PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
D. Definisi Operasional
1. Upaya promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan Puskesmas adalah
upaya puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat
untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu,
keluarga dan lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat (UKBM).
2. Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan
oleh puskesmas untuk menjadikan lingkungan yang sehat dalam
rangka pencegahan terhadap penyakit yang berhubungan dengan
lingkungan dan menciptakan lingkungan yang dapat mengoptimalkan
penyembuhan suatu penyakit di masyarakat
3. Upaya kesehatan ibu dan anak dan KB adalah upaya kesehatan primer
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu
dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta
upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan bayi,
anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam
proses tumbuh kembang. Keluarga berencana adalah upaya
keesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi
reproduksi yang berkualitas.
4. Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk
mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan
pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta
dukungan peran serta aktif masyarakat.
5. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah suatu
upaya untuk mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam
masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan
kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan,
surveilans dan imunisasi.
6. Upaya perawatan kesehatan masyarakat upaya puskesmas dalam
melakukan perawatan bagi penderita yang di lakukan di rumah.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144);
3. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
967);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1676);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular ( Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1755 );
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
Kesehatan Seksual ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 );
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di
Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 403)
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1775)
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1223)
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehata di Puskesmas;
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tabel 2.1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan Realisasi
UPTD Puskesmas Rimbo Data
Tahun 2018
Upaya Kes. Realisasi
No Kualifikasi SDM
Masyarakat
1 UKM Promkes D3/ S1 Kesehatan S1 Kesmas
Masyarakat
2 UKM KIA & KB Min D3 Kebidanan D IV Kebidanan
3 UKM Gizi Min D3 Gizi S1 Gizi
4 UKM Kesehatan Min D3 Kesling S1 Kesmas
Lingkungan
5 UKM P2P Min D3 Keperawatan S1 dokter gigi
B. Distribusi Ketenagaan
Pelaksanaan penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat di UPTD
Puskesmas Rimbo Data dilaksanakan oleh Penanggung jawab dan beserta
Tim pelaksanaan yang terintegrasi. Adapun penanggung jawab program
upaya kesehatan dan latar belakang profesinya adalah sebagai berikut:
f. Tata Laksana
d. Perencanaa (P1)
Penanggung jawab program merencanakan kegiatan Kesehatan
Lingkungan pada RKA ( yang bersumber dana APBD ) dan atau
melalui POA BOK ( Plan Of action Bantuan Operasional Kesehatan )
pada kegiatan yang bersumber APBN.
e. Penggerakan Pelaksanaan ( P2)
Pada kegiatan P2 petugas melakukan:
- Membuat jadual kegiatan
- Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau PPATK
BOK
- Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan.
- Melaksanakan kegiatan.
f. Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3)
- Petugas mencatat kegiatan dan melaporkan kegiatan
- Petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa hasil
pertemuan.
- Petugas mengevaluasi hasil kegiatan
5. Talaksana
a. Perencanaa (P1)
Nutrisionist merencanakan kegiatan penanggulangan gizi masyarakat
pada RKA ( yang bersumber dana APBD ) dan atau melalui POA BOK
( Plan Of action Bantuan Operasional Kesehatan ) pada kegiatan yang
bersumber APBN.
b. Penggerakan Pelaksanaan ( P2)
c. Pada kegiatan P2 petugas melakukan:
1) Membuat jadual kegiatan
2) Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau PPATK
BOK
3) Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan.
4) Melaksanakan kegiatan.
g. Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3)
1) Petugas mencatat kegiatan dan melaporkan kegiatan
2) Petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa hasil
pertemuan.
3) Petugas mengevaluasi hasil kegiatan
D. Layanan Posbindu:
1. Penanggung jawab :
Bidan.
a. Perangkat kerja
1) Leaflet/brosur penyuluhan penyakit.
2) Tensimeter.
3) Stetoskop
4) Blangko infokonsen
5) IMS SET
6) Senter.
2. Tujuan.
Tujuan posbindu adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam
strata kemasyarakatan.
