Anda di halaman 1dari 13

1.

Latar Belakang

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome)


adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya system
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan Iain-lain). Virusnya sendiri bernama Human
Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena rumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan presemmal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan
terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi
tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh
unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada
penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko
lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem
kekebalan yang disebut limfoma. Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik;
seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,
merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien
AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis
tempat hidup pasien.

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara
material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat
menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat.
Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi
berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi.
Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di
seluruh dunia adalah grup HIV-1. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai
virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri
khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam
virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag,
pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam
patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam
transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus
lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV.
Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya
transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh
makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain.
Dari tahun muncul 1980an telah banyak korban dikarenakan jaman dahulu belum mempunyai
teknologi yang mendukung HIV/AIDS di dunia mencapai 33juta orang tapi berikut data spesifik
yang berhasil dihimpun dari beberapa sumber, menurut WHO Global Summary of the AIDS
epidemic 2009 mengatakan bahwa jumlah orang yang terjangkit virus HIV mencapai 33,3 juta
orang dan yang meninggal akibat penyakit AIDS pada tahun 2009 mencapai 1,8 juta orang.
Menurut Ditjen PPM & PL Depkes RI Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia Secara kumulatif
kasus AIDS 1 Januari 1987 s.d. 31 Maret 2010, adalah berjumlah 20564 orang dan yang
meninggal dunia berjumlah 3936 orang.

1. Rumusan Masalah
2. Apa host, agen, dan environment penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana riwayat alamiah penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit HIV/AIDS?

1. Tujuan
2. Mengetahui dan mengidentifikasi host, agen, dan environment penyakit HIV/AIDS
3. Mengetahui dan mengidentifikasi riwayat alamiah penyakit HIV/AIDS
4. Mengetahui cara pencegahan penyakit HIV/AIDS
BAB II

PEMBAHASAN

1. HOST, AGENT, ENVIRONMENT


2. Pengertian host, agent, environment

Proses terjadinya penyakit di sebabkan adanya interaksi antara “agent” atau factor penyebab
penyakit, manusia sebagai “host” dan factor lingkungan “environment” yang mendukung. Ketiga
factor tersebut dikenal sebagai trias penyebab penyakit. Ketidak seimbangan antara ketiga factor
tersebut dapat menimbulkan terjadinya penyakit.

1. Faktor host

Host atau pejamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi factor resiko
untuk terjadinya penyakit. Factor ini disebut factor intrinsic. Host biasanya berupa manusia atau
hewan yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah penyakit.

1. Faktor agent
Agen merupakan semua unsur atau elemen hidup maupun tidak hidup yang kehadirannya atau
ketidakhadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan pejamu (host) yang rentan
dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimuli untuk menyebabkan terjadinya proses
penyakit. Faktor agent antara lain:

 Agent biologis : virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain


 Agent kimia : pestisida, obat-obatan, limbah industry dan lain-lain
 Agent nutrisi : karbohidrat, protein, vitamin, dan lain-lain
 Agent mekanik : kecelakaan jalan raya
 Agent fisik : suhu, radiasi, tekanan udara, suhu dan lain-lain

1. Faktor environment

Factor environment di sebut juga sebagai factor ekstrinsik. Faktor lingkungan adalah segala
sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi di luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau
memungkinkan penularan penyakit. Secara garis besar dapat dibagi dalam tiga bagian utama
yaitu :

 Lingkungan fisik

Lingkungan fisik merupakan keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia
baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia.

Lingkungan fisik meliputi :

 Udara, keadaan cuaca, geografis dan geologis


 Air sebagai sumber kehidupan
 Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air radiasi dan lain sebagainya.
 Lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistim
organisasi, serta institusi peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk
masyarakat tersebut. Meliputi :

 Sistem hukum, administrasi, kehidupan sosial politik, serta sistem ekonomi yang berlaku
 Pekerjaan
 Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat
 Kepadatan penduduk, serta kepadatan rumah tangga
 Perkembangan ekonomi

 Lingkungan Biologis
Merupakan semua mahluk hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora dan fauna dan
memegang peranan penting dalam interaksi antara manusia (pejamu) dengan unsur penyebab
(agen).

