Anda di halaman 1dari 20

1

HEALTH RISK ASSESSMENT PADA PEKERJA BANGUNAN LAHAN PARKIR di PERKANTORAN X

Oleh :

Endriana Svieta Lubis NPM: 1206236344

Dosen : dr. Handoyo Kun Hendrawan, MPH, SpOk

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS OKUPASI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA NOVEMBER 2012
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

2 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Segala jenis pekerjaan di dunia ini memiliki potensi untuk menimbulkan dampak kesehatan pada pekerjanya berupa peyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang tergantung pada sumber pajanan berbahaya serta situasi yang ada. Sehingga dengan demikian untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja akibat potensi bahaya yang ada, maka diperlukan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut. Risk assesment merupakan suatu bentuk investigasi dan upaya pengendalian faktor risiko di tempat kerja berupa prinsip dasar dalam pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. Pada umumnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja baru bisa dikembangkan setelah faktor risiko yang ada teridentifikasi. Oleh karena itu penilaian faktor risiko kesehatan ( health risk assessment) dan keselamatan (safety risk assesment) sangat penting dilaksanakan sebagai dasar dalam upaya mengembangkan program pencegahan. Health Risk Assessment adalah suatu metode untuk investigasi adanya faktor risiko yang dapat membahayakan kesehatan pekerja, baik di dalam proses kerja, maupun akibat keberadaan suatu bahan maupun cara kerja. Sedangkan safety risk assesment adalah metode untuk mencari faktor risiko yang dapat mencelakakan pekerja, mulai dari proses kerja maupun cara kerja. Untuk memudahkan penilaian health risk assessment dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, baik yang bersifat kualitatif, semi kuantitatif maupun yang kuantitatif. Secara keseluruhan pendekatan tersebut bertujuan untuk mengurangi bahaya penyakit dan kecelakaan yang ditimbulkan pada setiap pekerjaan. 1.2 Permasalahan Health risk assessment pada pekerja masih belum sepenuhnya dilaksanakan, dan kesadaran dari pihak perusahaan maupun pekerja sendiri juga masih kurang. Kasus yang diambil pada makalah ini adalah pada pekerjaan merenovasi lahan parkir mobil di area perkantoran X.
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Melakukan penilaian terhadap lingkungan kerja agar dapat mengidentifikasi adanya faktor / bahan / kondisi / proses kerja yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja. 2. Mengkomunikasikan dan mengembangkan program pencegahan sesuai dengan hasil identifikasi faktor agar tidak menimbulkan penyakit akibat kerja dan gangguan keselamatan kerja pada pekerja ini.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

Risk assesment merupakan upaya untuk mengenali faktor risiko yang berpotensi menimbulkan gangguan di tempat kerja. Risk assesment terbagi dua yaitu health risk assesment maupun safety risk assesment. Health Risk Assessment adalah suatu metode untuk menilai adanya faktor risiko yang dapat membahayakan kesehatan pekerja, baik di dalam proses kerja, maupun akibat keberadaan suatu bahan dan cara kerja. Sedangkan safety risk assesment adalah metode untuk mencari faktor risiko yang dapat mencelakakan pekerja, mulai dari proses kerja maupun cara kerja. Tahapan yang harus dilakukan adalah: 1. Identifikasi faktor risiko 2. Mengkomunikasikan faktor risiko ( health hazards communication ). 3. Mengembangkan program pencegahan dan kontrol ( risk prevention and Control ) 1. Identifikasi faktor risiko ( healthy/ safety risk assessment ) Identifikasi faktor risiko merupakan langkah awal yang penting dilakukan dalam upaya mengendalikan faktor risiko dan menilai faktor risiko baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian secara kualitatif : a. Membentuk tim Health Risk Assessment. b. Mengadakan pertemuan antara tim dan manajemen dalam rangka : Sosialisasi tentang maksud dan tujuan serta pentingnya melakukan Health Risk Assessment. Menetapkan format Health Risk Assessment. c. Melaksanaan Health Risk Assessment di setiap aktivitas perusahaan, dengan metode antara lain: Survey jalan lintas (walk through survey). Inventarisasi semua kondisi / proses kerja / faktor risiko yang ada disetiap aktifitas.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

