Ias 1
Ias 1
Disusun Oleh:
PERBANAS INSTITUTE
JAKARTA
2019
A. PENDAHULUAN
Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) mengadopsi International
Accounting Standard 1 (IAS 1) yang menjabarkan pedoman dalam Penyajian
Laporan Keuangan, menetapkan seluruh persyaratan yang berguna untuk
menyajikan laporan keuangan untuk kebutuhan umum dan menguraikan pedoman
untuk strukturnya serta mendasari persyaratan minimum atas isi dan
pengungkapannya dalam penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).
IAS 1 awalnya dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional
(IASC) pada tahun 1997 yang menggantikan tiga standar pengungkapan dan
penyajian persyaratan dan merupakan standar akuntansi komprehensif pertama
untuk menangani penyajian standar keuangan. Pada tahun 2001 IAS 1 diadopsi
oleh IASB, standar terakhir diubah pada bulan Juni 2011, perubahan tersebut
efektif mulai tanggal 1 Juli 2012. Di Indonesia pengaturan mengenai penyajian
laporan keuangan di atur dalam PSAK 1 yang mengadopsi dari IAS 1.
Tujuan laporan keuangan berdasarkan IAS 1 adalah sebagai penyediaan
informasi yang berguna tentang posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas
dari suatu entitas, dan mengkategorikan informasi yang diberikan menjadi aset,
kewajiban, pendapatan dan pengeluaran, kontribusi oleh dan distribusi kepada
pemilik, dan arus kas.
Dalam IAS 1 menguraikan tentang penyajian laporan keuangan, yaitu :
1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK;
2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha;
3. Disusun dengan menggunakan dasar akrual;
4. Materialitas dan Penggabungan;
5. Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas
6. Disajikan minimal secara tahunan
7. Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya
8. Disajikan secara secara konsisten pada setiap periode
B. TUJUAN
D. KETENTUAN UMUM
1. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan
penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai
dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban
yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan,
dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat menyebutkan bahwa
laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut
telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK.
Dalam hampir seluruh keadaan, entitas mencapai penyajian laporan
keuangan secara wajar dengan memenuhi SAK terkait. Penyajian secara wajar
juga mensyaratkan entitas untuk:
a. memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan IAS 8:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. IAS
8 mengatur hirarki panduan otoritatif yang dipertimbangkan oleh
manajemen dalam hal tidak terdapat pernyataan yang secara spesifik
mengatur suatu pos tertentu.
b. menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan mudah dipahami.
c. memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan persyaratan
spesifik dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk
memahami dampak dari transaksi, peristiwa lain dan kondisi tertentu
terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.
a. alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek;
dan
b. fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
dibandingkan secara keseluruhan.
Umumnya, entitas secara konsisten menyiapkan laporan keuangan untuk
periode satu tahun. Akan tetapi, untuk alasan praktis, beberapa entitas lebih
memilih untuk melaporkan, sebagai contoh, untuk periode 52 minggu.
Pernyataan ini tidak menghalangi praktik tersebut.
Sebagai contoh, akuisisi atau pelepasan yang signifikan, atau kajian ulang
atas penyajian laporan keuangan, mungkin akan menghasilkan kesimpulan
bahwa laporan keuangan perlu disajikan secara berbeda. Namun demikian,
perubahan penyajian dapat dilakukan jika perubahan tersebut memberikan
informasi yang andal dan lebih relevan bagi pengguna dan struktur yang baru
memiliki kecenderungan akan digunakan seterusnya, sehingga keterbandingan
tidak terganggu.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif harus disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-
pos dalam laporan keuangannya.
Standar menetapkan, sebagai suatu yang minimum, pos-pos lini berikut harus
disajikan didalam suatu laporan laba-rugi komprehensif.
Pendapatan, biaya keuangan, bagian dari laba atau rugi dari perusahaan
penghentian operasi.
berdasarkan sifatnya.
ekuitas, dan
Laba atau rugi periode pelaporan sama halnya dengan total laba-rugi
Karena IAS 1 menguraikan pengungkapan minimum pos lini, maka suatu entitas
diijinkan menyajikan tambahan pos lini, dan subtotal di dalam laporan laba-rugi
komprehensif dan laporan laba rugi terpisah (jika entitas boleh memilih untuk
penyajian semacam ini adlaah relevan dengan suatu pemahaman mengenai kinerja
keuangan entitas.
Suatu entitas harus mengakui semua pos pendapatan dan beban dalam suatu
periode yang memperoleh laba atau rugi, kecuali Standar Pelaporan Keuangan
menyajikan suatu entitas analisis beban yang diakui dalam laba atau rugi, dengan
menggunakan suatu klasifikasi atas dasar sifat atau fungsinya didalam entitas,
Sebuah contoh mengenai suatu klasifikas yang menggunakan metode sifat beban
Sebuah contoh mengenai suatu klasifikas yang menggunakan metode fungsi
beban