Anda di halaman 1dari 14

MODUL PELATIHAN DASAR

JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

MATERI INTI – MI 2.a


MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN KERJA

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pada modul ini akan dipelajari tentang manajemen risiko kesehatan kerja. Manajemen
risiko kesehatan kerja adalah upaya pengelolaan risiko kesehatan di tempat kerja melalui
pendekatan yang sistematis dan terencana sesuai dengan karakteristik dan jenis bahaya
dan risiko kesehatan yang ada. Manajemen risiko kesehatan kerja diawali dengan
mengenali karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan faktor risiko kesehatan yang
terkait. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan menganalisis risiko kesehatan
yang ada serta menetapkan prioritas risiko yang akan di kelola. Selanjutnya dilakukan
upaya pengendalian terhadap risiko berdasarkan prioritas dengan memperhatikan aspek-
aspek yang berkaitan dengan penentuan prioritas. Implementasi manajemen risiko
kesehatan di tempat kerja juga ditunjang dengan proses komunikasi kepada semua pihak
yang terkait.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan manajemen risiko kesehatan
kerja.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu :
a. Menjelaskan tentang konsep dasar manajemen risiko yang meliputi potensi bahaya di
lingkungan kerja, serta konsep tentang penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
b. Menjelaskan proses dan langkah-langkah manajemen risiko yang meliputi pengamatan
lingkungan kerja, identifikasi risiko, penilaian risiko, dan evaluasi risiko.
c. Melakukan pengendalian risiko dengan menyusun dan menyampaikan
saran/rekomendasi kepada pemberi kerja/pengusaha/pengurus untuk melakukan
pengendalian kecelakaan kerja.

III.POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai berikut:
Pokok Bahasan 1. Konsep Dasar Manajemen Risiko
Subpokok bahasan:
a. Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja
b. Penyakit akibat kerja
c. Kecelakaan kerja

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
1
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pokok Bahasan 2. Proses dan Langkah-langkah Manajemen Risiko


Subpokok bahasan:
a. Identifikasi bahaya dan pengamatan lingkungan kerja
b. Analisis dan Evaluasi Risiko

Pokok Bahasan 3. Pengendalian Risiko


Subpokok bahasan:
a. Penyusunan saran/rekomendasi kepada pemberi kerja / pengusaha / pengurus
untuk melakukan pengendalian kecelakaan kerja
b. Penyampaian saran/rekomendasi kepada pemberi kerja / pengusaha / pengurus
untuk melakukan pengendalian kecelakaan kerja

IV.BAHAN BELAJAR
 Modul MI.2
 Formulir identifikasi potensi bahaya (hazard identification form)

V. LANGKAH/PROSES PEMBELAJARAN
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan sebaiknya dengan
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi (120 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran dan pokok bahasan. (5
menit)
b. Fasilitator menjelaskan isi materi pembelajaran dan sekaligus memfasilitasi
diskusi/tanya jawab. (80 menit)
c. Fasilitator membagi peserta dalam beberapa kelompok dan memberikan lembar
tugas berupa pertanyaan/ilustrasi studi kasus. (10 menit)
d. Fasilitator memfasilitasi presentasi hasil tugas kelompok dan sekaligus diskusi/tanya
jawab. (60 menit)
e. Sebelum sesi diskusi ditutup, fasilitator melakukan refleksi dengan menanyakan
kepada peserta apakah masih ada yang akan didiskusikan untuk memenuhi harapan
yang sudah disampaikan. Berikan apresiasi terhadap peran aktif peserta dan atau
kelompok peserta selama proses pembelajaran. (10 menit)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
2
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)


Langkah pembelajaran:
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI.URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN RISIKO

Hazard atau bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi atau dapat menimbulkan
kesakitan maupun cidera (kimia, elektrik, bekerja dengan tangga, dll). Definisi bahaya
mengandung 2 elemen yaitu:
 Bahaya mempunyai kemampuan untuk menimbulkan kesakitan pada manusia
 Keberadaan suatu bahaya bukan berarti kesakitan juga ada.

Risiko adalah peluang, tinggi atau rendah seseorang untuk mengalami kesakitan oleh
suatu bahaya tertentu. Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian, apakah peluang positif
atau ancaman negatif, tindakan dan peristiwa. Risiko harus dinilai sehubungan dengan
kombinasi kemungkinan sesuatu terjadi, dan dampak yang timbul jika tidak benar-benar
terjadi. Manajemen risiko mencakup identifikasi dan menilai risiko ("risiko yang melekat")
dan kemudian mengelola risiko.

Dalam risiko terdapat beberapa hal seperti besaran yang dapat diterima, pemahaman
tentang hazard, konsekuensi, probabiliti, persepsi risiko dan tingkat toleransi risiko secara
individu maupun kelompok. Oleh sebab itu terdapat pengertian yang komplek tentang
risiko.

Formulasi Risiko
Risk = harm/injury x probability of injury
Harm/injury = Hazard x Exposure
Exposure = Concentration x Duration
Risk = Hazard x Concentration x Duration x Probability of Injury
Risk = Consequence x Likelihood
R =CXL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
3
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

a. Potensi bahaya di lingkungan kerja


Potensi bahaya di lingkungan kerja dapat dikelompokkan menjadi:
1) Bahaya fisik
Berupa energi seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim, pencahayaan,
getaran, tekanan udara atmosfer, dan gas bertekanan. Bahaya fisik juga dapat
berupa bahaya mekanik yaitu bahaya yang berasal dari benda-benda yang bergerak.
Bahaya listrik juga termasuk dalam kategori bahaya fisik di tempat kerja.

2) Bahaya kimia
Bahaya kimia umumnya berasal dari bahan-bahan kimia yang ada di tempat kerja
baik berupa bahan baku, hasil produksi, hasil sampingan, bahan tambahan
produksi, maupun limbah. Bahaya kimia di tempat kerja mempunyai beberapa
bentuk seperti padat, cair, gas, aerosol, uap, asap, kabut, dll. Bahaya kimia di
tempat kerja juga dikelompokkan berdasarkan sifat toksisitasnya.

3) Bahaya biologi
Bahaya biologi di tempat kerja umumnya dalam bentuk mikroorganisme yang
patogen dan bersifat infeksius. Bentuk bahaya biologi antara lain virus, bakteri,
jamur, spora, maupun cairan (prion) seperti bisa binatang berbisa. Disamping
hewan buas atau berbahaya, tumbuhan beracun, vektor, parasit (cacing) juga
termasuk bahaya biologi. Bahaya biologi umumnya dikelompokkan berdasarkan
daya infeksius atau tingkat virulensinya.

4) Bahaya ergonomi
Bahaya ergonomi merupakan bahaya yang timbul karena ketidak sesuaian
karakteristik pekerjaan dengan pekerja. Faktor risiko utama dalam ergonomi
seperti;
 Postur janggal
 Gerakan berulang
 Penggunaan tenaga yang berlebihan
 Posisi statis
 Tekanan pada bagian tertentu
 Waktu kerja yang panjang
 Faktor lingkungan kerja
 Dll

5) Bahaya psikososial
Bahaya psikososial adalah situasi atau kondisi pekerjaan yang menyebabkan
terjadinya tekanan berlebihan secara psikologis pada pekerja. Beberapa bahaya
psikososial seperti:
 Stres kerja
 Kekerasan di tempat kerja
 Beban kerja yang berlebihan, dll

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
4
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

b. Penyakit akibat kerja


Berdasarkan Kepres No. 22/1993 tentang Penyakit Akibat Kerja disebutkan bahwa
penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Terdapat 31 jenis
penyakit yang digolongkan ke dalam penyakit akibat kerja:
1) Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut
(silicosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2) Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6) Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8) Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaan-nya yang beracun.
11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaan-nya yang beracun.
12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaan-nya yang beracun.
13) Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaan-nya yang beracun.
14) Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaan-nya yang beracun.
15) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. beracun.
16) Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17) Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23) Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi.
24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang berkenaan lebih.
25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang mengion.
26) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
5
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28) Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31) Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

c. Kecelakaan kerja
Ada beberapa aksioma tentang kecelakaan, yaitu:
1) Semua kecelakaan adalah insiden.
2) Semua insiden tidak berarti kecelakaan.
3) Semua cedera adalah akibat dari kecelakaan.
4) Semua kecelakaan tidak menyebabkan cedera.

i. Definisi Kecelakaan
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan, tidak direncanakan
yang terjadi akibat kombinasi beberapa penyebab yang menyebabkan terjadinya
kerugian fisik (cedera atau penyakit) bagi pekerja, kerusakan properti, nyaris
celaka, kerugian, atau kombinasinya. Definisi ini mengindikaskan bahwa
kecelakaan tidak hanya kejadian yang menyebabkan cedera saja.

Menurut UU. No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit
yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Ada tiga aspek penting dari definisi kecelakaan:


1) Kecelakaan tidak terbatas menyebabkan cedera pada manusia, tetapi
mencakup cedera dan penyakit.
2) Definisi ini tidak membingungkan "cedera" dengan "kecelakaan". Mereka tidak
sama. Cedera dan penyakit akibat dari kecelakaan. Tapi tidak semua kecelakaan
mengakibatkan cedera dan penyakit.
3) Jika acara mengakibatkan kerusakan properti atau kerugian proses saja, dan
tidak ada cedera, masih kecelakaan. Sering kecelakaan mengakibatkan
kerugian bagi orang-orang, properti dan proses.

ii. Penyebab Kecelakaan


Secara tradisional penyebab kecelakaan dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
6
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

 unsafe act yaitu tindakan atau perilaku orang yang biasanya dilakukan oleh
mereka yang mengalami injury.
 unsafe condition yaitu beberapa kondisi lingkungan yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan

Berbadasarkan beberapa hasil investigasi kecelakaan ditemukan beberapa faktor


penyebab kecelakaan yang umum terjadi:
 ceroboh
 cenderung untuk celaka (accident proneness)
 kurang perhatian
 mengabaikan petunjuk
 tidak menggunakan APD
 kurang beruntung (bad luck)
 takdir Tuhan
 tidak menggunakan pikiran/kurang teliti
 malas
 mengambill tindakan jalan pintas (short cuts)

Gambar 1. Piramida Rasio Kecelakaan

iii. Model/Teori Kecelakaan


Beberapa teori tentang kecelakaan kerja, antara lain
1) The Domino Theory
2) The Human Factors Theory
3) The Accident/Incident Theory
4) The Epidemiological Theory
5) Swiss Cheese Model
6) The System Theory

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
7
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

iv. Investigasi Kecelakaan


Investigasi atau penyelidikan kecelakaan bertujuan untuk mencari fakta dan bukan
mencari kesalahan. Dalam proses investigasi, sangat penting untuk mengetahui
jawaban dari beberapa pertanyaan yang meliputi siapa, apa, dimana, kapan,
mengapa dan bagaimana. (who, what, where, when, why, dan how). Secara detil
mengenai investigasi akan dibahas dalam modul Monev.

Pokok Bahasan 2.
PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko merupakan suatu konsep siklus pengelolaan risiko yang meliputi
identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, dan monitoring
dan review.

Gambar 2. Proses Manajemen Risiko (ISO 31000:2009)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
8
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

 Menetapkan konteks
Dengan membentuk konteks, organisasi mengartikulasikan tujuan dan
mendefinisikan parameter eksternal dan internal yang akan diperhitungkan ketika
mengelola risiko, dan menetapkan ruang lingkup dan kriteria risiko untuk proses
berikutnya. Karena banyak parameter risiko yang serupa maka harus menjadi
pertimbangan dalam desain kerangka kerja manajemen risiko saat membuat
konteks untuk proses manajemen risiko, hal tersebut perlu dipertimbangkan secara
lebih rinci dan khususnya bagaimana mereka berhubungan dengan lingkup proses
manajemen risiko tertentu.

 Identifikasi bahaya/risiko dan pengamatan lingkungan kerja


Organisasi harus mengidentifikasi sumber risiko, area dampak, peristiwa (termasuk
perubahan keadaan) dan penyebabnya dan konsekuensinya. Tujuan dari langkah ini
adalah untuk menghasilkan daftar lengkap risiko berdasarkan peristiwa-peristiwa
yang mungkin membuat, meningkatkan, mencegah, menurunkan, mempercepat
atau menunda pencapaian tujuan organisasi. Identifikasi yang komprehensif sangat
penting, karena risiko yang tidak teridentifikasi pada tahap ini tidak akan
dimasukkan dalam analisis lebih lanjut.
Identifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja dapat dilakukan dengan berbagai
metode seperti:
- workplace inspections
- supervisor/worker discussions
- independent audits
- job safety analysis
- hazard and operability studies
- health and safety representatives/employer discussions
- workers’ compensation data
- dll

Metode yang paling umum dilakukan adalah survey jalan selintas (walk through
survey) yang terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu:
1) Lihat (see), yaitu melakukan identifikasi atau rekognisi bahaya di lingkungan
kerja
2) Pikirkan (think), yaitu melakukan evaluasi terhadap potensi bahaya yang
termatai dan ditemukan.
3) Kendalikan (Do), yaitu merumuskan upaya pengendalian terhadap bahaya
yang ada.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
9
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

 Analisis dan Evaluasi risiko


Analisis risiko akan mengembangkan pemahaman tentang risiko. Analisis risiko
memberikan masukan untuk evaluasi risiko dan keputusan tentang apakah risiko
perlu dikendalikan, dan pada strategi pengendalian risiko yang paling tepat dan
metode. Analisis risiko juga dapat memberikan masukan dalam membuat
keputusan di mana pilihan harus dibuat dan pilihan melibatkan jenis dan tingkat
risiko yang berbeda.
Analisis risiko melibatkan pertimbangan penyebab dan sumber risiko, konsekuensi
positif dan negatif, dan kemungkinan konsekuensi tersebut dapat terjadi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi konsekuensi dan kemungkinan harus diidentifikasi.
Risiko dianalisis dengan menentukan konsekuensi dan kemungkinan mereka, dan
atribut lain dari risiko. Sebuah kejadian dapat memiliki beberapa konsekuensi dan
dapat mempengaruhi berbagai tujuan. Kontrol yang ada dan efektivitas dan
efisiensi mereka juga harus diperhitungkan.
Evaluasi risiko bertujuan untuk membantu dalam membuat keputusan, berdasarkan
hasil analisis risiko, tentang risiko yang membutuhkan pengendalian dan prioritas
untuk pelaksanaan pengendalian. Evaluasi risiko membandingkan tingkat risiko
yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang dibuat.
Berdasarkan perbandingan ini, kebutuhan untuk pengendalian dapat
dipertimbangkan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
10
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

Pokok Bahasan 3.
PENGENDALIAN RISIKO

Pengendalian risiko melibatkan memilih satu atau lebih pilihan untuk memodifikasi
risiko, dan menerapkan pilihan tersebut. Setelah diimplementasikan, pengendalian
risiko dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Pengendalian bahaya dan risiko di tempat kerja bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan peyakit akibat kerja. Khusus untuk bahaya yang berdampak
kepada kesehatan pekerja, pengendalian bahaya dan risiko adalah dengan
menurunkan tingkat pajanan bahaya di tempat kerja.

Disamping itu di dalam proses manajemen risiko juga dilakukan:


 Monitoring dan review risiko
Monitoring dan review harus menjadi bagian yang direncanakan dari proses
manajemen risiko dan melibatkan pemeriksaan reguler atau surveilan baik secara
periodik maupun secara ad hoc. Tanggung jawab untuk monitoring dan review
harus ditetapkan secara jelas.
 Komunikasi dan konsultasi pada semua tahapan proses
Komunikasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan baik eksternal maupun
internal harus berlangsung pada semua tahap proses manajemen risiko. Oleh
karena itu, rencana untuk komunikasi dan konsultasi harus dikembangkan pada
tahap awal. mengenai isu-isu yang berkaitan dengan risiko, penyebabnya,
konsekuensinya (jika diketahui), dan langkah-langkah yang diambil untuk
mengendalikannya. Komunikasi dan konsultasi eksternal dan internal yang efektif
harus dilakukan untuk memastikan bahwa mereka bertanggung jawab untuk
melaksanakan proses manajemen risiko dan pemangku kepentingan memahami
dasar keputusan dibuat, dan alasan mengapa tindakan tertentu yang diperlukan.
 Pencatatan dan pelaporan hasil
Merupakan dokumentasi pelaksanaan proses manajemen risiko yang telah
dilakukan. Dokumen manajemen risiko harus dievaluasi dan ditinjau kembali
kesesuaiannya dengan perubahan lingkungan kerja yang terjadi paling tidak setiap
tahun.

a. Penyusunan Saran/Rekomendasi Kepada Pemberi Kerja/Pengusaha/Pengurus


Untuk Melakukan Pengendalian Kecelakaan Kerja
Dalam melakukan pengendalian bahaya dan risiko di tempat kerja dikenal istilah
hierarki pengendalian sebagai berikut:
1) Melakukan eliminasi terhadap bahaya.
Pengendalian ini adalah dengan menghilangkan bahaya dari tempat kerja
seperti:
 menghilangkan kandungan bahan toksik di dalam produk
 tidak mengoperasikan mesin-mesin yang berbahaya

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
11
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

2) Mengganti (Substitusi) bahan berbahaya dengan yang lebih rendah tingkat


bahayanya, seperti:
 Mengganti mesin dengan mesin yang lebih aman
 Solvent based paint diganti dengan Water based paint
3) Mengisolasi bahaya dari pekerja agar tidak menimbulkan cidera atau penyakit.
Contoh: membiarkan mesin di dalam ruangan tertutup dan dioperasikan
menggunakan kendali jarak jauh (remotely).
4) Pengendalian secara engineering seperti memasang pengaman pada mesin
terutama pada bagian mesin yang berputar.
5) Pengendalian secara administratif, seperti memberikan training, mengatur rotasi
kerja, dll.
6) Pengendalian dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan
jenis bahaya yang dihadapi dalam pekerjaan

b. Penyampaian Saran/Rekomendasi Kepada Pemberi Kerja/Pengusaha/Pengurus


Untuk Melakukan Pengendalian Kecelakaan Kerja
Saran atau rekomendasi pelaksanaan kegiatan pengendalian bahaya dan risiko
harus disampaikan kepada pemberi kerja/pengusaha/pengurus organisasi. Proses
penyampaian saran dapat dilakukan melalui rapat koordinasi, rapat rutin, atau
dengan memberikan laporan tertulis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
12
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

VII. REFERENSI
1. The Orange Book, Management of Risk - Principles and Concepts, Published with
the permission of HM Treasury on behalf of the Controller of Her Majesty’s
Stationery Office, 2004
2. Geoff Taylor, Kellie Easter and Roy Hegney, Enhancing Occupational Safety and
Health, Elsevier 2004.
3. Mark A. Friend and James P. Kohn, 2007, Fundamentals of Occupational Safety
and Health, Fourth Edition, Government Institutes
4. ISO 31000, 2009, Risk management — Principles and guidelines
5. Kepres No. 22/1993 tentang Penyakit Akibat Kerja
6. Ian T. Cameron dan Raghu. Raman, 2005, Process Systems Risk Management,
Elsevier Inc. All rights reserved
7. PP 50/2012 tentang Sistem Manajemen K3
8. UU. No 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
13
MODUL PELATIHAN DASAR
JABATAN FUNGSIONAL PEMBIMBING KESEHATAN KERJA

VIII. LAMPIRAN

A. Lembar Kasus
Saksikan dan analisislah di dalam kelompok video tentang kondisi lingkungan
kerja.
(Video akan ditayangkan saat pelatihan)

Tugas Kelompok
Setiap kelompok diminta melakukan identifikasi bahaya dengan mengisi formulir
identifikasi bahaya yang tersedia.

Form Identifikasi Bahaya di tempat Kerja

FORMULIR IDENTIFIKASI BAHAYA

Departemen : ………… Tanggal : …………..


Lokasi : ………… Pelaksana : …………..

Jenis Hazard
Jenis Sumber Durasi Frekuensi Pengendalian
No (Fisik, Kimia, Biologi,
Kegiatan Hazard Pajanan Pajanan yang sudah ada
Ergonomi, Psikososial

Disiapkan Menyetujui: Mengetahui:


Oleh:

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
14

Anda mungkin juga menyukai