Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN JIWA 1

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh

WIDYA NINDI PRAMESWARI

141.0107

Dosen Pembimbing

Ns. Sukma Ayu Candra K. M.Kep.,Sp.Kep.J

PRODI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN 2016 – 2017


RESIKO PERILAKU KEKERASAAN

A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai diri sendiri ataupun orang lain baik secara fisik, maupun
psikologis dan dapat dilakukan baik secara verbal maupun non verbal.
( Konsep Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa tahun 2013 ).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh yang
tidak terkontrol ( Buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun 2012 ).
Perilaku kekerasan merupakan renspons terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang ditunjukan dengan perilaku aktual
melakukan kekerasan baik kepada diri sendiri maupun orang lain
(Menurut buku Keperawatan Jiwa Iyus Yosep, S.Kp., M.Si. tahun
2010 ).

B. Tanda dan Gejala Resiko perilaku Kekerasan


1. Menurut buku Konsep Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa tahun 2013
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi, menjerit
g. Melempar atau memukuli barang dan orang
h. Merusak barang dan orang
i. Wajah merah dan tegang
j. Postur tubuh kaku
k. Pandangan tajam
C. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
 Instinctual Drive Theory ( Teori Dorong Naluri )
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
 Psychomatic Theory ( Teori Psikosomatik )
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal dan lingkungan.
 Adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus
ternyata menimbulkan perilaku agresif dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbik, lobus frontal, lobus temporal akan
menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak
menyerang objek yang ada di sekitarnya.

b. Faktor Psikologis
 Teori Agresif Frustasi
Terjadi karena hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi
apabila keinginan individu mengalami kegagalan atau ada yang
menghambat.
 Teori Perilku
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.
 Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang. Teori ini menjeaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase ora antara usia 0-2 tahun dimana
anak tidak dapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air
susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan seteah dewasa sebagai kompensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya.
 Teory Eksistensi
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak daapt terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif maka individu dapat memenuhi perilaku destruktif
 Rasa frustasi
 Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau
lingkungan
 Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan depresi yang
memotivai untuk melakukan perilaku kekerasan
 Penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan

c. Faktor Sosiokultural
 Teori Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individual dalam
emngekspresikan marah.

 Teori Belajar Sosial


Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
secara sosialisasi
 Kontrol masyrakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam
masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan. Hal ini juga dipicu dengan maraknya demontrasi,
film-film kekerasan, mistik, dll.

d. Faktor sosial budaya


Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosional
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajari. Sesuai dengan
teori agresif tidak berbeda dengan respon – respon yang lain.
Faktor ini dapat diamati melalui observasi dan imitasi dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan.
Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah
yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan


perilaku menerima kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah
dalam masyarakat merupakan faktor predisposisiterjadinya
perilaku kekerasan.

D. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dar luar ( serangan fisik,
kehilangan, kematian, dll ) maupu dalam putus hubungandengan orang
lain, takut terhadap penyakit, kritikan pada penghinaan, tindakan
kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan. (Konsep Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa tahun 2013 ).
Faktor Presipitasi Menurut Buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun
2012 adalah
 Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberbayaan, kehidupan
yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan
 Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lungkungan.
Faktor Presipitasi Menurut buku Keperawatan Jiwa Iyus Yosep,
S.Kp., M.Si. tahun 2010 ) adalah
 Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas
 Ekspresi diri tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kodisi sosial
ekonomi
 Kesulitan dalam mengkomunikasikan suatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah kecenderungan
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik’
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya
 Kematian anggota keluarga yang paling terpenting

E. Tindakan Keperawatan
 Menurut buku Konsep Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa
tahun 2013
1. Bina Hubungan Saling Percaya dengan pasien
2. Diskusikan kepada pasien penyebab perilaku kekerasan saait ini dan
lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan perasaan pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan
saat marah
5. Diskusikan perasaan pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan perasaan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial
9. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
10. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara patuh minum
obat
11. Ikut sertakan pasien dalam TAK Stimulasi Peresepsi mengomtrol
Perilaku Kekerasan.
 Menurut buku Keperawatan Jiwa Iyus Yosep, S.Kp., M.Si. tahun
2010
1. Bina Hubungan Saling Percaya
2. Dikusikan bersama klien penyebab perilakun kekerasan saait ini dan
masa lalu
3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama klien perilaku yang biasanya dilakukan saat
marah secara verbal terhadap orang lain
5. Diskusikan bersama klien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik
7. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara asertif
8. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara spiritual

Anda mungkin juga menyukai