Anda di halaman 1dari 21

MODUL PELATIHAN DASAR

JABATAN FUNGSIONAL
PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI 2.f (MI-2.f)


PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA
(Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR
2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI – MI 2.i


INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Inspeksi K3 merupakan salah satu program utama yang hampir selalu dilaksanakan oleh
semua tempat kerja. Inspeksi K3 bertujuan untuk mendapatkan gambaran penerapan
program K3 yang dijalankan oleh perusahaan. Dalam konteks yang lain, inspeksi juga
dilakukan sebagai kegiatan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai suatu
kejadian atau fenomena yang terkait dengan aspek K3. Kegiatan inspeksi umumnya
dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai perwakilan departemen/unit/bagian yang
relevan. Pelaksanaan inspeksi umumnya terjadwal dan terencana, meskipun juga terdapat
beberapa inspeksi yang sifatnya tidak terencana sesuai dengan kebutuhan di tempat kerja.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan inspeksi keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dan tujuan inspeksi K3
2. Menjelaskan jenis inspeksi K3
3. Melaksanaan inspeksi K3

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Konsep dan Tujuan Inspeksi K3


Pokok Bahasan 2. Jenis Inspeksi K3
Subpokok bahasan:
a. Toolbox Meeting / Safety Talk
b. Safety Patrol / Safety Inspection

Pokok Bahasan 3. Pelaksanaan Inspeksi K3


Subpokok bahasan:
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Laporan
d. Evaluasi dan tindak lanjut

1 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

IV. BAHAN BELAJAR


A. Buku teks
1) Construction Safety Association of Ontario, Safety Talk, Revised edition, 2003 ISBN
0-919465-88-9
2) Geoff Taylor, Kellie Easter and Roy Hegney, Enhancing Occupational Safety and
Health, Elsevier 2004.
3) Phil Hughes and Ed Ferrett, 2007, Introduction to Health and Safety at Work, Third
edition. Published by Elsevier.
4) William F. Martin dan James B. Waiters, Safety and Health Essentials for Small
Businesses, 2001 by Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-7127-0
B. Modul Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
C. Peraturan
1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) PP 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3
D. Standar/Pedoman dan Bahan lain berisikan informasi yang terkait dengan materi
1) Form identifikasi bahaya
2) Materi safety talk/Toolbox meeting

V. LANGKAH/PROSES PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi (120 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran dan pokok bahasan. (5
menit)
b. Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus memfasilitasi
diskusi/tanya jawab. (35 menit)
c. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberikan lembar tugas
berupa pertanyaan/ilustrasi studi kasus. (10 menit)
d. Fasilitator memfasilitasi presentasi hasil tugas kelompok dan sekaligus diskusi/tanya
jawab. (60 menit)
e. Sebelum sesi diskusi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan menanyakan
kepada peserta apakah masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan

2 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

yang sudah disampaikan. Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau
kelompok peserta selama proses pembelajaran. (10 menit)

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi
yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
KONSEP DAN TUJUAN INSPEKSI K3

Inspeksi keselamatan dan kesehatan yang efektif adalah salah satu alat pencegahan
insiden/kecelakaan yang paling penting dalam program keselamatan dan kesehatan
perusahaan. Menggunakan inspektur terlatih dalam program inspeksi yang direncanakan
akan mengurangi insiden dan kerusakan properti.

Program inspeksi keselamatan yang efektif akan meningkatkan komunikasi pekerja, moral
perusahaan dan, dari waktu ke waktu, menghemat uang pengusaha. Biasanya inspeksi
keselamatan ditujukan terutama dalam menemukan dan merekam kondisi yang tidak
aman. Fokus yang sempit ini cenderung mengabaikan penyebab lain dari insiden, seperti
kebijakan yang tidak aman dan faktor personal. Selain itu, pekerja dan supervisor umumnya
menyadari kedatangan tim inspeksi satu atau dua hari sebelum pemeriksaan. Hal ini
kadang-kadang menciptakan suasana persiapan sebelum inspektur tiba. Itu berarti para
inspektur sering mengamati tempat kerja dan orang-orang di dalamnya hanya secara
dangkal. Hasilnya adalah bahwa inspektur keselamatan jarang melihat situasi yang
sebenarnya yang menyebabkan insiden, cedera dan kerusakan properti. Agar tim inspeksi
Anda menjadi efektif, mereka harus memeriksa tempat kerja pada kondisi sehari-hari.
Mereka harus melihat kegiatan dan kondisi di mana insiden, cedera dan kerusakan properti
terjadi.

Program inspeksi memerlukan perencanaan, persiapan dan pelatihan. Untuk inspektur


untuk melakukan pekerjaan yang baik, mereka harus menerima pelatihan apa yang harus
dicari dan apa yang harus melihat. Harus ada sistem pembinaan di tempat untuk menjaga
konsistensi inspeksi. Penyisihan untuk merekam dan melaporkan setiap kekurangan ke
manajemen, komite keselamatan dan pengawas. Bagian terakhir dari sistem harus
menyediakan sarana menindaklanjuti dan pemantauan setiap kekurangan diidentifikasi.

3 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Inspeksi K3 merupakan komponen penting dari program pencegahan di tempat kerja.