5 Pelaksanaannya melalui penggabungan beberapa cara, seperti melihat secara langsung, interview, pengambilan foto, dan cara lain yang dimungkinkan. Semaksimal mungkin disiapkan checklist sebelum melakukan survey. d. Membahas hasil Health Risk Assessment dalam pertemuan seluruh anggota tim beserta Komite yang menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk : Melakukan evaluasi hasil Health Risk Assessment. Menetapkan program Kesehatan Kerja yang perlu dilaksanakan sehubungan dengan hasil Health Risk Assessment. Merencanakan program Health Risk Assessment kuantitatif.. Penilaian secara kuantitatif : Bila dalam pembahasan program Health Risk Assessment tersebut di dalam tim dinyatakan perlu untuk mengukur faktor risiko tersebut secara kuantitatif, maka langkah selanjutnya adalah : a. Tetapkan lokasi / proses / atau tempat kerja yang perlu dilakukan pengukuran lebih teliti. b. Tetapkan population at risk, artinya tetapkan siapa terpajan apa. c. Buat proposal program pengukuran ini untuk diusulkan kepada pimpinan, mengingat pelaksanaannya membutuhkan biaya dan waktu. Pengukuran dapat dilaksanakan sendiri atau melalui provider yang diakui. d. Mengembangkan program perbaikan kondisi untuk menurunkan risikonya. 2. Mengkomunikasikan Faktor Risiko ( health hazards communication ) Memahami sumber faktor risiko, merupakan bekal yang kuat bagi tim Health risk assessment dalam upaya mencari adanya faktor risiko. Karena itu evaluasi terhadap hal-hal di bawah ini sangat diperlukan : a. Organisasi Adanya komitmen dari pihak manajemen yang diperlukan sebagai gambaran besarnya tekad perusahaan untuk menciptakan tempat kerja yang sehat dan aman agar karyawan dapat bekerja dengan rasa aman dan nyaman.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

6 b. Alat kerja Alat kerja yang tidak sesuai atau yang sudah mengalami kerusakan, akan sangat berbahaya bila tetap dipakai bekerja, berpotensi menimbulkan kecelakaan atau gangguan otot rangka akibat ergonomi. c. Proses kerja Proses kerja yang kurang tepat dapat berpotensi menjadi sumber kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. d. Lingkungan kerja. Faktor risiko yang mungkin di dapatkan pada lingkungan kerja, dapat berupa faktor-faktor berikut, antara lain : 1. Faktor Fisik : o o o o o o o Noise (bising), Extreme temperature (Hot / Cold), Vibration, Fitness, Radiation (ionizing dan non-ionizing), Barometric pressure. Illumination.

2. Faktor Kimiawi : o Hidrokarbon (mis : benzene, dll.) o Explosive, o Solvents, o Logam berat o Pesticides, o Asphyxiants (H2S, CO, CO2), o Asbes, o Dust (silicosis, pneumoconiosis dll) o Sensitizers, irritants, dll.
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

7 3. Faktor Ergonomi : o Gerakan repetitif, o Awkward posture, o Lifting, o Pulling-pushing, o Static load, o Lain-lain ( bising, poor lighting, vibration, dst.). 4. Faktor Psikososial : o o o o o o Kerja lembur (Overtime), Shift-work, Organizational (team-wotk, relationship, dst.) Post traumatic, Remoteness, Drugs and alkohol.

5. Faktor gaya hidup: o o o o Smoking, Alkohol dan drugs, Imbalance diet, Kurang gerak ( lack of exercise, dst.)

6. Faktor Biologis. o o o o o o o o Bloodborne pathogen (mis : Needle Stick Injury, dst.), Bio-aerosols (TBC, Legionella), HIV / AIDS, STDs Mosquito bite (mis : malaria dan DHF), Animal bite (mis : snake bite, dst. ) Poisoned plantation, Living environment (infectious diseases, environmental pollutant), Local diseases,
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

8 o o Food poisoning, Sanitation, dst.

e. Karakteristik si pekerja sendiri. Terkadang faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan dalam keselamatan dan kesehatan kerja, datang dari dalam diri si pekerja sendiri, antara lain adalah: o Usia. Semakin tinggi usia pekerja, semakin berisiko dirinya untuk mendapatkan gangguan baik kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Hal ini karena secara fisik, proses degeneratif mulai muncul pada pekerja berusia tua, sehingga mudah menderita tekanan darah tinggi, diabetes, dan lain sebagainya. Secara psikologis, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja lebih rendah dibandingkan pekerja usia muda. Sehingga hal ini dapat memperburuk keadaan. o Jenis kelamin. Adanya bahan-bahan tertentu, seperti bahan kimiawi tertentu yang dapat mengganggu fungsi reproduktifitas seorang pekerja, baik wanita maupun laki-laki. o Lama bekerja. Semakin lama masa kerja seorang pekerja, semakin lama menderita pajanan tertentu dari tempat kerjanya, sehingga semakin berisiko menderita penyakit akibat kerja, maupun kemungkinan kecelakaan. o Pendidikan. Pendidikan tidak berkaitan langsung sebagai faktor risiko. Namun dengan pendidikan yang tinggi atau mencukupi, diharapkan seorang pekerja akan mampu memahami proses kerja yang aman sesuai standar di perusahaan, serta memahami bagaimana upaya melindungi diri sendiri dan pekerja lain disekitarnya agar tidak mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja. o Kebiasaan. Perilaku dan kebiasaan seorang pekerja dapat membawanya ke dalam situasi yang memungkinkannya menderita akibat sakit atau kecelakaan. Sebagai contoh, kebiasaan
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

9 merokok dari seorang pekerja, akan membawanya kedalam situasi yang dapat memperburuk kesehatannya. Sebaliknya kebiasaan berolah raga, akan meningkatkan status kesehatannya. Pembuluh darah menjadi elastis, sehingga tidak mudah menderita penyakit tekanan darah tinggi. Kelenturan otot yang dihasilkannya, akan menghindarkannya dari penyakit akibat gangguan ergonomis.

