Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 1 NOMOR 2, MARET 2014

LAPORAN KASUS

Penatalaksanaan Anestesi pada Operasi Orif E.C


Fraktur Ankle pada Pasien dengan Fraktur Servikal

Zaenal Arifin, IG Ngurah Rai Artika


Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Konsultan Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Latar Belakang. Fraktur cervical kira-kira terjadi ada 5-10% pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat dalam keadaan tidak sadar. Kebanyakan fraktur cervical tersebut terjadi pada 2 level. Sepertiga
dari fraktur terjadi pada level C2 dan 2/3 lainnya terjadi pada level C6 atau C7.
Kasus. Dilaporkan penatalaksanaan anestesi pada operasi ORIF terhadap seorang laki-laki umur 22 tahun
dengan fraktur terbuka bimaleoler dari ankle kiri, dengan oedem cerebri dan fraktur cervical IV.
Anestesi dilakuan dengan teknik blok saraf perifer yaitu kombinasi blok nervus femoralis dan blok nervus
sciatik distal. Pada blok nerfus femoralis digunakan obat anetesi local berupa lidocaine 1% 20 cc dan pada
blok nervus sciatik distal diberikan obat anestesi local berupa bupivacaine 0,5% isobaric 25 cc.
Operasi berlangsung selama 3 jam 20 menit. Durante operasi hemodinamik stabil. Tekanan darah sistolik
berkisar 100-125 mmHg, diastolic 65-80 mmHg, frekuensi jantung 70-95 x/menit. Perdarahan sekitar 100
cc dan urine output 200 cc. Post operasi pasien kembali ke bangsal

Kata Kunci : fraktur cervical, blok nervus femoralis, blok sciatik distal

ABSTRACT
Background. Cervical fracture occurs approximately 5-10 % of the patients who come to the ER in an
unconscious state. Most fractures of the cervical spine occurs in 2 levels. One third of the fractures occurred
at the level of C2 and 2/3 others occur at the level of C6 or C7.
Cases. It is reported that a management of anesthesia in ORIF surgery on male 22 years of age with an open
fracture of the bimaleoler of left ankle, with cerebral edema and IV cervical fracture .
Anesthesia was done with peripheral nerve block technique that is a combination of a femoral nerve block
and nerve block distal sciatik . In the femoral nerfus blocks, local anesthetic drugs such as lidocaine 1% 20
cc is used and in the distal nerve block sciatik a local anesthetic drugs such as isobaric bupivacaine 0.5 %
25 cc give .
The operation lasted for 3 hours 20 minutes. Durante operation, the hemodynamic was stable . Systolic
blood pressure ranged from 100-125 mm Hg, diastolic 65-80 mm Hg , heart rate 70-95 x / min . Bleeding
around 100 cc and 200 cc of urine output. Post surgery the patient returned back to the ward.

Keywords : cervical fracture, femoralis nerve block, sciatik distal block

PENDAHULUAN memungkinkan kita berhadapan dengan pasien


Anestesi perioperasi pada pasien yang yang menjalani operasi pada pasien dengan
mengalami fraktur servical merupakan tantangan komorbid fraktur sevical.
tersendiri untuk dokter ahli anestesi. Insidensi Fraktur servikal yang paling fatal terjadi
fraktur servikal cukup tinggi, sehingga sangat pada level servikal atas, yaitu pada craniocervical

37
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

junction C1 atau C2. Duapuluh sampai 75% dari frenikus yang mensarafi otot diafragma. Bila C4
fraktur vertebra servikal tersebut merupakan masih baik, nafas spontan masih bisa dengan
fraktur yang tidak stabil dan 30-70% dihubungkan kapasitas vital 20-25% normal. Kelainan di atas C3
dengan cedera saraf sampai ke medula spinalis1. akan terjadi respiratory arrest. Kelainan di bawah
Klasifikasi fraktur dapat mengambil level C5, terjadinya penurun fungsi respirasi karena
beberapa bentuk tergantung dari besar kecilnya kelemahan otot¬otot intercostal4.
kerusakan anatomis atau berdasarkan stabil Hilangnya inervasi simpatis pada jantung
atau tidak stabil. Major Frakture bila fraktur yaitu pada level T1-T4 menyebabkan inervasi
mengenai pedikel, lamina atau korpus vertebra. parasimpatis melalui vagus tidak terkompensasi,
Minor Fracture bila fraktur terjadi pada prosessus akibatnya terjadi bradikardi dan hipotensi.
transversus, prosessus spinosus2. Hilangnya tonus simpatis tersebut dinamakan
Setelah diagnosis ditegakkan, pengelolaan syok spinal. Terjadi pooling volume darah di
patah tulang belakang tanpa gangguan neurologik perifer. Hipotensi pada syok spinal adalah disertai
bergantung pada stabilitasnya. Pada tipe yang dengan bradikardi, berbeda dengan syok karena
stabil atau tidak stabil temporer, dilakukan perdarahan, yaitu takikardi. Keadaan syok ini
imobilisasi dengan gips atau alat penguat. dapat diatasi dengan pemberian cairan, tapi harus
Pada patah tulang belakang dengan gangguan diperhatikan bahwa pasien ini tidak dapat diberikan
neurologik komplit, tindakan pembedahan cairan terlalu banyak karena ketidakmampuan
terutama ditujukan untuk stabilisasi patah untuk meningkatkan kontraktilitas dan
tulangnya. Pembedahan juga dilakukan dengan frekuensi denyut jantung. Pasien tidak dapat
tujuan dekompresi yaitu melakukan reposisi untuk mempertahankan curah jantung karena hilangnya
menghilangkan penyebab yang menekan medula kemampuan mempertahankan tonus pembuluh
spinalis, dengan harapan dapat mengembalikan darah arteriol dan kapasitas vena. Jantung kurang
fungsi medula spinalis yang terganggu akibat dapat menerima beban kenaikan venous return,
penekanan tersebut. Dekompresi paling baik sehingga mudah terjadi udema paru4.
dilaksanakan dalam waktu enam jam pasca trauma
untuk mencegah kerusakan medula spinalis yang LAPORAN KASUS
permanen. Tidak boleh dilakukan dekompresi Dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 22
dengan cara laminektomi, karena akan menambah tahun dengan diagnosa frakture of the 4th cervical
instabilitas tulang belakang2. spine, open bimaleolar frakture of the left ankle
Pasien dengan fraktur servikal umumnya yang dilakukan tindakan operasi ORIF frakture
disertai dengan kelainan neurologis seperti paresis ankle. Riwayat penyakit sekarang didapatkan 2
atau plegia dan kelainan otonom. Untuk itu harus hari sebelum masuk rumah sakit pasien terjatuh
dilakukan penilaian semua sistem, yaitu jalan dari sepeda motor setelah bertabrakan dengan
nafas, sistem respirasi, sistem kardiovaskuter, mobil dari arah yang berlawanan dengan
sistem neurologi. Pasien dengan fraktur servikal didapatkan benturan kepala, pingsan, posisi jatuh
mempunyai insiden yang tinggi untuk mengalami dengan kepala, dada kiri dan kaki kiri membentur
kesulitan intubasi. Penelitian prospektif pada aspal terlebih dahulu. Saat dilakukan pemeriksaan
pasien yang mengalami pembedahan di daerah tidak didapatkan pusing, mual dan muntah serta
servikal didapatkan 20% mempunyai visualisasi pandangan kabur. Terpasang collar neck rigid pada
glottis grade 3 atau 4 sewaktu dilakukan direct leher pasien.
laryngoscopy. Pengelolaan jalan nafas akan Pada pemeriksaan fisik didapatkan
bertambah sulit bila disertai fraktur maxilla, tekanan darah 130/80 mmHg dengan frekuensi
mandibula dan basis kranii3. nadi 74 x/menit, frekuensi nafas 14 x/menit, GCS
Pusat respirasi di medula spinalis adalah E4V5M6, tidak didapatkan hemiplegi maupun
pada nukleus motorik C4, dan mendapat kontribusi parestesi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
minimal dari C3 dan C5, keluar sebagai nervus Hb 9,9, lain-lain dalam batas normal. Sedangkan

38
Penatalaksanaan Anestesi pada Operasi Orif ...

pemeriksaan rontgen servikal didapatkan fraktur DISKUSI


komplet vertebra cervicalis V aspek sinistra, dan Pasien dinilai sebagai status fisik ASA II
pemeriksaan ankle joint didapatkan fraktur karena dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
komplet os fibula sinistra, aposisi dan alignment penunjang didapatkan faktor penyulit udema
kurang baik, fraktur komplit maleolar medialis cerebri dan fraktur vertebra servikal IV.
sinistra, aposis dan alignment cukup baik. Hasil Diagnosa udema cerebri ditegakkan dari
pemeriksaan MSCT servikal tanpa kontras hasil pemeriksaan CT scan kepala. Adanya udema
didapatkan fraktur komplet sagital di korpus VC cerebri berarti terdapat akumulasi cairan yang
IV, aposisi dan alignment cukup, fraktur komplet berlebihan pada jaringan otak, baik intra dan/atau
lamina arkus vertebra sinistra VC IV , aposisi dan ekstra seluler yang dapat menyebabkan kenaikan
alignment kurang, fraktur komplet prossesus tekanan intra kranial (TIK). Udema otak akan
artikularis sinistra VC IV, aposisi dan alignment mencapai puncaknya dalam 24 jam, dan berangsur
cukup, fraktur komplet prossesus transversus angsur berkurang hingga reda dalam beberapa
sinistra VC VI, aposisi dan alignment cukup. hari. Tetapi ada percobaan yang menunjukkan
Hasil pemeriksaan CT scan kepala menunjukkan bahwa udema cerebri berlanjut dan mencapai
oedem cerebro, namun tidak tampak tanda tanda puncaknya pada minggu ke 2 ( hari ke 7-10) dan
perdarahan maupun infark. baru reda dalam waktu 21 hari. Pada pasien ini
Pasien dinilai sebagai status fisik ASA II. tidak didapatkan tanda tanda kenaikan tekanan
Dengan pemilihan anestesi dengan menggunakan intra kranial.
peripheral nerve block (PNB). Untuk menghindari Diagnosa fraktur vertebra cervikal
kecemasan dan mengurangi sakit, sebelum PNB IV ditegakkan dari hasil MSCT servikal tanpa
diberikan injeksi midazolam 3 mg dan fentanil 50 kontras. Fraktur vertebra servikal pada pasien
mg. Dilakukan blok nervus femoralis regio inguinal ini tergolong sebagai fraktur stabil. Fraktur stabil
terlebih dahulu dengan menyuntikkan lidocain adalah suatu kondisi fraktur dimana hubungan
1,5% 200 mg. Blok nervus sciatik distal dilaskukan di antara vertebra masih bisa dipertahankan
dengan pendekatan posterior. Setelah pasien sehingga tidak terjadi kerusakan struktur saraf
diposisikan RLD ( right lateral decubitus) dengan yang ada dalam kanalis spinalis. Pada pasien ini
tehnik log roll, dilakukan penyuntikan bupivacain tidak didapatkan defisit neurologis yang menyertai
0,5% isobarik 125 mg (25 cc) pada nervus sciatik fraktur vertebra servikal. Fungsi motorik, sensorik
distal. Untuk menilai keberhasilan blok dilakukan dan otonom dalam batas normal. Pada fraktur
tehnik pain prick dan anamnesa sensasi hiperestesi stabil, immobilitasi untuk membatasi gerakan
pada area sensorik blok. Setelah onset obat pada servikal diperlukan untuk memungkinkan
tercapai, operator bedah dipersilakan untuk berlangsungnya penyembuhan tulang dan
memulai prosedur pembedahan. ligamen, dan juga untuk melindungi medula
Operasi berlangsung ± 3 jam 20 menit. spinalis. Immobilisasi dapat dilakukan dengan
Durante operasi hemodinamik pasien stabil servikal collar. Servikal collar terdiri dari soft collar
dengan tekanan darah sistolik berkisar 100-125 dan philadelphia collar. Soft collar mempunyai
mmHg, tekanan darah diastolik 65- 80 mmHg. HR keuntungan yang kecil dan hanya membatasi
70-95x/mnt. perdarahan ± 100 cc, urine output pergerakan minimal pada rotasi, ekstensi dan
± 200 cc. Cairan yang diberikan selama operasi fleksi. Philadelphia collar memberikan proteksi
adalah kristaloid ± 2300 cc. Untuk mencegah PONV yang lebih baik dari pada soft collar terutama pada
diberikan ondansetron 4 mg bolus, dan untuk gerakan fleksi dan ekstensi, tetapi tidak efektif
analgetik diberikan ketorolac 30 mg bolus. pada aksial rotasi. .
Selesai operasi, pasien ditransport ke Pemilihan tehnik anestesi pada pasien
ruang pemulihan untuk pengawasan resiko dan ini dengan blok saraf perifer, didasarkan pada
komplikasi pembedahan. Setelah pasien stabil, beberapa pertimbangan, antara lain :
pasien dikembalikan ke bangsal.

39
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

1. Pasien mempunyai komorbid udema cerebri. cedera pada medulla spinalis. Pilihan anestesi
Meskipun pada pemeriksaan tidak didapatkan dengan GA intubasi mempunyai resiko
tanda tanda kenaikan TIK, dan gambaran pada tindakan laringoskopi dan intubasi.
udema cerebri didapatkan dari pemeriksaan Pada fraktur vertebra servikal, tindakan
CT scan 12 hari yang lalu, tetapi karena pada laringoskopi dan intubasi dilakukan dengan
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan CT tehnik manual in line stabilization. Diperlukan
scan ulang untuk evaluasi maka pada pasien seorang asisten untuk memegang bagian
ini tetap dikelola sebagai udema cerebri. samping dari leher dan prosesus mastoideus
Adanya udema serebri berarti terdapat untuk mencegah pergerakan leher sewaktu
kenaikan TIK, sehingga adalah suatu kontra laringoskopi dan membuka mulut. Manual
indikasi bila dilakukan tehnik anestesi dengan in line stabilization dapat mengurangi tetapi
sub arachnoid block ( SAB ) Pilihan tehnik tidak menghilangkan secara total pergerakan
anestesi dengan GA intubasi juga mempunyai leher sewaktu laringoskopi. Pemakaian
resiko gejolak hemodinamik pada saat induksi, servikal collar pada pasien ini juga tidak dapat
tindakan laringoskopi dan intubasi yang pada memberikan jaminan immobilisasi pada saat
akhirnya bisa menyebabkan gangguan pada laringoskopi, malah keberadaan servikal collar
cerebral perfusion pressure (CPP). Tehnik bisa mempersulit tindakan larimgoskopi yang
anestesi PNB mempunyai keuntungan tidak dilakukan5.
menyebabkan kenaikan TIK dan minimal Blok saraf perifer pada pasien ini dilakukan
berpengaruh pada CPP. dengan 2 tehnik blok yaitu blok nervus sciatik
2. Pasien mempunyai komorbid fraktur vertebra distal posterior dan blok nervus femoralis regio
servikal IV inguinal. Persarafan sensorik pada daerah mata
Meskipun termasuk fraktur stabil dimana kaki didapatkan dari 3 saraf utama yaitu nervus
tidak didapatkan kelainan neurologis baik peroneal dan nervus tibialis ( cabang dari nervus
pada fungsi otonom, motorik maupun sciatic) dan nervus saphenus ( cabang dari nervus
sensorik, tetapi kita tetap harus menjamin femoralis) sehingga untuk mendapatkan hasil
bahwa tindakan anestesi kita tidak akan anestesi yang optimal, ke 3 saraf tersebut harus
menyebabkan instabilitas vertebra servikal terblok. Distribusi sensorik pada daerah tungkai
yang pada akhirnya bisa menyebabkan dan mata kaki dijelaskan pada gambar 1 6.

Gambar 1. Distribusi sensorik daerah tungkai bawah dan mata kaki6

40
Penatalaksanaan Anestesi pada Operasi Orif ...

Blok nervus peroneal dan nervus tibialis mengharuskan kita untuk menjamin immobilitas
dapat dilakukan dengan tehnik blok nervus vertebra servikal pada saat kita melakukan tehnik
sciatik distal baik dengan pendekatan lateral anestesi sehingga tidak akan terjadi kerusakan
maupun posterior. Pada pasien ini, pendekatan medulla spinalis lebih lanjut.
yang direkomendasikan adalah pendekatan Pada tehnik anestesi dengan blok saraf
lateral karena dapat mencegah mobilisasi yang perifer, pengetahuan tentang anatomi dan
berlebihan dari vertebra servikal. Meskipun distribusi sensorik dari area pembedahan mutlak
demikian, dengan alasan lebih familiar, penulis diperlukan. Seluruh saraf sensorik yang berperan
memilih pendekatan posterior dibandingkan pada area pembedahan harus dapat diblok,
dengan pendekatan lateral. Pada pendekatan sehingga anestesi bisa berlangsung lebih optimal.
posterior, pasien diposisikan prone atau lateral. Pengetahuan tentang farmakologi dan toksikologi
Untuk menjamin immobilisasi vertebra servikal, dari berbagai obat anestesi lokal juga mutlak
pada saat memposisikan pasien dilakukan dengan diperlukan oleh seorang ahli anestesi. Pemilihan
tehnik log roll. Tehnik log roll adalah suatu tehnik jenis obat anestesi lokal didasarkan pada estimasi
untuk menjamin stabilitas vertebra servikal, lama operasi, kebutuhan akan prolonged analgesia
ketika pasien dilakukan perubahan posisi. Untuk dan perhitungan lama tirah baring post operatif.
melakukan tehnik ini dibutuhkan suatu tim yang
biasanya terdiri dari empat sampai lima orang. Tim DAFTAR PUSTAKA
harus bisa bekerja sama dengan baik. Anggota tim 1. Mueller JB. Fractures, Cervical Spine, 2006,
ada yang bertugas sebagai head hold person, chest File://D:/eMedicine.com;1-27
person, hip person dan leg person.7 2. Hanafiah H, Penatalaksanaan Trauma Spinal,
Anestesi pada nervus saphenus dapat in Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. 40:2,
dilakukan dengan dua tehnik, yaitu dengan blok Universitas Sumatera Utara, 2007 ; page 143-146
nervus saphenus atau yang lebih proksimal dengan 3. Samantaray A, Anesthesia for Spine Surgery. The
blok nervus femoralis. Pada pasien ini dilakukan Indian Anaesthetists Forum, 2006; page 1-10
dengan blok nervus femoralis di inguinal. 4. Heath, KJ, The anaesthetic management of
Ada dua macam obat anestesi lokal yang spinal injuries and surgery to the cervical spine.
digunakan yaitu bupivacain 0,5% isobarik 125mg In Textbook of neuroanesthesia and critical care.
( 25ml ) Untuk blok nervus sciatik distal posterior Ed. Matta BF et al, GMM, 2000; page 239- 252
dan lidocain 1% 200 mg ( 20ml ) untuk blok nervus 5. Stier GR, Gi n JP, Cole DJ et al., Spinal
femoral. Penggunaan dua macam obat anestesi Cord: Injury and Procedures, in Handbook of
lokal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pemakaian Neuroanaesthesia, 4th ed. Ed.by Cottrell JE,
obat yang melebihi dosis toksiknya. Newfield P, Lippincott Williams & Wilkins, 2007:
page 216-255
KESIMPULAN 6. Lennon RL, Horlocker TT, Chapter 19 Ankle Block,
Penatalaksaan anestesi pada pasien in Mayo Clinic Analgesic Pathway: Peripheral
dengan ko morbid udema serebri dan fraktur Nerve Blockade for Major Orthopedic Surgery,
servikal perlu mendapatkan perhatian khusus Mayo Clinic Scientific Press, Taylor & Francis
dari seorang ahli anestesi. Adanya udema serebri Group, 2006: page 91-103
berarti telah terjadi kenaikan tekanan intra 7. Raper R, Procedure for Log-rolling a Patient with
kranial, sehingga tehnik anestesi yang dilakukan a Cervical Spine Injury, in Intensive care Unit
harus menjamin tidak terjadi peningkatan TIK Manual, Royal Nort Shore Hospital, 2005; page
lebih lanjut dan dapat menjaga tekanan perfusi 1-8
serebral. Adanya fraktur vertebra servikal juga

41

Anda mungkin juga menyukai