3. Kegiatan.
a. Perencanaan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia.
b. Penimbangan berat badab dab pengukuran tinggi badan.
c. Pengukuran tekanan darah.
d. Pemeriksaan kesehatan dan status mental.
e. Penyuluhan konseling
4. Tata Laksana:
a. Perencanaan ( P1)
Petugas melaksana posbindu pada RKA yang bersumber dana APBN
atau POA BOK
b. Penggerakan pelaksanaan ( P2)
Pada kegiatan P-2 petugas melakukan :
1) Pembuatan jadual kegiatan
2) Mengkoordinasikan kegiatan dengan bendahara
3) Mengkoordiansikan dengan lintas program tentang kegiatan yang
akan dilaksanakan.
c. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan
2) Petugas membuat notulen pada kegiatan pertemuan
3) Petugas mengevaluasi kegiatan
b. Pemberdayaan Keluarga
Dilakukan oleh petugas puskesmas yang melaksanakan
kunjungan rumah terhadap keluarga yaitu keluarga dari individu
pengunjung Puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di
wilayah kerja Puskesmas. Tujuan dari Pemberdayaan keluarga ini
juga untuk memperkenalkan prilaku baru yang mungkin
mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh keluarga
tersebut.
Perilaku baru misalnya prilaku buang air ke jamban, konsumsi
garam beryodium, memelihara TOGA, menguras bak mandi,
menutup persediaan air, mengubur benda-benda buangan yang
menampung air, konsumsi makanan berserat ( buah dan Sayur )
Pemberian informasi tentang prilaku yang diperkenalkan seperti
tersebut diatas perlu dilakukan secara sistematis agar anggota-
anggota keluarga yang dikunjungi oleh petugas Puskesmas dapat
menerima dari tahap tahu menjadi mau dan mampu
melaksanakan .
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk
Pemberdayaan keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi
antara lain dari dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan.
Demikian pula media komunikasi yang digunakan dapat berupa
pilihan atau kombinasi dari lembar balik, leaflet, gambar/foto (
poster ) atau media lain yang mudah dibawa untuk kunjungan
rumah.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Dilakukan oleh Petugas Puskesmas yang merupakan penggerakan
atau pengorganisasian masyarakat, kegiatan ini diawali dengan
membantu kelompok masyarakat yang mengenali masalah-
masalah yang mengganggu kesehatan sehingga masalah tersebut
menjadi masalah bersama, kemudian masalah tersebut
dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara bersama.
Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh Puskesmas
berwujud UKBM seperti Posyandu, POD, Panti Pemulihan Gizi,
Kadarzi, Dokcil, SBH, Poskestren dll.
Disamping itu Puskesmas juga berfungsi sebagai Pusat penggerak
Pembangunan berwawasan kesehatan yaitu :
a. Menggerakkan Lintas Sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan Pembangunan yang
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dan melaporkan secaqra aktif dampak kesehatan
dan penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah
kerjanya.
c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
(2) Poliklinik
Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan
waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien
berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya.
Guna memudahkan pemberdayaan dalam pelayanan medis, harus
disediakan berbagai media (alat peraga) seperti misalnya lembar
balik, poster, gambar-gambar atau model-model anatomi, dan brosur
yang bisa dibawa pasien.
Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah
orang yang mengantarkannya ke Puskesmas. Oleh karena itu,
khususnya di Ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster,
selebaran yang berisi informasi tentang berbagai penyakit dan
pencegahannya.
(3) Ruang Pelayanan KIA & KB
Sebagian besar pengunjung adalah ibu-ibu dan balita yang tidak
sakit, yaitu ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya atau hendak
bersalin, atau mereka yang memerlukan pelayanan kontrasepsi. Oleh
karena itu perlu dipasang poster atau selebaran tentang berbagai
penyakit, khususnya yang menyerang bayi dan balita. Disamping itu,
tentang pentingnya memeriksakan kehamilan teratur, pentingnya
tablet Fe, imunisasi yang lengkapbagi bayi, pemberian ASI Eksklusif,
memantau tumbuh kembang balita, dan lain-lain.
(4) Laboratorium
Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu :
a. Bagi pasien untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan dokter
b. Bagi pengunjung sehat lainnya yaitu untuk memantau kondisi
kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Oleh karena itu, perlu dipasang poster dan leaflet yang dapat diambil
gratis.
