Anda di halaman 1dari 6

Kekerasan terhadap Anak

Kekerasan terhadap anak merupakan tindak kekerasa secara fisik, seksual,


penganiyaan emosional atau pengabaian terhadap anak. Contoh tindak kekerasan
fisik yang biasanya dialami oleh anak adalah memukul, menampar, menendang,
mendorong, membuat memar, menarik telinga atau rambut, dan mencubit anggota
tubuh dari anak. Contoh tindak kekerasan seksual yang biasanya dialami oleh
anak seperti pelecehan seksual yang meminta atau menekan anak untuk
melakukan aktivitas seksual, paparan senonoh dari alat kelamin kepada anak,
menampilkan pornografi kepada anak, dan kontak seksual yang sebenarnya
terhadap anak.

Kasus tindak kekerasan terhadap anak remaja yang baru terjadi di negri
kita adalah kasus seorang mertua yang melakukan tindakan asusila terhadap
menantunya yang berusia 19 tahun. Kasus ini disebabkan karena suami korban
yang berusia 16 tahun tidak mampu memberikan nafkah materi kepada istrinya
dan karena korban disangka tidak bisa membantu menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh mertuanya untuk menyadap pohon karet. Sehingga mengakibatkan
korban mengalami penganiyaan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh ayah
mertuanya. Pada malam sebelum kejadian, ibu mertuanya memaksa korban untuk
berhubungan badan dengan suaminya, tetapi korban menolak permintaan ibu
mertuanya. Ternyata penolakan tersebut mengakibatkan korban digantung diatas
pohon kelapa dengan kondisi tanpa pakaian. Suami korban yang melihat kejadian
tersebut tidak berani melawan orang tuanya. (Sindonews.com)

Dari kasus diatas dapat dikatakan bahwa kasus tersebut telah melanggar
hak asasi manusia dimana dalam kasus tersebut terjadi penyiksaan dan tindakan
asusila yang dilakukan oleh mertua korban. Dalam ini juga terjadi karena
pernikahan dibawah umur dimana seorang anak laki-laki yang baru berusia 16
tahun sudah memiliki seorang istri. Kalau dilihat dari usianya yang bisa dibilang
masih remaja, diusia seperti itu seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk
menimba ilmu agar bisa meraih masa depan yang cerah. Solusi untuk
meminimalkan tindak kekerasan dan pelecehan pada anak adalah
1. Membiasakan untuk berdiskusi serta berbagi dengan orang lain dan
memberi ruang serta kesempatan pada anak untuk bebas bercerita
pengalamannya.
2. Sebagai orang tua perlu memperluas wawasan dan pengetahuan agar peka
terhadap kondisi anak dan perubahannya serta memulai upaya
perlindungan anak dari diri sendiri, dirumah kita sendiri, keluarga kita,
lingkungan kita pada saat sekarang dan detik ini juga. (Dr. Hidayat, Dpl
Sed,MSi)

Berbeda dengan para ahli psikoanalisis yang menekankan pada proses


mental (seperti merasa bersalah/cemas), para ahli social-learning mempercayai
bahwa perempuan mempelajari bagaimana menjadi “feminin” dan laki-laki
belajar menjadi “maskulin” dalam dua cara utama yaitu:
1. Mereka menerima penghargaan atau hukman bagi perilaku peran gender
yang khusus; dan
2. Mereka memperhatikan dan meniru tingkah laku yang lain. (Bandura,
1989; Tavris, 1992)

Para ahli social-learning setuju dengan ide psikoanalisis bahwa anak-anak


meniru seks orang tua sejenis, tetapi bukan karena seorang anak merasa bersalah
atau sangat cemas sehingga mengharuskan tertarik pada seks orang tua yang
berlainan jenis. Malahan, penghargaan dan hukuman mengendalikan perilaku.
Kritik model social-learning menganjurkan bahwa perkembangan gender tidak
diperoleh secara pasif seperti yang ada pada teori.
Menurut teori tersebut, anak-anak secara aktif mengamati,
menginterpretasikan, dan mempertimbangkan dunia sekitar mereka. Melalui
proses ini, mereka berkembang dan mengadaptasikan kekhasan mereka sendiri
pada gender. Jadi semakin jelaslah bahwa ketertarikan para pemerkosa terhadap
lawan jenisnya diperoleh melalui interaksi aktif dengan lingkungannya, tetapi
mereka tidak mampu menginterpretasikan dan mengadaptasikan dengan dunia
sekitar mereka sehingga terjadilah penyimpangan perilaku pemerkosaan tersebut.
(Dr. Hidayat, Dpl Sed, MSi)
Jadi, perlu adanya pemahaman lebih lanjut bagi remaja dan orang dewasa
tentang pelanggaran tindakan asusila agar mereka tidak menjadi pelaku dari
pelanggaran tindakan asusila tersebut. Orang tua dan guru diharapkan berperan
penting dalam mendidik anak-anak mulai dari usia dini dan selanjutnya agar tidak
terpengaruh dalam pergaulan bebas dan penggunaan teknologi yang berdampak
buruk terhadap anak-anak, remajaa dan orang dewasa.
Manfaat si Manis Manggis

“kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya”.
Ungkapan tersebut sudah pasti tidak asing lagi di telinga kita. Banyak dari Anda
yang menganggap bahwa buah manggis hanya dapat dimanfaatkan bagian
dagingnya saja karena rasanya yang manis, dan berpendapat bahwa kulit manggis
yang memiliki rasa pahit hanya bermanfaat sebagai pelengkap dari buah itu
sendiri.
Dewasa ini kita seperti sedang dikepung oleh banyak radikal bebas,
semakin pesatnya perkembangan zaman pun memperburuk efek yang
ditimbulkannya. Meskipun pada kenyataannya radikal bebas tidak hanya
disebabkan oleh lingkungan, tetapi disebabkan produk samping dari pembentukan
energi dan proses metabolisme. Tubuh sebenarnya mampu menetralisir radikal
bebas yaitu dengan antioksidan. Namun, seringkali radikal bebas yang ada dalam
tubuh besar pasak daripada tiang. Radikal bebas terlalu banyak sedangkan jumlah
pasukan antioksidan terbatas. Dari keterbatasannya inilah kita membutuhkan
asupan antioksidan yang dapat diperoleh dari mengkonsumsi makanan yang
mengandung antioksidan tinggi.
Manggis, buah yang satu ini memang terkenal sekali akan manfaat dan
khasiatnya. Manggis merupakan buah yanng memiliki banyak manfaat
dibandingkan dengan buah-buahan yang lain karena mengandung antioksidan
tinggi yang dapat menangkal berbagai penyakit. Manggis banyak tumbuh di
Negara-negara tropis, khususnya Indonesia. Kandungan antioksidan di dalam
buah manggis sebesar 17000-20000 orac per 100 ounce, orac merupakan
singkatan dari oxygen radical absorbance capacity, yakni kemampuan
antioksidan untuk menetralisir kandungan radikal bebas yang terdapat di dalam
tubuh, selain kandungan antioksidan buah manggis mengandung cardioprotective,
anti bakteri, dan antikanker.
Buah manggis memiliki rasa yang manis, legit, dan ada juga yang masam.
Sebaliknya, kulit manggis memiliki rasa yang sangat pahit. Hal inilah yang
menyebabkan banyak orang menganggap bahwa kulit manggis tidak bermanfaat.
Saat ini ramai di bicarakan mengenai manfaat kulit manggis, berdasarkan
penelitian yang banyak di lakukan, kulit manggis menyimpan banyak sekali
manfaat salah satunya sebagai penangkal radikal bebas. Di dalam kulit manggis
mengandung vitamin A, B1, B2, dan C serta kalsium, potassium, zat besi, dan
senyawa xanthonen. Senyawa xanthonen ini paling banyak terdapat di kulit
manggis yaitu sebesar 40%. Xanthonen adalah antioksidan kuat pada kulit
manggis mampu menghambat penyumbatan darah akibat radikal bebas, serta
meningkatkan fungsi kerja hati yang dapat menangkal berbagai racun yang akan
masuk kedalam tubuh.
Kulit manggis bukan hanya berfungsi sebagai penangkal radikal bebas,
tetapi kulit manggis dapat meningkatkan fungsi kerja jantung karena mengandung
zat cardioprotective. Sehingga menurunkan risiko terserang penyakit
atherosclerosis, yakni penyumbatan darah di pembuluh vena. Zat antibakteri yang
terkandung dalam kulit manggis sangat berperan aktif dalam pencegahan dan
penghambat organisme bakteri, seperti Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
yang juga dapat diobati oleh kulit manggis, antara lain asma, jerawat, disentri,
diare, bronchitis, pneumonia, dan bisul.
Berbagai macam cara pengolahan buah manggis dapat kita lakukan,
ambillah kulit manggis yang telah Anda keringkan terlebih dahulu, rebus didalam
air mendidih dan saring air rebusan, kemudian minumlah rebusan kulit manggis
itu secara rutin. Apabila kita merasa tidak ada waktu untuk membuat rebusan kulit
manggis, dengan semakin canggihnya teknologi yang ada, kini telah hadir kulit
manggis yang telah di ekstrak dan di sajikan dalam bentuk kapsul langsung
minum yang dapat dibeli di apotek-apotek.
Segala sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan tentunya tidak akan
memberikan dampak positif, sama halnya apabila mengkonsumsi kulit manggis
secara berlebihan dapat menimbulkan berbagai dampak berbahaya. Yakni proses
penggumpalan darah yang terhambat, hal tersebut dapat menyebabkan pendarahan
ringan bahkan kematian. Meskipun dampak penggunaan secara berlebihan dapat
membahayakan bahkan menyebabkan kematian, tetap saja tak meragukan khasiat
dari buah manggis. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa buah manggis
hanya sedekar buah yang dapat dimanfaatkan dengan memakan daging buahnya
saja, kemudian membuang kulitnya pun terpecahkan dengan teknologi yang
semakin menunjang, khususnya dibidang kesehatan dengan menciptakan berbagai
inovasi dan kemudian untuk kita yang tentu saja dimanfaatkan sebagai perisai
tubuh dari serangan berbagai penyakit.

Anda mungkin juga menyukai