2. Host, Agent, dan Environment Penyakit HIV/AIDS

 Factor Host

Factor host atau factor pejamu dari penyakit HIV/AIDS adalah manusia. Manusia yang menjadi
korban penyakit ini tidak menentu bisa laki-laki bisa juga perempuan. Namun biasanya penyakit
ini menyerang lebih banyak pada perempuan karena faktor anatomis biologis dan faktor
sosiologis gender. Perempuan cenderung menjadi korban tindakan asusila seperti pemerkosaan,
selain itu banyak kaum wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Salah satu situs
berita internet “dream.co.id” pernah memberitakan seorang pria playboy yang meninggal karena
HIV memiliki mantan kekasih sebanyak 40 orang, kemungkinan tertularnya HIV pada 40 wanita
tersebut sangatlah besar. Sangat jelas wanita lebih rentan terkenan penyakit HIV/AIDS. Ratio
jenis kelamin pria dan wanita di negara pola I adalah 10 :1. karena sebagian besar penderita
adalah kaum homoseksual sedangkan di negara pola II rationya adalah 1 : 1.

Dari segi umur remaja lebih rentan terjangkit virus HIV dibandingkan dengan anak-anak ataupun
orang dewasa, hal ini disebabkan karena pergaulan bebas. Perilaku yang penuh dengan
kebebasan seringkali mengarah pada kenakalan yang sangat mencemaskan dan Sangat
menyedihkan saat perilaku ini mengakibatkan tingginya jumlah penyimpangan dikalangan
remaja. Penyimpangan-penyimpangan yang kasusnya makin marak adalah pergaulan bebas atau
lebih spesifiknya disebut seks bebas. Sedangkan distribusi golongan umur penderita AIDS Di
Amerika Serikat Eropah, Afrika dan Asia tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada
umur 30-39 tahun. Mereka termasuk kelompok umur yang aktif melakukan bubungan seksual.
Hal ini membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteseksual merupakan pola
transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi
terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun
2000 diperkirakan Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan 110 juta anak-anak.
Hampir 50% dari 110 juta orang itu adalah remaja dan dewasa muda usia 13 -25 tahun.
Informasi yang diperoleh dari Pusat AIDS International fakultas Kesehatan Masyarakatat
Universitas Harvard, Amerika Serikat sejumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah
berkembang secara penuh akan meningkat 10 kali lipat.

Kelompok masyarakat beresiko tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seksual dengan
banyak mitra seks (promiskuitas). kaum homoseksual/biseksual. kaum heteroseksual golongan
pernyalahguna narkotik suntik. Penerima transfusi darah termasuk penderita hemofilia dan
penyakit-penyakit darah, anak dan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV. Kelompok
homoseksual/biseksual adalah kelompok terbesar pengidap HIV di Amerika Serikat. Prevalensi
HIV dikalangan ini terus meningkat dengan pesat.Di SanFransisco pada tahun 1978 hanya 4%
kaum homoseksual yang mengidap HIV. 3 tahun kemudian menjadi 24% dan 8 tahun kemudian
menjadi 80%. Kelompok heteroseksual lebih menonjol di Afrika dimana prevalensi. HIV pada
kaum laki-laki dan wanita hamil di Afrika pada tahun 1981 mencapai 18%. Kelompok
penyalahguna narkotik suntik di Eropah meliputi 11% dan di Amerika Serikat 25% dari seluruh
kasus AIDS. 2) Factor Agent

HIV merupakan virus penyebab AIDS termasuk Retrovirus yang mudah mengalami mutasi
sehingga sulit untuk membuat obat yang dapat membunuh virus tersebut. Daya penularan
pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darahnya, semakin
tinggi/semakin banyak virus dalam darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga
penyakitnya juga semakin parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya
sebenarnya sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai
temperatur 60° selama 30 menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan
virus lain, virus AIDS ini dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat
dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis atau peralatan
lain.

