I. DESKRIPSI SINGKAT
Alat pelindung diri (APD) merupakan alat yang digunakan saat bekerja yang berfungsi untuk
melindungi pekerja dari pajanan bahaya yang tinggi di tempat kerja sehingga risiko terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi. Alat pelindung diri meliputi perlindungan
seluruh tubuh dan perlindungan pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, mata, muka, kaki, dll.
Penggunaan APD saat bekerja merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian pajanan bahaya
dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Program APD di tempat kerja harus dikelola dengan baik
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pengelolaan APD di tempat kerja meliputi beberapa aspek
yaitu aspek pekerja, kebijakan dan organisasi, dan hal-hal yang terkait dengan APD itu sendiri.
V. LANGKAH/PROSES PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan
sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan menggunakan
bahan tayang.
b. Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus memfasilitasi diskusi/tanya jawab.
(35 menit)
c. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberikan lembar tugas berupa
pertanyaan/ilustrasi studi kasus. (5 menit)
d. Fasilitator memfasilitasi presentasi hasil tugas kelompok dan sekaligus diskusi/tanya jawab. (15
menit)
e. Sebelum sesi diskusi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan menanyakan kepada peserta
apakah masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan yang sudah disampaikan.
Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau kelompok peserta selama proses
pembelajaran. (10 menit)
Pokok Bahasan 1.
PERENCANAAN APD
Mengontrol bahaya pada sumbernya adalah cara terbaik untuk melindungi karyawan. Tergantung
pada kondisi bahaya atau tempat kerja, OSHA merekomendasikan penggunaan teknik atau praktek
kerja kontrol untuk mengelola atau menghilangkan bahaya semaksimal mungkin. Misalnya,
membangun penghalang antara bahaya dan karyawan adalah kontrol rekayasa; mengubah cara di
mana karyawan melakukan pekerjaan mereka adalah kontrol praktek kerja.
Ketika engineering, praktek kerja dan kontrol administrasi tidak mampu atau tidak memberikan
perlindungan yang memadai, pengusaha harus menyediakan alat pelindung diri (APD) kepada
karyawan mereka dan memastikan penggunaannya. Alat pelindung diri, umumnya disebut sebagai
APD adalah peralatan yang dipakai untuk meminimalkan pajanan berbagai bahaya. APD mencakup
sarung tangan, pelindung kaki, pelindung mata, alat pelindung pendengaran (sumbat telinga, tutup
telinga) helm, respirator dan pakaian pelindung tubuh.
Secara umum, pengusaha bertanggung jawab untuk:
Melakukan "penilaian bahaya" dari tempat kerja untuk mengidentifikasi dan mengendalikan
bahaya fisik dan kesehatan.
Mengidentifikasi dan menyediakan APD yang sesuai bagi karyawan.
Pelatihan karyawan dalam penggunaan dan perawatan APD tersebut.
Mempertahankan PPE, termasuk mengganti aus atau rusak PPE.
Secara berkala meninjau, memperbarui dan mengevaluasi efektivitas program APD.
Secara umum, karyawan harus:
Memakai APD dengan benar,
Menghadiri sesi pelatihan tentang APD,
Perawatan meliputi membersihkan dan memelihara APD, dan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
3
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
a. Mengumpulkan Literatur
Dalam perencanaan program APD di tempat kerja, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengumpulkan semua informasi yang terkait dengan program APD. Adapun informasi yang
dikumpulkan antara lain:
1) Jenis pekerjaan
2) Cara kerja
3) Jenis bahaya dan risiko yang terdapat pada pekerjaan tersebut
4) Pengendalian yang sudah dilakukan terhadap pekerjaan yang tersebut
5) Data hasil pengukuran dan monitoring bahaya dan risiko
6) Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan
7) Dll
b. Identifikasi Sasaran
Identifikasi sasaran adalah pekerja atau kelompok pekerja atau jenis pekerjaan yang
membutuhkan APD. Setiap jenis pekerjaan kemungkinan mempunyai potensi bahaya dan risiko
yang berbeda sehingga jenis APD yang diperlukanpun berbeda pula. Oleh sebab itu penentuan
sasaran untuk setiap APD harus ditetapkan pada tahap awal. Hal ini akan mempengaruhi jenis dan
jumlah APD yang harus disediakan.
Pokok Bahasan 2.
PENERAPAN PROGRAM APD DI TEMPAT KERJA
fabrikasi, pengamplas, operator mesin gerinda, tukang las, operator proses kimia, dan
pemotongan kayu dan pekerja logging .
Beberapa jenis yang paling umum untuk melindungi mata dan wajah meliputi:
a) Kaca mata keselamatan. Merupakan kaca mata keselamatan yang sangat banyak digunakan
untuk melindungi mata. Bentuknya hampir mirip kaca mata biasa, namun lebih kuat dan
lebih tahan. Umumnya dilengkapi dengan pelindung samping. Jenis lensanya sangat
beragam sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Frame terbuat dari logam atau plastic dan
cocol digunakan untuk moderate impact from particles yang timbul dari pekerjaan seperti
carpentry, woodworking, dan grinding. Lensa kaca mata ini juga dapat diganti dengan lensa
khusus bagi pekerja yang mengalami gangguan penglihatan baik minus maupun plus.
c) Perisai pengelasan (Welding Helmet). Terbuat dari serat vulkanisasi atau fiberglass dan
dilengkapi dengan lensa. Alat ini melindungi mata dari luka bakar yang disebabkan oleh
sinar radiasi inframerah dan sinar las. Disamping itu juga melindungi mata dan wajah dari
percikan api, percikan logam dan chip terak yang dihasilkan selama pengelasan, mematri,
solder dan pemotongan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
5
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
d) Kaca mata Pelindung Laser. Kaca mata khusus ini melindungi terhadap cahaya laser. Jenis
kaca mata pelindung laser yang dipilih tergantung pada peralatan dan kondisi operasi di
tempat kerja.
e) Pelindung Wajah. Lembar plastik yang transparan dari alis sampai ke bawah dagu dan
menutupi seluruh lebar kepala. Beberapa juga berfungsi untuk perlindungan terhadap silau.
Pelindung wajah melindungi terhadap pajanan debu dan potensi semburan atau percikan
cairan berbahaya. Pelindung wajah yang digunakan berkombinasi dengan kaca mata atau
kaca mata pengaman akan memberikan perlindungan tambahan terhadap dampak bahaya.
Pelindung kepala
Melindungi karyawan dari cedera kepala yang potensial merupakan elemen kunci dari setiap
program keselamatan. Sebuah cedera kepala dapat mengganggu seorang karyawan seumur
hidup atau bisa berakibat fatal. Mengenakan helm pengaman atau topi keras adalah salah satu
cara termudah untuk melindungi kepala karyawan dari cedera.
Pengusaha harus memastikan bahwa karyawan mereka memakai pelindung kepala jika
terdapat salah satu dari berikut ini:
a) Objek mungkin jatuh dari atas dan menyerang mereka di kepala;
b) Mereka mungkin benjolan kepala mereka terhadap benda tetap, seperti pipa terkena atau
balok; atau
c) Ada kemungkinan disengaja kontak kepala dengan listrik bahaya.
b) Kelas B helm memberikan tingkat perlindungan tertinggi terhadap bahaya listrik, dengan
kejutan tegangan tinggi dan membakar perlindungan (hingga 20.000 volt). Mereka juga
memberikan perlindungan dari dampak dan penetrasi bahaya benda yang melayang/benda
yang jatuh.
c) Kelas C helm memberikan kenyamanan dan perlindungan dari dampak ringan tetapi tidak
memberikan perlindungan dari bahaya listrik.
d) Kelas D yaitu helm yang mempunyai perlindungan dari listrik yang terbatas dan hanya
digunakan oleh petugas pemadam kebakaran.
Pelindung Kaki
Contoh situasi di mana seorang karyawan harus memakai perlindung kaki meliputi:
a) Ketika benda berat seperti barel atau alat mungkin bergulir ke atau jatuh pada kaki
karyawan;
b) Bekerja dengan benda tajam seperti paku atau paku yang bisa menembus sol atau bagian
atas sepatu biasa;
c) Paparan logam cair yang mungkin tepercik pada kaki;
d) Bekerja pada atau di sekitar permukaan panas, basah atau licin; dan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
8
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA
Jenis Gambar
Vinyl footwear tahan pelarut, asam, alkali, garam,
air, lemak, dan darah.
Pelindung Tangan
Beberapa jenis sarung tangan adalah sebagai berikut.
Jenis Sarung Tangan Gambar
Metal mesh gloves tahan terhadap benda
tajam dan mencegah tangan/jari terpotong
(sumber: www.ironwear.com)
(sumber: www.ironwear.com)
Rubber gloves melindungi tangan saat
bekerja dengan peralatan yang
mengandung bahaya listrik.
(Sumber: www.westernsafety.com)
Padded cloth gloves melindungi tangan dari
benda tajam, runcing, permukaan kasar,
dan getaran
(sumber: www.ironwear.com)
Heat resistant gloves melindungi tangan
dari panas dan nyala api.
Untuk semua tugas yang berhubungan dgn
las listrik, las lainnya, las potong busur
oksi/asitilin atau gerinda sudut (semua
‘pekerjaan dgn panas’), kita harus
memakai standar sarung tangan las dari
kulit, panjang (sampai siku).
Untuk sarung tangan las sesuai dengan (sumber: www.ironwear.com)
standar EN 407 – 2004 dan EN 388 – 2003
(sumber: www.amazon.com)
Latex disposable gloves banyak digunakan
untuk melindungi tangan dari bakteri dan
kuman
(sumber: www.ironwear.com)
Pelindung Badan
Karyawan yang menghadapi kemungkinan cedera badan apapun yang tidak dapat dihilangkan
melalui rekayasa, praktek kerja atau kontrol administratif, harus memakai perlindungan tubuh
yang tepat saat melakukan pekerjaan mereka. Berikut ini adalah contoh bahaya di tempat kerja
yang dapat menyebabkan cedera tubuh:
a) Suhu ekstrim;
b) Hot cipratan dari logam cair dan cairan panas lainnya;
c) Potensi dampak dari alat-alat, mesin dan bahan;
d) Bahan kimia berbahaya.
Ada banyak jenis pakaian pelindung tersedia untuk bahaya tertentu. Beberapa jenis pakaian
perlindung antara lain jas laboratorium, baju, rompi, jaket, celemek, gaun bedah dan pelindung
seluruh tubuh.
Beberapa jenis pakaian pelindung menurut bahan bakunya seperti:
a) Paper-like fiber yang digunakan untuk pakaian sekali pakai memberikan perlindungan
terhadap debu dan percikan.
b) Treated wool and cotton beradaptasi dengan baik untuk perubahan suhu, nyaman, dan
tahan api dan melindungi terhadap debu, lecet dan permukaan yang kasar dan
menimbulkan iritasi.
c) Duck yaitu kain katun tenun erat yang melindungi terhadap luka dan memar saat
menangani bahan berat, tajam atau kasar.
d) Leather atau Kulit sering digunakan untuk melindungi terhadap panas kering dan api.
e) Rubber, rubberized fabrics, neoprene and plastics melindungi terhadap bahan kimia tertentu
dan bahaya fisik.
Pelindung badan untuk bekerja di ketinggian menggunakan Sabuk Pengaman Ketinggian (Full
body harnes), Safety Belts (LifeLine). Standar Alat Pelindung Jatuh (APD Bekerja di
Ketinggian) : ANSI Z359.1 : Safety Requirements untuk Personal Fall Arrest System, Subsystems
dan Kompenen. Untuk semua pekerjaan di ketinggian (bekerja dengan perancah /konstruksi /
pekerjaan di atap / dll) dimana disyaratkan perlindungan pencegah kejatuhan serta bekerja di
dalam tangki (ruang terbatas). “Lanyard” (tali pengaman). Zorba Shock Absorber lengkap
dengan tali sepanjang satu meter atau sabuk pengaman webbing (kain yang kuat, tebal, dan
lebar). “Retrieval Block” (tali pengaman yang dapat digulung). Untuk semua pekerjaan dimana
tali pengaman normal perlu diperpanjang atau bekerja di ruang terbatas, SRL 15 m Katrol
Penarik Tali Pengaman Kabel Berlapis Seng.
Sumber : www.elcosh.org
Pelindung pendengaran
Beberapa jenis perlindungan pendengaran meliputi:
a) Earplugs sekali pakai yang terbuat dari katun wax, busa, karet silikon atau fiberglass wol.
Mereka membentuk diri sendiri dan, ketika dimasukkan dengan benar, mereka bekerja
serta penyumbat telinga.
b) Pre-formed or molded earplugs harus secara individual dipasang oleh seorang profesional
dan dapat dipakai atau digunakan kembali. Plugs Reusable harus dibersihkan setelah setiap
penggunaan.
c) Earmuffs menutup sempurna di sekitar telinga. Kaca mata, rambut wajah, rambut panjang
atau gerakan wajah seperti mengunyah dapat mengurangi nilai pelindung penutup telinga.
Pelindung Pernafasan
Ada 2 kategori utama alat pelindung pernafasan (respirator)
a) Air Purifying Respirators, seperti:
Air Purifying Disposable Particulate Masks;
Air Purifying Half Mask Respirators;
Air Purifying Full Face Mask Respirators;
Gas Masks; dan
Powered Air Purifying Respirators.
Sumber: http://www.atsdr.cdc.gov/features/wtc_respirator_health.html
Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung harus digunakan apabila bekerja dimanapun dan berhadapan dengan
pajanan bahaya kimia. Beberapa contoh seperti:
a) Tanggap darurat;
b) Perusahaan bahan kimia dan industri proses;
c) Pembersihan dan pembuangan limbah berbahaya;
d) Pembuangan asbes; dan
e) Aplikasi pestisida di pertanian.
Sumber: http://www.ahoycaptain.com/types_of_life_jackets.html
kontaminan masuk ke area pernafasan. Terdapat 2 cara untuk uji kesesuaian respirator sebagai
berikut:
1) Positive Pressure Test
Tutup saluran udara keluar dengan tangan, lalu bernafaslah secara perlahan.
Bagian facepiece akan menggembung.
Tahan nafas selama 10 detik.
Jika tidak udara yang keluar berarti respirator sudah fit.
Sebaliknya jika ada udara yang keluar atur kembali posisi respirator dan tali pengikat, lalu
lakukan kembali fit testing.
NOTE: Sebaiknya lakukan kedua fit testing untuk memastikan bahwa respirator benar-
benar fit.
3) Pelindung kepala
Pembersihan dan inspeksi secara berkala akan memperpanjang masa manfaat pelindung
kepala. Inspeksi harian cangkang keras topi, istema suspensi dan aksesoris lainnya
terhadap lubang, retak, air mata atau kerusakan lain yang mungkin membahayakan nilai
pelindung topi sangat penting. Cat, pengencer cat dan beberapa bahan pembersih dapat
mengurangi kekuatan helm dan dapat menghilangkan hambatan listrik.
Jangan mengebor, melukis atau menerapkan label untuk pelindung kepala karena hal ini
dapat mengurangi integritas perlindungan. Jangan menyimpan pelindung kepala di bawah
sinar matahari langsung, seperti pada jendela rak belakang mobil, karena sinar matahari
dan panas yang ekstrim dapat merusak helm.
Helm sebaiknya di buang atau diganti ababila retak atau cacat dan pengelupasan
Selalu mengganti helm jika ada kerusakan, bahkan jika kerusakan tidak terlihat. Cukup
mengganti bagian dudukan bila kerusakan hanya terjadi pada bagian tersebut.
d. Pengecekan Ketersediaan Alat Pelindung Diri yang Sesuai dari Segi Jenis dan Jumlah Pekerja di
Tempat Tersebut
Untuk menjamin berjalannya program APD di tempat kerja dimana salah satu indikatornya adlah
semua pekerja yang diharuskan menggunakan APD saat bekerja telah menggunakan APD yang
sesuai. Namun terkadang pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja bukan disebabkan oleh
ketidaktahuan maupun dengan sengaja tidak mengikuti ketentuan. Faktor lain yang juga
mempengaruhi pemakaian APD oleh pekerja di tempat kerja adalah ketersediaan APD dalam
jumlah yang cukup serta untuk APD tertentu perlu adanya stok persediaan. Pengecekan
ketersediaan APD harus silakukan secara rutin oleh petugas yang ditunjuk untuk memastikan
kecukupan APD baik jenis maupun jumlahnya. Dokumen pencatatan daftar persediaan APD harus
disimpan dan dijaga dengan baik.
Pokok Bahasan 3.
EVALUASI PENERAPAN PROGRAM APD
a. Pemantauan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Saat Pekerja
Hal ini sangat diperlukan karena keberhasilan program APD sangat bergantung pada pemakaian
APD tersebut oleh pekerja saat bekerja di area yang berisiko. Inspeksi pemakaian alat pelindung
diri dapat dilakukan secara tidak terencana, maupun secara terencana.
VII. REFERENSI
1. Geoff Taylor, Kellie Easter and Roy Hegney, Enhancing Occupational Safety and Health,
Elsevier 2004.
2. Phil Hughes and Ed Ferrett, 2007, Introduction to Health and Safety at Work, Third edition.
Published by Elsevier.
3. William F. Martin dan James B. Waiters, Safety and Health Essentials for Small Businesses,
2001 by Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-7127-0
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
5. PP 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3
6. Permenaker RI nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
7. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban melapor penyakit akibat kerja.
Pasal 4 ayat (3)
8. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP. 45 /DJPPK/
IX /2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian
dengan menggunakan akses tali ( rope access )
9. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
10. SNI 19-1958-1990 tentang Pedoman Alat Pelindung Diri
11. Perlindungan Mata dan Wajah: ANSI Z87.1-2003
12. Perlindungan Kepala: ANSI Z89.1-2003.
13. Perlindungan Foot: ANSI Z41.1-1991.
14. Personal Protective Equipment, OSHA 3151-12R 2003
15. Personal protective equipment (The A-Z of Health and Safety, Jeremy Stranks, 2006,
Published by Thorogood Publishing Ltd 10-12 Rivington Street London EC2A 3DU)
16. United States Coast Guard (USCG).
17. OSHA online training of PPE