Anda di halaman 1dari 90

PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DI BERIKAN

KONSELING MPASI PADA BAYI UMUR 0-12 BULAN DI DESA CANDIREJO


KECAMATAN UNGGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Kebidanan

Oleh :
AMBAR DEWI WAHYUNI
030217188

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018

1
PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DI BERIKAN
KONSELING MPASI PADA BAYI UMUR 0-12 BULAN DI DESA CANDIREJO
KECAMATAN UNGGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)

Diajukan Sebagai SalSSah SSSDSSSCCJSDJFSSKDKOVatu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidan

Oleh :
AMBAR DEWI WAHYUNI
030217188

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018

2
HALAMAN PERSETUJUAN

skripsi berjudul :

PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DI BERIKAN


KONSELING MPASI PADA BAYI UMUR 0-12 BULAN DI DESA CANDIREJO
KECAMATAN UNGGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018

Oleh :
AMBAR DEWI WAHYUNI
030217A188

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah


diperkenankan untuk diujikan.

Ungaran, Agustus 2018

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ida Sofiyanti S.Si.T., M.Keb Sundari, S.SiT.,MPH


NIDN. 0602018501 NIDN. 0630038501

3
PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ambar Dewi Wahyuni

NIM : 030217A188

Mahasiswi : Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Ngudi Waluyo.

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang berjudul “ Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah di

berikan konseling MP ASI pada bayi usia 0-12 bulan di desa candirejo”

adalah hasil karya ilmiah asli dan belum pernah di sajikan untuk mendapatkan

gelar akademik apapun di perguruan tinggi manapun.

2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil ilmiah murni saya yang dibimbing oleh tim

pembimbing dan narasumber

3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah di publikasi

keculai secara tertulis di cantumkan dalam naskah sebagai acuan dengan

menyebutkan nama pengarang dan judul aslinya serta di cantumkan dalam daftar

pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini , saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh dan

sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di universitas Ngudi Waluyo.

Ungaran, mei 2019

Ambar dewi wahyuni

4
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ambar Dewi Wahyuni

NIM : 030217A188

Mahasiswi : Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Ngudi Waluyo.

Menyatakan memberikan kewenangan kepada universitas Ngudi Waluyo untuk

menyimpan , mengalih media,merawat dan mempublikasi skripsi saya dengan judul

“Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah di berikan konseling MP ASI pada

bayi usia 0-12 bulan di desa candirejo” untuk kepentingan akademis.

Ungaran, mei 2019

Yang membuat pernyataan

Ambar dewi wahyuni

5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ambar Dewi Wahyui

Nim : 030217A188

Tempat tanggal lahir : Palembang,15 januari 1996

Alamat : Desa Q1 Tambah Asri

Nomor Handphone : 081329342724

Email : Wahyuni.ambar15@gmail.com

Institusi : Universitas Ngudi Waluyo

Program studi : DIV Kebidanan Reguler Transfer

Biografi :

1. 2002-2008 SDN Q1 Tambah Asri, Kec Tugumulyo.

Kab Musirawas

2. 2008 – 2011 SMPN L.Sidoharjo, Kec Tugumulyo.

Kab Musirawas

3. 2011 – 2014 SMA Al-ikhlas. Kec Tugumulyo. Kab

Musirawas

4. 2014 – 2017 Diploma III Kebidanan Ummi

Khasanah Yogyakarta

Saat ini telah tercatat sebagai mahasiswi Universitas

Ngudi Waluyo Ungaran.

6
ABSTRACT

Ngudi Waluyo University

Midwifery DIV Study Program

Thesis, July 2019

Ambar Dewi Wahyuni

030217A188

THE DIFFERENCE OF KNOWLEDGE BEFORE AND AFTER THE

GIVING CONSELVATION IN AGE 0-12 MONTHS IN CANDIREJO

VILLAGE, UNGGARAN BARAT, WEST SEMARANG DISTRICT, 2018

xv + 75 pages + 2 images + 14 tables + 12 attachments

ABSTRACT

Background: Eating is one of the basic needs for humans. Foods play an

important role in the growth, health and endurance of toddlers, especially as

material that contains special substances to ward off various types of

diseases. In general, toddlers who do not get adequate amounts of nutritious

food are very susceptible to disease. Giving enough MP-ASI, both the quality

7
and quantity can provide a guarantee of the child's physical growth and

intelligence. Proper feeding is to give intervention to the mother. Nutrition

interventions are part of an integrated program of early childhood

development using counselling

Objective: To determine differences in knowledge before and after

counseling about MP ASI in infants aged 0-12 months in Candirejo Ungaran

Barat Semarang Regency in 2018.

Research method: This study used pre-experimental designs using the one

group pretest posttest design approach. The sampling technique in this study

used the Purposive sampling method with a sample of 33 respondents. This

research was conducted in Candirejo Village, Ungaran Barat District,

Semarang Regency, in 2018 in July 2018. This study used the Wilcoxon

statistical test.

Results: Obtained p-value of 0,000 (<0.05) with the conclusion that there

were differences in knowledge before and after counseling about MP ASI in

infants aged 0-12 months in Candirejo Ungaran Barat Semarang Regency in

2018.

Suggestion: Need for an integrated and multisectoral program to increase

family income, maternal education, knowledge of maternal nutrition, and

exclusive breastfeeding to cope with the incidence of stunting in infants.

Keywords: Growth, Counseling, Knowledge

Literature: 30 (2008 - 2018)

8
ABSTRAK

Universitas Ngudi Waluyo


Program Studi DIV Kebidanan
Skripsi, Juli 2019
Ambar Dewi Wahyuni
030217A188

PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DI BERIKAN


KONSELING MPASI PADA BAYI UMUR 0-12 BULAN DI DESA CANDIREJO
KECAMATAN UNGGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018
xv + 75 halaman + 2 gambar + 14 tabel + 12 lampiran

ABSTRAK

Latar belakang : Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi


manusia.Makanan berperan penting terhadap pertumbuhan, kesehatan dan daya
tahan tubuh balita, khususnya sebagai materi yang mengandung zat-zat khusus
untuk menangkal berbagai jenis penyakit. Pada umumnya balita yang tidak
memperoleh makanan bergizi dalam jumlah yang memadai sangat rentan terhadap
penyakit. Pemberian MP-ASI yang cukup, baik kualitas dan kuantitasnya dapat
memberikan jaminan terhadap pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak
selanjutnya. Pemberian makan yang kurang tepat adalah dengan memberikan
intervensi terhadap ibu. Intervensi gizi merupakan bagian dari program terpadu
pengembangan anak usia dini dengan menggunakan konseling
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan konseling tentang MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan di Candirejo
Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun 2018.
Metode penelitian : Pada penelitian ini digunakan pre experimental designs
dengan menggunakan pendekatan one group pretest posttest design. Teknik
sampling pada penelitian ini menggunakan metode Purposive sampling dengan
sampel berjumlah 33 responden. Penelitian ini dilakukan di Desa Candirejo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun 2018 pada bulan juli
2018. Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon.
Hasil penelitian : Didapatkan p-value sebesar 0,000 (<0,05) dengan kesimpulan
ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan konseling tentang MP

9
ASI pada bayi umur 0-12 bulan di Candirejo Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tahun 2018.
Saran : Perlu adanya program yang terintegrasi dan multisektoral untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu,dan
pemberian ASI eksklusif untuk menanggulangi kejadian stunting pada balita.

Kata kunci : Pertumbuhan, Konseling, Pengetahuan


Kepustakaan : 30 (2008 – 2018)

10
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitan yang

berjudul “Efektivitas Konseling Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang

MOP Pada Pria di Desa Kalongan Tahun 2018”. Proposal penelitian ini diajukan

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan pada Program Studi D IV Kebidanan

Universitas Ngudi Waluyo.

Adapun selesainya proposal penelitian ini tidak lepas atas bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Subyantoro, M. Hum. Selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo.

2. Heny Setyowati, S.SiT., M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Ngudi Waluyo.

3. Heni Hirawati Pranoto, S.SiT., M.Kes. Selaku Ketua Program Studi DIV

Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo.

4. Ida Sofiyanti S.SiT., M.Keb. Selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan serta saran dalam penyusunan proposal penelitan ini.

5. Sundari, S.SiT., MPH. Selaku pembimbing II yang juga memberikan

bimbingan, pengarahan serta saran dalam penyusunan proposal penelitian ini.

6. Seluruh staf karyawan Universitas Ngudi Waluyo.

11
7. Ibu dan Ayah ku tercinta serta adik-adikku tersayang dan seuruh keluargaku

yang selalu ada dalam iringan langkah dan batinku, yang selalu mendukung

setiap langkah dalam hidupku, baik material maupun spiritual.

8. febriansyah yang dari dulu selalu menemaniku di pahit manisnya dunia

kesehatan.

9. Teman – teman satu angkatan seperjuangan DIV Kebidanan Universitas

Ngudi Waluyo.

Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan penyusunan proposal

penelitian ini yang masih banyak terdapat kekeliruan. Maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian.

Ungaran, Agustus 2018

Penulis

12
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 9

A. Konseling .................................................................................. 9

1. Pengetahuan ...................................................................... 9

2. Macam-macam konseling ................................................. 10

3. Proses konseling ................................................................ 11

4. Tujuan konseling ............................................................... 12

5. Fungsi konseling................................................................ 14

6. Hasil konseling .................................................................. 15

13
B. Pengetahuan ............................................................................... 16

1. Pengetian ........................................................................... 16

2. Tingkat pengetahuan ......................................................... 16

3. Kriteria tingkat pengetahuan ............................................. 17

C. MP-ASI...................................................................................... 18

1. Pengertian MP-ASI ........................................................... 18

2. Manfaat Pemberian MP-ASI ............................................. 19

3. Tujuan Pemberian ASI ...................................................... 20

4. Kekentalan dan jenis MP-ASI ........................................... 20

5. Jenis MP-ASI .................................................................... 21

6. Awal Memulai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ..... 21

7. Pemberian MP-ASI menurut umur.................................... 22

8. Frekuensi Pemberian MP-ASI........................................... 26

9. Cara pemberian MP-ASI ................................................... 31

10. Menu Seimbang MP-ASI ................................................. 32

D. Kerangka Teori .......................................................................... 34

E. Kerangka Konsep ...................................................................... 35

F. Hipotesis .................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 36

A. Desain Penelitian ....................................................................... 36

B. Populasi dan Sampel.................................................................. 37

C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 38

D. Definisi Operasional ................................................................. 39

14
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 39

F. Cara Pengumpulan Data ............................................................ 39

G. Etika Penelitian .......................................................................... 41

H. Pengolahan Data ........................................................................ 43

I. Analisis Data ............................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

15
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 34

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 35

Bagan 3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 36

16
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 39

17
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan studi pendahuluan dan mencari data ke Kantor

Kesatuan Bangsa Dan Politik Kabupaten Semarang

Lampiran 2 Surat rekomendasi studi pendahuluan dan mencari data ke Kantor

Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang

Lampiran 3 Surat rekomendasi studi pendahuluan dan pengambilan data ke

Puskesmas Ungaran

Lampiran 4 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 5 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 6 Lembar kuesioner

Lampiran 7 Jadwal penelitian

Lampiran 8 Lembar konsultasi

18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia.Makanan

berperan penting terhadap pertumbuhan, kesehatan dan daya tahan tubuh

balita, khususnya sebagai materi yang mengandung zat-zat khusus untuk

menangkal berbagai jenis penyakit.Pada umumnya balita yang

tidakmemperoleh makanan bergizi dalam jumlah yang memadai sangat rentan

terhadap penyakit.Untuk membentuk kondisi anak sehat, ada 2 faktor penting

yang harus diperhatikan, yaitu makanan bergizi dan sanitasi kebersihan

(Krisnatuti & Yenrina, 2009).Demi meningkatkan kesehatan bayi dan

menurunkan angka kematian bayi, bidan menjalankan perannya sebagai

promotor kesehatan, pemberi perawatan maupun sebagai pengajar. Sehingga

masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan bayi terutama dalam hal

pemberian makanan.