Faktor pembawa dari penyakit AIDS adalah virus HIV (Immunodeficiency Virus). Virus ini
dapat ditularkan melalui hubungan badan dengan seorang yang telah positif terjangkit virus HIV
sebelumnya, dapat pula ditularkan melalui jarum suntik yang tidak steril dan melalui transfuse
darah.

 Factor Enviroment

Lingkungan biologis, sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS.
Lingkungan biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for
Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat
masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB. Pada para WTS di Nairobi
terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai prevalensi HIV lebih tinggi

Lingkungan sosial yang buruk seperti pergaulan bebas dapat meningkatkan resiko terkena
HIV/AIDS. Pergaulan bebas di pengaruhi oleh laju budaya yang berpindah, yaitu budaya barat
termasuk seks bebas yang masuk ke budaya timuran termasuk Indonesia atau di sebut juga
globalisasi.
lingkungan agama sangat mempengaruhi penyebaran HIV. Orang yang pengetahuan agamanya
rendah biasanya suka melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang di dalam ajaran agama
seperti zina, maksiat dan lain-lain. di Indonesia penyakit HIV/AIDS dipandang sebagai penyakit
akibat dosa.

Lingkungan sosial ekonomi seperti pekerjaan juga ikut andil dalam penyebaran HIV. Pekerja
seks komersial atau PSK cenderung mudah terkena penyakit ini karena seringnya bergonta-ganti
pasangan seksual.

Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
masyarakat. Bila faktor-faktor ini mendukung pada perilaku seksual yang bebas akan
meningkatkan penularan HIV dalam masyarakat.

1. RIWAYAT ALAMIYAH PENYAKIT HIV/AIDS

Setiap orang yang menderita penyakit tertentu mempunyai riwayat perjalanan penyakitnya,
terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun.

Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa
adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana. Perjalanan
penyakit alamiah atau riwayat alamiah penyakit sebenarnya merupakan suatu “eksperimen”
dengan intervensi yang dilakukan oleh alam. “eksperimen” yang dilakuakn oleh ala mini
dianggap sebagai suatu eksperimen karena intervensi tidak dilakukan oleh peneliti secara sengaja
dan terencana.

1. Tahapan Riwayat Alamaiyah Penyakit HIV/AIDS

1) Tahap Pre Patogenesis

Tahap pre patogenesis tidak terjadi pada penyakit HIV AIDS. Hal ini karena penularan penyakit
HIV terjadi secara langsung (kontak langsung dengan penderita). HIV dapat menular dari suatu
satu manusia ke manusia lainnya melalui kontak cairan pada alat reproduksi, kontak darah
(misalnya trafusi darah, kontak luka, dll), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan
kehamilan.

2) Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem imun penderita
dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang dewasa ialah
jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya
antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu
tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ulang maupun terus
menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari 1 bulan, munculnya Herpes
zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh Candida
albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah bening secara
menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah terserang
penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa menyerang orang
normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa menjadi penyakit yang mematikan di
tubuh seorang penderita AIDS.

1. Tahap Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan
menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat
mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala
sakit.Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa
dimana virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan
sejak tertular virus HIV. Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk
menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV.
Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala
sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.

1. Tahap Penyakit Dini

Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV
akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/ lemah hingga
jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah
dengan menjalani uji antibody HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas
yang beresiko terkena virus HIV.

1. Tahap Penyakit Lanjut

Pada tahap ini penderita sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa. Penderita mengalami
nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta nyeri dada. Penderita mengalami jamur pada
rongga mulut dan kerongkongan.Terjadinya gangguan pada persyarafan central mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat. Pada sistem persyarafan ujung (peripheral) akan menimbulkan nyeri
dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang selalu mengalami tensi
darah rendah dan impotent.Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau
cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (folliculities), kulit
kering berbercak-bercak.

3) Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)

Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS pada tubuh penderita. Fase akhir
dari penderita penyakit AIDS adalah meninggal dunia. Hampir tidak ada yang bisa sembuh dari
penyakit AIDS.