1. Posyandu Balita
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh
untuk dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
Tujuan Posyandu :
a. Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.
b. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB.
c. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
d. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Sasaran Posyandu :
a. Bayi
b. Anak Balita
c. Ibu hamil, melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia subur (PUS)
Fungsi Posyandu :
Manfaat Posyandu :
a. Bagi Masyarakat
Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB
Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan
masalah kesehatan terutama terkait dengan kesehatan ibu dan
anak
Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan sektor
lain terkait
b. Bagi Kader,Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat
Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan AKI dan AKB
Dapat mewujudkan aktualitas dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.
c. Bagi Puskesmas
Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, upaya pelayanan kesehatan strata pertama
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan sesuai dengan kondisi setempat.
Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui
pemberian pelayanan secara terpadu.
d. Bagi Sektor Lain
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah sektor terkait.
Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor lain
Tabel 2.2
Nama Posyandu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rimbo Data
Tahun 2018
No Nama Posyandu Jorong Nagari
1 Danau Indah Panang Tanjung Balik
2 Anggrek Panang Tanjung Balik
3 Mawar Kulangan Tanjung Balik
4 Teratai Koto Lamo Tanjung Balik
5 Aksi Pasa Buyuh Tanjung Pauh
6 Melati Koto Lamo Tanjung Pauh
7 Kasih Ibu Pulau Panjang Tanjung Pauh
2. Posyandu Lansia
Umur Harapan hidup di Indonesia meningkat dari 68,6 th (2004)
menjadi 69,8 th (2010) (BPS) dan menjadi 70,8 th (2015), dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 72,2 th (2030-2035). Salah satu
permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah
kesehatan sehingga diperlukan pembinaan kesehatan pada kelompok
pra lanjut usia dan lanjut usia, bahkan sejak usia dini.
Tujuan umum Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia yang
sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan
masyarakat. Tujuan khususnya adalah :
1) Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun
Lansia
2) Meningkatnya koordinasi Lintas program, Lintas Sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat dan pihak terkait.
3) Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan
lansia.
4) Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga,masyarkat
dan lansia dalam upaya peningkatan kesehatan lansia
5) Meningkatnya peran serta Lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat
Pelaksana kegiatan deteksi dini dan tindak lanjut faktor resiko PTM
adalah anggota masyarakat itu sendiri, yaitu Kader Posbindu PTM dan
dibina oleh Puskesmas.
Tujuan Khusus
Pembina UKS
Pembinaan program UKS, pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan
dibentuk dengan membentuk tim pembina usaha kesehatan sekolah
(TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS tersebut antara lain meliputi:
1) Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah.
2) Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemeliharaan
dan pengawasan pengelolaan sampah, SPAL, WC dan kamar mandi,
kebersihan kantin sekolah, ruang UKS dan ruang kelas, usaha
mencegah pengendalian vektor penyakit.
3) Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan rutin
kebersihan kuku, telinga, rambut, gigi, serta dengan mengajarkan
cara gosok gigi yang benar.
4) Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan antara lain dalam bentuk kader
kesehatan sekolah dan dokter kecil
5) Penjaringan kesehatan peserta didik baru
6) Pemeriksaan kesehatan secara periodik
7) Imunisasi, pengawasan sanitasi air, usaha P3K di sekolah
8) Rujukan medik, penanganan kasus anemia
9) Forum komunikasi terpadu dan pencatatan dan pelaporan
Pelaksana program UKS antara lain meliputi guru UKS, peserta
didik, Tim UKS Puskesmas, serta masyarakat sekolah (komite sekolah).
Pada tingkat Puskesmas, dengan seorang koordinator pelaksana terdiri
dari dokter, perawat, petugas imunisasi, pelaksana gizi, serta sanitarian.
Kegiatan-kegiatan UKS
Kegiatan UKS meliputi antara lain :
1) Pemeriksaan kesehatan (kehatan gigi dan mulut, mata telinga dan
tenggerokan, kulit dan rambut),
Kegiatan UKGS ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
g. Tahap I ( Paket Minimal)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang belum
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang ada di
puskesmas. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa:
Pendidikan /penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum dari Departemen
Pendidikan Nasional.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut berupa kegiatan bimbingan
pelihara diri bagi murid, minimal untuk kelas I, II dan III, berupa
sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang mengandung
fluor minimal 1 kali dalam sebulan.
Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi yang memerlukan.
h. Tahap II ( Paket Standart)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah
terjangkau oleh tenaga kesehatan, sedangkan fasilitas kesehatan gigi
puskesmas masih terbatas. Kegiatan yang dilakukan pada tahap II ini
berupa :
Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan
gigi (terintegrasi)
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh guru
sesuai dengan kurikulum.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut minimal untuk murid kelas I,
II dan III berupa sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor minimal 1 kali dalam sebulan dam
pembersihan karang gigi.
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I SD diikuti
pencabutan gigi susu yang telah waktunya lepas/tanggal dan
pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
Pelayanan medis gigi dasar bagi murid yang membutuhkan
perawatan.
Rujukan bagi yang memerlukan.
i. Tahap III (Paket Optimal)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah
terjangkau oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan gigi yang
dimiliki puskesmas sudah memadai. Adapun kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini berupa :
Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan
gigi (terintegrasi)
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai
dengan kurikulum.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut minimal untik kelas I, II dan
III berupa sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor minimal 1 kali dalam sebulan dan pembersihan
karang gigi.
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti
pencabutan gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas.
Pelayanan medis gigi dasar atas permintaan dari murid kelas I
sampai dengan kelas VI.
Pelayanan medis gigi dasar pada murid kelas terpilih/selektif
sesuai kebutuhan.
Rujukan bagi yang memerlukan.
Selain 3 tahapan diatas, cakupan pelaksanaan UKGS dalan
ketentuan Depkes RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa :
1. Frekwensi pembinaan petugas UKGS ke SD minmal 2 kali dalam
setahun.
2. Minimal 75 % murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi
dan mulut.
3. Minimal 80 % murid SD mendapatkan perawatan medis gigi dasar
dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk mendapatkan
perawatan lanjutan.
Kegiatan UKGS dilaporkan dengan menggunakan variabel
kegiatan sebagai berikut :
1. Jumlah murid SD kelas I, II dan III yang mendapat DHE
2. Jumlah murid kelas I, II dan III yang melaksanakan sikat gigi
massal dengan pasta gigi yang mengandung fluor.
3. Jumlah guru atau dokter kecil yang mendapat pelatihan UKGS.
4. Jumlah murid kelas I yang dilakukan penjaringan kesehatan.
5. Jumlah murid kelas I yang dicabut giginya yang sudah waktunya
tanggal.
6. Jumlah yang mendapatkan pengobatan darurat dari guru.
7. Jumlah yang kelas I sampai kelas VI yang mendapat DHE.
8. Jumlah murid kelas I dan II yang yang mendapat surface
protection.
9. Jumlah murid kelas I sampai kelas VI yang mendapatkan
pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
Semua data kegiatan dapat ditampilkan dengan menggunakan
diagram batang, dan kegiatan ini didokumentasikan melalui foto-foto
kegiatan dan rekaman video
2) Pemeriksaan perkembangan kecerdasan,
3) Pemberian imunisasi,
4) Penemuan kasus-kasus dini,
5) Pengobatan sederhana,
6) Pertolongan pertama.
7) Rujukan
2. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran
(proyeksi) yang dihitung berdasarkan rumus. Berdasarkan data
tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah
kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
Register kohort ibu
Register kohort bayi
Register kohort anak balita
Register kohort KB
3. Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum
dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan
KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan
tersebut dari semua BdD dan mengolahnya menjadi laporan dan
informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS
KIA. Informasi per nagari dan per kecamatan tersebut disajikan
dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan
Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data,
Validasi dan Pengelompokan.
1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran
pengisian formulir yang tersedia.
2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus
dilaporkan.
Contoh :
Pembersihan data : Melakukan koreksi terhadap laporan
yangmasuk dari Bidan di nagari mengenai duplikasi nama,
duplikasi alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati
K1.
Validasi : Mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar
daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar
daripada ibu hamil.
Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil anemi
berdasarkan nagari untuk persiapan intervensi, ibu hamil
dengan KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk :
Narasi, Tabulasi, Grafik dan Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau
profil suatu wilayah kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA
yang diserahkan kepada instansi terkait.
2. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi
dalam bentuk lampiran.
3. Grafik : dipergunakan untuk presentasi dalam
membandingkan keadaan antar waktu, antar tempat dan
pelayanan. Sebagian besar hasil PWS disajikan dalam
bentuk grafik.
4. Peta : dipergunakan untuk menggambarkan kejadian
berdasarkan gambaran geografis.
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk
mengolah data KIA maka data dari kartu- kartu pelayanan bidan
di nagari, dimasukkan ke dalam komputer sehingga proses
pengolahan data oleh bidan di nagari dan bidan koordinator
Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
2. Membuat Grafik
a. Menentukan target rata2 per bulan untuk menggambarkan
skala pada garis vertikal (sumbu Y), caranya target 1 tahun/12
b. Hasil perhitungan cakupan kumulatif, dimasukan kedalam
lajur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat (tertinggi
sebalah kiri)
c. Nama desa ditulis pada lajur desa, menyesuaikan lajur
kumulatif
d. Hasil perhitungan bulan ini dan bulan lalu untuk tiap desa
dimasukan ke lajur masing2
e. Gambar anak panah untuk mengisi lajur trend,
f. Bila bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu maka trend naik (↑)
g. Bila bulan ini lebih rendah dari bulan lalu maka trend turun
(↓)
h. Bila bulan ini sama dari bulan lalu maka trend tetap (−)
Sumber :
Sub Direktorat Kesehatan Ibu yang merupakan pembahasan akhir
dan hasil editing dari dr. Andi Ayusianto dan dr. Kirana
3.2.16 Pelayanan
Kesehatan Bayi
1. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada
pedoman Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas,
pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh
dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau
rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi
berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
1. Pencegahan infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6
jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan
tubuh bayi.
6. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha
kanan
8. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosis tunggal
9. Pemeriksaan bayi baru lahir
10. Pemberian ASI eksklusif
11. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
2. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat
pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2, 3, 4,
DPT/HB 1, 2, 3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
(SDIDTK)
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI,
tanda-tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA
5. Penanganan dan rujukan kasus bila di perlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan bayi adalah dokter spesialis anak, dokter, bidan dan
perawat.
3. Bentuk Pelayanan kesehatan pada bayi :
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada
anak dengan mendekapkan bayi diantara kedua payudara
ibunya segera setelah lahir. Memberikan kesempatan bayi
menyusui sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi
di dada atau perut dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin to
skin contact) setidaknyaselama 1-2 jam sampai bayi menyusui
sendiri. Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan penyakit
yang menyerang bayi, karena kandungan antibodi yang ada
pada colostrum dan ASI. Setelah bayi lahir dan tali pusat
dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi
kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan) :
1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar
bersalin
2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan
di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan
mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan
bayi diberi topi.
4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan
biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu.
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal
selama satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam,
biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam
7. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan
biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit.
Setelah IMD selesai, maka dilanjutkan langkah berikut :
1. Dilakukan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep
mata dan imunisasi Hepatitis B (HB 0).
2. Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada
periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan
dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau
perawat.
3. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialami oleh sebagian BBL.
4. Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata (Oxytetrasiklin 1%).
5. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk
mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir
di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi
baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya,
oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di
rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan
yang memeriksa.
c. Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan
sekitar 2 menit setelah bayi baru lahir atau setelah penyuntikan
oksitosin 10 IU intramuskular kepada ibu. Hindari
pembungkusan tali pusat atau jika di bungkus tutupi dengan
kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap terkena udara
dan akan lebih mudah kering.
d. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari
bayi terpapar langsung dengan suhu lingkungan
e. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali
yaitu :
1. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah lahir
2. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh
dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau
melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu
pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada
algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM)
termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan
mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan
imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai
bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).
4.Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
Hipotiroid Kongenital adalah kekurangan hormon tiroid
pada bayi baru lahir. Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan
masa awal kehidupan, bisa mengakibatkan hambatan
pertumbuhan (cebol) dan retardasi mental (keterbelakangan
mental). Lebih dari 90 % bayi dengan HK tidak memperlihatkan
gejala saat dilahirkan. Kalaupun ada sangat samar dan tidak
khas. Komponen yang sangat penting dalam system skrining BBL
adalah :
1. KIE (Konseling Informasi Edukasi)
Tenaga kesehatan yang menolong persalinan bayi dan
pelaksanaan asuhan perinatal bertanggung jawab untuk
memberikan KIE kepada orang tua bayi tentang SHK
2. Proses Skrining
a. Persiapan : mendorong orang tua untuk mau melakukan
SHK
b. Persetujuan (informed consent)
c. Penolakan (dissent consent)
d. Pengambilan specimen yang harus diperhatikan :
Waktu pengambilan (timing) : paling ideal umur bayi 48
– 72 jam (KN2), jangan lakukan dalam 24 jam I karena
kadar TSH masih tinggi, sehingga hasil nya menjadi
positif palsu,.