Proses ini melibatkan pemeriksaan lingkungan kerja dengan hati-hati dan secara teratur
dengan maksud untuk:
1) Mengidentifikasi dan merekam bahaya aktual dan potensial yang ditimbulkan oleh
bangunan, peralatan, lingkungan, proses dan praktek;
2) Mengetahui bahaya yang membutuhkan perhatian segera;
3) Menentukan apakah kontrol bahaya yang ada memadai dan beroperasi sebagaimana
mestinya;
4) Merekomendasikan tindakan perbaikan jika perlu.

Pokok Bahasan 2.
JENIS INSPEKSI K3

a. Toolbox Meeting / Safety Talk


1) Pengertian safety talk
Safety talk adalah suatu cara yang melibatkan secara langsung pekerja (hands-on)
untuk mengingatkan para pekerja bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah
hal yang penting pada pekerjaan. Safety talks umumnya sangat terkait dengan
masalah tertentu di tempat kerja. Safety talks bukan untuk menggantikan pelatihan
formal. Melalui pembicaraan keselamatan Anda dapat memberitahu pekerja tentang
persyaratan K3 untuk peralatan, perlengkapan kerja, bahan, dan prosedur yang
digunakan setiap hari atau untuk pekerjaan tertentu. Setiap safety talk umumnya
dilaksanakan atau memakan waktu sekitar 5 (lima) menit sehingga sering juga
disebut dengan pembicaraan lima menit.

Toolbox meeting atau safety talk merupakan pertemuan yang umumnya dilakukan
pada pagi hari sebelum dimulainya pekerjaan untuk membahas apa saja kegiatan
yang akan dilakukan serta melakukan evaluasi (review) terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan kemarin. Dalam toolbox meeting juga dibicarakan tentang pembagian
tugas/job description oleh supervisor kepada masing-masing pekerja sehingga tidak
ada lagi kekeliruan saat bekerja di lapangan dan mengingatkan kembali kepada
seluruh pekerja mengenai pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja serta
memelihara lingkungan kerja.

2) Mengapa harus melakukan toolbox meeting/safety talk?


Dalam memberikan safety talk, tujuan Anda adalah membantu para pekerja untuk
MENGENALI dan MENGENDALIKAN bahaya pada pekerjaan yang akan dilakukan.
Safety talk dapat disampaikan oleh seorang supervisor, perwakilan K3, anggota
komite K3, seorang petugas keamanan, atau pekerja yang akan terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan.

4 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Anda memberikan safety talk karena Anda bertanggung jawab untuk menasihati para
pekerja tentang bahaya yang ada atau yang berpotensi membahayakan keselamatan
dan kesehatan pekerja. Safety talk menunjukkan komitmen pengusaha dan pekerja
terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

3) Dasar hukum pelaksanaan toolbox meeting/safety talk


Beberapa peraturan yang terkait dengan pelaksanaan toolbox meeting/safety talk
adalah:
a) UU no. 1/1970, pasal 9 ayat 1 telah mensyaratkan bahwa menjadi kewajiban
pengusahan untuk mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada pekerja.
Komunikasi ini mencakup sebagai berikut:
i. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerja;
ii. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerja;
iii. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
iv. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
b) Sistem Manajemen K3 (SMK3) (OHSAS 18001), pasal 4.4.2 menyebutkan bahwa
perusahaan mewajibkan untuk mengkomunikasikan bahaya serta mencakup
awareness atau kesadaran dari pekerja terhadap kebijakan K3 perusahaan dan
konsekuensi jika tidak menjalankan prosedur kerja yang ada termasuk apa yang
harus dilakukan dalam kondisi darurat.

4) Metode agar toolbox meeting/safety talk dapat berjalan


a) Pilih topik yang dibicarakan yang sesuai dengan kondisi lokasi dan pekerjaan.
Jangan membicarakan sesuatu yang tidak akan ditemui dalam pekerjaan.
b) Berikan pembicaraan di tempat yang sesuai atau paling tepat dengan materi yang
akan diberikan. Tempatnya dapat berupa area kantor, lapangan, atau di dekat
peralatan dan perlengkapan yang Anda bicarakan.
c) Sampaikan topik pembicaraan dengan jelas. Biarkan pekerja tahu persis apa yang
akan Anda bicarakan dan mengapa hal itu penting bagi mereka.
d) Gunakan materi safety talk sebagai rujukan dan sedapat mungkin menggunakan
kata-kata Anda sendiri.
e) Hubungkan poin-poin penting pada materi safety talk agar akrab dengan
pekerjaan yang akan dilakukan.
f) Jelaskan bahaya yang akan dihadapi dan sampaikan bahaya yang mungkin terjadi
dalam pekerjaan. Gunakan informasi dari materi safety talk yang sudah
dipersiapkan untuk menjelaskan bagaimana mengontrol atau mencegah bahaya
tersebut.
g) Jika memungkinkan, gunakan alat peraga yang nyata, peralatan, material, dan
situasi lingkungan kerja untuk menunjukkan poin-poin kunci.

5 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

h) Ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dibicarakan. Berikan jawaban


yang terbaik menurut pengetahuan Anda terhadap pertanyaan yang muncul.
Dapatkan informasi lebih lanjut jika diperlukan.
i) Minta pekerja untuk menjelaskan atau memperagakan apa yang telah mereka
pelajari
j) Mencatat setiap pembicaraan yang disampaikan. Termasuk tanggal, topik, dan
nama-nama peserta (daftar hadir).