1. PENCEGAHAN PENYAKIT HIV/AIDS

“Mencegah lebih baik dari pada mengobati” memang sangat tepat saat membicarakan masalah
AIDS sebab sampai saat ini belum juga ditemukan cara perawatan, vaksin, maupun obat-obatan
yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh manusia. Oleh karenanya, mencegah penularan
HIV merupakan cara yang paling efektif untuk menghindari AIDS.

Pencegahan penyakit HIV/AIDS menekankan pada kebiasaaan hidup masyarakat agar tehindar
dari prilaku beresiko terjangkit virus HIV. Dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
menghindari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:

1. Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat

Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, membiasakan
diri dengan perilaku seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV. Misalnya,
dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti pasangan, dan menggunakan
pengaman (terutama pada kelompok perilaku beresiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas
seksual.

2. Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril

Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum
suntik yang digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi, setiap
kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik yang haru. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan
sarung tangan lateks setiap kontak dengan cairan tubuh juga dapat memperkecil peluang
penularan HIV.

3. Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba


Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik. Fakta
menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai lima kali
lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.

4. Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV

Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah dapat mencegah penularan HIV.
Sebelum transfusi darah berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV untuk
memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.

5. Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil

Meskipun hamil adalah hak setiap wanita, namun bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk
tidak hamil. Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang
dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi dengan dokter.

Pencegahan menurut 3 pola penyebaran virus HIV :

1. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual

HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam penularan
AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria
ke wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria. Setelah mengetahui cara penyebaran HIV
melaui hubungan seksual maka upaya pencegahan adalah dengan cara :

 Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak
mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
 Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak
terinfeksi HIV (homogami)
 Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
 Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
 Tidak melakukan hubungan anogenital.
 Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok
resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

2. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah

Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS melalui darah
terjadi dengan transfusi darah yang mengandung HIV, jarum suntik atau alat tusuk lainnya
(akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik,
pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV. Langkah-
langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:

 Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa
darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi
serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka
pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
 Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah.
Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang
dicurigai harus di buang.
 Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis
dipakai.
 Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan
secara baku.
 Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke
dalam badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.
 Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
 Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

3. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu

Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya. Penularan
dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di
lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu
yang terinfeksi HIV tidak hamil.
BAB III

KESIMPULAN

1. Proses terjadinya penyakit di sebabkan adanya interaksi antara “agent” atau factor
penyebab penyakit, manusia sebagai “host” dan factor lingkungan “environment” yang
mendukung.
2. Faktor host atau factor pejamu dari penyakit HIV/AIDS adalah manusia.

 Dari segi umur remaja dan orang dewasa yang paling beresiko
 Dari jenis kelamin wanita yang lebih beresiko
 Kelompok masyarakat beresiko tinggi adalah mereka yang melakukan hubungan seksual
dengan banyak mitra seks (promiskuitas)

3. Faktor pembawa atau faktor agent dari penyakit AIDS adalah virus HIV
(Immunodeficiency Virus)
4. Factor environment meliputi lingkungan biologis, sosial, ekonomi, budaya dan agama
sangat menentukan penyebaran AIDS.
5. Tahapan riwayat alamaiyah penyakit HIV/AIDS :

1) Tahap Pre Patogenesis

2) Tahap Patogenesis

3) Tahap Post Patogenesis (Tahap Penyakit Akhir)

6. Pencegahan penyakit HIV/AIDS terdiri dari :


7. Membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat
8. Menggunakan jarum suntik dan alat-alat medis yang steril
9. Menjauhi segala bentuk penggunaan narkoba
10. Tidak terima transfusi darah dari orang yang mengidap HIV
11. Menganjurkan wanita pengidap HIV untuk tidak hamil
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, eko. Anggraeni, dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi. EGC : Jakarta

Bustan, M. Najib. 2012. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta : Jakarta

Ditjen PPM & PL Depkes RI. Data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. 2010 Avaiable from
: http://www.aidsindonesia.or.id/repo/LT1Menkes2010.pdf ( 9 November 2014)

Noor. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta : Jakarta

Notoatmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar. Rineka Cipta : Jakarta

WHO. Data AIDS International. 2011. Available from :


http://www.who.int/hiv/data/2009_global_summary.png ( 9 November 2014)

Anda mungkin juga menyukai