Anda di halaman 1dari 16

MODUL PELATIHAN DASAR

JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI – MI 2.i


INSPEKSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Inspeksi K3 merupakan salah satu program utama yang hampir selalu dilaksanakan oleh semua
tempat kerja. Inspeksi K3 bertujuan untuk mendapatkan gambaran penerapan program K3 yang
dijalankan oleh perusahaan. Dalam konteks yang lain, inspeksi juga dilakukan sebagai kegiatan untuk
mendapatkan data dan informasi mengenai suatu kejadian atau fenomena yang terkait dengan
aspek K3. Kegiatan inspeksi umumnya dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai perwakilan
departemen/unit/bagian yang relevan. Pelaksanaan inspeksi umumnya terjadwal dan terencana,
meskipun juga terdapat beberapa inspeksi yang sifatnya tidak terencana sesuai dengan kebutuhan di
tempat kerja.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan inspeksi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3).

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dan tujuan inspeksi K3
2. Menjelaskan jenis inspeksi K3
3. Melaksanaan inspeksi K3

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. Konsep dan Tujuan Inspeksi K3

Pokok Bahasan 2. Jenis Inspeksi K3


Subpokok bahasan:
a. Toolbox Meeting / Safety Talk
b. Safety Patrol / Safety Inspection

Pokok Bahasan 3. Pelaksanaan Inspeksi K3


Subpokok bahasan:
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Laporan
d. Evaluasi dan tindak lanjut

IV. BAHAN BELAJAR

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
1
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

A. Buku teks
1) Construction Safety Association of Ontario, Safety Talk, Revised edition, 2003 ISBN 0-919465-
88-9
2) Geoff Taylor, Kellie Easter and Roy Hegney, Enhancing Occupational Safety and Health, Elsevier
2004.
3) Phil Hughes and Ed Ferrett, 2007, Introduction to Health and Safety at Work, Third edition.
Published by Elsevier.
4) William F. Martin dan James B. Waiters, Safety and Health Essentials for Small Businesses, 2001
by Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-7127-0
B. Modul Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
C. Peraturan
1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) PP 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3
D. Standar/Pedoman dan Bahan lain berisikan informasi yang terkait dengan materi
1) Form identifikasi bahaya
2) Materi safety talk/Toolbox meeting

V. LANGKAH/PROSES PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan
sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi (120 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran dan pokok bahasan. (5 menit)
b. Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus memfasilitasi diskusi/tanya jawab.
(35 menit)
c. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberikan lembar tugas berupa
pertanyaan/ilustrasi studi kasus. (10 menit)
d. Fasilitator memfasilitasi presentasi hasil tugas kelompok dan sekaligus diskusi/tanya jawab. (60
menit)
e. Sebelum sesi diskusi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan menanyakan kepada peserta
apakah masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan yang sudah disampaikan.
Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau kelompok peserta selama proses
pembelajaran. (10 menit)

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang
disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
2
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
KONSEP DAN TUJUAN INSPEKSI K3
Inspeksi keselamatan dan kesehatan yang efektif adalah salah satu alat pencegahan
insiden/kecelakaan yang paling penting dalam program keselamatan dan kesehatan perusahaan.
Menggunakan inspektur terlatih dalam program inspeksi yang direncanakan akan mengurangi
insiden dan kerusakan properti.
Program inspeksi keselamatan yang efektif akan meningkatkan komunikasi pekerja, moral
perusahaan dan, dari waktu ke waktu, menghemat uang pengusaha. Biasanya inspeksi keselamatan
ditujukan terutama dalam menemukan dan merekam kondisi yang tidak aman. Fokus yang sempit ini
cenderung mengabaikan penyebab lain dari insiden, seperti kebijakan yang tidak aman dan faktor
personal. Selain itu, pekerja dan supervisor umumnya menyadari kedatangan tim inspeksi satu atau
dua hari sebelum pemeriksaan. Hal ini kadang-kadang menciptakan suasana persiapan sebelum
inspektur tiba. Itu berarti para inspektur sering mengamati tempat kerja dan orang-orang di
dalamnya hanya secara dangkal. Hasilnya adalah bahwa inspektur keselamatan jarang melihat situasi
yang sebenarnya yang menyebabkan insiden, cedera dan kerusakan properti. Agar tim inspeksi Anda
menjadi efektif, mereka harus memeriksa tempat kerja pada kondisi sehari-hari. Mereka harus
melihat kegiatan dan kondisi di mana insiden, cedera dan kerusakan properti terjadi.
Program inspeksi memerlukan perencanaan, persiapan dan pelatihan. Untuk inspektur untuk
melakukan pekerjaan yang baik, mereka harus menerima pelatihan apa yang harus dicari dan apa
yang harus melihat. Harus ada sistem pembinaan di tempat untuk menjaga konsistensi inspeksi.
Penyisihan untuk merekam dan melaporkan setiap kekurangan ke manajemen, komite keselamatan
dan pengawas. Bagian terakhir dari sistem harus menyediakan sarana menindaklanjuti dan
pemantauan setiap kekurangan diidentifikasi.
Inspeksi K3 merupakan komponen penting dari program pencegahan di tempat kerja. Proses ini
melibatkan pemeriksaan lingkungan kerja dengan hati-hati dan secara teratur dengan maksud untuk:
1) Mengidentifikasi dan merekam bahaya aktual dan potensial yang ditimbulkan oleh bangunan,
peralatan, lingkungan, proses dan praktek;
2) Mengetahui bahaya yang membutuhkan perhatian segera;
3) Menentukan apakah kontrol bahaya yang ada memadai dan beroperasi sebagaimana mestinya;
4) Merekomendasikan tindakan perbaikan jika perlu.

Pokok Bahasan 2.
JENIS INSPEKSI K3

a. Toolbox Meeting / Safety Talk


1) Pengertian safety talk
Safety talk adalah suatu cara yang melibatkan secara langsung pekerja (hands-on) untuk
mengingatkan para pekerja bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah hal yang penting
pada pekerjaan. Safety talks umumnya sangat terkait dengan masalah tertentu di tempat kerja.
Safety talks bukan untuk menggantikan pelatihan formal. Melalui pembicaraan keselamatan
Anda dapat memberitahu pekerja tentang persyaratan K3 untuk peralatan, perlengkapan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
3
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

kerja, bahan, dan prosedur yang digunakan setiap hari atau untuk pekerjaan tertentu. Setiap
safety talk umumnya dilaksanakan atau memakan waktu sekitar 5 (lima) menit sehingga sering
juga disebut dengan pembicaraan lima menit.
Toolbox meeting atau safety talk merupakan pertemuan yang umumnya dilakukan pada pagi
hari sebelum dimulainya pekerjaan untuk membahas apa saja kegiatan yang akan dilakukan
serta melakukan evaluasi (review) terhadap pekerjaan yang telah dilakukan kemarin. Dalam
toolbox meeting juga dibicarakan tentang pembagian tugas/job description oleh supervisor
kepada masing-masing pekerja sehingga tidak ada lagi kekeliruan saat bekerja di lapangan dan
mengingatkan kembali kepada seluruh pekerja mengenai pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja serta memelihara lingkungan kerja.

2) Mengapa harus melakukan toolbox meeting/safety talk?


Dalam memberikan safety talk, tujuan Anda adalah membantu para pekerja untuk MENGENALI
dan MENGENDALIKAN bahaya pada pekerjaan yang akan dilakukan. Safety talk dapat
disampaikan oleh seorang supervisor, perwakilan K3, anggota komite K3, seorang petugas
keamanan, atau pekerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan. Anda memberikan
safety talk karena Anda bertanggung jawab untuk menasihati para pekerja tentang bahaya
yang ada atau yang berpotensi membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja. Safety
talk menunjukkan komitmen pengusaha dan pekerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

3) Dasar hukum pelaksanaan toolbox meeting/safety talk


Beberapa peraturan yang terkait dengan pelaksanaan toolbox meeting/safety talk adalah:
a) UU no. 1/1970, pasal 9 ayat 1 telah mensyaratkan bahwa menjadi kewajiban pengusahan
untuk mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada pekerja. Komunikasi ini
mencakup sebagai berikut:
i. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerja;
ii. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;
iii. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
iv. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
b) Sistem Manajemen K3 (SMK3) (OHSAS 18001), pasal 4.4.2 menyebutkan bahwa perusahaan
mewajibkan untuk mengkomunikasikan bahaya serta mencakup awareness atau kesadaran
dari pekerja terhadap kebijakan K3 perusahaan dan konsekuensi jika tidak menjalankan
prosedur kerja yang ada termasuk apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat.

4) Metode agar toolbox meeting/safety talk dapat berjalan


a) Pilih topik yang dibicarakan yang sesuai dengan kondisi lokasi dan pekerjaan. Jangan
membicarakan sesuatu yang tidak akan ditemui dalam pekerjaan.
b) Berikan pembicaraan di tempat yang sesuai atau paling tepat dengan materi yang akan
diberikan. Tempatnya dapat berupa area kantor, lapangan, atau di dekat peralatan dan
perlengkapan yang Anda bicarakan.
c) Sampaikan topik pembicaraan dengan jelas. Biarkan pekerja tahu persis apa yang akan
Anda bicarakan dan mengapa hal itu penting bagi mereka.
d) Gunakan materi safety talk sebagai rujukan dan sedapat mungkin menggunakan kata-kata
Anda sendiri.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
4
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

e) Hubungkan poin-poin penting pada materi safety talk agar akrab dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.
f) Jelaskan bahaya yang akan dihadapi dan sampaikan bahaya yang mungkin terjadi dalam
pekerjaan. Gunakan informasi dari materi safety talk yang sudah dipersiapkan untuk
menjelaskan bagaimana mengontrol atau mencegah bahaya tersebut.
g) Jika memungkinkan, gunakan alat peraga yang nyata, peralatan, material, dan situasi
lingkungan kerja untuk menunjukkan poin-poin kunci.
h) Ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dibicarakan. Berikan jawaban yang
terbaik menurut pengetahuan Anda terhadap pertanyaan yang muncul. Dapatkan informasi
lebih lanjut jika diperlukan.
i) Minta pekerja untuk menjelaskan atau memperagakan apa yang telah mereka pelajari
j) Mencatat setiap pembicaraan yang disampaikan. Termasuk tanggal, topik, dan nama-nama
peserta (daftar hadir).

5) Manfaat toolbox meeting/safety talk


1) Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang bahaya dan risiko serta cara
penanggulangannya.
2) Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.
3) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar pekerja.

Contoh Laporan Pelaksanaan Safety Talk

LAPORAN SAFETY TALK

Topik Safety Talk :

Perusahaan : Pekerjaan :
DisampaikanOleh : Tanggal

Peserta yang hadir

Catatan kegiatan selama safety talk

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
5
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Tertanda : Jabatan:

b. Safety Patrol / Safety Inspection


1) Pengertian
Inspeksi tempat kerja membahas proses kerja dan aktivitas kerja serta membandingkannya
dengan standar yang telah ditentukan. Inspeksi tempat kerja harus melihat hubungan antara
pekerja, peralatan dan prosedur dalam menentukan apakah standar terpenuhi dan terjaga.
Inspeksi Keselamatan dan kesehatan adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan di tempat
kerja untuk mencari dan melaporkan bahaya yang ada dan potensi bahaya yang berpotensi
menimbulkan cedera atau sakit. Inspeksi yang dilakukan pada pekerjaan yang dilakukan di
tempat tertentu dengan peralatan, alat dan orang tertentu kadang disebut dengan Observasi
Kerja atau Pengambilan Contoh Kerja (Job Performing Sampling).

2) Alasan pelaksanaan inspeksi K3


Inspeksi K3 dilakukan untuk memenuhi beberapa kebutuhan sebagai berikut:
i. Identifikasi bahaya
ii. Menilai potensi kerugian dari bahaya
iii. Memilih langkah-langkah pengendalian yang dirancang untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya ke tingkat yang dapat diterima
iv. Memantau efektivitas tindakan pengendalian
v. Mereview pemenuhan terhadap standar yang ada

3) Tujuan Inspeksi K3
Tujuan Inspeksi K3 antara lain untuk:
i. Mengidentifikasi variasi prosedur kerja yang ada
ii. Menentukan ketepatan kebijakan K3 yang ada dan apakah diperlu ditegakkan
(enforcement), dimodifikasi atau diubah penerapannya seiring dengan perubahan
teknologi, keterampilan karyawan, perkembangan industri dan peraturan.
iii. Untuk mendeteksi potensi bahaya sehingga mereka memperbaiki sebelum kecelakaan
terjadi.
iv. Untuk mengumpulkan informasi yang dimanfaatkan sebagai dasar untuk meningkatkan
efisiensi dan keefektifan dalam organisasi

Tujuan utama program K3 dan inspeksi kesehatan adalah untuk mempromosikan


kewaspadaan di bagian dari setiap pengawas dan pekerja untuk memeriksa, membenahi, dan
melaporkan segala kondisi yang memiliki potensi kecelakaan. Pemantauan terus menerus ini
memiliki fungsi penting dari keberhasilan sebuah program.

4) Elemen-elemen Kunci Dalam Melakukan Inspeksi


i. Bagaimana seharusnya Inspeksi dilakukan?
Proses inspeksi memerlukan dukungan dari semua bagian dan karyawan agar efektif. Cara
terbaik untuk mendapatkan dukungan adalah dengan mengkomunikasikan secara jelas
kepada tenaga kerja apa manfaat yang diperoleh bila inspeksi dan penilaian dilakukan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
6
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

secara terbuka dan jujur tentang tempat kerja dan sistem kerja. Sebelum inspeksi
berlangsung, orang akan ingin tahu apa yang ingin dicapai atas partisipasi mereka dan
rencana-rencana apa yang akan dilakukan yang berhubungan dengan hasil inspeksi.
ii. Mendorong Keterlibatan tenaga kerja
Ketika inspeksi sedang dilakukan, setiap kesempatan harus diambil untuk melibatkan
sebanyak mungkin orang di dalam proses tersebut. Masukan dari mereka yang terlibat
langsung dalam kegiatan kerja sangat penting untuk pengembangan tindakan korektif
yang diperlukan yang dapat direkomendasikan. Mendapatkan dukungan dari pekerja dan
supervisor akan membuat proses perubahan yang jauh lebih sederhana dan lebih dapat
diterima dari pada mencoba untuk memaksakan metode kerja baru atau ide ke orang-
orang.
Ketika melakukan inspeksi hasilnya harus selalu didiskusikan dengan orang-orang yang
bekerja di daerah yang sedang dikaji. Masukan dari mereka yang terlibat secara langsung
di dalam pekerjaan tersebut sangat penting untuk mendapatkan penerimaan dari setiap
komentar yang dibuat dari hasil observasi.

5) Jenis Inspeksi
Ada dua jenis inspeksi keselamatan dan kesehatan, periodik dan berkelanjutan.
i. Inspeksi K3 berkala, yang sengaja direncanakan, menyeluruh, dan sistematis. Inspeksi
seperti itu sering dilakukan oleh komite K3 secara bulanan atau dua bulanan. Keuntungan
dari jenis inspeksi ini adalah memberikan informasi tentang perubahan dalam operasi atau
peralatan yang pada saat yang bersamaan melihat efektifitas program pengendalian yang
berjalan.
ii. Inspeksi terus menerus atau berkelanjutan harus dilakukan oleh supervisor, pekerja, dan
personil inspeksi sebagai bagian dalam tahap mantenance, pengawasan, atau tanggung
jawab. Inspeksi terus menerus mencatat kondisi bahaya yang potensial atau tindakan
tidak aman secara jelas atau dan juga mengoreksi segera atau membuat laporan untuk
memulai tindakan perbaikan.

6) Tim Inspeksi ditempat kerja


Inspeksi Keselamatan dan kesehatan dapat dan harus dilakukan oleh beberapa orang dalam
organisasi. Pemimpin tim atau supervisor harus membuat inspeksi berkelanjutan dan waspada
terhadap perubahan kondisi, operasi, dan metode kerja. Beberapa operasi mungkin
memerlukan pengawas untuk membuat beberapa inspeksi untuk memastikan bahwa semua
tindakan pencegahan keselamatan dapat diambil. Untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi
yang tidak aman dimana pekerja dapat terpapar, supervisor harus melakukan inspeksi pada
awal setiap hari atau shift.
Inspeksi di tempat kerja dapat dilakukan dengan berbagai macam orang. Menggunakan
checklist yang sama, penekanan yang berbeda dapat ditempatkan pada item yang sama.
Kebanyakan organisasi besar memiliki beberapa bentuk prosedur inspeksi. Undang-undang
sendiri memberikan hak untuk perwakilan kesehatan dan keselamatan untuk memeriksa
tempat kerja, menyediakan kondisi tertentu dipenuhi. Selanjutnya, di beberapa tempat kerja,
inspeksi dapat dilakukan oleh anggota komite kesehatan dan keselamatan.
Peran supervisor dan manajer meliputi kegiatan inspeksi, dan dalam beberapa organisasi akan
ada staf keamanan atau orang yang melakukan pertolongan pertama yang juga melakukan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
7
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

inspeksi dari satu bentuk atau lain. Jelas, ada kebutuhan untuk mengkoordinasikan kegiatan
seluruh karyawan tersebut untuk tujuan memaksimalkan manfaat dari inspeksi tempat kerja
dan untuk meminimalkan duplikasi.
Pengawas memainkan peran kunci dalam program inspeksi. Supervisors harus membuat
putaran mingguan fasilitas merekam kondisi tidak aman dan praktis dan meneruskan informasi
yang dikumpulkan kepada manajemen dan juga kepada Komite Keselamatan dan Kesehatan.
Ketika supervisor melakukan inspeksi, menekankan kepada organisasi dalam program dalam
program keselamatan dan kesehatan kerja dan kepentingan dan kerjasama dengan pihak lain
Umumnya, Komite Keselamatan dan Kesehatan bertanggung jawab untuk semua inspeksi
formal. Komite ini termasuk supervisor, pekerja, mandor toko, personil pemeliharaan, dan
perwakilan karyawan. Pengetahuan dari anggota komite akan digunkan untuk menjelaskan
mengenai bahaya yang mungkin tidak disadari oleh orang awam.

Pokok Bahasan 3.
PELAKSANAAN INSPEKSI K3

a. Persiapan
Ketika merencanakan program inspeksi, inspektur harus mempertimbangkan hal berikut:
1) Mengetahui material dan kandungannya yang digunakan dalam proses unit produksi yang
dapat berpotensi untuk menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja, kebakaran, kerusakan
properti, atau bahaya lainnya
2) Mesin, peralatan, dan alat-alat harus bebas dari material perusak dan bahaya lainnya.
Diperlukan penanganan khusus untuk mesin dan titik-titik operasi, termasuk semua bagian
yang bergerak serta aksesorisnya (roda gaya, roda gigi, poros, katrol, peralatan, ikat pinggang,
kopling, sprockets, rantai, kontrol, lampu, rem, sistem pembuangan, dan grounding)
3) Alat pelindung diri (APD) dan peralatan keamanan harus tersedia dan digunakan untuk
meminimalisir risiko cidera. Semua APD harus sesuai untuk melindungi terhadap bahaya
tertentu dan disimpan dalam tempat yang telah disediakan
4) Bekerja dan permukaan berjalan (tangga, tangga, perancah, dan landai) harus berfungsi
dengan aman, memenuhi standar keselamatan yang ada, dan dijaga dengan baik.
5) Faktor lingkungan seperti pencahayaan, ventilasi, dan perangkat kontrol suara harus sesuai
dengan standar saat ini
6) Housekeeping, sanitasi, pembuangan sampah, penyimpanan bahan, dan item terkait
7) Layanan medis, fasilitas pertolongan pertama, dan sarana untuk mengangkut korban luka
harus tersedia setiap saat
8) Peralatan listrik, termasuk switch, pemutus, sekering, perlengkapan khusus, isolasi, kabel
ekstensi, peralatan, motor, dan grounding harus ditentukan harus sesuai dengan peraturan
yang terkait
9) Penyimpanan bahan kimia, penanganan, penggunaan, dan transportasi harus seuai dengan
sistema pembuangan yang tepat, tanda-tanda peringatan, pakaian pelindung, dan peralatan
pelengkap lainnya
10)Sistem proteksi kebakaran dan pemadaman seperti alarm, sprinkler, pintu tahan api, tanda
keluar, dan alat pemadam layak direview termasuk emergency exit
11) Penilaian penjadwalan dan efektivitas dari program pencegahan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
8
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Penilaian Bahaya Kesehatan


Inspeksi dilakukan terhadap bahaya keamanan dan kesehatan. Untuk dapat mengenali bahaya
kesehatan selama proses inspeksi, Pengawas, sebaiknya megetahui faktor lingkungan di tempat
kerja yang dapat menyebabkan penyakit atau sakit bagi pekerja dan supervisor. Pengawas
sebaiknya mempertimbangkan:
1) sifat dari produk yang dihasilkan
2) bahan baku yang digunakan
3) bahan dan zat yang ditambahkan dalam proses
4) produk yang dihasilkan
5) peralatan yang terlibat
6) siklus operasi
7) prosedur operasional yang digunakan
8) pengendalian kesehatan dan keselamata
9) penomoran dan level dari bahan kimia berbahaya, biologi, dan agen fisik

Selain itu, Pengawas harus mempertimbangkan pedoman berikut:


1) Membuat rincian bahan kimia berbahaya, fisik, dan agen biologi yang ada dilapangan.
2) Menentukan mana agen kesehatan yang berbahaya dan daerah dimana paling banyak
terdapat agen tersebut (debu, asap, kabut, uap, gas).
3) Menentukan nilai ambang batas untuk semua bahaya kimia, fisik, dan biologis, dan
membandingkannya dengan kondisi aktual yang ada di tempat keja.
4) Menentukan proses dan peralatan apa saja yang menghasilkan tingkatan tidak aman selama
operasi berlangsung

b. Pelaksanaan
1) Prosedur Inspeksi
Program inspeksi berisikan hal yang teratur, sistematis, dan berkesinambungan dengan
standar keselamatan dan kesehatan terhadap penyimpangan di lingkungan kerja. Program
inspeksi K3 membutuhkan:
i. Pengetahuan tentang proses produksi atau sumber
ii. Pengetahuan tentang standar yang berlaku, peraturan, kode dan aplikasi
iii. Tahapan-tahapan pemeriksaan yang sistematis
iv. Metode pengumpulan, pelaporan, evaluasi, dan penggunaan informasi

Dalam pelaksanaan inspeksi K3 di tempat kerja, maka langkah-langkah pelaksanaannya adalah


sebagai berikut:
i. Harus ada kesepakatan di antara semua pihak yang terlibat tentang apa yang akan
diamati.
ii. Setiap orang yang berpartisipasi dalam proses inspeksi di tempat kerja harus menyadari
tujuan dari inspeksi dan kriteria penilaian kinerja.
iii. Tentukan waktu yang tepat untuk melakukan inspeksi di tempat kerja.
iv. Desain format yang jelas dan mudah digunakan. Pilih skala yang sesuai dan tentukan
referensi yang digunakan untuk menghindari kebingungan dan untuk memperjelas
standar kinerja.
v. Melakukan pemeriksaan secara terbuka dan jujur.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
9
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

vi. Mengevaluasi informasi yang diperoleh dari pemeriksaan dan melaporkan hasil dengan
jelas dan akurat

Dalam pelaksanaannya Inspeksi K3 juga dapat dikelompokkan menjadi:


i. Inspeksi formal dan non-formal
Inspeksi Formal umumnya direncanakan dan terjadwal, dimana dilakukan secara berkala di
seluruh tempat kerja. Biasanya dilakukan bulanan dan beberapa jenis dokumentasi resmi
digunakan untuk mengkomunikasikan hasil inspeksi kepada karyawan.
Inspeksi Non Formal meskipun sangat bermanfaat, namun cenderung kurang terkontrol
dan hasilnya sering tertutupi oleh banyaknya atau sedikitnya masalah. Hasil inspeksi non
formal umumnya dikomunikasikan secara lisan dan banyak informasi berharga yang
terkadang terabaikan atau terlupakan. Biasanya supervisor atau manajer akan berjalan di
sekitar tempat kerja dan menunjukkan atau mendiskusikan masalah dengan pekerja.
Inspeksi tidak resmi memiliki manfaat untuk menciptakan kesadaran dan sering dianggap
sebagai hal yang kurang mengancam dibandingkan inspeksi resmi.
Kesediaan untuk mengembangkan suasana kekompakan sebagai satu tim diperlukan.
Pertanyaan terbuka dapat memberikan informasi yang lebih baik, misalnya 'apakah anda
melakukan hal ini sambil menyiapkan mesin?' tapi 'ceritakan kepada saya tentang
pengaturan mesin'

ii. Inspeksi terencana dan tidak terencana


Klasifikasi ini merujuk secara khusus untuk penjadwalan Inspeksi. Misalnya, inspeksi harus
berlangsung pada hari Jumat terakhir pada suatu bulan pukul 10.00 WIB (direncanakan)
atau sebaliknya, dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (tidak direncanakan)?
Sekali lagi, baik inspeksi direncanakan dan tidak direncanakan memiliki potensi untuk
menjadi bermanfaat. Inspeksi yang direncanakan yang paling umum karena pekerja dapat
bersiapa-siap untuk menghindari masalah dari hasil inspeksi. Tidak terencana bukan
berarti hal tersebut tidak direncanakan oleh pihak manajemen
Manfaat dari inspeksi direncanakan diperoleh dari kesempatan bagi tim inspeksi untuk
inspeksi ditempat kerja dalam kondisi normal, atau memungkinkan mendekati normal.
Hasil inspeksi yang cenderung jauh lebih dapat diandalkan dan valid. Oleh karena itu
keputusan yang dibuat sebagai hasil dari pengamatan yang dilakukan di bawah kondisi
kerja normal akan menemukan dukungan yang lebih besar di kalangan angkatan kerja

Ada dua poin utama dalam inspeksi yang direncanakan.


a) Yang pertama adalah untuk mengetahui inspeksi yang akan dilakukan pada waktu yang
telah ditentukan dan mengetahui apa yang akan diperiksa menyediakan kesempatan
pekerja dan supervisor untuk 'membuat hal yang benar' sebelum inspeksi dilakukan.
b) Poin utama yang kedua adalah, jika inspeksi direncanakan memberikan kesan palsu dari
kondisi normal di tempat kerja, setidaknya sebulan sekali beberapa tindakan dapat
diambil untuk memperbaiki hal-hal tersebut. Pandangan memiliki banyak hal yang
pantas. Namun, jika laporan penilaian menunjukkan bahwa kondisi yang baik ketika
para pekerja dan supervisor tahu sebaliknya, maka ketidakpercayaan dapat muncul.
Seluruh upaya dimasukkan ke dalam proses inspeksi dapat di diskreditkan sebagai hasil
dari apa yang para pekerja atau supervisor lihat sebagai ketidakmampuan metode
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
10
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

inspeksi tempat kerja untuk mengidentifikasi, dengan cukup akurat, ukuran sebenarnya
dari kinerja dan risiko.

iii. Inspeksi umum dan khusus


Inspeksi umum berhubungan dengan inspeksi pada hal-hal seperti rumah tangga,
penggunaan bahan kimia, teknik penanganan, penggunaan alat pelindung diri,
pengamanan dan paparan kebisingan. Inspeksi umum cenderung melemparkan jaring
yang luas dan memerlukan perhatian dalam menentukan ruang lingkup inspeksi agar hasil
inspeksi dapat digunakan. Misalnya, diketahui bahwa alat pelindung diri tidak digunakan
yang dilihat dari sebuah pengamatan. Untuk mengembangkan solusi praktis apapun untuk
perbaikan itu perlu untuk mengidentifikasi alat pelindung diri dalam hal yang lebih spesifik:
yaitu, pelindung mata, pelindung telinga/pendengaran, sarung tangan, topi keras/helm, dll

Inspeksi khusus atau inspeksi kritis lebih spesifik dan sering lebih bersifat teknis daripada
inspeksi umum. Sebuah inspeksi kritis digunakan untuk memeriksa derek, sistem listrik,
tingkat kebisingan dari sumber-sumber tertentu, penanganan bahan peledak,
penyimpanan bahan kimia, tingkat pencahayaan di sekitar trotoar dan berbagai faktor lain
yang memiliki pengaruh langsung pada keselamatan karyawan.

Kebanyakan Inspeksi tempat kerja akan mengandung unsur-unsur dari kedua hal ini yaitu
inspeksi umum dan kritis

2) Kapan waktu terbaik untuk melakukan inspeksi?


Waktu inspeksi tempat kerja yang paling penting dan, yang terbaik, gambaran yang Anda akan
dapatkan dari upaya yang telah dilakukan merupakan sebuah potret dari kondisi pada saat
inspeksi. Satu jam sebelum atau sesudahnya penilaian yang berbeda dapat terjadi. Akibatnya,
melakukan inspeksi setelah daerah itu telah dibersihkan, dapat membatasi kesempatan untuk
mengidentifikasi risiko dan mengurangi efektivitas inspeksi.
Penggunaan inspeksi mendadak (inspeksi yang tidak direncanakan) adalah salah satu metode
untuk mengatasi prasangka yang muncul dalam analisis beberapa laporan inspeksi tempat
kerja. Namun, penggunaan teknik ini menimbulkan masalah administrasi dan stres, yang
diciptakan oleh ketidakpastian kapan inspeksi akan dilakukan yang diduga memiliki pengaruh
yang kecil untuk memotivasi orang untuk mengubah perilaku mereka.
Pendekatan terbaik adalah untuk mendapatkan penerimaan dari proses inspeksi tempat kerja
melalui promosi hasil yang positif. Orang-orang di semua tingkat organisasi prihatin tentang
kritik. Agar prosedur Inspeksi menjadi efektif, harus dapat dilihat sebagai hal yang bermanfaat
dan diterima sebagai bagian dari sistem operasional normal. Jika hal ini dapat dicapai, waktu
inspeksi menjadi sebuah masalah yang sederhana dari suatu penjadwalan.
Jadwal harus ditetapkan agar komite dapat menyelesaikan inspeksi secara menyeluruh dalam
batasan waktu sesuai dengan anggota dan ketersedian anggota dan ketersediaanya Panjang
dan frekuensi inspeksi tergantung pada ukuran dan tata letak fasilitas. Dimana ada konstruksi
atau instalasi baru atau di mana ada perubahan dalam proses, operasi, atau bahan, komite
mungkin perlu untuk membuat khusus, jadwal inspeksi untuk memastikan keselamatan.

3) Inspeksi K3 Harian/Mingguan/Bulanan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
11
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Tujuannya untuk memeriksa kondisi di area tertentu dengan menggunakan checklist yang
disusun oleh manajemen. Terdapat beberapa item, diantaranya seperti penanggung jawab
suatu mesin, apakah akses/rute telah disepakati dengan jelas, apakah tempat tersebut
terdapat alat pemadam api, dll. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh staf dari departemen
yang menandatangani checklist tersebut. Ini seharusnya tidak berlangsung lebih dari setengah
jam, mungkin bisa kurang. Ini adalah nota spesifik mengenai bahaya, tapi sebaiknya ada ruang
di dalam checklist yang dapat digunakan pengawas untuk mencatat masalah yang ditemukan

4) Keterbatasan dalam melakukan inspeksi K3


Penerapan checklist dalam inspeksi tempat kerja hanyalah bentuk dari identifikasi yang
ditujukan untuk mengungkap bahaya dan mendeteksi faktor penyebab kecelakaan. Cara lain
untuk melakukan identifikasi dapat dilakukan melalui kontak harian antara pekerja dan
pengawas, pertemuan K3 rutin, metode pelaporan bahaya dan investigasi kecelakaan.

c. Laporan dan evaluasi


Beberapa item yang muncul dari inspeksi K3 segera akan ditangani, beberapa item lainnya
memerlukan tindakan dari orang-orang tertentu. Dimana terdapat beberapa keraguan mengenai
permasalahan, dan apa yang sebenarnya dibutuhkan, saran sebaiknya didapat dari safety advicer
atau ahli eksternal. laporan singkat yang didapat dari inspeksi dan daftar tindakan yang dihasilkan
segera diserahkan ke komite K3. Ketika komite tidak mempunyai keterbatasan waktu untuk
mempertimbangkan semua laporan secara rinci, diperlukan tindakan yang tepat untuk
kenyamanan, biasanya komite menindaklanjuti laporan sampai semua hal diselesaikan

1) Format pencatatan dan pelaporan inspeksi


i. Dokumentasi inspeksi
Daftar periksa ini digunakan dalam pemeriksaan tempat kerja dan laporan yang dihasilkan
dan materi pendorong merupakan catatan penting yang dapat memberikan informasi
berharga untuk membantu dalam pengambilan keputusan.

ii. Penggunaan checklist


Checklist atau daftar periksa adalah instrumen yang banyak digunakan dan sangat ideal
sebagai titik awal dalam inspeksi tempat kerja. Kriteria penting ketika menggunakan
daftar periksa adalah bahwa harus cukup fleksibel untuk memungkinkan barang-barang
yang tidak tercantum pada checklist sehingga dapat dipertimbangkan. Checklist hanya
panduan untuk membantu dalam proses inspeksi yang bermanfaat dalam memberikan
pengukuran kinerja yang berarti terhadap standar yang telah ditentukan.

iii. Laporan rinci


Laporan hasil inspeksi akan bergantung terutama pada alasan melakukan inspeksi dan
orang yang melakukan inspeksi. Petugas P2K3, supervisor, instalatur dan perwakilan K3
dapat menggunakan semua checklist inspeksi tempat kerja yang sama dan menghasilkan
laporan yang berbeda. Ini merupakan hal yang normal dan diharapkan hasil ini sebagai
alasan untuk melakukan inspeksi yang mungkin berbeda dalam setiap kasus. Titik penting
adalah bahwa kriteria kinerja diterapkan dengan benar. Ada dua metode utama pelaporan
hasil inspeksi di tempat kerja
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
12
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

 Mengevaluasi hasil temuan dan rekomendasi daftar tentang bagaimana perbaikan


terbaik bisa dicapai.
 Hasil tabulasi inspeksi dan penyajian kesimpulan dan komentar apapun dibuat oleh
karyawan yang terlibat - misalnya, kelompok kerja yang terlibat atau komite
keselamatan untuk tujuan agar memungkinkan orang lain untuk menentukan tindakan
yang tepat berdasarkan temuan-temuan.

2) Evaluasi dan tindak lanjut


Agar pemeriksaan menjadi bagian yang berarti dari program pencegahan apapun, informasi
yang dikumpulkan harus dianalisis dan digunakan. Untuk itu, seseorang harus ditunjuk untuk
bertanggung jawab untuk menganalisis situasi dan menentukan tindakan apa yang diperlukan.
Hal ini sama pentingnya untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab untuk
melakukan inspeksi menerima umpan balik tepat waktu. Jelas, jika tidak ada umpan balik atau
demonstrasi yang menarik, mereka akan dengan cepat menyimpulkan bahwa pemeriksaan
adalah sia-sia.
Akhirnya, informasi yang diperoleh dari pemeriksaan secara rutin harus tunduk pada analisis
yang komprehensif untuk menentukan daerah mana yang membutuhkan tindakan korektif
umum, dan untuk mengidentifikasi tren sebagai bagian dari efektivitas program. Analisis
laporan inspeksi memiliki potensi untuk mencapai, khususnya, sebagai berikut:
 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan di daerah-daerah tertentu;
 Menjelaskan mengapa beberapa jenis kecelakaan terjadi pada daerah-daerah tertentu;
 Membangun urutan prioritas untuk tindakan korektif;
 Membantu untuk menetapkan metode kerja yang sehat atau meningkatkan metode yang
ada;
 Mengidentifikasi daerah, peralatan, tugas, dan lain-lain, yang analisis risiko yang lebih
mendalam akan sangat membantu.

VII. REFERENSI
1. Construction Safety Association of Ontario, Safety Talk, Revised edition, 2003 ISBN 0-919465-
88-9
2. Geoff Taylor, Kellie Easter and Roy Hegney, Enhancing Occupational Safety and Health,
Elsevier 2004.
3. Phil Hughes and Ed Ferrett, 2007, Introduction to Health and Safety at Work, Third edition.
Published by Elsevier.
4. William F. Martin dan James B. Waiters, Safety and Health Essentials for Small Businesses,
2001 by Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-7127-0
5. Enquiries Centre Human Resources and Social Development Canada, 2007, Work Place
Inspections, A Matter of Health and Safety, ISBN: 0-662-67203-8.
6. WorkSafeBC, 2009, Safety Inspections.

VIII. LAMPIRAN
A. Contoh Form Inspeksi

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
13
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Inspeksi Kantor

No HAL YANG DIPERIKSA Baik Tidak baik

1 Atap, Dinding, pintu, jendela, dalam kondisi bersih, baik dan tidak
rusak
2 Rambu K3 (safety sign) lengkap dan memadai
3 Penerangan dan ventilasi alami dan buatan di semua area /
ruangan memadai ( tidak kurang dan tidak silau, tidak pengap)
4 House keeping / kebersihan secara umum baik
5 Tempat sampah mencukupi, dan dikosongkan setiap hari.
6 Halaman Parkir rata, luas dan bersih, semua kendaraan parkir
mundur, disiplin dalam mengunakan sistemperingatan dengan
klakson.
7 Instalasi listrik, sakalar, kabel dalam kondisi baik dan aman.
8 Semua pipa, kran dan katup dalam kondisi baik dan tidak ada
kebocoran.
9 Semua tangga dalam kondisi baik,
10 Pada pintu ruangan khusus terdapat rambu “Dilarang Masuk
selain Petugas”
11 Semua karyawan memakai APD sesuai standar
12 Alat / instalasi pemadam kebakaran memadai dan diinspeksi
secara rutin.
13 Bangunan dilengkapi alarm emergency dan tempat berkumpul
darurat
14 Semua furniture (lemari,meja, kursi dll) dalam kondisi baik bersih
dan ergonomis.
15 Lantai, atap, dinding, pintu, jendela dall kondisi bersih dan tidak
rusak
16 Lokasi dekat klinik dan jika jauh dilengkapi dengan kotak P3K
lengkap dengan peralatannya.

Diinspeksi oleh :
Nama : ………………….
No. pegawai : .............................
Jabatan :…………………….

Inspeksi Gudang/Penyimpanan

No HAL YANG DIPERIKSA Baik Tidak baik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
14
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

1 Penumpukan rapi, berada dalam garis demarkasi dan ada gang /


lorong antar penumpukan.
2 Terdapat garis demarkasi untuk daerah berjalan, bakerja dan
penumpukan.
3 Rambu K3 (safety sign) lengkap dan memadai
4 Penerangan dan ventilasi di semua area / ruangan memadai
5 House keeping / kebersihan secara umum baik
6 Tempat sampah mencukupi, dipisahkan antara B3 dan biasa
serta dikosongkan setiap hari.
7 Halaman Parkir rata, luas dan bersih, semua kendaraan parkir
mundur, disiplin dalam mengunakan sistemperingatan dengan
klakson.
8 Penyimpanan rapi, diatas rak dan untuk penumpukan dilantai
berada dalam garis demarkasi, penumpukan menggunakan
sistem First In – First Out.
9 Instalasi listrik, sakalar, kabel dalam kondisi baik dan aman.
10 Penyimpanan Tabung las berdiri, terikat dipsahkan antara
tabung kosong dan tabung isi, dipisahkan antara tabung oksigen
dan asetilen, penyimapan menggunakan sistem First In – First
Out.
11 Semua pipa, kran dan katup dalam kondisi baik dan tidak ada
kebocoran.
12 Semua tangga dalam kondisi baik
13 Semua alat angkat dalam kondisi baik
14 Pada pintu ruangan khusus terdapat rambu “Dilarang Masuk
selain Petugas”
15 Semua karyawan memakai APD sesuai standar
16 Alat / instalasi pemadam kebakaran memadai dan diinspeksi
secara rutin.
17 Bangunan dilengkapi dengan pentanahan dan diinspeksi secara
rutin
18 Bangunan dilengkapi alarm emergency dan tempat berkumpul
darurat
19 Semua furniture (lemari,meja, kursi dll) dalam kondisi baik bersih
dan ergonomis.
20 Lantai, atap, dinding, pintu, jendela dall kondisi bersih dan tidak
rusak
21 Toilet, kamar mandi umum dan kamar ganti terpelihara dan
bersih (terdapat jadwal kebersihan)
22 Lokasi dekat klinik dan jika jauh dilengkapi dengan kotak P3K
lengkap dengan peralatannya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
15
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

23 Penyimpanan B3 sesuai dengan standar, terpisah dengan yang


lainnya (ruangan khusus ) dan dilengkapi dengan MSDS.

Diinspeksi oleh :
Nama : ………………….
No. pegawai : .............................
Jabatan :…………………….

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
16

Anda mungkin juga menyukai