Disusun Oleh :
Muhammad Fachri Ridha
030.10.190
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. H
• No. RM : 94.66.31
• Umur : 75 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status pernikahan : Menikah
• Pekerjaan : Kuli lepas (pengangguran)
• Alamat : Jl. Keramat Sentiong Mesjid I
• Ruang Perawatan : Lantai 5 Barat (R.509)
• Tanggal masuk RS ` : 7 September 2014
ANAMNESIS
• Autoanamnesis tanggal 8 September 2014 jam
08.00
• Keluhan Utama
Pasien datang ke UGD RSUD Budhi Asih
dengan keluhan utama sesak napas sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama sesak napas sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit.
Sesak napas makin memberat sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Sesak napas tidak dipengaruhi oleh aktivitas
pasien sehari-hari.
Sesak napas berkurang dalam keadaan
bersandar atau sedang duduk.
Sesak napas timbul ketika berada di lingkungan
berdebu dan penuh asap.
Akibat sesaknya pasien mengeluh tidak bisa
tidur setiap harinya.
Pasien mengeluh batuk sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit.
Setiap hari, pasien bisa mengalami batuk sebanyak 5-
6x dan selalu mengeluarkan dahak berwarna putih
kental kira-kira 1 sendok makan.
Saat batuk pasien merasakan adanya sedikit nyeri
dada atau rasa sakit pada dadanya.
Pasien juga mengeluh demam disertai nyeri kepala
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam yang dialami hilang timbul dan kadang
bersamaan ketika pasien merasa sesak.
Nyeri kepala yang dirasakan pasien tidak menentu atau
hilang timbul.
Sering lemas akibat sesak yang dialaminya.
Mual (-) Muntah (-). Bak dan Bab dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-)
Asma (-)
Hipertensi (+) tidak terkontrol sejak 1
tahun yang lalu
Pada tahun 2006, pasien pernah dirawat
di RSUD Budi Asih akibat gejala yang
sama dan di diagonis menderita
Penyakit Paru Obsrtuksi Kronis/PPOK.
Pasien hanya berobat jalan ke poli
RSUD Budi Asih tetapi tidak teratur.
Riwayat Penyakit Keluarga
Asma (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
Keganasan (-)
Riwayat Riwayat Kehidupan
Pribadi, Sosial, dan Kebiasaan
PALPASI
• Ictus cordis teraba pada ICS 5 + 3-4 cm
medial garis midklavikularis kiri. Tidak
teraba thrill pada keempat area katup
jantung. Besar sudut angulus subcostae >
90°
JANTUNG
PERKUSI
• Batas kanan jantung setinggi ICS 3 – ICS 5
garis sternalis kanan dengan suara redup.
Batas kiri jantung setinggi ICS 5+ 3-4 cm
medial garis midklavikularis kiri dengan
suara redup. Batas atas jantung setinggi ICS
3 garis parasternal kiri dengan suara redup.
AUSKULTASI
• BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
INSPEKSI
• Tidak tampak efloresensi yang bermakna,
smiling umbilicus (-), hernia umbilikalis (-),
pulsasi abnormal (-), spider navy (-).
AUSKULTASI
• BU (+) normal
PALPASI
• Tidak teraba massa , defence muscular (-), NTE (-).
Hepar, lien tidak teraba membesar, ballotement (-).
PERKUSI
• Timpani di seluruh lapang abdomen.
EKSTREMITAS
Fungsi Ginjal
Ureum : 24 mg/dl (17-49)
Kreatinin : 0.94 mg/dl (<1.1)
Elektrolit
Natrium : 141 (135-155)
Kalium : 4.1 ( 3.6-5.5)
Chlorida : 101 (98-109)
• EKG
Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan utama pasien
adalah sesak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Sesak yang dirasakan makin lama makin memberat sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak yang dirasakan oleh
pasien tidak dipengaruhi oleh aktivitas pasien sehari-hari.
Sesak berkurang jika pasien dalam keadaan bersandar atau
sedang duduk. Pasien juga mengaku sesaknya timbul ketika
sedang di lingkungan berdebu dan penuh asap. Dari riwayat
kebiasaan pasien mengaku perokok berat sejak 40 tahun yang
lalu dan sudah pernah dirawat di RSUD Budi Asih dengan
Diagnosa PPOK. Pasien juga mengeluhkan batuk disertai
dahak yang banyak sekitar 1 sendok makan setiap kali batuk.
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik auskultasi paru
didapatkan suara ronchi basah kasar pada kedua
lapang paru bagian basal, Dinding dada yang
sedikit mencembung (Barrel chest) dan pernafasan
tambahan lewat mulut dengan mencucu (Pursed
lips), vocal fremitus yang lemah pada kedua
lapang paru
Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu
hematologi didapatkan leukositosis dan dari foto
thorax AP didapatkan Corakan bronkovaskular
yang bertambah dan hilus membesar.
2. Congestif Heart Failure ec Hipertensi
Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien
memiliki riwayat hipertensi yang sudah lama dan
tidak terkontrol. Selain itu pasien juga sering
mengeluhkan lemas, batuk-batuk, dan sesak nafas.
Sesak nafasnya timbul ketika pasien berbaring
(ortopnoe) dan berkurang pada saat bersandar atau
duduk.
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah pasien yang tinggi yaitu 160/110 (Hipertensi
derajat II menurut JNC VII) dan dari pemeriksaan
perkusi batas jantung diduga terdapat kardiomegali
dimana batas kiri jantung bergeser 3 cm dari
midclav 5 kiri.
Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan penunjang
didapatkan pada hasil pemeriksaan foto thorax
AP dengan kesan Cardiomegali dan disertai
edema paru
3. Community Acquired Pneumonia
Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan keluhan
tambahan pasien adalah demam sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demamnya biasanya
muncul bersamaan ketika pasien merasa sesak.
Pasien juga sering batuk mengeluarkan dahak
berwarna putih kental. Pasien juga merasa sesak.
Setiap harinya pasien selalu terapar debu dan asap
di sekitar lingkungan rumahnya.
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pada
perkusi paru ditemukan suara redup pada basal
hemithoraks dextra.
Pemeriksaan Penunjang
Dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu dari
pemeriksaan darah lengkap adalah leukositosis
yang mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
Dari foto Rontgen juga menunjukan pembesaran
pada hilus disertai corakan bronkovaskular yang
meningkat.
• PROGNOSIS
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Sanantionam : dubia ad malam
• Ad Fungsionam : ad malam
LAMPIRAN HASIL FOLLOW UP
Tanggal Subyektif Obyektif Analisis Penatalaksanaa
n
8/9/2014 Sesak, batuk TD : 160/110 mmhg -PPOK Asering/ 8jam +
N : 86x/menit
batuk, sakit S : 36,5'C
eksaserbasi akut Lasal 2cc +
kepala RR : 24x/min -CHF Ethapilin
-Hipertensi Cefobactam 1 x
Lab
L : 11.4 ribu/uL -CAP 2 gr
Ambroxol syr 3 x
Analisa Gas Darah 1
PH: 7.40 ( 7.35-7.45)
PCO2: 58 (35-45) Vistein 3x1
PO2: 149 (80-100) Amlodipine 1 x
HCO3: 36 (21-28)
Total Co2: 38 (23-27)
10
Saturasi O2: 99% (95-100%) Spironolactone
BE : 9.9 (-2.5-2.5) 1 x 100
Hasil Foto thorax : Cardiomegali Digoxin 1 x 0,25
disertai Edema Paru + pelebaran hilus
pulmonalis Inhalasi
Combivent 4 x
Tanggal Subyektif Obyektif Analisis Penatalaksanaan
• Genetik,
• Paparan partikel,
• Pertumbuhan dan Perkembangan paru,
• Stres oksidatif,
• Jenis kelamin,
• Umur,
• Infeksi saluran nafas,
• Status sosioekonomi,
• Nutrisi dan komorbiditas.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGY
DERAJAT PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan
Perkumpulan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai berikut :
PPOK Ringan
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak
1Spirometri:- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau- VEP1 /
KVP < 70%
PPOK Sedang
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat
aktivitas).Spirometri:- VEP1 / KVP < 70% atau- 50% < VEP1 < 80%
prediksi.
PPOK Berat
Gejala klinis:- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas
kronik.- Eksaserbasi lebih sering terjadi- Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri:- VEP1 / KVP < 70%,-
VEP1 < 30% prediksi atau- VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
SKALA SESAK PADA PPOK
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain
Tujuan :
• Mengukur volume paru secara statis dan
dinamik
• Menilai perubahan atau gangguan pada faal
paru
PRINSIP SPIROMETRI
• Mengukur kecepatan perubahan volume
udara di paru-paru selama pernafasan yang
dipaksakan atau disebut forced volume
capacity (FVC).
• Subyek menarik nafas secara maksimal dan
menghembuskannya secepat dan selengkap
mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap
nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan
usia, tinggi badan dan jenis kelamin
INDIKATOR SPIROMETRI
• Forced vital capacity (FVC)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah
inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
• Forced Expiratory volume in one second (FEV1)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik,
diukur dalam liter.
• FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa
sehat nilainya sekitar 75% - 80%
• FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
• Peak Expiratory Flow (PEF)
Kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal
ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
• FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran
(kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan
pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-
expiratory flow)
KLASIFIKASI PENILAIAN SPIROMETRI
• Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk
inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik
• Anti inflamasi
Metilprednisolon atau Prednison. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk
oral atau sistemikc.
• Mukolitik
Digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang
lengket dan kental
• Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk
yang sangat mengganggu.
PENATALAKSANAAN PENUNJANG
• Rehabilitasi
• Edukasi
• Berhenti merokok
• Latihan fisik
• respirasi
• Nutrisi
TERAPI OKSIGEN