Data : isi kartu identitas bayi dengan lengkap dan benar
dalam kartu informasi
Metode dan tempat pengambilan darah : Metode
pengambilan darah dari tumit bayi, teteskan darah ke
tengah bulatan kertas saring sampai bulatan terisi
penuh dan tembus kedua sisi. Kertas saring berada di
bagian atas kartu identitas bayi.
Pengiriman/transportasi specimen : Kertas saring di
masukkan ke dalam amplop, langsung dikirim melalui
pos ekspres, tidak boleh lebih dari 7 hari sejak specimen
di ambil, perjalanan tidak boleh lebih 3 hari.
Proses Skrining di laboratorium
Koreksi terhadap kemungkinan kesalahan dalam
pengambilan specimen
Hal pertama yang harus dilakukan jika mendapatkan hasil
test positif adalah sesegera mungkin menghubungi orang tua bayi
yang bersangkutan. Tugas dari tim tindak lanjut bayi dengan hasil
test positif ialah mencari tempat tinggal bayi tsb dan memfasilitasi
pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis.
3.2.17 Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan
intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan
atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan
keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual
yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi
sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh
dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi
sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau
mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan
dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter
derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab
kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana
ditingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), ditingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan
Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering
merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian balita, Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan
WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak
tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah
mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada
anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat
pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah
dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6
bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana
pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
a. Inspeksi sanitasi
Inspeksi sanitasi dilakukan untuk air minum dengan
sistem perpipaan, depot air minum dan air minum bukan jaringan
perpipaan, melalui :
Penetapan lokasi titik dan frekuensi inspeksi sanitasi;
Pengamatan dan peniaian terhadap sarana air minum dengan
menggunakan formulir inspeksi sanitasi sarana air minum
(terlampir); dan
Menetapkan tingkat resiko pencemaran berdasarkan penilaian.
b. Pemeriksaan kualitas air bersih
Pemerikasaan kualitas air dilakukan dengan cara
pengambilan sampel air minum.
Tata cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
Penetapan lokasi titik pengambilan sampel dilakukan
berdasrkan hasil inspeksi sanitasi;
Titik-titik sampel menyebar dan mewakili kualitas air dari
sistem penyediaan air bersih;
Sampel diambil, disimpan dan dikirim dalam wadah yang steril
dan bebas dari kontaminasi;
Pengiriman sampel dilakukan dengan segera;
Sampel yang diambil dilengkapi dengan data rinci sampel yang
diambil.
Penetapan jumlah dan frekuensi pengambilan sampel air
minum sesuai dengan yang diatur pada lampiran Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum.
c. Pembinaan pemakai air
Pembinaan pemakai air dilakukan untuk pengamanan
kualitas air sebagai tindak lanjut pengawasan kualitas air melalui
upaya penyuluhan. Kegiatan penyuluhan penyehatan air
terdiridari :
Penyuluhan penyehatan air bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran penduduk akan pentingnya penggunaan dan
penanganan air bersih secara higienis dalam kehidupan
sehari-hari, diperolehnya perubahan perilaku hidup sehat yang
berhubungan dengan penyediaan air bersih, dan
melembaganya kegiatan perencanaan, pembangunan,
pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan, serta pengembangan
sarana air bersih dimasyarakat.
Peningkatan kegiatan kelompok pemakaiair (Pokmair).
Penerapan upaya penyehatan air melalui pendekatan desa
percontohan kesehatan lingkungan.
2. Pembinaan dan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Tujuan pembinaan dan pengawasan Tempat-Tempat
Umum (TTU) adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya informasi keadaan sanitasi TTU.
b. Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh TTU yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
c. Sebagai data dasar untuk penyuluhan kepada pihak terkait.
Bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan TTU adalah
inspeksi sanitasi pada TTU, diantaranya adalah :
a. Inspeksi sanitasi sekolah
b. Inspeksi sanitasi pondok pesantren
c. Inspeksi sanitasi hotel
d. Inspksi sanitasi Pasar
e. Inspeksi sanitasi sarana ibadah
f. Inspeksi sanitasi salon/pangkas rambut
g. Inspeksi sanitasi sarana pelayanan kesehatan
h. Inspeksi sanitasi kolom renang
Inspeksi sanitasi TTU dilakukan dengan menggunakan
formulir inspeksi sanitasi TTU tersendiri, sesuai dengan jenis TTU
sebagaimana terlampir. Sebagai alat bantu dalam inspeksisanitasi
TTU juga dapat digunakan sanitarian kids.
Hasil inspeksi sanitasi TTU akan mengambarkan
permasalahan yang ada pada TTU tersebut dan merupakan
rekomendasi bagi petugas dalam pelaksanaan penyuluhan guna
mengubah perilaku yang terkait dengan TTU tersebut. Salah satu
bentuk metode dalam mengubah perilaku yang dapat dilakukan di
TTU seperti di sekolah, pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya adalah dengan methodology for participatory assesment
(MPA) dan participatory hygiene and sanitation transformation
(PHAST) yang disingkat dengan MPA-PHAST.
MPA adalah suatu metode/cara yang digunakan untuk
melakukan suatu kajian atau penilaian terhadap keadaan atau
kondisi sarana sanitasi suatu kelompok masyarakat dengan
melibatkan partisipasi masyarakat. PHAST adalah suatu metode
yang digunakan untuk mencapai perubahan perilaku ke arah
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mengembangkan
sarana sanitasi.
Mengapa digunakan metode MPA-PHAST? Atau apa
kelebihan dari MPA-PHAST? :
a. Masyarakat dapat mengekspresikan “voice dan choicenya”.
b. Memungkinkan bagi yang buta huruf untuk mengekpresikan
pandangannya.
c. Kesinambungan dan efektifitas suatu program.
Peralatan yang diperlukan dalam Metode MPA-PHAST
adalah gambar-gambar yang mengambarkan sarana sanitasi yang
digunakan masyarakat, perilaku masyarakat dalam pemanfaatan
sarana sanitasi, alur penyakit yang bisa disebabkan oleh perilaku
tersebut, dan alur pencegahan penyakit. Permasalahan dan
pemecahan masalah di dapat dari masyarakat, petugas
menyimpulkan sampai ada suatu komitmen perubahan perilaku
ke arah PHBS.
5. Klinik Sanitasi
Tujuan pelaksanaan klinik sanitasi adalah suatu upaya
penyehatan lingkungan dan pembenrantasan penyakit berbasis
lingkungan. Dengan klinik sanitasi maka upaya penyehatan
lingkungan difokuskan pada kelompok resiko tinggi penyakit
berbasis lingkungan.
Alur merujuk pasien penyakit berbasis lingkungan ke
klinikk sanitasi adalah sebagai berikut :
a. Pengunjung mendaftar di loket
b. Petugas loket mengisi kartu status
c. Pasien menuju ke poliklinik dengan membawa kartu status
d. Petugas poliklinik (perawat, dokter, bidan) memeriksa pasien
sesuai prosedur yang berlaku dipuskesmas
e. Apabila dari hasil emeriksaan diduga menderita penyakit yang
berbasis lingkungan (diare, kecacingan, ISPA, malaria, DBD, TB
Paru, kulit/gatal-gatal, keracunan makan, minuman dan
pestisida) dan diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, maka
pemeriksa memberikan kartu rujukan/kartu status kepada
pasien untuk menuju ke petugas klinik sanitasi
f. Penderita menuju dan memberikan kartu rujukan/kartu status
pasien ke petugas klinik sanitasi.
Alur pelaksanaan wawancara petugas klinik sanitasi
dengan pasien adalah sebagai berikut :
a. Pasien yang dirujuk menyerahkan rujukann/kartu status ke
petugas klinik saniitasi
b. Petugas klinik sanitasi mempelajari kartu pasien untuk
mengetahui penyakit penderita
c. Lakukan wawancara dengan menggunkan daftar pertanyaan
sesuai penyakit yang diderita pasien
d. Simpulkan hasil wawancara apakah penyakit yang diderita
pasien itu ada indikasi berhubugan dengan faktor lingkungan
e. Berikan saran pemecahan yang sederhana, mudah
dilaksanakan danmurah sesuai dengan masalahnya
f. Adakan kesepakatan kapan bisa berkunjung ke rumah pasien
jika penyakit disebabkan oeh faktor lingkungan
g. Pasien ambilobat di apotik dan pulang
h. Petugas klinik sanitasi mengisi kartu status kesehatan
ligkungan berdasarkan kartu status penderita dan mencatat ke
dalam buku registrasi.
HIV ( + )
SEMBUH
PAJANAN INFEKSI TB
10%
MATI
Kosentrasi Kuman
Lama kontak
Keterlambatan Diagnosis
Tatalaksana tak memadai
Kondisi kesehatan
Malnutrisi
Penyakit DM, dll
Laporan OAT
Pengiriman
Pengiriman
RS/Klinik Puskemas
e. Format Pelaporan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB Paru :
Formulir pencatatan dan pelaporan Program Nasional Pengendalian TB :
1. TB 01 : Kartu Pengobatan Penderita
2. TB 02 : Kartu Identitas Penderita
3. TB 03 : Register TB / Kabupataten / Kota
4. TB 04 : Register Laboratorium
5. TB 05 : Formulir Permohonan Laboratorium untuk pemeriksaan dahak
6. TB 06 : Daftar tersangka / Suspek TB yang diperiksa dahak SPS
7. TB 07 : Laporan Triwulan Penemuan dan Pangobatan pasien TB
8. TB 08 : Laporan triwulan hasil pengobatan TB
9. TB 09 : Formulir Rujukan / Pindah pasien TB
10. TB 10 : Formulir hasil pengobatan pasien TB Pindahan
11. TB 11 : Laporan Triwulan Hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
akhir tahap intensif
12. TB 12 : Formulir jaga mutu pemeriksaan laboratorium
13. TB 13 : Laporan Triwulan OAT
Sistem pencatatan dan Laporan pada Program menggunakan formulir
tersebut diatas dan juga menggunakan media elektonik (komputerisasi)
dengan program TB Elektronik dan Program SITT.
f. Visualisasi Data :
Jenis – jenis data yang akan di disajikan pada papan cakupan Program di
Puskesmas atau di dinas Kesehatan meliputi :
a. Peta Wilayah Kasus TB : BTA +, TB Anak, Rongent +, TB Mangkir
b. Grafik Jumlah penderita TB : BTA +, TB Anak, Rongent +, TB Mangkir
dibuat berdasarkan Waktu., tempat, Kelompok umur dan jenis
Kelamin.
c. CDR masing-masing Nagari atau Puskesmas
d. Protap / SOP : penatalaksanaan penderita TB
e. Alur Pelayanan dan Rujukan
ALUR DIAGNOSIS TB PARU PADA ORANG DEWASA
Tersangka Penderita TB
(Suspek TB)
Hasil Hasil
mendukung Röntgen
TB Neg
Perencanaan Kebutuhan
1. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kusta
- Register dan Kartu penderita kusta
Alur Pelaporan program Kusta
Ditjen PP & PL
Propinsi
Kabupaten
2. Visualisasi Data
Data yang disajikan adalah :
- Peta Penderita Kusta
- Jumlah Penderita Kusta Type MB dan PB, berdasarkan tempat, umur
dan jenis kelamin.
ALUR TATALAKSANA PENDERITA KUSTA
TANDA UTAMA
PERIKSA ULANG
JUMLAH BERCAK
3-6 BLN
TANDA UTAMA
1-5 TAK
>5 ADA RAGU
ADA
PB MB
RUJUK
Dinkes Provinsi
Dinkes Kab/Kota
Form KDRS
Positif Negatif
1. PSN DBD
2. Larvasidasi radius 200 m 1. PSN DBD
3. Penyuluhan 2. Larvasidasi radius 200 m
4. Fogging, radius 200 m 3. Penyuluhan
(2 siklus interval 1 minggu)
Tatalaksana DBD :
Rawat inap
Leukosit <5000/ul Leukosit normal
Subdit Malaria
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Malaria
- Grafik Kasus Malaria berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /
tempat dan Waktu
Alur Penemuan Penderita Malaria
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus ISPA dan Pneumonia
- Grafik Kasus ISPA berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /
tempat dan Waktu
- Grafik Cakupan proporsi Penderita Ispa / Pneumonia yang di tangani
dan dirujuk.
- Grafik Pengunaan Obat-Obatan