5) Manfaat toolbox meeting/safety talk


1) Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang bahaya dan risiko serta cara
penanggulangannya.
2) Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur keselamatan dan kesehatan dalam
bekerja.
3) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar pekerja.

Contoh Laporan Pelaksanaan Safety Talk

LAPORAN SAFETY TALK

Topik Safety Talk :

Perusahaan : Pekerjaan :
DisampaikanOleh : Tanggal

Peserta yang hadir

Catatan kegiatan selama safety talk

Tertanda : Jabatan:

6 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

b. Safety Patrol / Safety Inspection


1) Pengertian
Inspeksi tempat kerja membahas proses kerja dan aktivitas kerja serta
membandingkannya dengan standar yang telah ditentukan. Inspeksi tempat kerja
harus melihat hubungan antara pekerja, peralatan dan prosedur dalam menentukan
apakah standar terpenuhi dan terjaga.

Inspeksi Keselamatan dan kesehatan adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan di


tempat kerja untuk mencari dan melaporkan bahaya yang ada dan potensi bahaya
yang berpotensi menimbulkan cedera atau sakit. Inspeksi yang dilakukan pada
pekerjaan yang dilakukan di tempat tertentu dengan peralatan, alat dan orang
tertentu kadang disebut dengan Observasi Kerja atau Pengambilan Contoh Kerja
(Job Performing Sampling).

2) Alasan pelaksanaan inspeksi K3


Inspeksi K3 dilakukan untuk memenuhi beberapa kebutuhan sebagai berikut:
i. Identifikasi bahaya
ii. Menilai potensi kerugian dari bahaya
iii. Memilih langkah-langkah pengendalian yang dirancang untuk menghilangkan
atau mengurangi bahaya ke tingkat yang dapat diterima
iv. Memantau efektivitas tindakan pengendalian
v. Mereview pemenuhan terhadap standar yang ada

3) Tujuan Inspeksi K3
Tujuan Inspeksi K3 antara lain untuk:
i. Mengidentifikasi variasi prosedur kerja yang ada
ii. Menentukan ketepatan kebijakan K3 yang ada dan apakah diperlu ditegakkan
(enforcement), dimodifikasi atau diubah penerapannya seiring dengan
perubahan teknologi, keterampilan karyawan, perkembangan industri dan
peraturan.
iii. Untuk mendeteksi potensi bahaya sehingga mereka memperbaiki sebelum
kecelakaan terjadi.
iv. Untuk mengumpulkan informasi yang dimanfaatkan sebagai dasar untuk
meningkatkan efisiensi dan keefektifan dalam organisasi

Tujuan utama program K3 dan inspeksi kesehatan adalah untuk mempromosikan


kewaspadaan di bagian dari setiap pengawas dan pekerja untuk memeriksa,
membenahi, dan melaporkan segala kondisi yang memiliki potensi kecelakaan.
Pemantauan terus menerus ini memiliki fungsi penting dari keberhasilan sebuah
program.

7 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

4) Elemen-elemen Kunci Dalam Melakukan Inspeksi


i. Bagaimana seharusnya Inspeksi dilakukan?
Proses inspeksi memerlukan dukungan dari semua bagian dan karyawan agar
efektif. Cara terbaik untuk mendapatkan dukungan adalah dengan
mengkomunikasikan secara jelas kepada tenaga kerja apa manfaat yang
diperoleh bila inspeksi dan penilaian dilakukan secara terbuka dan jujur tentang
tempat kerja dan sistem kerja. Sebelum inspeksi berlangsung, orang akan ingin
tahu apa yang ingin dicapai atas partisipasi mereka dan rencana-rencana apa
yang akan dilakukan yang berhubungan dengan hasil inspeksi.
ii. Mendorong Keterlibatan tenaga kerja
Ketika inspeksi sedang dilakukan, setiap kesempatan harus diambil untuk
melibatkan sebanyak mungkin orang di dalam proses tersebut. Masukan dari
mereka yang terlibat langsung dalam kegiatan kerja sangat penting untuk
pengembangan tindakan korektif yang diperlukan yang dapat
direkomendasikan. Mendapatkan dukungan dari pekerja dan supervisor akan
membuat proses perubahan yang jauh lebih sederhana dan lebih dapat diterima
dari pada mencoba untuk memaksakan metode kerja baru atau ide ke orang-
orang.
Ketika melakukan inspeksi hasilnya harus selalu didiskusikan dengan orang-
orang yang bekerja di daerah yang sedang dikaji. Masukan dari mereka yang
terlibat secara langsung di dalam pekerjaan tersebut sangat penting untuk
mendapatkan penerimaan dari setiap komentar yang dibuat dari hasil observasi.

5) Jenis Inspeksi
Ada dua jenis inspeksi keselamatan dan kesehatan, periodik dan berkelanjutan.
i. Inspeksi K3 berkala, yang sengaja direncanakan, menyeluruh, dan sistematis.
Inspeksi seperti itu sering dilakukan oleh komite K3 secara bulanan atau dua
bulanan. Keuntungan dari jenis inspeksi ini adalah memberikan informasi
tentang perubahan dalam operasi atau peralatan yang pada saat yang
bersamaan melihat efektifitas program pengendalian yang berjalan.
ii. Inspeksi terus menerus atau berkelanjutan harus dilakukan oleh supervisor,
pekerja, dan personil inspeksi sebagai bagian dalam tahap mantenance,
pengawasan, atau tanggung jawab. Inspeksi terus menerus mencatat kondisi
bahaya yang potensial atau tindakan tidak aman secara jelas atau dan juga
mengoreksi segera atau membuat laporan untuk memulai tindakan perbaikan.

6) Tim Inspeksi ditempat kerja


Inspeksi Keselamatan dan kesehatan dapat dan harus dilakukan oleh beberapa orang
dalam organisasi. Pemimpin tim atau supervisor harus membuat inspeksi
berkelanjutan dan waspada terhadap perubahan kondisi, operasi, dan metode kerja.

8 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Beberapa operasi mungkin memerlukan pengawas untuk membuat beberapa


inspeksi untuk memastikan bahwa semua tindakan pencegahan keselamatan dapat
diambil. Untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang tidak aman dimana pekerja
dapat terpapar, supervisor harus melakukan inspeksi pada awal setiap hari atau shift.
Inspeksi di tempat kerja dapat dilakukan dengan berbagai macam orang.
Menggunakan checklist yang sama, penekanan yang berbeda dapat ditempatkan
pada item yang sama. Kebanyakan organisasi besar memiliki beberapa bentuk
prosedur inspeksi. Undang-undang sendiri memberikan hak untuk perwakilan
kesehatan dan keselamatan untuk memeriksa tempat kerja, menyediakan kondisi
tertentu dipenuhi. Selanjutnya, di beberapa tempat kerja, inspeksi dapat dilakukan
oleh anggota komite kesehatan dan keselamatan.

Peran supervisor dan manajer meliputi kegiatan inspeksi, dan dalam beberapa
organisasi akan ada staf keamanan atau orang yang melakukan pertolongan pertama
yang juga melakukan inspeksi dari satu bentuk atau lain. Jelas, ada kebutuhan untuk
mengkoordinasikan kegiatan seluruh karyawan tersebut untuk tujuan
memaksimalkan manfaat dari inspeksi tempat kerja dan untuk meminimalkan
duplikasi.

Pengawas memainkan peran kunci dalam program inspeksi. Supervisors harus


membuat putaran mingguan fasilitas merekam kondisi tidak aman dan praktis dan
meneruskan informasi yang dikumpulkan kepada manajemen dan juga kepada
Komite Keselamatan dan Kesehatan. Ketika supervisor melakukan inspeksi,
menekankan kepada organisasi dalam program dalam program keselamatan dan
kesehatan kerja dan kepentingan dan kerjasama dengan pihak lain
Umumnya, Komite Keselamatan dan Kesehatan bertanggung jawab untuk semua
inspeksi formal. Komite ini termasuk supervisor, pekerja, mandor toko, personil
pemeliharaan, dan perwakilan karyawan. Pengetahuan dari anggota komite akan
digunkan untuk menjelaskan mengenai bahaya yang mungkin tidak disadari oleh
orang awam.

Pokok Bahasan 3.
PELAKSANAAN INSPEKSI K3

a. Persiapan
Ketika merencanakan program inspeksi, inspektur harus mempertimbangkan hal
berikut:
1) Mengetahui material dan kandungannya yang digunakan dalam proses unit produksi
yang dapat berpotensi untuk menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja,
kebakaran, kerusakan properti, atau bahaya lainnya

9 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

2) Mesin, peralatan, dan alat-alat harus bebas dari material perusak dan bahaya lainnya.
Diperlukan penanganan khusus untuk mesin dan titik-titik operasi, termasuk semua
bagian yang bergerak serta aksesorisnya (roda gaya, roda gigi, poros, katrol,
peralatan, ikat pinggang, kopling, sprockets, rantai, kontrol, lampu, rem, sistem
pembuangan, dan grounding)
3) Alat pelindung diri (APD) dan peralatan keamanan harus tersedia dan digunakan
untuk meminimalisir risiko cidera. Semua APD harus sesuai untuk melindungi
terhadap bahaya tertentu dan disimpan dalam tempat yang telah disediakan
4) Bekerja dan permukaan berjalan (tangga, tangga, perancah, dan landai) harus
berfungsi dengan aman, memenuhi standar keselamatan yang ada, dan dijaga
dengan baik.
5) Faktor lingkungan seperti pencahayaan, ventilasi, dan perangkat kontrol suara harus
sesuai dengan standar saat ini
6) Housekeeping, sanitasi, pembuangan sampah, penyimpanan bahan, dan item terkait
7) Layanan medis, fasilitas pertolongan pertama, dan sarana untuk mengangkut korban
luka harus tersedia setiap saat
8) Peralatan listrik, termasuk switch, pemutus, sekering, perlengkapan khusus, isolasi,
kabel ekstensi, peralatan, motor, dan grounding harus ditentukan harus sesuai
dengan peraturan yang terkait
9) Penyimpanan bahan kimia, penanganan, penggunaan, dan transportasi harus seuai
dengan sistema pembuangan yang tepat, tanda-tanda peringatan, pakaian
pelindung, dan peralatan pelengkap lainnya
10) Sistem proteksi kebakaran dan pemadaman seperti alarm, sprinkler, pintu tahan api,
tanda keluar, dan alat pemadam layak direview termasuk emergency exit
11) Penilaian penjadwalan dan efektivitas dari program pencegahan

Penilaian Bahaya Kesehatan

Inspeksi dilakukan terhadap bahaya keamanan dan kesehatan. Untuk dapat mengenali
bahaya kesehatan selama proses inspeksi, Pengawas, sebaiknya megetahui faktor
lingkungan di tempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit atau sakit bagi pekerja
dan supervisor. Pengawas sebaiknya mempertimbangkan:
1) sifat dari produk yang dihasilkan
2) bahan baku yang digunakan
3) bahan dan zat yang ditambahkan dalam proses
4) produk yang dihasilkan
5) peralatan yang terlibat
6) siklus operasi
7) prosedur operasional yang digunakan
8) pengendalian kesehatan dan keselamata
9) penomoran dan level dari bahan kimia berbahaya, biologi, dan agen fisik

10 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Selain itu, Pengawas harus mempertimbangkan pedoman berikut:


1) Membuat rincian bahan kimia berbahaya, fisik, dan agen biologi yang ada dilapangan.
2) Menentukan mana agen kesehatan yang berbahaya dan daerah dimana paling
banyak terdapat agen tersebut (debu, asap, kabut, uap, gas).
3) Menentukan nilai ambang batas untuk semua bahaya kimia, fisik, dan biologis, dan
membandingkannya dengan kondisi aktual yang ada di tempat keja.
4) Menentukan proses dan peralatan apa saja yang menghasilkan tingkatan tidak aman
selama operasi berlangsung

b. Pelaksanaan
1) Prosedur Inspeksi
Program inspeksi berisikan hal yang teratur, sistematis, dan berkesinambungan
dengan standar keselamatan dan kesehatan terhadap penyimpangan di lingkungan
kerja.

Program inspeksi K3 membutuhkan:


i. Pengetahuan tentang proses produksi atau sumber
ii. Pengetahuan tentang standar yang berlaku, peraturan, kode dan aplikasi
iii. Tahapan-tahapan pemeriksaan yang sistematis
iv. Metode pengumpulan, pelaporan, evaluasi, dan penggunaan informasi

Dalam pelaksanaan inspeksi K3 di tempat kerja, maka langkah-langkah


pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
i. Harus ada kesepakatan di antara semua pihak yang terlibat tentang apa yang
akan diamati.
ii. Setiap orang yang berpartisipasi dalam proses inspeksi di tempat kerja harus
menyadari tujuan dari inspeksi dan kriteria penilaian kinerja.
iii. Tentukan waktu yang tepat untuk melakukan inspeksi di tempat kerja.
iv. Desain format yang jelas dan mudah digunakan. Pilih skala yang sesuai dan
tentukan referensi yang digunakan untuk menghindari kebingungan dan untuk
memperjelas standar kinerja.
v. Melakukan pemeriksaan secara terbuka dan jujur.
vi. Mengevaluasi informasi yang diperoleh dari pemeriksaan dan melaporkan hasil
dengan jelas dan akurat

11 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Dalam pelaksanaannya Inspeksi K3 juga dapat dikelompokkan menjadi:


i. Inspeksi Formal Dan Non-Formal
Inspeksi Formal umumnya direncanakan dan terjadwal, dimana dilakukan secara
berkala di seluruh tempat kerja. Biasanya dilakukan bulanan dan beberapa jenis
dokumentasi resmi digunakan untuk mengkomunikasikan hasil inspeksi kepada
karyawan.
Inspeksi Non Formal meskipun sangat bermanfaat, namun cenderung kurang
terkontrol dan hasilnya sering tertutupi oleh banyaknya atau sedikitnya
masalah. Hasil inspeksi non formal umumnya dikomunikasikan secara lisan dan
banyak informasi berharga yang terkadang terabaikan atau terlupakan.
Biasanya supervisor atau manajer akan berjalan di sekitar tempat kerja dan
menunjukkan atau mendiskusikan masalah dengan pekerja. Inspeksi tidak resmi
memiliki manfaat untuk menciptakan kesadaran dan sering dianggap sebagai hal
yang kurang mengancam dibandingkan inspeksi resmi.
Kesediaan untuk mengembangkan suasana kekompakan sebagai satu tim
diperlukan. Pertanyaan terbuka dapat memberikan informasi yang lebih baik,
misalnya 'apakah anda melakukan hal ini sambil menyiapkan mesin?' tapi
'ceritakan kepada saya tentang pengaturan mesin'

ii. Inspeksi Terencana Dan Tidak Terencana


Klasifikasi ini merujuk secara khusus untuk penjadwalan Inspeksi. Misalnya,
inspeksi harus berlangsung pada hari Jumat terakhir pada suatu bulan pukul
10.00 WIB (direncanakan) atau sebaliknya, dilakukan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu (tidak direncanakan)? Sekali lagi, baik inspeksi direncanakan dan
tidak direncanakan memiliki potensi untuk menjadi bermanfaat. Inspeksi yang
direncanakan yang paling umum karena pekerja dapat bersiapa-siap untuk
menghindari masalah dari hasil inspeksi. Tidak terencana bukan berarti hal
tersebut tidak direncanakan oleh pihak manajemen
Manfaat dari inspeksi direncanakan diperoleh dari kesempatan bagi tim inspeksi
untuk inspeksi ditempat kerja dalam kondisi normal, atau memungkinkan
mendekati normal. Hasil inspeksi yang cenderung jauh lebih dapat diandalkan
dan valid. Oleh karena itu keputusan yang dibuat sebagai hasil dari pengamatan
yang dilakukan di bawah kondisi kerja normal akan menemukan dukungan yang
lebih besar di kalangan angkatan kerja

Ada dua poin utama dalam inspeksi yang direncanakan.


a) Yang pertama adalah untuk mengetahui inspeksi yang akan dilakukan pada
waktu yang telah ditentukan dan mengetahui apa yang akan diperiksa
menyediakan kesempatan pekerja dan supervisor untuk 'membuat hal yang
benar' sebelum inspeksi dilakukan.

12 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

b) Poin utama yang kedua adalah, jika inspeksi direncanakan memberikan kesan
palsu dari kondisi normal di tempat kerja, setidaknya sebulan sekali beberapa
tindakan dapat diambil untuk memperbaiki hal-hal tersebut. Pandangan
memiliki banyak hal yang pantas. Namun, jika laporan penilaian menunjukkan
bahwa kondisi yang baik ketika para pekerja dan supervisor tahu sebaliknya,
maka ketidakpercayaan dapat muncul. Seluruh upaya dimasukkan ke dalam
proses inspeksi dapat di diskreditkan sebagai hasil dari apa yang para pekerja
atau supervisor lihat sebagai ketidakmampuan metode inspeksi tempat kerja
untuk mengidentifikasi, dengan cukup akurat, ukuran sebenarnya dari kinerja
dan risiko.

iii. Inspeksi Umum Dan Khusus


Inspeksi umum berhubungan dengan inspeksi pada hal-hal seperti rumah
tangga, penggunaan bahan kimia, teknik penanganan, penggunaan alat
pelindung diri, pengamanan dan paparan kebisingan. Inspeksi umum cenderung
melemparkan jaring yang luas dan memerlukan perhatian dalam menentukan
ruang lingkup inspeksi agar hasil inspeksi dapat digunakan. Misalnya, diketahui
bahwa alat pelindung diri tidak digunakan yang dilihat dari sebuah pengamatan.
Untuk mengembangkan solusi praktis apapun untuk perbaikan itu perlu untuk
mengidentifikasi alat pelindung diri dalam hal yang lebih spesifik: yaitu,
pelindung mata, pelindung telinga/pendengaran, sarung tangan, topi
keras/helm, dll
Inspeksi khusus atau inspeksi kritis lebih spesifik dan sering lebih bersifat teknis
daripada inspeksi umum. Sebuah inspeksi kritis digunakan untuk memeriksa
derek, sistem listrik, tingkat kebisingan dari sumber-sumber tertentu,
penanganan bahan peledak, penyimpanan bahan kimia, tingkat pencahayaan di
sekitar trotoar dan berbagai faktor lain yang memiliki pengaruh langsung pada
keselamatan karyawan.

Kebanyakan Inspeksi tempat kerja akan mengandung unsur-unsur dari kedua hal
ini yaitu inspeksi umum dan kritis

2) Kapan waktu terbaik untuk melakukan inspeksi?


Waktu inspeksi tempat kerja yang paling penting dan, yang terbaik, gambaran yang
Anda akan dapatkan dari upaya yang telah dilakukan merupakan sebuah potret dari
kondisi pada saat inspeksi. Satu jam sebelum atau sesudahnya penilaian yang
berbeda dapat terjadi. Akibatnya, melakukan inspeksi setelah daerah itu telah
dibersihkan, dapat membatasi kesempatan untuk mengidentifikasi risiko dan
mengurangi efektivitas inspeksi.
Penggunaan inspeksi mendadak (inspeksi yang tidak direncanakan) adalah salah satu
metode untuk mengatasi prasangka yang muncul dalam analisis beberapa laporan
inspeksi tempat kerja. Namun, penggunaan teknik ini menimbulkan masalah

13 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

administrasi dan stres, yang diciptakan oleh ketidakpastian kapan inspeksi akan
dilakukan yang diduga memiliki pengaruh yang kecil untuk memotivasi orang untuk
mengubah perilaku mereka.

Pendekatan terbaik adalah untuk mendapatkan penerimaan dari proses inspeksi


tempat kerja melalui promosi hasil yang positif. Orang-orang di semua tingkat
organisasi prihatin tentang kritik. Agar prosedur Inspeksi menjadi efektif, harus
dapat dilihat sebagai hal yang bermanfaat dan diterima sebagai bagian dari sistem
operasional normal. Jika hal ini dapat dicapai, waktu inspeksi menjadi sebuah
masalah yang sederhana dari suatu penjadwalan.

Jadwal harus ditetapkan agar komite dapat menyelesaikan inspeksi secara


menyeluruh dalam batasan waktu sesuai dengan anggota dan ketersedian anggota
dan ketersediaanya Panjang dan frekuensi inspeksi tergantung pada ukuran dan tata
letak fasilitas. Dimana ada konstruksi atau instalasi baru atau di mana ada perubahan
dalam proses, operasi, atau bahan, komite mungkin perlu untuk membuat khusus,
jadwal inspeksi untuk memastikan keselamatan.

3) Inspeksi K3 Harian/Mingguan/Bulanan
Tujuannya untuk memeriksa kondisi di area tertentu dengan menggunakan checklist
yang disusun oleh manajemen. Terdapat beberapa item, diantaranya seperti
penanggung jawab suatu mesin, apakah akses/rute telah disepakati dengan jelas,
apakah tempat tersebut terdapat alat pemadam api, dll. Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan oleh staf dari departemen yang menandatangani checklist tersebut. Ini
seharusnya tidak berlangsung lebih dari setengah jam, mungkin bisa kurang. Ini
adalah nota spesifik mengenai bahaya, tapi sebaiknya ada ruang di dalam checklist
yang dapat digunakan pengawas untuk mencatat masalah yang ditemukan

4) Keterbatasan dalam melakukan inspeksi K3


Penerapan checklist dalam inspeksi tempat kerja hanyalah bentuk dari identifikasi
yang ditujukan untuk mengungkap bahaya dan mendeteksi faktor penyebab
kecelakaan. Cara lain untuk melakukan identifikasi dapat dilakukan melalui kontak
harian antara pekerja dan pengawas, pertemuan K3 rutin, metode pelaporan bahaya
dan investigasi kecelakaan.

c. Laporan dan evaluasi


Beberapa item yang muncul dari inspeksi K3 segera akan ditangani, beberapa item
lainnya memerlukan tindakan dari orang-orang tertentu. Dimana terdapat beberapa
keraguan mengenai permasalahan, dan apa yang sebenarnya dibutuhkan, saran
sebaiknya didapat dari safety advicer atau ahli eksternal. laporan singkat yang didapat
dari inspeksi dan daftar tindakan yang dihasilkan segera diserahkan ke komite K3. Ketika
komite tidak mempunyai keterbatasan waktu untuk mempertimbangkan semua

14 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

laporan secara rinci, diperlukan tindakan yang tepat untuk kenyamanan, biasanya
komite menindaklanjuti laporan sampai semua hal diselesaikan

1) Format pencatatan dan pelaporan inspeksi


i. Dokumentasi inspeksi
Daftar periksa ini digunakan dalam pemeriksaan tempat kerja dan laporan yang
dihasilkan dan materi pendorong merupakan catatan penting yang dapat
memberikan informasi berharga untuk membantu dalam pengambilan
keputusan.

ii. Penggunaan checklist


Checklist atau daftar periksa adalah instrumen yang banyak digunakan dan
sangat ideal sebagai titik awal dalam inspeksi tempat kerja. Kriteria penting
ketika menggunakan daftar periksa adalah bahwa harus cukup fleksibel untuk
memungkinkan barang-barang yang tidak tercantum pada checklist sehingga
dapat dipertimbangkan. Checklist hanya panduan untuk membantu dalam
proses inspeksi yang bermanfaat dalam memberikan pengukuran kinerja yang
berarti terhadap standar yang telah ditentukan.

iii. Laporan rinci


Laporan hasil inspeksi akan bergantung terutama pada alasan melakukan
inspeksi dan orang yang melakukan inspeksi. Petugas P2K3, supervisor,
instalatur dan perwakilan K3 dapat menggunakan semua checklist inspeksi
tempat kerja yang sama dan menghasilkan laporan yang berbeda. Ini merupakan
hal yang normal dan diharapkan hasil ini sebagai alasan untuk melakukan
inspeksi yang mungkin berbeda dalam setiap kasus. Titik penting adalah bahwa
kriteria kinerja diterapkan dengan benar. Ada dua metode utama pelaporan hasil
inspeksi di tempat kerja
▪ Mengevaluasi hasil temuan dan rekomendasi daftar tentang bagaimana
perbaikan terbaik bisa dicapai.
▪ Hasil tabulasi inspeksi dan penyajian kesimpulan dan komentar apapun
dibuat oleh karyawan yang terlibat - misalnya, kelompok kerja yang terlibat
atau komite keselamatan untuk tujuan agar memungkinkan orang lain untuk
menentukan tindakan yang tepat berdasarkan temuan-temuan.

15 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

2) Evaluasi dan tindak lanjut


Agar pemeriksaan menjadi bagian yang berarti dari program pencegahan apapun,
informasi yang dikumpulkan harus dianalisis dan digunakan. Untuk itu, seseorang
harus ditunjuk untuk bertanggung jawab untuk menganalisis situasi dan menentukan
tindakan apa yang diperlukan.
Hal ini sama pentingnya untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab
untuk melakukan inspeksi menerima umpan balik tepat waktu. Jelas, jika tidak ada
umpan balik atau demonstrasi yang menarik, mereka akan dengan cepat
menyimpulkan bahwa pemeriksaan adalah sia-sia.
Akhirnya, informasi yang diperoleh dari pemeriksaan secara rutin harus tunduk pada
analisis yang komprehensif untuk menentukan daerah mana yang membutuhkan
tindakan korektif umum, dan untuk mengidentifikasi tren sebagai bagian dari
efektivitas program. Analisis laporan inspeksi memiliki potensi untuk mencapai,
khususnya, sebagai berikut:
▪ Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan di daerah-daerah tertentu;
▪ Menjelaskan mengapa beberapa jenis kecelakaan terjadi pada daerah-daerah
tertentu;
▪ Membangun urutan prioritas untuk tindakan korektif;
▪ Membantu untuk menetapkan metode kerja yang sehat atau meningkatkan
metode yang ada;
▪ Mengidentifikasi daerah, peralatan, tugas, dan lain-lain, yang analisis risiko yang
lebih mendalam akan sangat membantu.

VII. REFERENSI
1. Construction Safety Association of Ontario, Safety Talk, Revised edition, 2003 ISBN
0-919465-88-9
2. Geoff Taylor, Kellie Easter and Roy Hegney, Enhancing Occupational Safety and
Health, Elsevier 2004.
3. Phil Hughes and Ed Ferrett, 2007, Introduction to Health and Safety at Work, Third
edition. Published by Elsevier.
4. William F. Martin dan James B. Waiters, Safety and Health Essentials for Small
Businesses, 2001 by Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-7127-0
5. Enquiries Centre Human Resources and Social Development Canada, 2007, Work
Place Inspections, A Matter of Health and Safety, ISBN: 0-662-67203-8.
6. WorkSafeBC, 2009, Safety Inspections.

16 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

VIII. LAMPIRAN
A. Contoh Form Inspeksi

Inspeksi Kantor

No HAL YANG DIPERIKSA Baik Tidak baik


1 Atap, Dinding, pintu, jendela, dalam kondisi bersih, baik dan tidak
rusak
2 Rambu K3 (safety sign) lengkap dan memadai
3 Penerangan dan ventilasi alami dan buatan di semua area /
ruangan memadai ( tidak kurang dan tidak silau, tidak pengap)
4 House keeping / kebersihan secara umum baik
5 Tempat sampah mencukupi, dan dikosongkan setiap hari.
6 Halaman Parkir rata, luas dan bersih, semua kendaraan parkir
mundur, disiplin dalam mengunakan sistemperingatan dengan
klakson.
7 Instalasi listrik, sakalar, kabel dalam kondisi baik dan aman.
8 Semua pipa, kran dan katup dalam kondisi baik dan tidak ada
kebocoran.
9 Semua tangga dalam kondisi baik,
10 Pada pintu ruangan khusus terdapat rambu “Dilarang Masuk
selain Petugas”
11 Semua karyawan memakai APD sesuai standar
12 Alat / instalasi pemadam kebakaran memadai dan diinspeksi
secara rutin.
13 Bangunan dilengkapi alarm emergency dan tempat berkumpul
darurat
14 Semua furniture (lemari,meja, kursi dll) dalam kondisi baik bersih
dan ergonomis.
15 Lantai, atap, dinding, pintu, jendela dall kondisi bersih dan tidak
rusak
16 Lokasi dekat klinik dan jika jauh dilengkapi dengan kotak P3K
lengkap dengan peralatannya.

Diinspeksi oleh :
Nama : ………………….
No. pegawai : .............................
Jabatan :…………………….

17 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Inspeksi Gudang/Penyimpanan

No HAL YANG DIPERIKSA Baik Tidak baik


1 Penumpukan rapi, berada dalam garis demarkasi dan ada gang /
lorong antar penumpukan.
2 Terdapat garis demarkasi untuk daerah berjalan, bakerja dan
penumpukan.
3 Rambu K3 (safety sign) lengkap dan memadai
4 Penerangan dan ventilasi di semua area / ruangan memadai
5 House keeping / kebersihan secara umum baik
6 Tempat sampah mencukupi, dipisahkan antara B3 dan biasa serta
dikosongkan setiap hari.
7 Halaman Parkir rata, luas dan bersih, semua kendaraan parkir
mundur, disiplin dalam mengunakan sistemperingatan dengan
klakson.
8 Penyimpanan rapi, diatas rak dan untuk penumpukan dilantai
berada dalam garis demarkasi, penumpukan menggunakan
sistem First In – First Out.
9 Instalasi listrik, sakalar, kabel dalam kondisi baik dan aman.
10 Penyimpanan Tabung las berdiri, terikat dipsahkan antara tabung
kosong dan tabung isi, dipisahkan antara tabung oksigen dan
asetilen, penyimapan menggunakan sistem First In – First Out.
11 Semua pipa, kran dan katup dalam kondisi baik dan tidak ada
kebocoran.
12 Semua tangga dalam kondisi baik
13 Semua alat angkat dalam kondisi baik
14 Pada pintu ruangan khusus terdapat rambu “Dilarang Masuk
selain Petugas”
15 Semua karyawan memakai APD sesuai standar
16 Alat / instalasi pemadam kebakaran memadai dan diinspeksi
secara rutin.
17 Bangunan dilengkapi dengan pentanahan dan diinspeksi secara
rutin
18 Bangunan dilengkapi alarm emergency dan tempat berkumpul
darurat
19 Semua furniture (lemari,meja, kursi dll) dalam kondisi baik bersih
dan ergonomis.
20 Lantai, atap, dinding, pintu, jendela dall kondisi bersih dan tidak
rusak

18 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

No HAL YANG DIPERIKSA Baik Tidak baik


21 Toilet, kamar mandi umum dan kamar ganti terpelihara dan bersih
(terdapat jadwal kebersihan)
22 Lokasi dekat klinik dan jika jauh dilengkapi dengan kotak P3K
lengkap dengan peralatannya.
23 Penyimpanan B3 sesuai dengan standar, terpisah dengan yang
lainnya (ruangan khusus ) dan dilengkapi dengan MSDS.

Diinspeksi oleh :
Nama : ………………….
No. pegawai : .............................
Jabatan :…………………….

19 KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR 2014
BAPELKES CIKARANG
Jl. Raya Lemahabang No. 1, Kec. Cikarang Utara
Kab. Bekasi – Jawa Barat (Tel. 021-8901075)
e-mail : http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/

Di Cetak Tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai