak hilang dengan istirahat.
c. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan cara
dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan
sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam. Proteinuria didefinisikan
sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.
Gejala-gejala subyektif

a. sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedem otak.


b. nyeri ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhagia atau oedem atau sakit karena
perubahan pada lambung.
c. gangguan penglihatan, penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini disebabkan karena vasospasme,
oedem atau ablasioret
4. Penanganan
Menurut Winkjasastro Hanif (2006), Pengobatan hanya dapat dilakukan secara

simtomatis karena etiologi pre-eklampsia dan faktor – faktor apa dalam kehamilan yang

menyebabkannya belum diketahui, tujuan penanganan ialah :

a. Mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia


b. Melahirkan janin hidup
c. Melahirkan janin dengan trauma sekecil – kecilnya
Menurut Cuningham (2005), Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap

kehamilan dengan penyulit pre-eklampsia adalah :

1) Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinya.
2) Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang.
3) Pemulihan sempurna kesehatan ibu
Pada kasus pre eklamia tertentu, terutama pada wanita menjelang atau sudah

aterm, tiga tujuan tersebut dapat terpenuhi oleh induksi persalinan. Dengan demikian,

informasi terpenting yang perlu dimiliki oleh ahli obstetri agar penanganan kehamilan

berhasil dan terutama kehamilan dengan penyulit hipertensi, adalah kepastian usia janin.

Penanganan Pre-eklampsia ringan menurut Rukiyah (2010), dapat dilakukan

dengan dua cara tergantung gejala yang timbul yakni :

a. Pre-eklampsia ringan
1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre-eklampsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak
istirahat (berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah karbohidrat,lemak dan garam;
pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg/oral selama 7
hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan
laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati,
fungsi ginjal.
2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre-eklampsia ringan berdasarkan kriteria : setelah dua
minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre-
eklampsia; kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre-eklampsia

ringan dianggap sebagai pre-eklampsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah

ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap

dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan

perawatan rawat jalan.

Perawatan obstetri pasien pre-eklampsia menurut Rukiyah (2010) adalah :

1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai normotensi selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai
normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu
atau lebih.
2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tanggal taksiran persalinan
3) Cara persalinan: Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
b. Pre-eklampsia Berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat

selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal;
2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal.
2) Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan non stress test (NST) dan ultrasonografi (USG)
dengan indikasi salah satu atau lebih yakni :
a) Ibu: Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda – tanda impending eklampsia, kegagalan
terapi konserfatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan tekanan
darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala – gejala status quo (tidak ada
perbaikan)
b) Janin: Hasil fetal assasemen jelek (NST dan USG) adanya tanda IUGR
c) Hasil laboratorium: Adanya HELLP syndrome
3) Pengobatan medisinal pasien PEB dilakukan di RS dan atas instruksi dokter yaitu segera masuk
RS, tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patela setiap
jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60 – 125 cc/jam) 500cc
berikan antasida : diet cukup protein, rendah karbohidrat lemak dan garam, pemberian obat anti
kejang MgSO4 diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda – tanda edema paru, payah
jantungkongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
4) Antihapertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg (diastol lebih 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
bukan kurang 90 mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta dosis antihipertensi sama
dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
5) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya diberikan obat–obat antihipertensi
parenteral (tetesan kontinyu) catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc
cairan infus atau pres disesuaikan dengan tekanan darah.
6) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat di berikan tablet anti hipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam maksimal 4 – 5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
7) Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda – tanda menjurus payah jantung
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
8) Lain – lain : Konsul penyakit dalam/jantung, mata, obat – obat anti piretik diberikan bila suhu
rectal 38,5ºC dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc
IM, antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1 gr/ 6 jam/ IV/hari, anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus dapat diberikan petidin HCL 50 – 75 mg
sekali saja, selambat lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

B. Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pre-eklampsia


Secara umum karakteristik ibu hamil dengan pre-eklampsia adalah umur dan

paritas.

1. Umur Ibu

Apa pengaruh usia dan fisik wanita pada kehamilan pertama dan proses persalinan?

“Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah, karena kondisi fisik

belum 100% siap. Kehamilan dan persalinan di usia tersebut, meningkatkan angka

kematian ibu dan janin 4-6 kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-

30 tahun,” jelas dr. Seno.

Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah

kecenderungan naiknya tekanan darah dan pertumbuhan janin terhambat. “Bisa jadi

secara mental pun si wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk

memeriksakan diri dan kandungannya rendah. Di luar urusan kehamilan dan persalinan,

risiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan melahirkan sebelum

usia 20 tahun ini,” tambah dr. Seno.

Berbeda dengan wanita usia 20–30 tahun yang dianggap ideal untuk menjalani

kehamilan dan persalinan. “Di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima.

Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk

kehamilan. Umumnya secara mental pun siap, yang berdampak pada perilaku merawat

dan menjaga kehamilannya secara hati-hati,” jelas dr. Seno

Sedangkan usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi “Kehamilan pada

usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan kesehatan wanita yang bersangkutan,

termasuk gizinya, dalam keadaan baik,” ujar dr. Seno


Setelah usia 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi.

“Di kurun usia ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi meningkat. Itu sebabnya,

sebenarnya, tidak dianjurkan menjalani kehamilan di atas usia 40 tahun,” ungkap dr.

Seno yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Tinggi rendahnya umur seseorang mempengaruhi terjadinya pre-eklampsia

(Sarwono, 2006).

Faktor resiko tinggi yang mempengaruhi kehamilan.

a) Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)


Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada usia < 20 tahun.

Pada usia <20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal,

sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat

menyebabkan pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhambat.

b) Usia 20 - 35 tahun (usia reproduksi)


Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun waktu

reproduksisehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

usia 20-35 tahun,dimana organ reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya

c) Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)


Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun kondisi kesehatan

ibu danfungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan

reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung

yang disebabkan(BKKBN, 2007).

Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun perlu diperhatikan

karena sering terjadi anemia, hipertensi menuju pre-eklampsiaa/eklamsia, persalinan


dengan berat badan lahir rendah, kehamilan disertai infeksi, penyulit proses persalinan

yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial yang sering menyertai ibu hamil

dengan usia muda adalah kehamilan yang belum diinginkan, kecanduan obat dan atau

perokok, arti dan manfaat antenatal care yang kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat

menimbulkan kesulitan tumbuh kembang janin dan penyulit saat proses persalinan

berlangsung. Kini wanita karier dan terdidik banyak yang ingin hidup mandiri mengejar

karier sehingga akan terlambat menikah dan hamil diatas usia 35 tahun. Pengawasan

terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena dapat terjadi hipertensi karena stres

pekerjaan, hipertensi dapat menjadi pemicu pre-eklampsiaa/eklamsia, diabetes melitus,

perdarahan antepartum, abortus, persalinan premature, kelainan kongenital, ganggguan

tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, 2007).

2. Paritas
Paritas (Para)Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati. Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak
yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang atau sebelumnya.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim
dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001). Paritas adalah jumlah anak yang pernah
dilahirkan oleh seorang ibu (Nursalam, 2003). (http://bidan-ilfa.blogspot.com)
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh seorang
wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada
ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan.
Klasifikasi Paritas

a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk

hidup di dunia luar (Varney, 2006).

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Wanita yang pertama

kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda. Usia terbaik

untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun. Sedangkan wanita
yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua. Primigravida

muda termasuk didalam kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan

atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada primigravida muda jarang

dijumpai dari pada primigravida tua. Dikarenakan pada primigravida muda dianggap

kekuatannya masih baik. Sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan meningkat

bagi sang ibu yang dapat terkena pre-eklampsia/ eklampsia (Manuaba, 2007)

b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali

(Prawirohardjo, 2009).

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali

(Manuaba, 2008).

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney,2006).

c. Grandemultipara
Grande Multipara adalah kondisi dimana seorang ibu pernah melahirkan lebih dari 4 kali.

Grande multipara termasuk dalam kehamilan dengan resiko tinggi.Ibu hamil dengan

resiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada waktukehamilan maupun persalinan

bila di bandingkan dengan ibu hamil normal. Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila

gejalanya ditemukan sedini mungkinsehingga dapat dilakukan tindakan segera.

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan

biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney,

2006). (http://dr-suparyanto.blogspot.com)

Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami
stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida

menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh

hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kotisol. Efek kortisol adalah

mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stressor dengan meningkatkan

respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung

dan mempertahankan tekanan darah (Corwin, 2001).

Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan

resistensi perifer total. Selama kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis.

Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan

responsivitas vaskular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal

ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan

darah rendah. Pada wanita dengan pre-eklampsiaa/eklamsia, tidak terjadi penurunan

sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar

volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Corwin, 2001).

Pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan

multigravida, terutama primigravida muda (Sarwono, 2006)

C. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelengarakan

upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

bagi masyarakat.

2. Tugas Rumah Sakit


Dalam keputusan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor:

983/Menkes/SK/XI/1992, tentang pedoman organisasi rumah sakit umum yang

menyebutkan bahwa tugas rumah sakit mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

3. Fungsi Rumah Sakit

Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yaitu

menyelenggarakan pelayanan medik; pelayanan penunjang medik dan non medik;

pelayanan dan asuhan keperawatan, pengembangan rujukan, pendidikan dan pelatihan,

penelitian dan pengembangan, serta atministrasi umum keuangan.

Secara tradisional, maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan

perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit

melakukan pendidikan terutama bagi mahasiswa kedokteran, perawat, dan personel

lainnya. Penelitian telah juga merupakan fungsi penting. Dalam zaman modern ini fungsi

keempat, yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat juga telah

menjadi fungsi rumah sakit. Jadi, empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan

penderita, pendidikan, penelitian, dan kesehatan rumah sakit .

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Suatu sistem klasifikasi rumah sakit yang seragam diperlukan untuk memberi

kemudahan mengetahui indentitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan,

kepemilikan, dan kapasitas tempat tidur. Samping itu, agar dapat mengadakan evaluasi

yang lebih tepat untuk suatu golongan rumah sakit tertentu.

Rumah sakit dapat dikasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut:


a. Kepemilikan

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri dari rumah sakit pemerintah. Di Indonesia,

rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit vertikal yang langsung dikelolah oleh

Departemen Kesehatan; rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer, dan rumah

sakit BUMN.

b. Jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah

sakit khusus. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan

berbagai jenis kesakitan, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi

medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan

pengobatan untuk penderita dengan kondisi medic tertentu baik bedah maupun non

bedah.

c. Lama Tinggal

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek

dan jangka panjang. Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang

merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari, misalnya penderita yang dengan

kondisi penyakit akut dan kasus darurat, biasanya dirawat di rumah sakit kurang dari 30

hari. Rumah sakit perawat jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita

dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyaikesakitan jangka

panjang.

d. Kapasitas Tempat Tidur


Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidur sebagai

pola berikut:

1) Di bawah 50 tempat tidur

2) 50-99 tempat tidur

3) 100-199 tempat tidur

4) 200-299 tempat tidur

5) 300-399 tempat tidur

6) 400-499 tempat tidur

7) 500 tempat tidur dan lebih.

e. Afilasi Pendidikan

Rumah sakit berdasarkan afilisasi pendidikan terdiri atas dua jenis, yaitu rumah sakit

pendidikan dan rumah sakit non pendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit

yang melaksanakan program pelatihan residensidalam medik, bedah, pediatrik, dan

bidang spesialis lain. Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan

tidak ada afilasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit nonpedidikan.

d. Status akreditasi

Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi

dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit yang telah diakreditasi adalah

rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang

menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhipersyaratan untuk melakukan

kegiatan tertentu. (http:www.ko2smath06.wordpress.com).

D. Kerangka Konsep

1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian


Variabel adalah suatu peubah penelitian yang dapat diukur. Variabel juga dapat

didefinisikan sebagai atribut seseorang yang atau objek yang mempunyai variasi antara

satu orang dengan yang lain atau suatu objek dengan objek yang lain

(http://www.mediaskripsi.com).

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu dependen dan independen:

a. Variabel Independen

Variabel independen atau variable bebas, atau peubah bebas merupakan peubah yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap peubah tak bebas. Atau

yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependen).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur ibu dan paritas.

b. Variabel Dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas atau variabel

terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable

independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pre-eklampsia.

2. Kerangka Penelitian
Kerangka dalam penelitian Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo Tahun 2011.

Variabel Independen Variabel Dependen

- Umur Ibu
- Paritas

Pre eklampsia

E. Definisi Operasional

1. Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai sekarang yang dapat

dilihat melalui medical record, dengan kategori:


a. < 20 tahun

b. 20 – 35 tahun

c. > 35 tahun

Skala : Interval

2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup atau lahir mati

dengan kategori :

1) Primigravida

2) Multigravida

3) Grendenmultipara

Skala : Ordinal
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui karakteristik ibu hamil

dengan Pre-eklampsia di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang pada tahun 2011.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang , dengan alasan

bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe C di kabupaten Sidenreng

Rappang yang menerima rujukan dari 14 puskesmas dan pada tahun 2011.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13 - 25 Agustus 2012.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami Pre-

eklampsia di RSU. Nene Mallomo Sidenreng Rappang bulan Januari 2011 – Desember

2011 sebanyak 33 orang.

2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total

sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono
(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuanya. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 pasien yang mengalami pre-

eklampsia.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder. Data

sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu RSU. Nene Mallomo Sidenreng

Rappang dimana data yang dibutuhkan berasal dari Medical Record atau catatan medik

di tentang kasus Pre-eklampsia pada ibu hamil Januari 2011 – Desember 2011.

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data


Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Editing

Dilakukan pengecekan akan kelengkapan data pada format kuesioner terkumpul, bila

terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan, bila terdapat kesalahan atau

kekurangan dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendataan ulang.

b. Coding

Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah

memasukkan data ke dalam tabel.

c. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan

kemudian data dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi.

2. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang

telah terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan

pembahasan dengan menggunakan kepustakaan yang ada.

Persentase data diperoleh dengan menggunakan rumus distribusi sebagai berikut

ƒ
P = — x 100%
n

Keterangan :

P : persentase yang dicari

f : jumlah pengamatan

n : jumlah sampel (Notoatmojo, 2010).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini berjudul “Karekteristik ibu hamil dengan pre-eklampsiaa di RSU.

Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang pada tahun 2011 dan hasilnya disajikan pada

tabel di bawah ini :

Tabel 4.1
Frekuensi Umur Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang
Periode Januari – Desember 2011
No. Umur Pre-eklampsia Tidak Pre-eklampsia Total
1 < 20 tahun 15 111 126

2 20-35 tahun 9
828 837
3 > 35 tahun 9
148 157
Jumlah 33 1087 1120

Sumber: Rekam Medik RSU. Nene Mallomo kab. Sidrap

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dari 1120 ibu hamil di RSU. Nene Mallomo Kab.

Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011 sebagian besar berumur 20 – 35

tahun berjumlah 837 ibu hamil.


Tabel 4.2.
Frekuensi Paritas Ibu Hamil di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang
Periode Januari – Desember 2011

No. Paritas Pre-eklampsia Tidak Pre-eklampsia Total


1 Primigravida 18 390 408

2 11
Multigravida 609 620
3 4
Grandemultigravida 88 92
Jumlah 33 1087 1120
Sumber: Rekam Medik RSU. Nene Mallomo kab. Sidrap

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dari 1120 ibu hamil di RSU. Nene Mallomo Kab.

Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011 sebagian besar adalah

Multigravida berjumlah 620 ibu hamil.

Tabel 4.3.
Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Umurdi RSU. Nene Mallomo
Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011

Umur Jumlah Persentase (%)

No.

1 < 20 tahun 15 45.46

2 20 – 35 tahun 9 27.27

3 > 35 tahun 9 27.27

Jumlah 33 100

Sumber: Rekam Medik RSU. Nene Mallomo kab. Sidrap

Dari tabel 4.3, di atas dapat dilihat bahwa pre-eklampsia paling banyak dijumpai

pada ibu hamil yang berumur < 20 tahun berjumlah 15 kasus (45,46%).
Tabel 4.4
Frekuensi Pre-eklampsia Berdasarkan Paritas di RSU. Nene Mallomo
Kab. Sidenreng Rappang periode Januari – Desember 2011

Paritas Jumlah Persentase (%)

No.

1 Primigravida 18 54.55

2 Multigravida 11 33.33

3 Grandemultigravida 4 12.12

Jumlah 33 100,00

Sumber: Rekam Medik RSU. Nene Mallomo kab. Sidrap

Dari tabel 4.4, di atas dapat dilihat bahwa pre-eklampsia paling banyak dijumpai

pada ibu hamil primigravida berjumlah 18 kasus (54,55%).

B. Pembahasan

1. Kasus Ibu Hamil dengan Pre-eklampsia Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 33 kasus ibu hamil dengan

pre-eklampsia dapat dilihat bahwa pre-eklampsia paling banyak dijumpai pada ibu hamil

yang berumur < 20 tahun berjumlah 15 kasus (45,46%) sedangkan ibu hamil yang

berumur 20 – 35 tahun dan >35 tahun berjumlah 9 kasus (27,27%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa umur yang beresiko terkena pre-

eklampsia adalah < 20 tahun. Menurut BKKBN (2007) pada umur < 20 tahun tidak

termasuk umur reproduksi sehat. Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di

usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah dan

pertumbuhan janin terhambat.


Selain itu Manuaba (2007) menyatakan pengawasan pada ibu hamil dengan usia di

bawah 18 tahun perlu diperhatikan karena sering terjadi anemia, hipertensi menuju pre-

eklampsiaa/eklamsia, persalinan dengan berat badan lahir rendah, kehamilan disertai

infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial

yang sering menyertai ibu hamil dengan usia muda adalah kehamilan yang belum

diinginkan, kecanduan obat dan atau perokok, arti dan manfaat antenatal care yang

kurang diperhatikan. Aspek sosial dapat menimbulkan kesulitan tumbuh kembang janin

dan penyulit saat proses persalinan berlangsung. Kini wanita karier dan terdidik banyak

yang ingin hidup mandiri mengejar karier sehingga akan terlambat menikah dan hamil

diatas usia 35 tahun. Pengawasan terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena dapat

terjadi hipertensi karena stres pekerjaan, hipertensi dapat menjadi pemicu pre-

eklampsiaa/eklamsia, diabetes melitus, perdarahan antepartum, abortus, persalinan

premature, kelainan kongenital, ganggguan tumbuh kembang janin dalam rahim.

2. Kasus Preklampsia Berdasarkan Paritas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pre-eklampsia berdasarkan

paritas dapat dilihat bahwa kasus paling banyak dijumpai pada ibu hamil primigravida

berjumlah 18 kasus (54,55%).

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Wanita yang

pertama kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda.

Usia terbaik untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun.

Sedangkan wanita yang pertama hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida

tua. Primigravida muda termasuk didalam kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan

kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Risiko kematian maternal pada primigravida
muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua. Dikarenakan pada primigravida muda

dianggap kekuatannya masih baik. Sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan

meningkat bagi sang ibu yang dapat terkena pre-eklampsia/ eklampsia (Manuaba, 2007)

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Corwin (2001) bahwa pada

primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang

terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing

hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol.

Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stresor

dengan meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk

meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah. Pada wanita dengan

pre-eklampsiaa/eklamsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-

vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah langsung

meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.

Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan

resistensi perifer total. Selama kehamilan normal, volume darah meningkat secara dratis.

Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan

responsivitas vaskular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal

ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada kehamilan normal dan tekanan

darah rendah. Pada wanita dengan pre-eklampsiaa/eklamsia, tidak terjadi penurunan

sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar

volume darah langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Corwin, 2001).

Selain itu, pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan

dengan multigravida, terutama primigravida muda (Sarwono, 2006)


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penderita pre-

eklampsia di RSU. Nene Mallomo Kab. Sidenreng Rappang periode Januari - Desember

2011 adalah sebagai berikut :

1. Persentase penderita pre-eklampsia tertinggi berdasarkan umur terjadi pada ibu hamil

yang berumur < 20 tahun berjumlah 15 kasus (45,46%)

2. Berdasarkan paritas persentase penderita pre-eklampsia tertinggi terjadi pada

primigravida sebesar 54,55%.

B. Saran

1. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian tentang

pre-eklampsia

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi, dan

menjadi tambahan bacaan mahasiswa/kepustakaan D-III kebidanan STIKES

Muhammadiyah mengenai preklampsia.

3. Bagi Pihak RSU. Nene Mallomo

Diharapkan meningkatkan pelayanan berupa penyuluhan sehingga menurunkan kasus

pre-eklampsia pada ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA

BKKBN Papua, 2007. Profil Ingin Memiliki Reproduksi Prima

Corwin, Elizabeth J., 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta

Cuningham, F. Gary.Dkk. 2005. Obstetri Williams. EGC: Jakarta

Dinas Kesehatan Kab. Sidenreng Rappang. 2010. Profil Kesehatan Kota Sidrap

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2008

Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo. Jakarta.

http://www.ayahbunda.co.id. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http://www.dinkes-sulsel.go.id. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http://www.dr-suparyanto.blogspot.com . Diakses tanggal 8 Juli 2012.

http://www.femina.co.id. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http://www.gizikia.depkes.go.id. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http:www.ko2smath06.wordpress.com . Diakses tanggal 8 Juli 2012.

http://www.mediaskripsi.com. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http://www.nikmahawidya.wordpress.com. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http://www.sikkahoder.blogspot.com. Diakses tanggal 4 Juli 2012.

http://www.teorionline.wordpress.com . Diakses tanggal 8 Juli 2012.

Manuaba,IB. 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, EGC : Jakarta

Manuaba,IB. 2007, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, EGC : Jakarta

Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC


Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Nugroho, Taufan. 2011, Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika: Yogyakarta.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal & Patologi. Nuha Medika:
Yogyakarta

Rukiyah, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi.Jakarta : TIM

Sarwono, Prawirohardjo. 2005, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka : Jakarta

Sarwono, Prawirohardjo. 2011, Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka : Jakarta

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Alfabeta: Bandung

Wibowo B., Rachimhadi T., 2006. Pre-eklampsia dan Eklampsia, dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi
III. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka: Jakarta

Yeyeh, Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). CV Trans Info Media: Jakarta

Diposkan oleh asniar ilyas di 23.30


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (11)
o ► Juli (1)
o ▼ Agustus (8)
 KTI PRE EKLAMPSIA
 askeb anc
 APN 58 LANGKAH
 PENYAKIT PADA BAYI
 AN NASHIHAH
 JADI AKHWAT JANGAN CENGENG
 askeb ANC
o ► September (2)

Mengenai Saya

asniar ilyas
Lihat profil lengkapku

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai