Anda di halaman 1dari 17

Materi K3

PELATIHAN KESELAMATAN KESEHATAN


KERJA

MODUL PELATIHAN K3 PERKANTORAN DI


LINGKUNGAN
PT. BHUMYAMCA SEKAWAN
MODUL PELATIHAN K3 PERKANTORAN

PT. BHUMYAMCA SEKAWAN


CIBIS NINE
PENDAHULUAN
Modul ini di buat untuk memberikan penjelasan dari suatu kegiatan pelatihan yang akan dilakukan di
PT. Bhumyamca Sekawan CIBIS NINE sehubungan dengan kebutuhan tentang bekerja Aman, Selamat
dan Sehat di lingkungan kerja perkantoran tersebut.

Atas dasar itu Modul ini diharapkan akan membantu individu baik pekerja maupun pihak-pihak
terkait yang melakukan kegiatan kerja di area tersebut mampu menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) sesuai ketentuan yang berlaku di tempat kerja. Kompetensi yang diharapkan
dari modul ini menekankan pada kemampuan menguasai prosedur Keselamatan dan Kesehatan
dalam bekerja, kesehatan individu dan kesehatan lingkungan kerja, penanganan situasi darurat,
menjaga standart penampilan diri dalam bekerja, serta ergonomi dan produktifitas kerja.

Dengan demikian individu baik pekerja maupun pihak-pihak terkait yang melakukan kegiatan di area
tersebut diharapkan menciptakan budaya kerja yang dapat memberikan lingkungan yang aman,
sehat, selamat, handal, berkualitas dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan FGD – Ajar Kenali serta Diskusi dan evaluasi
dilakukan baik dengan Test dan Non Test.

Gambar 1. Perilaku Akan K3 di lingkungan kerja

ProdukAQD2023
PETUNJUK AKAN PEMAHAMAN MODUL TRAINING
Petunjuk untuk Peserta Training

 Pelajari daftar isi serta mekanisme pembelajaran modul dengan cermat dan teliti sehingga
pembelajaran dapat berlangsung dengan sistematis dan tertib.
 Kerjakan semua soal dalam cek kemampuan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan
yang telah Anda miliki sebelum mulai mempelajari satu pembelajaran tertentu.
 Pelajari materi sebelum pembelajaran di Sesi Training. Pelajari dengan seksama hingga Anda
benar-benar menyadari materi tersebut. Selanjutnya tandai/warnai hal yang penting dalam
topik tersebut serta tandai hal yang belum dipahami untuk didiskusikan dengan teman
sekelompok atau semeja Anda dan ditanyakan kepada dosen pada saat pembelajaran di Sesi
Training.
 Lakukan kegiatan belajar secara sistematis berdasar Mekanisme Pembelajaran yang telah
ditulis di modul ini. Sebaiknya mempelajari modul ini berkelompok dan selalu mendiskusikan
materi yang telah dipelajari dengan teman sekelompok Anda.
 Sebelum membaca modul ini perlu dipahami terlebih dahulu indikator tiap pembelajaran.
 Pelajarilah referensi lain yang berhubungan dengan materi modul sehingga Anda
mendapatkan tambahan pengetahuan.
 Selesaikan semua tugas baik berupa tugas kelompok maupun individu dengan segera, baik,
dan benar.
 Untuk menjawab tes formatif usahakan memberi jawaban secara singkat dan jelas.

TUJUAN PELATIHAN K3 PERKANTORAN


1. Tujuan Awal

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan:

a. mampu menjelaskan Konsep Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),


b. mampu menjaga dan memelihara kesehatan individu dimulai dari sendiri
c. mampu menanamkan konsep hygiene dan sanitasi dalam kegiatan sehari-hari
d. mampu membudayakan pemeliharaan kebersihan perlengkapan dan area kerja
e. mampu menjelaskan peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja,
f. mampu menjelaskan materi pokok yang diatur dalam Undang-Undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja,
g. mampu menjelaskan berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam pekerjaan,
h. mampu menjelaskan pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan,
i. mampu menjelaskan berbagai jenis bahan beracun dan berbahaya dan cara
pengendaliannya,
j. mampu menjelaskan jenis-jenis limbah dan cara pengolahannya,
k. mampu menjelaskan prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan,
l. mampu menjelaskan penyebab terjadinya kebakaran,
m. mampu menjelaskan prinsip pemadaman kebakaran,

ProdukAQD2023
n. mampu menjelaskan konsep penampilan diri untuk kesempatan kerja di pekerjaan sesuai
standart K3,
o. mampu menjelaskan prinsip kerja yang ergonomis,
p. mampu menjelaskan prinsip peningkatan produktivitas kerja.

2. Tujuan Akhir

Tujuan Akhir yang ingin dicapai melalui modul ini berkaitan dengan capaian life skill yang perlu
dimiliki pekerja, yaitu:

a. mampu memimpin kelompok atau menjadi anggota kelompok yang baik dalam menjaga K3
dilingkungan kerja,
b. mampu bekerja dalam tim dengan baik saat keadaan kedaruratan,
c. mempunyai rasa percaya diri yang baik melakukan kerjasama dalam tindak K3,
d. mempunyai rasa tanggung jawab yang baik dilingkungan kerja,
e. mempunyai kejujuran yang tinggi.

KOMPETENSI K3 PERKANTORAN

Nomor Bahasan Kandungan


1 Konsep dasar Keselamatan - Mampu menjelaskan konsep dasar Keselamatan dan
dan Kesehatan Kerja (K3) Kesehatan Kerja
2 Menjaga kesehatan pribadi - Mampu menjelaskan konsep menjaga dan memelihara
(personal hygiene) kesehatan individu mulai dariujung rambut sampai ujung
kaki
3 Peraturan Perundangundangan - Mampu memahami peraturan perundang undangan yang
Keselamatan dan mengatur Keselamatan danKesehatan Kerja
Kesehatan Kerja (K3)
4 Alat pelindung diri (APD) - Mampu menyadari pentingnya penggunaan APD dalam
pekerjaan
- Mampu menyadari berbagai jenis bahan Beracun
5 Bahan beracun dan dilingkungan kantor dan berbahaya dan cara
berbahaya (B3) pengendaliannya
- Mampu menjelaskan jenis-jenis limbah kantor dan cara
pengolahannya
6 Prosedur pertolongan - Mampu menjelaskan prosedur pertolongan pertama pada
Pertama kecelakaan
7 Pemadam kebakaran - Mampu menyadari penyebab terjadinya Kebakaran
- Mampu menyadari prinsip pemadaman kebakaran
8 Ergonomi dan produktivitas - Mampu menyadari prinsip kerja yang Ergonomis
Kerja - Mampu menyadari prinsip peningkatan produktivitas kerja

ProdukAQD2023
KONSEP DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Pendahuluan

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PP 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran Sistem

Manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
dengan melibatkan unsure manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sistem Manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak 100 orang atau lebih; perusahaan yang mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses atau bahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan Pasal 4 Permenaker tentang Sistem
Manajemen K3, terdapat 5 (lima) ketentuan yang harus

perusahaan/pengusaha laksanakan, yaitu:

a. menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap
penerapan Sistem Manajemen K3; merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;
a. Konsep Dasar K3 menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
b. mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan; meninjau secara teratur dan meningkatkan
pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

ProdukAQD2023
Gambar2. Piramida dampak akibat

2. Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terdapat beberapa alasan yang mengungkapan pentingnya Sistem Manajemen K3 diterapkan dalam
suatu perusahaan/kantor. Alasan tersebut dapat dilihat dari aspek manusiawi, ekonomi, UU dan
Peraturan, serta nama baik. Berikut adalah argumentasi betapa pentingnya Sistem

Manajemen K3.

a. Alasan Manusiawi. Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha melakukan


sesuatu untuk memperbaiki keadaan, merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal
ini di karenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi
korbannya (misalnya kematian, cacat/luka berat, luka ringan), melainkan juga penderitaan
bagi keluarganya. Oleh karena itu pengusaha atau sekolah mempunyai kewajiban untuk
melindungi pekerja atau siswanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman.
b. Alasan Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi,
seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, dan biaya
santunan kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pencegahan
kecelakaan, maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja, kontraktor juga
dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
c. Alasan UU dan Peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu
organisasi bidang keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan
yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan menggunakan teknologi modern,
pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat merupakan sumber
terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.
Nama Baik Institusi. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baikdapat
mempengaruhi kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain.
d. Reputasi atau citra perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutamabagi industry
jasa, termasuk jasa konstruksi, karena berhubungan dengankepercayaan dari pemberi
tugas/pemilik proyek. Prestasi keselamatan kerjaperusahaan mendukung reputasi
perusahaan itu, sehingga dapat dikatakanbahwa prestasi keselamatan kerja yang baik akan
memberikan keuntungankepada perusahaan secara tidak langsung.

ProdukAQD2023
3. Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada awal perkembangannya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengalami beberapa
perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali dimulai di Amerika Tahun 1911 dimana K3 sama sekali
tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Kegagalan terjadi pada saat
terdapat pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan bagi pekerja dan perusahaan. Kecelakaan
tersebut dianggap sebagi nasib yang harus diterima oleh perusahaan dan tenaga kerja. Bahkan, tidak
jarang, tenaga kerja yang menjadi korban tidak mendapat perhatian baik moril maupun materiil dari
perusahaan. Perusahaan berargumen bahwa kecelakaan yang terjadi karena kesalahan tenaga kerja
sendiri untuk menghindari kewajiban membayar kompensasi kepada tenaga kerja.

Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep yang dikenal dengan Teori Domino.
Konsep Domino memberikan perhatian terhadap kecelakaan yang terjadi. Berdasar Teori Domino,
kecelakaan dapat terjadi karena adanya kekurangan dalam lingkungan kerja dan atau kesalahan
tenaga kerja.

Dalam perkembangannya, konsep ini mengenal kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tindakan
tidak aman (unsafe act).

Gambar 3. Domino effect

Pada awal pengelolaan K3, konsep yang dikembangkan masih bersifat kuratif terhadap kecelakaan
kerja yang terjadi. Bersifat kuratif berarti K3 dilaksanakan setelah terjadi kecelakaan kerja.
Pengelolaan K3 yang seharusnya adalah bersifat pencegahan (preventif) terhadap adanya
kecelakaan. Pengelolaan K3 secara preventif bermakna bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan
kegagalan dalam pengelolaan K3 yang berakibat pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan
dan tenaga kerja. Pengelolaan K3 dalam pendekatan modern mulai lebih maju dengan
diperhatikannya dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari manajemen perusahaan. Hal ini mulai
disadari dari data bahwa kecelakaan yang terjadi juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
Dengan memperhatikan banyaknya resiko yang diperoleh perusahaan, maka mulailah diterapkan
Manajemen Resiko, sebagai inti dan cikal bakal Sistem Manajemen K3. Melalui konsep ini sudah
mulai menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan yang akan terjadi.

Manajemen Resiko menuntut tidak hanya keterlibatan pihak manajemen tetapi juga komitmen
manajemen dan seluruh pihak terkait termasuk pekerja.

ProdukAQD2023
Dalam penerapan K3 di Lingkungan Kerja CIBIS NINE, maka diperlukan keterlibatan
manajemenperusahaan, mitra, dan pekerja serta pihak-pihak terkait. Pada konsep ini, bahaya
sebagai sumber kecelakaan harus teridentifikasi, kemudian perhitungan dan prioritas terhadap
resiko dari potensi bahaya, dan terakhir pengendalian resiko. Peran manajemen sangat diperlukan
terutama pada tahap pengendalian resiko, karena pengendalian resiko membutuhkan ketersediaan
semua sumber daya yang dimiliki olehperusahaan/sekolah dan hanya pihak manajemen yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.

Gambar 4. Sebab akibat

Dari perjalanan pengelolaan K3 diatas semakin menyadarkan akan pentingnya K3 dalam bentuk
manajemen yang sistematis dan mendasarkan agar dapat terintegrasi dengan manajemen
perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk menerapkan
suatu Sistem Manajemen K3 untuk mengelola K3. Sistem Manajemen K3 mempunyai pola
Pengendalian Kerugian secara Terintegrasi (Total Loss Control) yaitu sebuah kebijakan untuk
mengindarkan kerugian bagi perusahaan, property, personel di perusahaan dan lingkungan melalui
penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan,
proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu
perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), peningkatan (action).

Dalam sejarah perjalanan Sistem Manajemen K3, tercipta beberapa standar yang dapat dipakai
perusahaan. Standar-standar tersebut antara lain:

- ISO45001: 2018 Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerjja


- Voluntary Protective Program OSHA,
- BS 8800,
- Five Star System,
- International Safety Rating System (ISRS),
- Safety Map,
- AS/ANZ 4801/4804, dan
- PP 50 Tahun 2012 berbentuk Peraturan Perundang-Undangan)

Kini pengelolaan K3 dengan penerapan Sistem Manajemen K3 sudah menjadi bagian yang
dipersyaratkan dalam ISO 9001:2015 dan CEPAA Social Accountability 8000:1997. Akan tetapi
sampai saat ini belum terdapat satu standar internasional tentang Sistem Manajemen K3 yang
disepakati dan dapat diterima banyak negara, sebagaimana halnya Sistem Manajemen Mutu ISO
9000 dan Sistem Manajemen Mutu Lingkungan ISO 14000.
ProdukAQD2023
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kantor

Dalam kegiatan pembelajaran di kantor, semua pihak harusmenyadari bahwa dalam setiap kegiatan
tersebut mempunyai potensi bahaya danmenimbulkan dampak lingkungan sehingga penting sekali
aspek Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di dalam kantor. Penerapan K3 di dalam kantormerupakan kebijakan yang harus
diambil oleh manajemen (pimpinan) kantor. Setelah kebijakan penerapan K3 diambil, maka
setiappengguna kantor harus mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akanK3 di dalam kantor.
Oleh karena itu perlu ditetapkan peraturan danprosedur standar yang harus ditaati pada setiap
kegiatan yang dilakukan di dalamkantor. Setiap pelanggaran terhadap peraturan dan prosedur kerja
dapatdikenakan sanksi.

Dalam kantor diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dankeselamatan kantor harus
ditempatkan di tingkatan prioritas tertinggi dansetiap pratikan bertanggung jawab akan kantor yang
aman. Pada tahap awalpenerapan K3 di kantor terdapat beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:

- kegiatan yang akan dilakukan di kantor,


- bahan-bahan yang terdapat di kantor baik bahan kimia, biologi,tekstil,
- fasilitas dan peralatan proses yang tersedia di kantor,
- fasilitas dan peralatan K3 yang tersedia di kantor.

Dalam rangka mendukung penerapan K3 di kantor maka diperlukan suatu peraturan khusus tentang
K3. Adapun peraturan yang dapat diterapkan antara lain:

a. Mengetahui letak penempatan dan penggunaan dari semua fasilitas danperalatan K3 di


kantor seperti kotak P3K, pemadam api, shower,pencuci mata, wastafel.
b. Perhatian untuk keselamatan sudah dimulaui bahkan sebelum melaksanakan aktivitas
pertama dalam bekerja di kantor.
c. Memakai celemek atau mantel kantor, sepatu, dan lebih baikgunakan pengikat rambut,
serta alat lain yang dapat dijadikan pelindungdiri dalam kerja. Jika terkait dengan bahan
kimia maka gunakankaca mata.
d. Membersihkan meja kerja dari semua bahan tidak perlu seperti buku dan Kertas-kertas
sebelum pekerjaan dimulai.
e. Hindari pergerakan dan pembicaraan yang tidak perlu di dalamkantor
f. Setiap kecelakaan, meskipun itu kecil, harus dilakporkan dengan seketikakepada teknisi atau
penyelia K3.
e. Dalam hal suatu bahan kimia tertumpahkan pada pakaian atau kulit,bilaslah area yang
terkena dengan air yang banyak. Apabila bahan kimiamengenai mata, bersihkanlah seketika
dengan water-washing selama 10-15 menit atau sampai diperoleh bantuan medis secara
profesional.
f. Membuang bahan sisa kerja harus sesuai perintah dan dilakukan denganhati-hati terutama
bahan kimia.
g. Kembalikan semua peralatan pelindung diri pada tempat yang telahditetapkan.
h. Sebelum meninggalkan kantor, pastikan mesin dan listrik dalamkondisi mati

ProdukAQD2023
4.1. STANDAR PENERAPAN K3 DI PERKANTORAN YANG WAJIB DILAKSANAKAN

Adanya faktor risiko bahaya di lingkungan kerja, khususnya perkantoran, perlu diwaspadai.
Perusahaan perlu melakukan penerapan K3 di perkantoran sesuai standar yang berlaku.
“Bekerja selama kurang lebih 8 jam di ruang perkantoran tidak selalu berarti aman”. Sebagai
tempat kerja, perkantoran juga tidak terlepas dari risiko bahaya yang mungkin terjadi. Risiko
tersebut dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan karyawan di perusahaan
tersebut.
Untuk menghindari dan mengatasi risiko bahaya, pemerintah menetapkan regulasi terkait
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Penerapan regulasi K3 perkantoran bertujuan untuk
melindungi karyawan sehingga aktivitas pekerjaan berlangsung aman dan nyaman.

4.2. PENTINGNYA K3 PERKANTORAN

Frekuensi kecelakaan kerja di area perkantoran bisa dibilang lebih kecil dari pada di area
outdoor. Namun, perlu diingat bahwa masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya
yang bersifat dampak jangka pendek, tetapi juga dampak jangka panjang. Risiko seperti ini
sering kali luput dari perhatian.
Faktor risiko bahaya yang mungkin terjadi di perkantoran dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu keselamatan dan kesehatan pekerja. Risiko keselamatan misalnya terjatuh, terbentur,
bahaya kebakaran, bencana alam, dan sebagainya. Sementara itu, Risiko kesehatan seperti
beban kerja berlebih, masalah kesehatan karena perilaku yang tidak sehat, dan sebagainya.
Hal ini sangat berpengaruh bagi kehidupan seorang karyawan karena waktu yang dihabiskan
di area perkantoran hampir atau bahkan lebih dari sepertiga waktu sehari. Jika perilaku atau
kebiasaan yang tidak sehat dilakukan atau dialami tiap hari, dampaknya signifikan pada
jangka panjang.
Saat ini, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di sektor formal, khususnya pekerja
perkantoran, memang lebih sedikit dari pada yang bekerja di sektor informal. Meskipun
potensi bahaya yang terjadi hanya dari ringan ke sedang, usaha K3 perlu terus dilakukan.
Pasalnya, K3 perkantoran membutuhkan identifikasi dan pengendalian khusus.

4.3. POTENSI BAHAYA K3 DI PERKANTORAN


Apa saja potensi bahaya K3 di perkantoran? Menurut Canadian Centre for Occupational
Health and Safety (CCOHS), ada beberapa jenis bahaya yang mungkin dialami karyawan
selama bekerja atau berada di lingkungan kerja. Berikut penjelasannya.
a. Bahaya Fisik
Bahaya fisik merupakan bahaya di tempat kerja yang dapat mengancam keselamatan secara
fisik. Bahaya ini paling umum ditemui dan dapat menyebabkan cedera, penyakit, atau
kematian.
Jenis bahaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah temperatur ruangan yang tidak
ideal, kualitas udara di dalam ruangan yang tidak bagus, suara yang terlalu bising, dan
paparan radiasi, baik dari matahari maupun UV buatan.
b. Bahaya Kimia
Bahaya kimia dapat terjadi karena paparan bahan-bahan kimia. Tiap tempat kerja pasti tak
lepas dari bahan kimia, misalnya produk pembersih hingga produksi bahan kimia dalam skala

ProdukAQD2023
penuh. Bahan kimia harus ditangani dengan benar, mulai dari penyimpanan dan
penggunaannya. Bahaya kimia dapat menyebabkan penyakit, kebakaran, maupun kerusakan
properti.
c. Bahaya Ergonomi
Bahaya yang termasuk dalam kelompok ergonomi, antara lain Musculoskeletal Disorders
(MSDs), penanganan material secara manual, pencahayaan, sistem kerja shift, dan peralatan
yang digunakan untuk bekerja. Bagi sebagian jenis pekerjaan, peralatan merupakan faktor
yang sangat memengaruhi keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.
d. Bahaya Biologi
Saat bekerja, karyawan rentan mengalami masalah kesehatan karena penyebab bahaya
biologis, di antaranya bakteri, virus, serangga, dan hewan. Potensi bahaya lain seperti jamur
yang dapat terjadi karena ruangan terlalu lembab. Pada masa sekarang, masalah kesehatan
seperti pandemi dapat menjadi potensi bahaya di area perkantoran.
e. Bahaya Psikososial
Ada potensi bahaya lain yang kerap diabaikan di tempat kerja, yaitu bahaya psikososial.
Dalam kelompok ini termasuk bahaya kesehatan karena stres, kekerasan, perundungan, dan
berbagai perilaku yang mungkin terjadi di area perkantoran.
f. Bahaya Keselamatan
Jenis bahaya lain adalah bahaya keselamatan yang mungkin dialami karyawan saat bekerja.
Salah satu contohnya berkaitan dengan bahaya karena sistem kelistrikan di tempat kerja.
Ada pula bahaya yang dapat terjadi saat mengemudi.

4.4. STANDAR PENERAPAN K3 DI PERKANTORAN


Mengetahui bahwa area perkantoran dapat menimbulkan bahaya kepada para karyawan
yang sedang bekerja membuat perlu adanya penerapan K3. Pemerintah pun menerapkan
standar penerapan K3 di perkantoran melalui Permenkes 48 Tahun 2016 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Dalam penerapan standar K3 perkantoran, perusahaan perlu mengembangkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran (SMK3) Perkantoran.
Di dalamnya tercakup kebijakan, perencanaan, pelaksanaan rencana, pemantauan dan
evaluasi, serta peninjauan dan peningkatan kinerja.
Maka, Untuk menjaga keselamatan pekerja di area perkantoran, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu:
- Memastikan lantai bebas dari bahan yang licin, cekungan, berlubang, dan miring,
sehingga dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan.
- Penyusunan lemari kabinet tidak menghalangi pergerakan karyawan di dalam
ruangan. Bagian yang berat berada di bawah.
- Sedapat mungkin ruangan bebas dari benda-benda yang tajam, baik berupa siku
lemari atau benda lain.
- Ruangan bebas dari hal yang dapat menyebabkan elektrikal syok.

Selain itu, ada sejumlah prosedur yang harus ditaati oleh karyawan di area perkantoran, di
antaranya:
- Tidak berlari di dalam ruangan
- Karyawan yang membawa barang dengan ukuran berat dan tinggi harus
menggunakan troli serta menggunakan lift barang jika tersedia.

ProdukAQD2023
- Tangga tidak digunakan untuk menyimpan barang karena dapat mengganggu lalu
lintas.
- Menghindari bahaya tersandung dengan mengganti karpet dan ubin yang rusak.

Bukan hanya hal-hal yang bersifat rutin, ada pula standar yang perlu dipatuhi saat terjadi
bencana, misalnya kebakaran, gempa bumi, huru hara, banjir, atau ancaman bom. Sebagai
tindakan pencegahan, perlu ada Manajemen Tanggap Darurat Gedung.

Dalam hal ini termasuk simulasi jika terjadi bahaya atau bencana saat jam kerja.
Salah satu bencana yang dapat terjadi di area perkantoran adalah kebakaran. Sebagai sarana
penyelamatan jika terjadi kebakaran adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tangga
darurat, dan pintu darurat.
Untuk pintu darurat misalnya, sebuah gedung berlantai 3 harus memiliki setidaknya 2 pintu
darurat dengan lebar minimum 100 cm. Supaya mudah terlihat, pintu darurat harus
berwarna merah.
Bukan hanya keselamatan, hal-hal yang mencakup kesehatan pekerja juga perlu
diperhatikan di area perkantoran. Ada beberapa langkah penerapan yang harus sesuai
standar, yaitu meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kesehatan kerja,
membudayakan perilaku untuk hidup sehat serta bersih di tempat kerja, menyediakan ruang
ASI, serta melakukan aktivitas fisik untuk kebugaran.
Seperti pada saat masa pandemi, perlu diperhatikan juga langkah-langkah pencegahan
penyakit di area perkantoran. Hal ini dimulai dengan mengendalikan faktor risiko,
melakukan penilaian status kesehatan, menangani penyakit yang terjadi, serta pemulihan
kesehatan dari karyawan yang terkena penyakit.
Masih ada berbagai hal yang perlu dipahami seputar standar keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja. Untuk itu, perlu ada ahli K3 perkantoran yang mengidentifikasi risiko bahaya,
menyusun program, serta memantau pelaksanaan K3 di area perkantoran. Ahli K3 harus
mengikuti training dan mendapatkan sertifikasi agar dapat menjalankan tugasnya dengan
optimal.
Demikian ulasan singkat mengenai K3 perkantoran dan penerapannya secara umum.

5. Keselamatan Kerja

Selain kesehatan yang tak kalah pentingnya adalah Keselamatan Kerja.

Keselamatan kerja merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat melakukankerja. Menurut
Suma’mur (1987:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yangbertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannyatempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.

Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi baik barangmaupun jasa.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.

Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja maupun masyarakatpada umumnya.
Tasliman (1993:1) sependapat dengan Suma’mur bahwakeselamatan dan kesehatan kerja
menyangkut semua unsur yang terkait di dalamaktifitas kerja. Ia menyangkut subjek atau orang yang
melakukan pekerjaan, objek(material) yaitu benda-benda atau barang-barang yang dikerjakan, alat-

ProdukAQD2023
alat kerjayang dipergunakan dalam bekerja berupa mesin-mesin dan peralatan lainnya,
sertamenyangkut lingkungannya, baik manusia maupun benda-benda atau barang.

6. Kesehatan Kerja

Produktifitas optimal dalam dunia pekerjaan merupakan dambaan setiapmanager atau pemilik
usaha, karena dengan demikian sasaran keuntungan akandapat dicapai. Kesehatan (Health) berarti
derajat/ tingkat keadaan fisik danpsikologi individu (the degree of physiological and psychological
well being ofthe individual). Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya
untukmeningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit
akibat kerjayang diwujudkan melaluii pemeriksaankesehatan, pengobatan dan asupan makanan
yang bergizi.

gambar 5. Hirarki pengendalian bahaya

Kesehatan kerja penting untuk diperhatikan oleh perusahaan demi menjaga kenyamanan
karyawan. Berikut ini ada 5 faktor yang memengaruhi kesehatan kerja.

Kesehatan kerja merupakan kondisi seseorang yang bebas dari gangguan penyakit fisik,
mental, maupun sosial. Kesehatan kerja juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan baik di lingkungan maupun pekerjaannya. Dalam hal ini, tanggung
jawab moral atas kesehatan kerja karyawan sepenuhnya berada di tangan perusahaan.

Jika perusahaan mampu menjamin kesehatan karyawan, reputasinya akan terangkat.


Adanya kesehatan kerja juga membuat karyawan lebih sadar akan risiko saat bekerja. Selain
itu, jaminan kesehatan kerja di perusahaan dapat menurunkan angka kerugian di kemudian
hari.

ProdukAQD2023
Namun, untuk mewujudkan kesehatan kerja yang ideal, beberapa faktor perlu kamu
perhatikan. Simak 5 faktor yang memengaruhi kesehatan kerja berikut ini.

a. Beban Kerja

Apakah produktivitas kerja karyawan di perusahaan yang kamu kelola terlihat menurun
akhir-akhir ini? Kalau iya, coba periksa kembali beban kerja karyawan selama ini di
perusahaan. Barangkali, beban kerja tersebut melebihi kemampuan mereka, baik fisik
maupun mental.

Beban kerja fisik dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Beberapa hal yang menyebabkan
faktor internal, antara lain jenis kelamin, usia, status gizi, dan kondisi kesehatan. Sementara
faktor eksternal bisa disebabkan stasiun kerja, tempat, tata ruang, sarana, organisasi, dan
sikap.

Selain fisik, beban kerja mental juga harus diperhatikan karena dapat memengaruhi
motivasi, kepercayaan, persepsi, dan keinginan. Adapun faktor yang memengaruhi beban
kerja fisik, yaitu tugas, organisasi, dan lingkungan kerja.

b. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor yang paling dekat dengan karyawan. Faktor-faktor
dalam lingkungan kerja ada lima, yaitu fisik, kimia, biologi, fisiologi, dan psikososial. Contoh
faktor fisik, yaitu suhu, iklim, tekanan, radiasi, dan getaran.

Sementara faktor kimia bisa berupa debu, kabut, asap, cairan, serta partikel. Selain itu, ada
faktor biologi yang berupa jamur, virus, bakteri, serta parasit.

Keselarasan antara pekerjaan dan tenaga kerja juga menjadi faktor fisiologis yang
memengaruhi lingkungan kerja. Terakhir faktor psikososial dalam lingkungan kerja bisa
berupa sifat pekerjaan monoton, hubungan kerja kurang baik, tidak ada passion, dan minim
kesejahteraan.

ProdukAQD2023
c. Kapasitas Kerja

Kapasitas kerja merupakan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas dan


fungsinya di perusahaan. Faktor keterampilan, kondisi fisik, tingkat gizi, umur, serta jenis
kelamin memiliki pengaruh paling besar dalam kapasitas kerja seseorang.

Agar kapasitas kerja mencapai titik optimal, faktor-faktor tersebut harus seimbang. Untuk
menyeimbangkan, kamu perlu melakukan pembinaan secara kontinyu terhadap karyawan.

d. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) dapat melindungi karyawan selama bekerja, terutama saat di lokasi
berisiko tinggi. Dengan patuh menggunakan APD, maka risiko tersebut bisa dikurangi.
Beberapa risiko yang mungkin terjadi di tempat kerja, antara lain kecelakaan dan serangan
penyakit berbahaya.

Supaya APD efektif, perusahaan harus memilih jenis yang sesuai dengan kategori pekerjaan.
Kemudian, perusahaan mesti menyiapkan APD dalam jumlah cukup atau berdasarkan total
karyawan. Selain itu, perusahaan wajib memberikan pembinaan kepada karyawan
mengenai cara memakai APD yang benar.

e. Kondisi Psikologis

Pernahkah kamu melihat karyawan yang wajahnya selalu murung atau tampak minder saat
di tempat kerja? Selain faktor kesehatan secara fisik, bisa jadi ia mengalami gangguan
psikologis. Jika dibiarkan, kondisi tersebut dapat memengaruhi produktivitasnya dalam
bekerja.

Gangguan psikologis bisa terjadi karena adanya hubungan kurang baik antara karyawan
dengan atasan atau teman-temannya. Solusinya, pimpinan perusahaan harus membuka
ruang diskusi bagi karyawannya. Selain itu, masalah psikologis juga dapat diatasi dengan
mengadakan program pengembangan karier dan apresiasi untuk karyawan.

ProdukAQD2023
7. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada prinsipnya sasaran atau tujuan dari K3 adalah :

a. Menjamin keselamatan operator dan orang lain


b. Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
c. Menjamin proses produksi aman dan lancar

Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun 1970 Pasal 3 tentang keselamatan kerja
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja;
a. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinarradiasi, suara dan getaran;
b. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan.
g. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
h. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
d. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanamanatau barang
k. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
e. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
l. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
f. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

8. Sebab-Sebab Terjadinya Kecelakaan dalam Bekerja

Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan yang padaakhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja

Secara teoritis istilah istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi beberapa
hal sebagai berikut :

ProdukAQD2023
a. Hazard (sumber bahaya). Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan
kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada
b. Danger (tingkat bahaya). Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi
dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif.
c. Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu Insident.
Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat/ telah
mengadakan kontak dengan sumber energiyang melebihi ambang batas badan/struktur
d. Accident. Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian(manusia/benda)

Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidakdiharapkan. Setiap
kecelakaan baik di industri, di bengkel, atau di tempat lainnyapasti ada sebabnya. Secara umum
terdapat dua hal pokok yang menyebabkan kecelakaan kerja yaitu:

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafehuman acts).


b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (usafe conditions)

Kecelakaan dapat terjadi dengan sebab-sebab tertentu, yaitu:


a. Kesalahan manusia (human erorr), misalnya kebodohan atau ketidaktahuan, kemampuan
keterampilan yang tidak memadai, tidak konsentrasi pada waktu bekerja, salah prosedur
atau salah langkah, bekerja sembrono tanpa mengingat resiko, bekerja tanpa alat pelindung,
mengambil resiko untung-untungan dan bekerja dengan senda gurau.
b. Kondisi yang tidak aman, misalnya tempat kerja yang tidak memenuhi syarat keselamatan
kerja, kondisi mesin yang berbahaya (machinery hazards), kondisi tidak aman pada
pemindahan barang-barang serta alat alat tangan yang kondisinya tidak aman.

Gambar 6. Angkat angkut dalam ergonomic

ProdukAQD2023

Anda mungkin juga menyukai