Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Program Studi Pendidikan Profesi Ners (PSP2N) Stase Keperawatan Anak
Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Program Studi Pendidikan Profesi Ners (PSP2N) Stase Keperawatan Anak
disusun guna memenuhi tugas praktik Program Studi Pendidikan Profesi Ners
(PSP2N)
Stase Keperawatan Anak
oleh:
Rina Pujihastutik, S.Kep 182311101113
Linda Ayu Agustin, S.Kep 182311101140
Atri Wilujeng, S.Kep 182311101152
Havivah, S.Kep 182311101098
Dimas Wiyo S, S.Kep 182311101156
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
WHO menyebutkan bahwa diare pada anak merupakan proses defekasi atau
keadaan buang air besar dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih
dalam satu hari (24 jam) dan tanpa mengandung darah (WHO, 2009). Dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga
kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar
dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Diare
merupakan defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan/atau tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Betz, 2010). Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan feses yang berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan
demikian kandungan air pada feses lebih banyak daripada biasanya (Daldiyono,
2006). Diare merupakan pengeluaran feses yang sering, berupa cairan abnormal, dan
encer (Apriningsih, 2009). Diare dapat digolongkan menjadi ringan, sedang, atau
berat; akut atau kronis; meradang atau tidak meradang. Gangguan ini merupakan
manifestasi dari transportasi cairan dan elektrolit yang abnormal.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi
di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, dan sebagian besar anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di
negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di
negara maju. Di Indonesia, mordibitas dan mortalitas diare masih tinggi. Laporan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2007 menunjukkan bahwa angka
prevalensi pada anak sebanyak 9% dan menyebabkan kematian sebanyak 11,3%.
Tahun 2013 angka insidensi diare pada anak di Indonesia sebanyak 2%. Period
Prevalence pada kelompok umur tersebut sebanyak 4,1% (Riskesdas, 2013). Di
negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode
diare 3 sampai 4 kali pertahun (WHO, 2009). Sampai saat ini kasus diare di
Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada
bayi dan balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2008)
Prevalensi diare pada anak di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi
anak-anak yang terkena penyakit ini berkisar antara 2 sampai 20%. Bila dilihat per
kelompok umur, diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi terdeteksi pada anak yaitu 16,7% (Kemenkes RI 2011). Diare pada anak
usia sekolah di propinsi Jawa Timur mengalami peningkatan pada tahun 2010,
dari angka prevalensi diare pada anak sebanyak 5,2% pada tahun 2007 (Riskesdas
Jatim, 2007). Di propinsi Jawa Timur cakupan pelayanan diare pada tahun 2012
sebesar 72,43% dan masih berada dibawah target nasional yaitu 100% (Dinkes
Jatim, 2013).
Indonesia lebih dari 1,3 miliar serangan penyakit dan 3,2 juta kematian per
tahun pada anak disebabkan oleh diare dengan episode serangan diare rata-rata 3,3
kali setiap tahun dan lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak (Widoyono,
2011). Sedangkan dari hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia
dalam Depkes RI diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita,
nomor tiga bagi pada bayi, dan nomor lima bagi semua umur. Setiap anak di
Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6–2 kali pertahun (Kemenkes RI,
2011).
E. METODE
Ceramah dan Tanya Jawab
F. MEDIA
Leaflet
G. PENGORGANISASIAN
1. Penanggung jawab : Rina Pujihastutik, S.Kep
2. Penyaji :
a. Rina Pujihastutik, S.Kep
b. Atri Wilujeng, S.Kep
I. EVALUASI
1. Apa pengertian diare?
2. Apa penyebab diare?
3. Apa tanda dan gejala diare?
4. Apa komplikasi diare?
5. Bagaimana penanganan diare?
6. Bagaimana pencegahan diare?
7. Kapan melakukan cuci tangan pakai sabun?
8. Bagaimana cara melakukan cuci tangan pakai sabun?
J. DAFTAR PUSTAKA
Amin, L. Z. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education CDK 230
Volume 42 No. 7 Tahun 2015
Dirjen P3L Depkes RI .2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Dirjen P3L Kemenkes RI .2011. Panduan Sosialisasi Diare Balita untuk Petugas
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI
Hegar, B dan Magdalena, S. Air Susu Ibu dan Kesehatan Saluran Cerna.
http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=20091029105942 [diakses 14 Oktober
2018]
Jackson, K.M and Nazar, A.M. 2006. Breastfeeding, the Immune Response, and
Longterm Health. J. Am Osteopath Assoc.
Kapti, R.E., dan N.Azizah. 2017. Perawatan Anak Sakit di Rumah. Malang:
UBPress
Lamberti, Laura, M et al. 2011. Breastfeeding and the Risk for Diarrhea Morbidity
and Mortality. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/S3/S15 [diakses
14 Oktober 2018]
Lely. 2011. Peran ASI Eksklusif yang Mengandung Antibodi SIgA terhadap Risiko
Diare Akut pada Bayi Usia 1-6 Bulan. http://www.pps.unud.ac.id/disertasi
[diakses 14 Oktober 2018]
Mansjoer, A., dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
A. Definisi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (Amin, 2015).
Menurut Betz (2010), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan/atau tanpa
darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan
elektrolit melalui feses. Kelainan yang mengganggu penyerapan diusus besar lebih jarang
menyebabkan diare, dan pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan di
usus (Sodikin, 2012).
Diare juga ada yang membedakan menjadi diare akut dan diare kronis. Diare akut
ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Pada
diare yang berlanjut lebih dari dua minggu disertai kehilangan berat badan atau tidak
bertambah berat badannya selama masa tersebut disebut sebagai diare kronik. Diare kronis
berarti diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Batasan waktu 15 hari
tersebut merupakan suatu kesepakatan karena banyaknya usul untuk menentukan batasan
waktu diare kronik (Daldiyono, 2006).
B. Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Menurut Mansjoer dkk (2008)
penyebab diare pada anak adalah
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi interal ini meliputi: infeksi bakteri (Vibrio, E. Coli,
Salmonella, Shigela, Campylobacter, Yersina, Aeromonas), virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus), dan parasit yang terdiri dari cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2) Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
3) Faktor psikologis
Faktor psikologis diantaranya cemas atau stres yang akan memicu sistem saraf
simpatik meningkat. Saraf simpatik memicu kinerja hormon adrenalin sehingga
denyut nadi meningkat, tekanan darah meningkat gerakan peristaltik usus meningkat.
Gerakan peristaltik usus meningkat menyebabkan penyerapan air didalam tubuh tidak
sempurna sehingga menyebabkan diare.
Menurut Dirjen P3L Kemenkes RI (2011) penyebab diare, di antaranya:
1) Infeksi (kuman-kuman penyakit)
Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral). Siklus penyebaran
penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui 5 F (Feces atau tinja, Flies
atau lalat, Food atau makanan, Finger atau jari tangan, Fomites atau peralatan
makanan). Di bawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang
menyebabkan penyakit diare:
a) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6
bulan kepada bayi atau memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu
dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah
Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli
c) Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
d) Minum air/menggunakan air yang tercemar
e) Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak
f) Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
2) Penurunan daya tahan tubuh
a) Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASI
terdapat antibody yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit
b) Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena
diare
c) Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)
d) Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%).
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang bisa muncul dari diare adalah sebagai berikut.
a) Anak menjadi cengeng;
b) Gelisah;
c) Suhu badan dapat meningkat;
d) Nafsu makan berkurang atau tidak ada;
e) Tinja makin cair dan mungkin mengandung darah atau lender;
f) Warna tinja berubah menjadi kehjau-hijauan karena tercampur empedu;
g) Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam;
h) Muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare;
i) Dehidrasi bila telah banyak kehilangan air dan elektroli;
j) Berat adan menurun;
k) Ubun-ubun besar menjadi cekung pada bayi;
l) Tonus dan turgor kulit berkurang;
m) Turgor kulit menurun;
n) Frekuensi nafas cepat;
o) Denyut nadi cepat;
p) Tekanan darah menurun;
q) Ujung-ujung ekstremitas dingin, dan terkadang terjadi sianosis (Mansjoer, 2008).
D. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik) sebagai akibat
dari kehilangan air dan elektrolit.
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik (Ngastiyah,
2005).
E. Penatalaksanaan
Menurut Dirjen P3L Depkes RI (2011) penanganan diare disebut Lima Langkah
Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang terdiri dari: pemberian cairan, pemberian zink
selama 10 hari berturut-turut, meneruskan pemberian ASI dan makanan, pemberian antibiotik
secara selektif dan pemberian nasihat pada ibu/keluarga pasiensebagai berikut:
1) Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), dan trisodium sistrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan
untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Diare
dapat diberikan kepada anak saat diare maupun sampai diare berhenti. Cara pemberian
oralit adalah sebagai berikut:
a. Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc)
b. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar
c. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
Oralit dapat diberikan dengan pembuatan larutan gula garam (LGG). Larutan gula
garam berperan menjaga keseimbangan jumlah cairan dan mineral dalam tubuh.
Larutan gula garam tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang
hilang bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi
dapat dihindarkan.
Untuk membuat larutan gula garam, alat-alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
a. Gula pasir sebanyak satu sendok teh munjung
b. Garam dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh
c. Air masak atau air teh yang hangat ( tidak dalam kondisi mendidih) sebanyak satu
gelas atau sekitar 200 ml
d. Gelas belimbing/lainnya yang sama ukurannya, dan sendok teh
F. Pencegahan
Ada beberapa cara pencegahan diare menurut Dirjen P3L Kemenkes RI (2011), yaitu
sebagai berikut:
1. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
3. Meberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang
cukup
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesusah buang air
besar
5. Buang air besar di jamban
6. Membuang tinja bayi dengan benar