Pada usia 0-6 bulan, bayi diberikan ASI secara eksklusif untuk

memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah bayi berumur 6 bulan, kebutuhan zat

gizi bayi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja, oleh sebab itu diperlukan

makanan pendamping ASI (MP-ASI), untuk mencukupi kebutuhan bayi akan

zat gizi tersebut agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berlangsung

dengan optimal. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

anak dan dewasa keluarga.Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus

19
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya sesuai dengan

kemampuan pencernaan bayi (Maria, 2010).

Pemberian MP-ASI yang cukup, baik kualitas dan kuantitasnya dapat

memberikan jaminan terhadap pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak

selanjutnya. Terdapat beberapa syarat universal yang harus dipenuhi MP- ASI

antara lain adalah mempunyai komposisi sesuai kebutuhan, baik zat gizi

makro (energi, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan

mineral). Kandungan protein 1 ,8-4,0 gram per 100 kalori dan lemak 3,3-6,0

gram per 100 kalori. MP-ASI harus mempunyai kepadatan zat gizi yang

tinggi, yaitu volume kecil tetapi jumlah zat gizi optimal, mutu biologis zat gizi

tinggi, mudah dicerna dan diabsorbsi,mempunyai mutu organoleptik baik

sesuai dengan perkembangan sensorik anak,aman atau higienis dan mudah

disiapkan (Karmini & Rozanna, 2009). Pola pemberian MP-ASI harus

disesuaikan dengan volume perut bayi.Jenis makanan dan frekuensi

pemberiannya, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan

fungsi dan perkembangan alat pencernaan bayi (Dian Safitri, 2010).

Pemberian MP-ASI yang salah dapat mengakibatkan bayi menderita

gizi salah, diare dan bahkan ferforasi usus dan kematian bayi. Hasil penelitian

menunjukan bahwa masih banyak ibu menyusui yang belum secara tepat

memberikan MP-ASI kepada bayinya Ditemukan 16,9 % bayi sudah diberi

MPASI pada umur kurang dari 1 bulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Pudjiaji (2012) bahwa ibu-ibu dipedasaan mempunyai kebiasaan memberi

MP-ASI pada bulan pertama. Penelitian Elfrida (2012) mengungkapkan

20
bahwa 64,9 % anak baduta sudah mendapat MP-ASI sejak dini, yaitu pada

umur 1 -3 bulan Kondisi ini berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu

tentang pemberian MP-ASI yang benar dan daya beli orang tua yang rendah.

United Nations Children’s Fund pada tahun 2014 mengemukakan hasil

kajian diamana lebih dari 162 juta anak balita di dunia mengalami keadaan

status gizi stunting. Keadaan Stunting yang terjadi memiliki efek jangka

panjang yang berdampak buruk terhadap kehidupan anak, keluarga, dan

pemerintah dimasa yang akan datang. Stunting bahkan bisa berisiko tinggi

terhadap kematian. Kejadian Stunting di Indonesia berdasarkan data Riskesdas

pada tahun 2010 adalah sebesar 35,6% dan mengalami peningkatan pada

tahun 2013, dimana angka Stunting sebesar 37,2%. Hasil Pemantauan Status

Gizi pada tahun 2015, kejadian stunting nasional dilihat berdasarkan usia,

dimana pada usia 0-23 bulan yang mengalami stunting sebanyak 23,1% dan

35% pada usia 24-59 bulan. Angka kejadian stunting di Provinsi Sumatera

Barat pada usia 0-23 bulan sebanyak 18,5% dan pada usia 24-59 bulan.

Menteri pemberdayaan perempuan juga mengatakan sekitar 6,7 juta

balita 27,3% dari balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Kekurangan

gizi tersebut adalah diakibatkan oleh praktik pemberian makanan pendamping

ASI yang tidak tepat.Menurut data stastitik RI.

Riskesda Jawa Tengah pada tahun 2013 prevelensi status gizi balita

menurut berat badan dan umur anak di Provinsi Jawa Tengah adalah: gizi

buruk (4,1%), gizi kurang (13,5%), gizi lebih (3,5%) yang dijelaskan juga

dalam Tribunnews (2014) untuk kota Semarang bahwa masih ditemukan

21
kasus gizi buruk pada tahun 2013 yaitu sebanyak 32 kasus anak balita,

sedangkan jumlah anak yang kekurangan gizi sepanjang tahun 2012 adalah

1091 kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 2013 kasus,

angka kejadian gizi kurang tertinggi terjadi di wilayah kerja

PuskesdesCandirejodimana balita yang mengalami gizi kurang sebanyak

25,9% dan angka ini lebih tinggi dari rata-rata prevalensi stunting nasional.

Menurut kajian UNICEF Indonesia terdapat berbagai hambatan yang

menyebabkan tingginya angka kejadian stunting di Indonesia.Beberapa faktor

yang menjadi penyebab tingginya kejadian stunting diantaranya adalah

pengetahuan yang kurang dan praktek-praktek terkait gizi yang tidak

memadai.

Pemberian makan yang kurang tepat adalahdengan memberikan

intervensi terhadap Ibu.Intervensi gizi merupakan bagian dari programterpadu

pengembangan anak usia dini (UNICEFIndonesia, 2012). Konseling tentang

pertumbuhandan pemberian makan pada bayi merupakan salahsatu bentuk

intervensi yang dapat mengurangipraktikdansikap gizi yang tidak tepat akibat

rendahnyapengetahuan tentang gizi yang dimiliki Ibu.Konseling merupakan

pendekatan komunikasiinterpersonal yang sering digunakan dalampeningkatan

pengetahuan dan perubahan sikapkesehatan (Nurhayati,2007).

Konseling tersebut biasa dilakukan di mejaempat posyandu dan pojok

gizi di Puskesmas.Peningkatan pengetahuan dan sikap tentanggizi secara

signifikan terjadi pada kelompok ibuyang mendapatkan konseling

(Hestuningtyas,2013). Penelitian lain oleh Nikmawati, dkk.

22
(2010)menyebutkan bahwa rata-rata pengetahuan gizi pada Ibu yang

mendapatkan konseling lebih besardaripada Ibu pada kelompok kontrol.

Intervensiberisi stimulus akan merubah perilaku seseorang.Terbentuknya

perilaku kesehatan tersebut dimulaidari tahap kognitif, yaitu seseorang tahu

terhadapstimulus yang diberikan berupa materi danmenimbulkan pengetahuan

baru. Proses selanjutnyaadalah terjadi respon dalam batin dalam bentuksikap.

Pada akhirnya, stimulus tersebut akandisadari sepenuhnya dan menimbulkan

responyang lebih jauh dan ditunjukkan dalam bentuktindakan atausikap.

Studi pendahuluan dilakukan di DesaCandirejoPada bulan Maret 2018

dengan jumlah sampel 34 bayi usia 0-9 bulan yang berkunjung ke posyandu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibutentang pemberian makanan pada

bayi, didapatkan sebanyak 6 ibu memberikan MP-ASI yang tidak tepat pada

bayinya.

Karenaibumengatakanbahwamerekasudahmemberikanmakananpendamping

ASI padausiabayikurangdari 6 bulan, merekamemberikanbuburinstan yang

merekabeliditokodantinggaldiseduhsaja.

Kemudiantidakadapendampingmakananlainsepertibuahdan sayur. Kemudian 3

ibu memberikanmakananpadausia 6 bulan,

tetapiuntukkelengkapangizinyakurangsepertitambahanbuahdansayurdenganpe

mberian yang teratur, dan 1

ibumengatakanbahwadiamemberikanmakananpendampingpadausia 9 bulan,

karenamerekamengatakanbahwabayinyasusahmakanan. Pemberian MP-ASI

yang tidak tepat adalah apabila makanan yang diberikan tersebut tidak sesuai

23
antara jenis, bentuk, jumlah dan frekuensi pemberian dengan usia bayi.

Selama ini di di desa Candirejoupaya yang dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang pentingnya MP-ASI adalah dengan melakukan

penyuluhan dengan cara ceramah saja di posyandu.

Perilaku ibu yang baik sangat dibutuhkan selama proses pengenalan

makanan untuk bayi. Ibu diharapkan mau dan teliti untuk memperhatikan

bagaimana cara memperkenalkan makanan yang baik untuk bayi, makanan

yang cocok untuk bayi, kapan waktu pemberianya dan jadwal pemberiannya.

Agar ibu dapat memberikan dengan baik maka perlu diadakan penyuluhan

tentang pengenalan makanan tambahan pada bayi.

Berdasarkan data dan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan

pengetahuanibusebelumdansesudahdiberikankonselingtentangpemberian

MPASI pada bayi usia0-12 bulan di desaCandirejo

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakahperbedaanibusebelumdansesudahdiberikankonselingtent

angpemberian MPASI pada bayi usia0-12 bulan bulan di DesaCandirejo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui

perbedaanibusebelumdansesudahdiberikankonselingtentangpemberian

MPASI pada bayi usia0-12 bulan di desa Candirejo

2. Tujuan Khusus

24
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang MP-ASI sesudah diberikan

konseling desa Candirejo

b. Untuk mengetahui pengetahuanibu tentangMP-ASI sesudahdiberikan

konselingdi desaCandirejo

c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentangMP-ASIsebelumdan

sesudah diberikan konselingdi desaCandirejo

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan bagi peneliti dan berharap penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi puskesmas maupun instansi

lain dalam menentukan arah kebijakan gizi masyarakat khususnya dalam

pencegahan gizi kurang.

3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat khusunya ibu-ibu tentang pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan tepat sesuai usia bayi

dengan pemanfaatan pangan lokal serta sebagai upaya tindak lanjut dalam

pencegahan kejadian gizi kurang.

25
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konseling

1. Pengertian

Konseling berasal dari bahasa latin, yaitu consilium yang berarti

dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami.

Sementara dalam bahasa anglo-saxon, istilah konseling berasal dari sellan

yang berarti menyerahkan atau menyampaikan (prayitno dan amti, 2004,

hal. 99). Kata konseling mencakup bekerja dengan banyak orang dan

hubungannya mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan

terhadap krisis pribadi, psikoterapi, atau pemecahan masalah (british

association ofcounselling, 2001 dalam pieter, 2012, hal. 237).

Pieter (2012, hal. 237) menyimpulkan dari beberapa pendapat

pakar bahwa konseling dalam kebidanan merupakan proses pemberian

informasi yang lebih objektif dan lengkap yang dilakukan secara

sistematik berdasarkan panduan keterampilan komunikasi interpersonal,

teknik bimbingan, penguasaan pengetahuan klinik, yang bertujuan

membantu klien mengenali kondisinya, masalah yang dihadapi klien dan

membantunya untuk menentukan solusi dan jalan keluar dalam upaya

mengatasi masalah-masalahnya.

26
2. Macam-macam konseling

a. Layanan konseling perorangan

Menurut prayitno dan amti (2004, hal.288) pada bagian ini

konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam

hubunganlangsung tatap muka antara konselor dan klien.Dalam

hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya

sedapatdapatnya dengan kekuatan klien sendiri.

b. Layanan konseling kelompok

Prayitno dan amti (2004, hal.311) mengutarakan layanan

konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling

perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana

kelompok.Keunggulan konseling kelompok ialah dinamika interaksi

sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana

kelompok yang justru tidak dapat dijumpai dalam konseling

perorangan.

Prayitno dan amti (2004, hal.314) menambahkan ciri-ciri

konseling kelompok, yaitu:

1) Jumlah anggota: terbatas 5-10 orang.

2) Kondisi dan karakteristik anggota: hendaknya homogen; dapat pula

heterogen terbatas.

3) Tujuan yang ingin dicapai:

a) Pemecahan masalah

27
b) Pengembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.

4) Pemimpin kelompok: konselor.

5) Peranan anggota:

a) Berpartisipasi dalam dinamika interaksi social

b) Menyumbang pengentasan masalah

c) Menyerap bahan untuk pemecahan masalah.

6) Suasana interaksi:

a) Interaksi multiarah

b) Mendalam dengan melibatkan aspek emosional

7) Sifat isi pembicaraan: rahasia.

8) Frekuensi kegiatan: kegiatan berkembang sesuai dengan tingakat

kemajuan pemecahan masalah. Evaluasi dilakukan sesuai dengan

tingkat kemajuan pemecahan masalah.

3. Proses konseling

Egan (1994) dalam mcleod (2008, hal.366) mengutarakan proses

konseling melalui pendekatan “manajemen problem” yang disusun dalam

tiga tahap utama: membantu klien mengenali dan menjernihkan situasi

masalah; mengembangkan program untuk perubahan yang konstruktif;

mengimplementasikan target.

28
Winkel dan hastuti (2006, hal. 607-613) menambahkan terdapat

lima fase proses konseling dalam kelompok yang meliputi:

a. Pembukaan, dimana diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan

antarpribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan

pembicaraan terbuka dan terarah pada penyelesaian masalah.

b. Penjelasan masalah, dimana masing-masing konseli mengutarakan

masalah yang dihadapi berkaitan dengan masalah diskusi, sambil

mengungkapkan fikiran dan perasaaannya secara bebas.

c. Penggalian latar belakang masalah, dimana karena para konseli pada

fase dua biasanya belum menyajikan gambaran lengkap mengenai

kedudukan masalah dalam keseluruhan situasi hidup masing-masing,

diperlukan penjelasan lebih mendetail dan mendalam.

d. Penyelesaian masalah, diakukan berdasarkan apa yang telah digali

dalam fase analisis kasus, konselor dan para konseli membahas

bagaimana persoalan dapat diatasi.

e. Penutup, bilamana kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang

telah diputuskan bersama. Proses konseling dapat diakhiri dan

kelompok dapat dibubarkan pada pertemuan terakhir.

29
4. Tujuan konseling

Menurut mcleod (2008, hal.13-14) tujuan dari kegiatan konseling, yaitu:

a. Pemahaman

Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan

emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih

memilih kontrol rasional ketimbang perasaan dan tindakan.

b. Berhubungan dengan orang lain

Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan

yang bermakna dan memuaskan orang lain.

c. Kesadaran diri

Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini

ditahan atau di tolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat

berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.

d. Penerimaan diri

Pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri yang ditandai oleh

kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek

kritik diri dan penolakan.

e. Aktualisasi diri atau individu

Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi

bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.

f. Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spritual

yang tinggi.

30
g. Pemecahan masalah

Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan

oleh klien seorang diri.Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan

masalah.

h. Pendidikan psikologi

Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami

dan mengontrol tingkah laku.

i. Memiliki ketrampilan social

Mempelajari dan menguasai ketrampilan sosial dan interpersonal

seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan,

asertif, atau pengendalian kemarahan.

j. Perubahan kognitif

Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola

pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan

tingkah laku penghancuran diri.

k. Perubahan tingkah laku

Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang maladaptif atau

merusak.

l. Perubahan system

Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial .

m. Penguatan

Berkenaan dengan ketrampilan, kesadaran, dan pengetahuanan yang

akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.

31
n. Restitusi

Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap prilaku yang

merusak.

o. Reproduksi dan aksi social

Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk

perduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan

mengkontribusikan kebaikan bersama (collective good) melalui

kesepakan politik dan kerja komunitas.

5. Fungsi konseling

Pendapat beberapa ahli dalam pieter (2012, hal.246) menyimpulkan fungsi

konseling, antara lain:

a. Fungsi pencegahan, yakni upaya mencegah timbulnya lagi masalah-

masalah klien

b. fungsi penyesuaian, yakni upaya untuk membantu klien sebagai akibat

perubahan biologis dan psikologis atau social klien

c. Fungsi perbaikan, yakni upaya melakukan perbaikan terhadap

penyimpangan perilaku klien

d. Fungsi pengembangan, yakni meningkatkan pengetahuan klien.

6. Hasil konseling

Menurut mcleod (2008, hal.17-18) hasil konseling dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Resolusi terhadap sumber dalam hidup, dimana resolusi mencakup

pencapaian pemahaman atau perspektif terhadap masalah-masalah,

32
usahapencapaian penerimaan pribadi terhadap permasalahan dan usaha

pengambilan tindakan untuk mengubah situasi yang dianggap sebagai

sumber-sumber permasalahannya.

b. Belajar, dimana setelah mengikuti konseling memungkinkan seseorang

untuk mendapatkan pemahaman, keterampilan, dan strategi baru yang

membuat diri klien bisa menangani masalah serupa dengan lebih baik

dimasa yang akan datang.

c. Inklusi sosial, dimana kegiatan konseling dianggap sebagai stimulasi

energi dan kapasitas personal bagi klien yang diterima melalui

konselor. Hasil konseling dianggap berguna apabila klien memperoleh

konstribusi pribadi dan kepentingan social.

B. Pengetahuan

1. Pengetian

Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan dan

dipahami seseorang terhadap sesuatu hal. Pengetahuan dapat berasal dari

pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil

belajar secara formal, informal dan non formal(notoatmodjo, 2010).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri seseorang terjadi

proses yang berurutan yaitu:

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Intrest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

33
c. Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

d. Trial sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut ( notoatmodjo, 2010) ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi/penerpan (aplikation)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

34
e. Sintesi (syntesis)

Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

3. Kriteria tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur

dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan diatas (soekidjo notoatmodjo, 2012) :

1) Kurang, jika skor penilaian<50%

2) Sedang, jika skor penilaian 50-75%

3) Baik, jika skor penilaian >75%

C. MP-ASI

1. Pengertian MP-ASI

Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan

gizinya. Semakin meningkat usia bayi/anak, kebutuhan akan semakin

bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan asi yang dihasilkan kurang

memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari

35
asike makanan keluarga.MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi

bayi.Makanan ini harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi

kebutuhan bayi (Ewa Molika, 2014).

MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang

terkandung dalam asi. MP-ASI (makanan pendamping asi) adalah

makanan bayi yang diberikan di samping asi, dengan tekstur dan

kepadatan sesuai kemampuan cerna bayi. Who dan sebagian besar

organisasi kesehatan lain merekomendasikan pemberian MP-ASI pada

usia sekitar 6 bulan, MP-ASI dilakukan secara bertahap dan berangsur-

angsur (ewa molika, 2014).

2. Manfaat Pemberian MP-ASI

Manfaat MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang

diperlukan bayi karena asi sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi

seecara terus menerus. Makanan pendamping asi bermanfaat untuk

memenuhi kebutuhan zat gizi anak, penyesuaian alat cerna dalam

menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari asi ke

makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-

zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses

pendidikan dimana bayi diajarkan cara mengunyah dan menelan makanan

padat dan membiasakan selera-selera bayi.

Makanan pendamping asi juga berguna untuk menunjang

pertumbuhan bayi. Makanan pendamping asi diberikan kepada bayi guna

untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam melengkapi asi dan biasanya

36
diberikan pada bayi berusia 6-12 bulan atau lebih. Pertumbuhan dan

perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat

kondisi pertambahan berat badannya, seorang anak yang tidak mengalami

peningkatan berat badan dlam pertumbuhannya itu berarti menunjukkan

bahwa kebutuhan energi bayi ada yang tidak terpenuhi, pengaturan

makanan bayi meliputi penggunaan asi secara tepat dan benar, pemberian

MP-ASI yang tepat waktu dan tepat mutu.

3. Tujuan Pemberian ASI

Menurut (Ewa Molika, 2014), pada usia 6 bulan atau lebih asi saja sudah

tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Adapun tujuan

pemberian MP-ASI adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan

dan aktivitasnyasejalan dengan umur anak.

b. Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang

sehat.

c. Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih

padat daripada susu. Membiasakn bayi mengkonsumsi makanan

sehari-hari menggunakan sendok

d. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam

makanan dengan berbagai bentuk,tekstur,dan rasa.

e. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

f. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi

tinggi.

37
4. Kekentalan dan jenis MP-ASI

MP-ASI yang baik harus terbuat dari bahan makanan yang segar. Adapun

jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah :

a. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring

tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat

halus, contoh : bubur susu, bubur sumsum, pisang/kerok, pepaya

saring, tomat saring dan nasi tim saring.

b. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan air dan tampak

beair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.

c. Makanan padat adalah makanan yang tidak nampak berair dan

biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim,

kentang rebus dan biskuit.

5. Jenis MP-ASI

Secara umum ada dua jenis MP-ASIyaitu :

a. MP-ASI pabrik yaitu MP-ASI hasil pengolahan pabrik yang biasanya

sudah dikems/instan, sehingga ibu tinggal menyajikan atau mengolah

sedikit untuk diberikan kepada bayi.

b. MP-ASI lokal yaitu MP-ASI buatan rumah tangga atau hasil olahan

posyandu, dibuat dari bahan-bahan yang sering ditemukan disekitar

rumah sehingga harganya terjangkau. Sering juga disebut MP-ASI

dapur ibu, karena bahan-bahan yang akan dibuat makanan

pendamping asi diolah sendiri.

38
6. Awal Memulai Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Menurut ketentuan badan kesehatan dunia (WHO), bayi bisa mulai

diberi makanan pada usia 6 bulan. Pada usia tersebut, priorotas bayi tetap

diberikan asi namun frekuensinya mengalami penurunan tidak sebanyak

saat bayi berusia sampai 6 bulan sehingga pemberian makanan pada bayi

mulai usia 6 bulan disebut juga MP-ASI (makanan pendamping asi).

Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik

bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan

bayi.Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas

sangat penting, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang mengalani pertumbuhan sangat pesat

pada priode ini.Setelah bayi usia 6 bulan maka sudah waktunya

memperkenalkan makanan pendamping asi pada bayi. Pada usia tersebut,

bayi membutuhkan zat-zat gizi tinggi untuk bisa menunjang pertumbuhan

dan perkembangannya, karena seiring dengan bertambahnya umur anak

maka kebutuhan akan zat gizinya juga meningkat (ewa molika, 2014).

Pemberian makanan pendamping asi pada bayi usia 6 bulan harus

dilakukan secara bertahap untuk menghindari masalah sembelit dan

masalah pencernaan yang lainnya. Oleh karena itu harus diperhatikan

tekstur makanan yang diberikan. Sehingga bayi tidak kaget karena

sebelumnya hanya mengkonsumsi asi saja, mempertimbangkan

kematangan organ pencernaan, mengurangi resiko alergi, membentuk

39
antibodi yang cukup dari asi. Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah

cukup matang untuk mencerna berbagai makanan. Meulai pemberian

makanan terlalu dini atau terlalu lambat, keduanya tidak baik.

7. Pemberian MP-ASI menurut umur

Pemberian MP-ASI menurut umur adalah pemberian MP-ASI

berdasarkan umur yang seharusnya. Menurut ketentuan badan kesehatan

dunia (who), bayi bisa mulai diberi makanan pada usia 6 bulan. Pada usia

tersebut, priorotas bayi tetap diberikan asi namun frekuensinya mengalami

penurunan tidak sebanyak saat bayi berusia sampai 6 bulan sehingga

pemberian makanan pada bayi mulai usia 6 bulan disebut juga MP-ASI

(makanan pendamping asi).

Setelah bayi usia 6 bulan maka sudah waktunya memperkenalkan

makanan pendamping asi pada bayi. Pada usia tersebut, bayi

membutuhkan zat-zat gizi tinggi untuk bisa menunjang pertumbuhan dan

perkembangannya, karena seiring dengan bertambahnya umur anak maka

kebutuhan akan zat gizinya juga meningkat (ewa molika, 2014). Memulai

MP-ASI terlalu dini tidak disarankan karena dapat menyebabkan antara

lain :

a. Asi dapat tergantikan oleh cairan atau makanan lain yang kualitas

nutrisinya kurang dibandingkan asi

b. Kuranngnya permintaan bayi karena kenyang akibat MP-ASI

menyebabkan penurunan suplai asi ibu.

c. Peningkatan resiko infeksi karena terpapar makanan yang tidak steril.

40
d. Bayi belum dapat mencerna makanan tertentu dengan baik.

e. Pemaparan dini terhadap makanan tertentu dapat memicu alergi.

f. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara

penyimpanan yang kurang bersih juga karena pembentukan zat anti

oleh usus bayi yang belum sempurna.

g. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi

akibat usus bayi yang masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh

protein asing.

h. Terjadi mal nutrisi atau gangguan pertumbuhan anak. Bila makanan

yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita

kep (kurang energi protein) dan dapat terjadi sugar baby atau obesitas

bila makanan yang diberikan mengandung kalori yang cukup tinggi.

i. Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan, sehingga dapat

menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.

Makanan tambahan harus sudah mulai diberikan ketika bayi tidak

lagi mendapatkan cukup energi dan nutrisi dari mengandalkan asi saja.

Makanan tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan, pada usia ini otot

dan syaraf didalam mulut bayi sudah cukup berkembang secara baik,

sudah bisa untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6

bulan, bayi akan mendorong makanan dari mulutnya karena tidak dapat

mengendalikan gerakan lidahnya secara penuh. Adapun alasan MP-ASI

diberikan pada bayi usia 6 bulan atau lebih yaitu :

41
a. Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat

menghindarkan dari berbagai penyakit.

b. Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk

berkembang lebih matang.

c. Dapat mengurangi resiko elergi pada bayi.

Pemberian makanan pendamping asi pada bayi usia 6 bulan harus

dilakukan secara bertahap untuk menghindari masalah sembelit dan

masalah pencernaan yang lainnya. Oleh karena itu harus diperhatikan

tekstur makanan yang diberikan. Sehingga bayi tidak kaget karena

sebelumnya hanya mengkonsumsi asi saja, mempertimbangkan

kematangan organ pencernaan, mengurangi resiko alergi, membentuk

antibodi yang cukup dari asi. Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah

cukup matang untuk mencerna berbagai makanan. Meulai pemberian

makanan terlalu dini atau terlalu lambat, keduanya tidak baik.Memulai

MP-ASI terlalu lambat tidak disarankan karena dapat menyebabkan :

a. Tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhannya,

terutama mikronutrienbesi dan zinc.

b. Dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan malnutrisi pada anak.

c. Dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik mulut

seperti kemampuan mengunyah dan penerimaan rasa dan tekstur

makanan.

Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan

penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif

42
sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat.Selain itu

ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan

mamerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah,

sesuaidengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.

Adapun hal yang harus diperhatiakan dalam menentukan makanan

pendamping asi sebagai berikut :

a. Umur Bayi

Metabolisme anak sebenarnaya tidak sama dengan

metabolisme orang dewasa, hanya anak-anak lebih aktif

perkembangannya, sehingga untuk itu diperlukan bahan eksra. Lebih

muda usia seorang anak maka lebih banyak zat makananyang

diperlukan untuk tiap kilogram berat badannya.

b. Berat Badan Bayi

Berat badan lebih maupun kurang dari pada berat badan rata-

rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah

zat makanan yang harus diberikan supaya pertumbuhan berjalan

dengan baik.

c. Aktifitas

Tiap aktifitas memerlukan energi.Makin banyak aktifitas yang

dilakukan maka makin banyak energi yang dibutuhkan.

43
8. Frekuensi Pemberian MP-ASI

Dalam melakukan pemberian makanan tambahan pendamping asi

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengenalan MP-ASI pada

bayi sebagai berikut :

a. MP-ASI diberikan sedikit demi sedikit, misalnya 2-3 sendok pada saat

pertama, dan jumlahnya bisa ditambah seiring perkembangan bayi,

agar terbiasa dengan teksturnya.

b. Pemberian MP-ASI dilakukan di sela-sela pemberian asi dan dilakukan

secara bertahap pula. Misalnya untuk pertama 1 kali dalam sehari,

kemudian meningkat menjadi 3 kali dalam sehari.

c. Pengenalan sayuran sebaiknya didahulukan daripada pengenalan buah,

karena rasa buah yang manis lebih disukai bayi, sehingga jika buah

dikenalkan terlebih dahulu, dikhawatirkan akan ada kecendrungan bayi

untuk menolak sayur yang rasanya lebih hambar. Sayur dan buah yang

dikenalkanpun hendaknya yang mempunyai rasa manis.

d. Hindari penggunaan garam dan gula. Utamakan memberikan MP-ASI

dengan rasa asli makanan, karena bayi usia 6-7 bulan, fungsi ginjalnya

belum sempurna. Untuk selanjutnya, gula dan garam bisa ditambah

tetapi dalam jumlah yang sedikit saja.

e. Jangan terlalu banyak mencampur banyak jenis makanan pada awal

pemberian MP-ASI, namun cukup satu persatu saja. Berikan dulu 2-4

hari untuk mengetahui reaksi bayi terhadap makanan yang diberikan,

untuk mengetahui jika bayi memiliki alergi tertentu.

44
f. Pengolahan MP-ASI harus higenis dan alat yang digunakan juga

diperhatikan kebersihannya. Menurut (judy more, 2014), dalam cara

pemberian makanan pendamping asi (MP-ASI) memiliki perbedaan

berdasarkan umur sesuai kebutuhan bayi. Ada beberapa tahap dalam

penyapihan bayi atau pemberian makanan tambahan pada bayi, yaitu

sebagai berikut. Setiap hari makan diberikan

1) 6 bulan : 2 x 6 sdm peres (rata)

2) (2) 7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres

3) 8 bulan : 3 x 8 sdm peres

g. Tahap penyapihan

Tekstur makanan puree yang lembut atau yang benar-benar

lumat adalah yang terbaik untuk beberapa rasa pertama, dengan

menawarkan dari sendok teh yang dangkal atau sendok-sapih plastik.

Orang tua setelah itu dapat membuat puree yang lebih kental atau

makanan lumat setelah bayi terbiasa mengambil makanan dari sendok.

Sebagian bayi mungkin mulai dengan figer food yang lunak, tetapi

mereka seharusnya tidak dibatasi dengan figer foods saja karena bayi

tidak mungkin bisa makan cukup untuk meningkatkan energi (kalori)

dan nutrien yang diambil dari makanan. Makanan yang ditawarkan

kepada bayi yaitu semua makanan keluarga bernutrisi yang baik dari

daftar ini dapat dikenalkan sebagi makanan penyapiih pertama, tetapi

kebanyakan orangtua mulai dengan sereal, kentang, umbi-umbian, atau

45
buah-buahan, yang sering kali dicampur dengan sedikit susu yang

biasa dikonsumsi bayi.

h. Pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-9 bulan

Pada tahap ini seharusnya berupa makanan lumat yang lebih

kental dengan gumpalan-gumpalan lembut dan finger foods lunak

dapat dikenalkan.Perkenalkan dengan tekstur yang lebih kasar (semi

padat) yaitu bubur tim saring. Sebagian bayi lebih sensitif terhadap

perubahan tekstur dan mendapat sedikit manfaat dengan

perubahanyang dilakukan sedikit demi sedikit. Mereka yang melepeh

gumpala-gumpalan makanan memerlukan lebih banyak latihan untuk

menanganinya dan tidak dikembalikan lagi ke puree yang lembut.

Pada usia ini bayi dapat menggerakkan lidahnya dari satu sisi

kesisi lain dan oleh sebabab itu dapat menggerakkan gumpalan-

gumpalan halus diantara gusinya yang keras untuk dikunyah. Adapun

makanan yang ditawarkan pada bayi, makanan yang berbeda

seharusnya ditawarkan di tiga waktu makan yang berbeda contoh figer

foods lunak yaitu potongan buah-buah lunak, sayuran yang dimasak

(potongan kecil/dihaluskan).Pada umur 6 nulan, cadangan zat besi bayi

yang dikumpulkan selama hamil tidak lagi mencukupi kebutuhan zat

besi bayi. ASI rendah dalam zat besi sehingga makanan-makanan yang

diperkaya zat besi dan sayur-sayuran yang kaya vitamin c akan

meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan-makanan berbasis

tumbuhan, makanan utama dapat diselesaikan dengan pemberian asi.

46
Adapun yang harus diperhatikan pada pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi yaitu:

1) Penyerapan vitamin a dan zat gizi lain pemberian asi diteruskan.

2) Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena

itu bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.

3) Untuk memepertinggi nilai gizi makanan,nasi tim bayi ditambah

sedikit demi sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau

minyak kelapa atau margarin. Bahan makanan ini dapat

menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga

mempertinggi yang larut dalam lemak.

Perhatikan asupan zat besi seperti hati sapi karena di usia ini

cadangan zat besi bayi mulai berkurang.setelah secara bertahap

memberi nasi tim saring, bayi bisa dikenalkan dengan nasi tim tanpa

saring. Jenis sayur dan buah yang disarankan antara lain yaitu,

asparagus wortel, bayam, sawi, bit, kol, mangga, belewah, timun suri,

peach. Bisa juga ditambahkan ayam, sapi, hati ayam atau sapi, tahu,

tempe. Mulai usia 9 bulan mulai kenalkan dengan bubur beras atau

nasi lembek, lauk pauk dengan sayuran seperti sup.

i. Pemberian MP-ASI usia 9-12 bulan

1) Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan

keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi

harus diatur secara berangsur mendekati makanan keluarga.

2) Berikan makanan selingan 1 kali sehaari. Pilihlah makanan

selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau dan

47
buah. Usahakan makanan selingan dibuat sendiri agar

kebersihannya terjamin.

3) Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam makanan.

Campurkanlah kedalam makanan lembek sebagai lauk pauk dan

sayuran secara bergantian. Pengenalan berbagi bahan makanan

sejak dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang

sehat di kemudian hari.

Jika bayi bergabung dalam waktu makan utama keluarga, bayi

belajar untuk menyukai rasa makanan keluarga.Mereka juga

mengembangkan keterampilan makannya sedri dengan mengamati dan

meniru kebiasaan makan anggota keluarga lainnya.Makanan keluarga

yang ditawarkan kepada bayi seharusnya telah disiapkan tanpa

menambah garam dan seharusnya tidak didasarkan pada makanan-

makanan kemasan siap konsumsi yang tinggi garam.

9. Cara pemberian MP-ASI

Dalam pemberian MP-ASI harus diperhatikan oleh karena itu saat

memulai MP-ASI perlu diperhatikan jenis, konsistensi, dan frekuensi

asupan yang diberikan. Terlebih bayi yang mendapat asupan asi ekslusif

dimana ASI adalah makanan yang paling mudah dan paling cepat dicerna.

a. Konsistensi atau kekentalan

Bayi mulai minum susu yang encer beralih ke makanan padat

yang kental perlu adaptasi secara bertahap. Jika langsung diberikan

makanan padat maka organ pencernaan akan kaget. Oleh karenanya

berikan di awal MP-ASI yang sangat cair dan secara bertahap.

48
b. Frekuensi

Yang dimaksud frekuensi adalah jumlah pemberian

makan.Pada bayi yang mulai MP-ASI sebaiknya diberi 1 kali sehari.

Jika pemberian makan terlalu banyak akan menyebabkan konsipasi.

Apabila bayi sudah mulai banyak melakukan aktivitas, akan

banyak energi yang dibutuhkan untuk bergerak. Bayi akan merengaek

karena lapar, maka tambahkan frekuensi makan menjadi 2 kali sehari.

Adapun jumlah MPASI yang diberikan harus mempertimbangkan

volume pencernaan bayi yang masih relattif kecil.

1) Usia 0-6 bulan

Diberikan hanya ASI sesuaikeinginan anak, paling sedikit 8 kali

sehari pagi,siang maupun malam.

2) Usia 6-9 bulan

a) Teruskan pemberian ASI

b) Mulai memberikan MP-ASI, seperti bubur susu, pisang, pepaya

lumat halus, air jeruk, air tomat saring dan lain-lain.

c) Secara bertahap sesuai pertambahan umur.

d) Berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur, ayam, ikan,

tempe, tahu, daging sapi, wortel, bayam atau kavang hijau.

3) Usia 9-12 bulan

a) Teruskan pemberian ASI

b) MP-ASI diberikan

c) lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nali lembek.

49
d) Tambahkan telur, ayam, ikan, tempe, tahu atau kacang hijau.

e) Setiap hari pagi, siang dan malam diberikan :

9 bulan : 3 x 9 sdm peres

10 bulan : 3 x 10 sdm peres

11 bulan : 3 x 11 sdm peres

Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

(buah, biskuit, kue)

10. Menu Seimbang MP-ASI

Penyebab prilaku sulit makan pada anak sebetulnya bisa ditelusuri.

Misalnya, bayi sering menolak makan barangkali disebabkan pemberian

makan pendamping asi (MP-ASI) yang terlalu cepat atau yang terlalu

lambat. MP-ASI bayi 6 bulan adalah makanan yang diberikan bersamaa

dengan pemberian asi pada saat bayi menginjak usia 6 bulan. Gizi yang

seimbang merupakan faktor pendorong baiknya perkembangan dan

pertumbuhan bayi.Menu makanan dengan gizi seimbang tersebut adalah

sebuah sajian yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral. Untuk bayi berusia 6 bulan seorang ibu harus memberikan asi

saat bayi menginginkannya, bubur sereal yang diracik dari tepung beras,

nasi tim yang lembut dan disertai pemberian sayur-sayuran. Pemberiaan

MP-ASI juga harus diberikan rutin agar bayi dapat terbiasa. Dengan

cukupnya pemberian MP-ASI tersebut maka si bayi akan dapat pula

tumbuh dan berkembang dengan baik pula.

50
Kesulitan dalam pemberian makan dan menolak makanan lazim

terlihat selama masa bayi.sejak lahir, sebagian bayi lambat dalam

mengembangkan keterampilan makan dan mengoordinasikan pengisapan,

penelanan dan pernapasannya.tanpa asupan cairan yang mencukupi bayi

dapat mengalami dehidrasi dengan cepat dan mungkin memerlukan

intervensi medis.bayi dapat kehilangan lebih dari 10 persen berat badan

lahirnya dan mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai

kembali berat badan lahirnya. Ibu yang menyusui bayinya bisa stres dan

sering tergoda untuk berubah ke susu botol, cara pemberian makanan yang

nlebih pasif untuk bayi.

Makanan yang buruk bisa menjadi indikasi pertama keterlambatan

oromotorik atau keterlambatan perkembangan otak. Perkembangan

keterampilan makan lambat tampak dalam menyapih bayi-bayi yang

membutuhkan waktu lebih lama untuk menangani makanan padat

mungkin jauh lebih lambat untuk pindah dari tekstur yang lembut ke

tekkstur yang bergumpal-gumpal (judy more, 2014).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang.Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secra efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak.Masalh gizi kurang disebabkan

oleh kemiskinan, kurangnya persedian pangan, sanitas lingkungan yang

kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan

kesehatan, sedangkan masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan

51
ekonomi pada masyarakat disertai kurangnya pengetahuan gizi dan

kesehatan.

D. Kerangka Teori

Konseling :
Leaflet dan
materi
Factor pembentuk sikap :
1. Pengalaman yang kuat
2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting Pemberian
pengetahuan
3. Pengaruh kebudayaan MPASI
4. Media masa
5. Lembaga pendidikan
6. Lembaga agama
7. Pengaruh faktor
emosional

Bagan 2.1 Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Konseling Pengetahuan Ibu Dalam


Pemberian MPASI

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh konseling terhadap sikap ibu dalam pemberian mpasi

pada bayi usia 0-9 bulan.

H0 : Tidak ada pengaruh konseling terhadap sikap ibu dalam pemberian

mpasi pada bayi usia 0-9bulan.

52
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan pre experimental designs dengan

menggunakan pendekatan one group pretest posttest design. Menurut

Notoatmodjo (2012) one group pretest posttest design suatu rancangan

yang tidak ada kelompok pembanding (control group). Setelah dilakukan

pemilihan subyek penelitian (single group) selanjutnya dilakukan

pengukuran sebelum intervensi (pretest) dan setelah intervensi

(posttest).Hasil tersebut selanjutnya dibandingkan (hasil pengukuran

sebelum intervensi dan sesudah intervensi).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan

sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang perkembangan anak,

oleh karena itu pengukuran data yang dilakukan adalah sebelum intervensi

penyuluhan (pretest) dan setelah intervensi penyuluhan (posttest).

Pretest Perlakuan Posttest

O X O

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Keterangan :

O (Pretest) : Pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan

X (Perlakuan) : Penyuluhan (intervensi)

O (Posttest) : Pengetahuan ibu sesudah diberikan penyuluhan

53
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Candirejo

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian iniakan dilakukan pada bulan juli 2018 sampai dengan

selesai.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian maksudnya semua

nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran kuantitatif (Notoadmojo,

2010).Populasi penelitian ini berjumlah33 ibu yang mempunyai bayi usia

0-12bulan di desa Candirejo

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam

penelitian ini, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,

dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel yang

tersebut digunakan (Aziz, 2013)

Teknik sampling pada penelitian ini yaitu pengambilan sampel secara

purposive didasarkan pada suatu pertimbangan yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. (notoatmodjo, 2012).

54
a. Kriteria inklusi

1) Ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan

2) Ibu dan bayi yang dalam kondisi sehat dalam proses penelitian

3) Ibu yang bersedia menjadi responden dan mau mengikuti kegiatan

konseling sampai dengan waktu yang sudah ditetapkan oleh

responden

b. Kriteria eksklusi

Bayi yang mempunyai kelainan fisiologis sehingga tidak

memungkinkan untuk konsumsi makanan selain ASI

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Skala
No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur
Ukur
1. Variabel Merupakan suatu SAP - -
bebas : tindakan pemberian
Konseling informasi atau pesan–
pesan terkait dengan
pemberian
makananpendamping
ASI kepada ibu.
2. Variabel Informasi yang Kuisioner Baik : nilai Interval
Terikat : didapatkan ibu terkait dengan 25 76%-100%
Pengetahuan dengan pemberian pertanyaan (18-25)
ibu makanan pendamping pengukuran jawaban
ASI untuk bayi usia dilakukan 2 benar)
0-9 bulan. kali yaitu Cukup :nilai
sebelum 56%-75%
intervensi (9-17)
dan Kurang :
sesudah nilai <56%
intervensi (jawaban
berisi benar ≤ 8)
pertanyaan
Ya = 1
Tidak = 0

55
E. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

(Notoatmodjo, 2012). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap

variabel lainnya (Notoatmodjo, 2012).Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah konseling MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lainnya (Notoatmodjo, 2012).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

pengetahuan ibu mengenai MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan.

F. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Penelitaian

Prosedur dalam penelitian ini adalah :

a. Peneliti meminta surat pengantar dari Kampus Universitas Ngudi

Waluyo Ungaran yang ditujukan ke kantor KESBANGPOLINMAS

Kabupaten Semarang.

b. Setelah mendapatkan surat tembusan dari kesbangpolinmas, peneliti

menyerahkan surat tembusan ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Semarang, kemudian dari Dinas Kesehatan surat tersebut diteruskan ke

Kepala Puskesmas Ungaran.

56
c. Peneliti mendatangi bidan desa kemudian menjelaskan maksud dan

tujuan peneliti untuk melakukan penelitian dan meminta untuk

mengumpulkan ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan setiap

posyandu di desa Candirejo.

d. Setelah mendapatkan responden peneliti membagikan kuisioner kepada

ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan di posyandu yang menjadi

responden. Ibu yang bersedia menjadi responden dipersilahkan

membaca lembar permohonan menjadi responden dan menandatangani

informed consent (lembar persetujuan).

e. Bagi peneliti yang bersedia, peneliti melakukan pretest, peneliti

memberikan kuisoner kepada responden sebelum dilakukan intervensi

berupa konseling tentang pengetahuan ibu terhadap MP ASI,lalu

peneliti melakukan konseling dan kemudian responden diberi kuisoner

sesudah peneliti memberikan intervensi.

f. Peneliti melakukan pendampingan ketika responden melakukan

pengisian kuisioner untuk mengantisipasi jika ada pertanyaan yang

tidak dipahami oleh responden, peneliti dapat membantu menjelaskan

maksud dari pertanyaan tersebut.

g. Peneliti meminta kembali kuisioner yang sudah diisi oleh responden

dan diperiksa kelengkapan jawabannya.

h. Peneliti melakukan intervensi yaitu berupa penyuluhan mengenai

pengetahuan ibu tentang MP ASI dan bekerja sama dengan koordinator

57
puskesmas Ungaran. Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan

menggunakan metode ceramah.

i. 1 minggu setelah diberikan konseling mengenai pengetahuan ibu

tentang MP ASI, peneliti melakukan posttest. Peneliti mengukur

pengetahuan responden mengenai pengetahuan tentang MP ASI dengan

cara menggunakan kuisioner.

j. Setelah pengukuran pretest dan posttest dari masing – masing

responden kemudian disusun dan dibuat rekapitulasi, selanjutnya diuji

dengan uji statistik untuk melihat apakah ada perbedaan pengetahuan

sebelum dan sesudah diberikan konseling MP ASI pada bayi umur 0-12

bulan di desa Candirejo Ungaran Barat.

2. Jenis Pengumpulan Data

Sumber atau jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

primer dan data sekunder :

a. Data primer

Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan sendiri

oleh peneliti pada saat berlangsungnya penelitian (Notoatmodjo,

2012).Data primer pada penelitian ini merupakan hasil dari penyebaran

kuisoner sebelum dan sesudah di berikan konseling tentang

pengetahuan MP ASI pada sampel yang telah di tentukan yaitu ibu

yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan.

58
b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari hasil catatan yang

sudah ada (Notoatmodjo, 2012).Data sekunder pada penelitian ini

adalah pengetahuan ibu yang mempunyai bayi umur 0-12 bulan.

3. Instrument Penelitian

a. Alat pengumpulan data

Pada penelitian ini alat pengukur yang digunakan adalah

kuisioner, yang diberikan kepada responden kemudian ditarik

kembali.Menurut Arikunto (2013) kuisioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang

diketahui.

Kuisioner yang sudah disusun secara terstruktur terdiri dari

kuisioner untuk memperoleh pengetahuan kader tentang perkembangan

anak.Jenis kuisioner ini adalah kuisioner tertutup. Kuisioner tersebut

terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian A, B dab C. Kuisioner A

lembar permohonan sebagai responden,Kuisoner B berisi lembar

persetujuan sebagai responden,Kuisoner C berisi identitas responden

meliputi nomer responden, nama, umur, alamat, pendidikan terakhir,

pekerjaan.

Menurut Notoatmodjo (2012) setelah kuisioner atau

pengumpulan data selesai disusun, maka kuisioner tersebut harus

dilakukan uji coba di lapangan.Hasil uji coba ini kemudian digunakan

59
untuk mengetahui sejauh mana alat ukur atau kuisioner yang telah

disusun memiliki validitas dan reliabilitas sehingga dapat dijadikan

sebagai alat pengumpul data yang valid.

Kisi-kisi kuesioner
No. Indikator Pertanyaan Favourable Unfavourable
1. Waktu pemberian MP-ASI 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 14,
10, 12, 16, 24,
25,29, 30
2. Dampak positif negatif MP-ASI 6, 11, 18 16, 17, 20
3. Jenis MP-ASI 13, 22, 26 21, 23,
4. Penentuan MP-ASI 19

b. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1) Uji validitas

Uji Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat

ukur itu benar benar mengukur apa yang diukur. Instrumen penelitian

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkapkan data secara variabel yang diteliti secara tepat.

Agar diproleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal maka

sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang

(Notoatmodjo, 2010).

Kuisioner di uji cobakan kepada responden kemudian di hitung

korelasinnya untuk mengetahui pertanyaan dalam kuisioner tersebut

valid atau tidak dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

Jika semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna berarti

item pertanyaan yang ada di dalam kuisioner itu mengukur konsep yang

kita ukur, sebaliknya jika pertanyaan tersebut mempunyai korelasi yang

tidak bermakna maka pertanyaan itu harus diganti atau di revisi atau di

60
drop out (dihilangkan) untuk memproleh hasil alat ukur yang valid

(Notoatmodjo, 2010).

Product moment yaitu hasil perhitungan yang apabila didapatkan

nilai r hitung lebih besar dari r tabel, maka instrumen dikatakan valid.N

sebesar 20, maka nilai r table pada taraf signifikan 5% adalah 0,444

(Sugiyono, 2012).

Rumus product moment yang digunakan adalah :

N ∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
r=
√{N ∑ X 2 − ∑ X 2 }{N ∑ Y 2 − ∑ Y 2 }

Keterangan:

R: Korelasi product moment

N : Jumlah sampel

X : Skor variabel X

Y : Skor variabel Y

XY : Skor variabel X dikalikan Y

Uji validitas pada rancangan penelitian ini akan dilakukan di Desa

Leyangan, dengan jumlah responden 20 orang. Pemilihan ini dilakukan

karena di Desa leyangan memiliki karakteristik yang sama dengan Desa

Candirejo yakni merupakan desa dengan jumlah komplikasi terbanyak ke

dua setelah Desa Candirejo, memiliki pengetahuan yang masih kurang

tentang MP ASI.

61
2) Uji Reliabilitas

Menurut Riyanto (2009) uji reabilitas adalah indeks yang

menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Uji reabilitas menggunakan rumus Alpha

Cronbach, dengan rumus sebagai berikut :

 k   S i 
2
  1  2 
 k  1  Si 

Keterangan :

k : Jumlah item
 S i2
: Jumlah varian skor total
S i2
: Varian responden untuk item ke i

G. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian

yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia

(Nursalam, 2009). Etika penelitian antara lain :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian,

disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Responden bersedia, maka

responden harus menandatangani surat persetujuan penelitian. Responden

62
yang menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak.

2. Anonymity

Menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden, namun hanya menulis inisial responden sehingga privasi

responden tetap terjaga.

3. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan

oleh responden dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian

yaitu dengan tidak mempublikasikan data yang diperoleh dan

memusnahkan setelah penelitian ini selesai.

4. Beneficiency

Peneliti harus memperhatikan keuntungan dan kerugian yang bisa

ditimbulkan oleh responden. Keuntungan bagi responden adalah

responden bisa mengetahui tentang perkembangan anak.

5. Protective from Discomfort

Bagi responden yang mengalami ketidaknyamanan selama

penelitian misalnya pada saat pengisian kuisioner, penelitian bisa

dihentikan.

6. Justice

Peneliti harus memperhatikan rasa keadilan antara responden satu

dengan responden lainnya misalnya pada saat memberikan informasi

tentang penelitian yang akan dilakukan.

63
H. Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2012) ada 4 tahapan dalam pengolahan data yang

harus dilalui yaitu :

1. Editing

Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan atau

mengkoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban.Setelah

pengisian kuisioner selesai, peneliti mengoreksi semua kuisioner sehingga

jika ada kekurangan data atau ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi.

2. Scoring (Pemberian Nilai)

Pemberian scoring dimaksudkan untuk mempermudah proses

pengubahan jawaban - jawaban soal tes menjadi angka-angka atau bisa

disebut suatu tindakan kuantifikasi terhadap jawaban - jawaban yang

diberikan oleh tes dalam suatu tes hasil belajar. Data tingkat pengetahuan

tentang perkembangan anak diperoleh dari kuesioner yang terdiri dari 10

pernyataan, pertanyaan favourable dimana setiap jawaban Ya diberi nilai 1

dan Tidak diberi nilai 0, pertanyaan unfavourable jawaban Ya diberi nilai

0 dan Tidak diberi nilai 1.

3. Coding

Pemberian kode dimaksudkan untuk mempermudah dalam

pengolahan dan proses selanjutnya melalui tindakan pengklasifikasian

data. Maka peneliti memberikan kode pada data yang diperoleh untuk

mempermudah dalam pengelompokan dan klasifikasi data. Pada item

tingkat pengetahuan pemberian kodenya yaitu :

64
a. Baik dengan kode : 76% - 100%

b. Cukup dengan kode : 56% - 75%

c. Kurang dengan kode : >56%

4. Tabulating (Penyusunan Data)

Tabulating adalah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam

bentuk tabel baik distribusi frekuensi maupun silang untuk mempermudah

pengolahan data.

I. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) analisis data yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu

pengaruh konseling terhadap pengetahuan ibu tentang MP ASI .

Deskripsi data hasil penelitian ini menggunakan penyajian

mean,median dan modus :

a. Mean (Me)

Rumus mean dalam data tergolong yang digunakan adalah :

Me = ∑ 𝑓iXi

Keterangan :

Me :Mean untuk data tergolong

65
Mean di gunakan untuk mencari nilai rata-rata dari skor total keseluruhan jawaban

yang diberikan oleh responden yang tersusun dalam distribusi data.

b. Median (Md)

Median adalah suatu harga yang membagi luas histogram frekuensi menjadi

bagian yang sama besar.Rumus median untuk data tergolong adalah sebagai

berikut :

Md = b+p[

Md : Median

b : Batas bawah , dimana median akan terletak

p : panjang kelas interval

n : Banyaknya data/ jumlah sampel

F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f : frekuensi kelas median

Median di gunakan untuk mencari nilai tengah dan

skor total keseluruhan jawaban yang diberikan oleh

responden, yang tersusun dalam distribusi data.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari

dua variable.Analisa bivariate berfungsi untuk mengetahui

hubungan antar variable (Notoatmodjo 2005). Analisa Bivariat

dalam penelitian ini di lakukan untuk menguji hipotesis perbedaan

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan konseling MPASI

.Untuk menentukan metode pengujian hipotesis, terlebih dahulu di

66
lakukan uji Normalitas. Metode uji normalits data di lakukan

dalam penelitian inidengan menggunakan uji Shapiro Wilkkarena

jumlah sampe < 50.Dimana data dikatakan normal jika signifikan>

0,05 dan dikatakan tidak normal jika signifikan ≤ 0,05. Uji beda

yang di lakukan jika data normal yang menggunakan uji paired

t-testdan jika tidak normal menggunakan uji wilcoxson(Sopiyudin,

2014)

Tabel 3.2 Uji Normalitas

Variabel Perlakuan N p-value Kesimpulan


Pre test 33 0,74 Normal
Pengetahuan
Post test 33 300 Normal

J. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian terlampir

67
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi hasil penelitian tentang perbedaan pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan konseling MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan di Candirejo

Ungaran Barat

A. Analisis Univariat

1. Perbedaan Pengetahuan sebelum diberikan konseling MP ASI pada bayi

umur 0-12 bulan

Distribusi hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu sebelum

diberikan konseling MP ASI di desa Candirejo.

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan ibu sebelum diberikan konseling


MP ASI di desa Candirejo
Std.
Variabel N Mean Min Max
Deviation
Konseling MP ASI 33 9,3 3,033 4 14

Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui bahwa pengetahuan

ibu sebelum di berikan konseling rata – rata 9,3 dengan standard deviasi

3,033 dimana nilai minimum 4 dan maksimum 14.

Berikut ini adalah data yang diperoleh setelah melakukan observasi

pengetahuan ibu sebelum diberikan konseling tentang MP ASI umur 0 -12

tahun di desa candirejo yang berjumlah 33 ibu.

68
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan ibu sebelum diberikan konseling
tentang MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan
No. Pertanyaan B % S %
Waktu yang tepat untuk memberikan 21 63,6 12 36,4
1. makanan pendamping ASI (MP-ASI)
adalah bayi berumur 6 bulan
Tanda anak sudah bisa diberikan 3 9,1 30 90,9
makanan pendamping ASI adalah
2.
jika pipi di tempel sendok mulut
segera di buka
Pemberian makanan pendamping 10 30,3 23 69,7
3. ASI (MP-ASI) pada saat bayi berusia
<6 bulan dapat menyebabkan diare
Ibu boleh memberikan apapun selain 10 30,3 23 69,7
ASI seperti air putih,pisang dan
4.
makanan lainnya kepada bayi selama
6 bulan
Memberikan makanan pendamping 9 27,3 24 72,7
ASI (MPASI) sebelum bayi berusia 6
5.
bulan dapat merusak pencernaan
bayi
Frekuensi pemberian makanan 12 36,4 21 63,6
6. pendamping ASI (MPASI) pada usia
6-9 bulan diberikan
Frekuensi pemberian makanan ASI 13 39,4 20 60,6
(MP-ASI) saat usia bayi 6-9 bulan
7.
diberikan 1-2 kali sehari ditambah
cemilan 3x sehari.
Frekuensi pemberian makan 11 33,3 22 66,7
pendamping ASI (MP-ASI) pada
8.
bayi usia 9-12 bulan diberikan
sebanyak 4-5x sehari
Meningkatkan jumlah makanan 24 72,7 9 27,3
9. secara perlahan di setiap harinya
>250 ml
Menggunakan piring tersendiri untuk 6 18,2 27 81,8
10. memastikan anak memakan semua
makanan yang di berikan
Pada usia 6-9 bulan diberikan 19 57,6 14 42,4
11.
makanan keluarga yang di lunakkan
Pada usia 6-9 bulan diberikan 10 30,3 23 69,7
12. makanan keluarga yang di potong-
potong
Pada usia 9-12 bulan berikan 18 54,5 15 45,5
13.
makanan keluarga yang di iris-iris
14. Pada usia 9-12 bulan berikan 8 24,2 25 75,8

69
No. Pertanyaan B % S %
makanan yang bisa ia pegang
15. Berikan makanan secara bervariasi 15 45,5 18 54,5
Pemberian makanan pendamping 12 36,4 21 63,6
ASI (MP-ASI) terdiri dari
karbohidrat, protein nabati/ kacang-
16.
kacangan, protein hewani, sayuran
dan buah serta sumber lemak
tambahan
Variasi makanan bintang 1 adalah 7 21,2 26 78,8
17. makanan pokok seperti biji-bijian,
akar dan umbi-umbian
18. Tabur gizi diberikan 2x sehari 11 33,3 22 66,7
Bersabarlah dan terus berikan 14 42,4 19 57,6
19. dorongan kepada bayi agar ia mau
makan
20. Paksa bayi supaya mau makan 10 30,3 23 69,7
Dalam menyiapkan makanan dan 8 24,2 25 75,8
21. memasak makanan tidak perlu di
bersihkan terlebih dahulu
Mencuci sayuran terlebih dahulu 13 39,4 20 60,6
22.
sebelum di masak atau diberikan
Gunakan sendok atau cangkir yang 15 45,5 18 54,5
23. bersih untuk memberikan makanan
atau minuman kepada bayi
Sebelum menyiapkan makanan 15 45,5 18 54,5
24. sebaiknya mencuci tangan terlebih
dahulu
Sebelum makan tangan bayi tidak 12 36,4 21 63,6
25.
perlu diberikan terlebih dahulu

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebelum

diberikan konseling tentang MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan di desa

candirejo di dapatkan ibu belum mengetahui pengetahuan MP ASI yaitu

(90,9%) Tanda anak sudah bisa diberikan makanan pendamping ASI

adalah jika pipi di tempel sendok mulut segera di buka di tunjukkan pada

pertanyaan nomor 2.

70
2. Perbedaan pengetahuan sesudah di berikan konseling MP ASI pada umur

0-12 bulan

Distribusi hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu sebelum

diberikan konseling MP ASI di desa Candirejo

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan ibu sesudah diberikan konseling


tentang MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan

Std.
Variabel N Mean Min Max
Deviation
Konseling MP ASI 33 17,5 3,392 8 24
Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui bahwa pengetahuan

ibu sesudah di berikan konseling MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan rata

– rata 17,5 dengan standard deviasi 3,392 dimana nilai minimum 8 dan

maksimum 24.

Berikut ini adalah data yang diperoleh setelah melakukan observasi

pengetahuan ibu sesudah diberikan konseling MP ASI pada bayi umur 0 -

12 bulan di desa candirejo yang berjumlah 33 ibu.

Tabel 4.4Distribusi Pengetahuan ibu sesudah diberikan konseling


tentang MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan
No. Pertanyaan B % S %
Waktu yang tepat untuk memberikan 22 66,7 11 33,3
1. makanan pendamping ASI (MP-ASI)
adalah bayi berumur 6 bulan
Tanda anak sudah bisa diberikan 14 42,4 19 57,6
makanan pendamping ASI adalah
2.
jika pipi di tempel sendok mulut
segera di buka
Pemberian makanan pendamping 18 54,5 15 45,5
3. ASI (MP-ASI) pada saat bayi berusia
<6 bulan dapat menyebabkan diare
Ibu boleh memberikan apapun selain 21 63,6 12 36,4
ASI seperti air putih,pisang dan
4.
makanan lainnya kepada bayi selama
6 bulan
5. Memberikan makanan pendamping 25 75,8 8 24,2

71
No. Pertanyaan B % S %
ASI (MPASI) sebelum bayi berusia 6
bulan dapat merusak pencernaan
bayi
Frekuensi pemberian makanan 26 78,8 7 21,2
6. pendamping ASI (MPASI) pada usia
6-9 bulan diberikan
Frekuensi pemberian makanan ASI 20 60,6 13 39,4
(MP-ASI) saat usia bayi 6-9 bulan
7.
diberikan 1-2 kali sehari ditambah
cemilan 3x sehari.
Frekuensi pemberian makan 29 87,9 4 12,1
pendamping ASI (MP-ASI) pada
8.
bayi usia 9-12 bulan diberikan
sebanyak 4-5x sehari
Meningkatkan jumlah makanan 31 93,9 2 6,1
9. secara perlahan di setiap harinya
>250 ml
Menggunakan piring tersendiri untuk 22 66,7 11 33,3
10. memastikan anak memakan semua
makanan yang di berikan
Pada usia 6-9 bulan diberikan 30 90,9 3 9,1
11.
makanan keluarga yang di lunakkan
Pada usia 6-9 bulan diberikan 25 75,8 8 24,2
12. makanan keluarga yang di potong-
potong
Pada usia 9-12 bulan berikan 27 81,8 6 18,2
13.
makanan keluarga yang di iris-iris
Pada usia 9-12 bulan berikan 19 57,6 14 42,4
14.
makanan yang bisa ia pegang
15. Berikan makanan secara bervariasi 29 87,9 4 12,1
Pemberian makanan pendamping 24 72,7 9 27,3
ASI (MP-ASI) terdiri dari
karbohidrat, protein nabati/ kacang-
16.
kacangan, protein hewani, sayuran
dan buah serta sumber lemak
tambahan
Variasi makanan bintang 1 adalah 25 75,8 8 24,2
17. makanan pokok seperti biji-bijian,
akar dan umbi-umbian
18. Tabur gizi diberikan 2x sehari 19 57,6 14 42,4
Bersabarlah dan terus berikan 21 63,6 12 36,4
19. dorongan kepada bayi agar ia mau
makan
20. Paksa bayi supaya mau makan 26 78,8 7 21,2

72
No. Pertanyaan B % S %
Dalam menyiapkan makanan dan 17 51,5 16 48,5
21. memasak makanan tidak perlu di
bersihkan terlebih dahulu
Mencuci sayuran terlebih dahulu 22 66,7 11 33,3
22.
sebelum di masak atau diberikan
Gunakan sendok atau cangkir yang 19 57,6 14 42,4
23. bersih untuk memberikan makanan
atau minuman kepada bayi
Sebelum menyiapkan makanan 24 72,7 9 27,3
24. sebaiknya mencuci tangan terlebih
dahulu
Sebelum makan tangan bayi tidak 22 66,7 11 33,3
25.
perlu diberikan terlebih dahulu

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan

ibu sesudah di berikan konseling MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan desa

candirejodi dapatkan ibu belum mengetahui pengetahuan tentang MPASI

pada bayi umur 0-12 bulan yaitu (51,5%) Dalam menyiapkan makanan

dan memasak makanan tidak perlu di bersihkan terlebih

dahuluditunjukkan pada pertanyaan nomor 21.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon yang

menganalisis mengenai perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah di

berikan konseling MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan desa candirejo, sebagai

berikut:

1. Uji Normalitas

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data

Variabel Perlakuan N p-value Kesimpulan


Pre test 33 0,74 Normal
Pengetahuan
Post test 33 300 Normal

73
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, dapat dijelaskan bahwa

data pengetahuan sebelum diberikan konseling MPASI pada bayi 0-12

bulan diperoh nilai p = 0,074 > 0,05 dan pengetahuan sesudah diberikan

konseling MPASI pada bayi 0-12 bulan diperoh nilai p = 0,300 > 0,05.

Dengan demikian, kedua data berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas berdistribusi normal dengan p-value>α (0,05),

sehingga uji hipotesis menggunakan uji paired samples t-test. Hasil uji

Paired Samples Test dapat dilihat pada tabel 4.6

2. Perbedaan Pengetahuann Sebelum Dan Sesudah Diberikan konseling MP

ASI Pada Bayi Umur 0-12 bulan

Tabel 4.6Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Diberikan

konseling MP ASI Pada Bayi Umur 0-12 bulan

Std. p-
Variabel N Mean
Deviation value
Konseling MP ASI sebelum 8,212 4,826
33 0,000
Konseling MP ASI sesudah 12 3

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat diketahui nilai rata-rata

pengetahuan ibu sebelum diberikan konseling yaitu 8,212 meningkat menjadi

12 setelah diberikan konseling tentang MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan,

nilai signifikasi sebesar 0,000 (p-value <0,005) menunjukkan terdapat

perbedaan yang bermakna sebelum diberikan penyuluhan dengan sesudah

diberikan penyuluhan, maka H0 ditolak sehingga ada perbedaan sebelum dan

sesudah diberikan konseling MP ASI pada bayi umur 0-12 bulan di desa

Candirejo.

74
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Perbedaan Pengetahuan Sebelum Diberikan konseling MP ASI Pada Bayi

Umur 0-12 bulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu sebelum

diberikan konseling MP ASI rata-rata 9,3 dengan standarddeviasi 3,033,

hal ini ditunjukkan dengan hasil kuesioner responden sebagian besar

memilih jawaban salah pada item pernyataan nomor 2 yaitu sejumlah

30/90.9% dimana item pernytaan tersebut adalah “Tanda anak sudah bisa

di berikan makanan pendamping ASI adalah jika pipi di temple sendok

mulut segera di buka ”, item pernyataan nomor 5 yaitu sejumlah 24/72,7%

dimana pernyataan tersebut adalah “Memberikan makanan pendamping

ASI (MP-ASI) sebelum bayi berusia 6 bulan dapat merusak pencernaan

bayi” dan pada item pernyataan nomor 10 yaitu sejumlah 27/81,8%

dimana item pernyataan tersebut adalah “Menggunakan piring tersendiri

untuk memastikan anak memakan semua makanan yang di berikan”.

Bayi setelah usia 6 bulan maka sudah waktunya memperkenalkan

makanan pendamping asi pada bayi. Pada usia tersebut, bayi

membutuhkan zat-zat gizi tinggi untuk bisa menunjang pertumbuhan dan

perkembangannya, karena seiring dengan bertambahnya umur anak maka

kebutuhan akan zat gizinya juga meningkat (ewa molika, 2014).

75
Makanan tambahan harus sudah mulai diberikan ketika bayi tidak

lagi mendapatkan cukup energi dan nutrisi dari mengandalkan asi saja.

Makanan tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan, pada usia ini otot

dan syaraf didalam mulut bayi sudah cukup berkembang secara baik,

sudah bisa untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6

bulan, bayi akan mendorong makanan dari mulutnya karena tidak dapat

mengendalikan gerakan lidahnya secara penuh.

Penelitian oleh Wargiana 2013 tentang hubungan Pemberian MP

ASI dini dengan status gizi bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja

puskesmas Rowo tengan Kabupaten jember menunjukkan bahwa keadaan

status gizi bayi terbanyak adalah kurang yaitu 13( 48,1%)bayi. Pemberian

MP ASI secara dini yang sering dapat memberikan dampak secara

langsung pada bayi,diantaranya adalah gangguan pencernaan seperti diare,

sulit BAB, muntah serta bayi akan mengalami gangguan menyusu.

Menurut Winata Jery 2014 menyatakan bahwa menerapkan

responsive feeding (Merespon keinganan bayi) dalam memberikan MPASI

tidak hanya menu makanan saja yang perlu dibuat dengan baik, tetapi hal

ini juga perlu di perhatikan , yaitu cara pemberian kapan MPASI

diberikan, dan oleh siapa MPASI di berikan, Ibu ataupun pengasuh bayi

perlu memahami responsive feeding saat memberi makan bayi. Salah

satunya adalah suapi bayi untuk mmakan sendiri menggunakan piring atau

mangkok bayi sendiri agar ibu tau berapa banyak bayi makan.

76
2. Perbedaan Pengetahuan Sesudah Diberikan konseling MP ASI Pada Bayi

Umur 0-12 bulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu sesudah

diberikan konseling tentang MP ASI rata-rata 17,5 dengan standard

deviasi 3,392, hal ini ditunjukkan dengan hasil kuesioner responden

sebagian besar memilih jawaban benar pada item pernyataan nomor 8

yaitu sejumlah 31/93,9% dimana item pernyataan tersebut adalah

“meningkatkan jumlah makanan secara perlahan di setiap harinya >250

ml”. Dan item pernyataan nomor 11 yaitu sejumlah 30/90.0% dimana item

pernyataan tersebut adalah “Pada umur 6-9 bulan berikan makanan

keluarga yang di lunakan. Dan item pernyataan nomer 15 sejumlah

29/87,9% dimana item pernyataan tersebut adalah “berikan makanan

secara bervariasi”.

B. Analisa Bivariat

1. Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Diberikan konseling MP

ASI Pada Bayi Umur 0-12 Bulan Di Desa Candirejo

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji statistik Wilcoxon

didapatkan p-value sebesar 0,000 (<0,05) dengan kesimpulan ada

perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan Penelitian ini

sesuia dengan teori dari Notoatmodjo (2003).

salah satu srtategi untuk perubahan pengetahuan adalah dengan

pemberian informai guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul

kesadaran yang pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan

77
pengetahuannya tersebut. Salah satu cara pemberian informasi adalah

dengan melalukan penyuluhan. Pemberian informasi yang disampaikan

melalui proses penyuluhan ini dapat mengganti pengetahuan yang telah

didapatkan sebelumnya dan sebagai penyempurnaan dari informasi

sebelumnya. Penyuluhan kader dalam kegiatan posyandu diantaranya

kegiatan memantau perkembangan balita.

Hasil tersebut serupa dengan penelitian yang di lakukan

Nikmawati, dkk (2010) yang menyebutkan bahwa pendidikan gizi dalam

bentuk konseling dapat meningkatkan skor pengetahuan MPASI pada ibu

sebesar 17,05 poin.

Setelah dilakukan konseling ternyata sangat berpengaruh pada

pengetahuan para ibu, dimana alasan penyuluhan kesehatan dapat

mempengaruhi pengetahuan responden terkait dengan pemberian MPASI ,

karena didalam penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti itu

sangat kompleks karena diberikan materi yang lebih banyak, sehingga

informasi dari penyuluhan tersebut dapat dicerna menjadi pengetahuan, hal

ini sesuai dengan yang dikemukakakn Notoatmodjo (2010) bahwa

pengetahuan dapat dipengaruhi oleh informasi yang diberikan.

78
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian

besar pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI sebelum di

berikan penyuluhan rata – rata 9,3 dengan standard deviasi 3,033

dimana nilai minimum 4 dan maksimum 14

2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebagian

besar pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI sesudah di

berikan penyuluhan rata – rata 17,5 dengan standard deviasi 3,392

dimana nilai minimum 8 dan maksimum 24

3. Ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan konseling MPASI

pada bayi umur 0-12 bulan dengan nilai rata-rata pengetahuan ibu

sebelum diberikan penyuluhan yaitu 9,3meningkat menjadi 17,5

setelah diberikan penyuluhan dengan nilai signifikan sebesar 0,000

(p-value <0,005) maka Ho ditolak sehingga ada perbedaan

sebelum dan sesudah diberikan konseling MPASI pada bayi umur

0-12 bulan di desa Candirejo

Barat Kabupaten Semarang tahun 2019dengan nilai thit = 9,774 dengan

nilai p = 0,000 < 0,01.

79
B. Keterbatasan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini yaitu adanyakesulitan dalam proses

pengambilan data karenapenelitian harus dilakukan dirumah responden

yangjaraknya cukup berjauhan dengan jumlah sampel 33 responden, sehingga

membutuhkan waktu yangcukup lama untuk memperoleh data dari

responden.Kekurangan penelitian cross-sectional yangadalah sulit untuk

menentukan sebab akibatkarena pengambilan data risiko dan efektif

dilakukandalam waktu yang bersamaan (temporar relationshiptidak jelas).

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan beberapa saran

untuk guru dan siswa yaitu sebagai berikut.

1. Perlu adanya program yang terintegrasi dan multisektoral untuk

meningkatkan pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pengetahuan gizi

ibu,dan pemberian ASI eksklusif untuk menanggulangi kejadian stunting

pada balita.

2. Kepada para tenaga kesehatan terkhusustenaga kesehatan yang berada di

Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang diharapkan

untukmelakukan pemantauan status gizi dan selama menyusuiperlu

dilakukan lebih intensif untuk mencegah terjadikurang gizi pada bayi

umur 0-12 bulan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakankegiatan

kunjungan rumah terhadap ibu yang memiliki bayi umur 0-12 bulan

80
yangtidak rutin kepelayanan kesehatan, serta memberimotivasi dan

konseling kepada ibu agar melakukanpemberian ASI eksklusif.

3. Bagi Dinas Kesehatan perlu adanyapemantauan terus menerus terhadap

pertumbuhananak baik sejak masa bayi dan balita sehinggaprogram

intervensi yang akan diberikan dapatdirencanakan sebelumnya dan dapat

lebih efektif.

81
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. ( 2014 ). Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba medika

Agus, Riyanto (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC

Bagustin Yopy. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Stimulasi


Perkembangan Anak Usia 0-3 Tahun Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Orang Tua. skripsi

Cut Rizki Azria. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Pengetahuandan Perilaku


Ibu Tentang Gizi Seimbang Balita Kota Banda Aceh. skripsi

Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta :


Depkes. RI Jakarta

Dewi Pertiwi. Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Gizi Balita


Melalui Pemberian Pendidikan Dan Buku Gizi. Skripsi

Depertemen Kesehatan RI. 2016. Tahapan perkembangan anak menurut


SDIDTK.. Jakarta: Depkes RI

Fatima Tuzzahroh. Pengaruh Penyuluhan Gizi Seimbang Dengan Media Video,


Poster Dan Permainan Kwartet Gizi Terhadap Pengetahuan Gizi Dan
Status Gizi Siswa Di Sekolah Dasar Negeri Karangasem Iii Kota
Surakarta.skripsi

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:


Salemba Medika.

Dahlia Jenni. 2014. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Kemenkes
RI

Machfoedz, Irham. 2008. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan: Jakarta:


Erlangga

Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Nasrul Effendy. (2008). Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

82
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik,. Ed.3. Jakarta: EGC

Nursalam. (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.


Jakarta:Gramedia Pustaka

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar. (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Riwidikdo, handoko. (2009). Statistik Kesehetan: Belajar mudah teknik analisis.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Syafrudin. 2011. Penyuluhan Kesehatan Pada Remaja, Keluarga,. Lansia dan


Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Sastroasmoro, Sudigdo. 2009. Membina Tumbuh Kembang Bayi dan Balita.


Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan.
Perilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan.
Perilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika.

Widhi Sumirat. Pengaruh Penyuluhan Tentang Perkembangan Motorik Kasar


Anak Usia 0 – 1 Tahun Terhadap Pengetahuan Ibu. skripsi

Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 ... (2007). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisi Data

Wong S. 2008. Perkembangan psikologi, social dan kognitif anak. Yogyakarta

83
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di Desa Candirejo, Kec. Ungaran Barat, Kab. Semarang
Dengan hormat,
Saya bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Universitas Ngudi
Waluyo Ungaran (UNW) :
Nama : Ambar Dewi Wahyuni
NIM : 030217A188

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul ”Perbedaan


Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Di Berikan Konseling MPASI Pada Bayi
Umur 0-12 Bulan di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang Tahun 2018”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang
merugikan bagi para responden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
saja. Jika para responden tidak bersedia untuk menjadi responden, maka
diperbolehkan untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila
selama pengambilan data terdapat hal-hal yang tidak di inginkan maka anda
berhak untuk mengundurkan diri. Jika anda menyetujui, maka saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi
responden penelitian ini.

Peneliti, Agustus
2018

Ambar Dewi Wahyuni

84
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Judul penelitian : Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Di Berikan


Konseling MPASI Pada Bayi Umur 0-12 Bulan di Desa
Candirejo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Tahun 2018
Nama : Ambar Dewi Wahyuni
Institusi : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
NIM : 030217A188
Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilaksanakan
oleh peneliti, saya akan diminta untuk bersedia menjadi responden. Saya mengerti
bahwa risiko yang terjadi kecil apabila pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
dapat menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan
menghentikan dan akan memberikan dukungan, dan saya berhak mengundurkan
diri dari penelitian ini tanpa ada sanksi atau kehilangan hak.
Saya mengerti bahwa hasil penelitian ini akan dirahasiakan dan dijamin
selegal mungkin, semua berkas yang mencantumkan identitas dan semua jawaban
saya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data, bila sudah tidak digunakan
akan dimusnahkan, dan hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data. Saya
bersedia mengisi kuesioner ini secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak
manapun, saya bersedia berperan dalam penelitian ini.

Ungaran, Agustus 2018

Responden

85
Lampiran 3
KUESIONER
PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH DI BERIKAN
KONSELING MPASI PADA BAYI UMUR 0-12 BULAN DI DESA
CANDIREJO KECAMATAN UNGGARAN BARAT KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2018

Tanggal :
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No responden :
2. Nama :
3. Umur : tahun
4. Alamat :
(untuk no 4 dan 5 isilah dengan melingkar angkasesuai jawaban anda)
5. Pendidikan Terakhir :
a. SD c. SMA/ sederajat
b. SMP/ sederajat d. Diploma/ Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan :
a. Ibu Rumah Tangga c. Wiraswasta
b. Buruh Pabrik d. PNS

B. KUESIONER PENGETAHUAN MP-ASI


Petunjuk Pengisian
1. Jawab pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda ( √ ) pada kotak
yang telah tersedia
N Pertanyaan Ya Tidak
o
1. Waktu yang tepat untuk memberikan makanan pendamping ASI
(MP-ASI) adalah bayi berumur 6 bulan
2 Tanda anak sudah bisa diberikan makanan pendamping ASI

86
adalah jika pipi di tempel sendok mulut segera di buka
3 Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada saat bayi
berusia <6 bulan dapat menyebabkan diare
4 Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sebelum bayi
berusia 6 bulan dapat merusak pencernaan bayi
5 Frekuensi pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada
usia 6-9 bulan diberikan sebanyak 3x sehari
6 Frekuensi pemberian makanan pemberian ASI (MP-ASI) saat
usia bayi 6-9 bulan diberikan 1-2 kali sehari ditambah cemilan 3
kali sehari
7 Frekuensi pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada
usia 9-12 bulan diberikan sebanyak 4-5x sehari
8 Frekuensi pemberian makan pendamping ASI (MP-ASI) pada
bayi usia 9-12 bulan adalah setiap bayi menangis berikan makan
9 Menggunakan piring tersendiri untuk memastikan anak memakan
semua makanan yang di berikan
10 Pada umur 6-9 bulan berikan makanan keluarga yang di lunakan
11 Pada usia 6-9 bulan diberikan makanan keluarga yang di potong-
potong
12 Setelah bayi berusia 8 bulan, bayi sudah bisa mulai makan-
makanan yang bisa ia pegang
13 Pada usia 9-12 bulan berikan makanan yang bisa ia pegang
.
14 Berikan makanan secara bervariasi
.
15 Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terdiri dari
karbohidrat, protein nabati/ kacang-kacangan, protein hewani,
sayuran dan buah serta sumber lemak tambahan
16 Variasi makanan bintang 1 adalah makanan pokok seperti biji-
. bijian, akar dan umbi-umbian

87
17 Ibu disarankan memberikan variasi makanan setiap harinya agar
. anak mendapatkan variasi nutrisi sejak awal pemberian mkanan
pendamping ASI (MP-ASI)
18 Bersabarlah dan terus berikan dorongan kepada bayi agar ia mau
. makan
19 Paksa bayi supaya mau makan
.
20 Dalam menyiapkan makanan dan memasak makanan tidak perlu
. di bersihkan terlebih dahulu
21 Mencuci sayuran terlebih dahulu sebelum di masak atau diberikan
.
22 Gunakan sendok atau cangkir yang bersih untuk memberikan
makanan atau minuman kepada bayi
23 Simpan makanan yang akan diberikan kepada bayi di tempat yang
. bersih dan aman
24 Sebelum makan tangan bayi tidak perlu di bersihkan terlebih
. dahulu
25 Mencuci tangan tidak perlu menggunakan sabun

2. Kapan anda memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) kepada bayi


anda ?
Jawab : ....... bulan

88
89
36

Anda mungkin juga menyukai