Metode pelaksanaan. Health risk assessment maupun safety risk assesment dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, tersering adalah dengan melakukan survey jalan pintas ( walk-through survey). Biasanya tidak dapat dilakukan hanya dengan single-method saja, namun perlu dikombinasikan dengan metode lain, seperti : proses wawancara ( interview) terhadap pekerja atau petugas lain yang berkaitan, review dokumen terkait, observasi, Job-safety analysis, dan berbagai cara lainnya. Untuk memudahkan, sebelum pelaksanaan perlu dibuatkan daftar periksa (checklist) terlebih dahulu untuk mempermudah pelaksanaan. 1,4,5,6 Penilaian terhadap faktor risiko. Keberadaan faktor risiko di lingkungan kerja, perlu dilakukan penilaian atasnya, untuk menetapkan skala prioritas penanganannya. Penggunaan risk calculation matrix adalah salah satu caranya, dan akan banyak membantu mempermudah prosesnya. Untuk itu perlu dilakukan faktor risiko yang telah diidentifikasi, perlu diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan/kerusakan/akibat (Consequence) dan kekerapan kejadiannya (Likelihood). Tindakan selanjutnya adalah: Menggabungkan keduanya kedalam matrix (Risk Calculation Matrix) untuk mengukur berat/ringan faktor risiko tersebut. Tetapkan tindakan yang perlu berdasarkan risk ranking tersebut. Untuk menggunakan Risk Calculation Matrix., perlu ditetapkan klasifikasi dari kedua faktor berikut : Akibat (Consequence) rangking mulai 1 (minor) s/d 5 (major) Kemungkinan (Likelihood) rangking mulai A s/d E

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

10 Evaluasi faktor risiko Faktor risiko maka faktor risiko perlu dikomunikasikan baik terhadap manajemen maupun terhadap karyawan dengan benar dan baik. Komunikasi ini pada dasarnya dapat dibagi atas : 1. Pra Operasional. 2. Selama Operasional. 3. Pasca Operasional.

1. Pra Operasional. Komunikasi bersifat memberikan informasi baik terhadap manajemen maupun karyawan. Bagi manajemen: perlunya lingkungan kerja yang sehat dan aman. Bagi karyawan: berupa safety talk (setiap saat akan memulai pekerjaan) dengan tujuan agar memahami faktor risiko berkaitan dengan pelaksanaan tugas di tempat kerja dan dapat melindungi diri dari pajanan faktor risiko, sehingga perlu mengikuti standar prosedur kerja yang aman serta menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar. Untuk mengatasi stres dan kebosanan dalam bekerja perlu untuk selalu membangkitkan motivasi bahwa bekerja ini adalah penting dalam segi ekonomi, sekarang susah dalam mencari pekerjaan, dan berusaha untuk lebih menikmati pekerjaan yang sekarang. 2. Selama Operasional. Berupa training yang dilakukan untuk mengkomunikasikan faktor bahaya yang kemungkinan dihadapi dalam pekerjaan. 3. Pasca Operasional. Melakukan edukasi kepada pekerja misalnya membangkitkan motivasi untuk selalu mentaati peraturan yang berlaku, selalu untuk waspada dan mengutamakan keselamatan dalam bekerja. Komunikasi faktor risiko perlu dilakukan baik terhadap manajemen maupun terhadap karyawan, dengan kepentingan yang berbeda. Kepada manajemen, informasi diperlukan sebagai kewajiban untuk melakukan kontrol dan pencegahan, yang dapat menimbulkan pembiayaan yang besar atau mengganggu jalannya operasi. Terhadap karyawan, kepentingannya adalah agar karyawan mengetahui dan berupaya mencegah agar tidak terancam bahaya, mengikuti standar kerja yang aman serta menggunakan alat pelindung diri dengan baik.
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

11

III.

TINJAUAN KASUS

Kasus yang dinilai pada makalah ini adalah tukang batu atau pekerja bangunan lahan parkir di sebuah area perkantoran di kawasan Cibubur. Pada tempat kerja tersebut terdapat 2 orang pekerja laki-laki berusia 25 35 tahun yang sudah bekerja dalam bidang yang sama selama 8 tahun, dan selama bekerja tidak selalu disiplin menggunakan Alat Pelindung Diri. Penilaian health risk assessment terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1. Persiapan 2. Identifikasi bahaya potensial 3. Analisis risiko 4. Evaluasi risiko 5. Pengendalian risiko 6. Implementasi 7. Evaluasi pencatatan dan pelaporan hasil. Ad.1. Tahap Persiapan Jenis Pekerjaan Pekerja bangunan Meminta ijin dalam melakukan kegiatan penilaian risk assessment. Melakukan persiapan peralatan yang dibutuhkan seperti video recorder, matriks risiko, dan alat tulis Melakukan identifikasi pekerjaan, sebagai berikut: Bahan/material yang digunakan - Palu - Pahat Tempat Kerja Perkantoran X 8 tahun Masa Kerja (bulan atau tahun)

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

12 - Penyerok batu - Cangkul,linggis - Conblock - Pasir - Tanah merah - Batu - Semen

lahan parkir

Menanyakan prosedur kerja pada pekerja, sebagai berikut:

Jam 07.00 sarapan; lalu menyiapkan peralatan : palu, pahat, penyerok batu;cangkul, alat pelindung diri : sarung tangan kaos, topi, masker, kaca mata pelindung gogle,safety shoes Jam 08.30 12.00 mulai memperbaiki membongkar conblock di halaman parkir tempat kerja,dengan cara melakukan gerakan memukul batu conblock berulangulang dengan menggunakan APD yang tidak lengkap. Diantara jam tersebut pekerja bisa beristirahat sewaktu-waktu bila lelah.

Jam 12.00 13.00 : pekerja istirahat makan siang

Jam 13.00 17.00 : pekerja melakukan pembongkaran conblock kembali. Mengangkat dan membersihkan bongkahan tanah dan batu ke tempat yang telah ditentukan..

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

13

Ad.2. Identifikasi bahaya potensial Bahaya: Fisik Jenis pajanan: - Suhu panas -Radiasi UVB - Bising ketokan palu berulang - Getaran mengetok palu berulang - Debu bongkaran Conblock ke kulit,karena pakai baju lengan pendek - Debu bongkaran Conblock respirasi,karena tidak pakai masker dengan benar -Posisi jongkok dengan dua kaki, kepala menunduk saat membongkar conblock (Awkward position) -Posisi berdiri membungkuk dengan kepala menunduk saat menyerok tanah bongkaran (Awkward position) -Posisi mengangkat beban bongkaran tanah dengan alat Penyakit yang bisa terjadi - dehidrasi - Kanker kulit - Gangguan pendengaran - CTS,hand-arm vibration - DKI -DKA -Taenia versicolor -ISPA -Bronkhitis -Pneumokoniosis -Kanker paru -Myalgia -LBP lumbal -Spondylo arthrosis cervical -HNP lumbal Kaki tertimpa bongkahan tanah Kecelakaan kerja -mata terkena kerikil batu, debu - Tangan terkena pahat - Tangan terkena palu -

Kimia

Ergonomi

LBP lumbal

Beban bongkaran tanah terlepas dan menimpa kaki

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

14 serok tanah (pengki),tanpa sarung tangan, tanpa safety shoes(Liftinghandling) -serangga tanah -target yang harus dicapai dalam sehari

Biologis Psikososial

Gigitan serangga Stress kerja

Ad. 3. Analisis Risiko Analisis hubungan pekerjaan dengan gangguan kesehatan yang mungkin timbul dan risiko kecelakaan kerja dilakukan melalui suatu penilaian risiko dengan menggunaan risk calculation matrix. Faktor risiko yang telah diidentifikasi diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan/kerusakan/akibat (Consequence) dan kekerapan kejadiannya (Likelihood). Lalu digabungkan keduanya ke dalam matrix (Risk Calculation Matrix) untuk mengukur tingkat faktor risiko tersebut dengan klasifikasi sebagai berikut: Akibat (Consequence) rangking mulai 1 (minor) s/d 5 (major) o 1: Sakit atau cedera ringan yang hanya membutuhkan pertolongan P3K o 2: sakit atau cedera sedang, Perlu perawatan dokter, tapi tidak dirawat di RS o 3: sakit atau cedera berat, Kasus perorangan, perlu perawatan di rumah sakit o 4: kecacatan permanen o 5: kematian ( death) Kemungkinan (Likelihood) rangking mulai A s/d E o A: Diperkirakan beberapa kali dalam sebulan o B: Diperkirakan hanya sekali dalam sebulan o C: Diperkirakan terjadi setahun sekali o D: Diperkirakan antara 1 s/d 10 tahun sekali (Sekali seumur hidup atau pada plant tersebut) o E: Diperkirakan sekali dalam 100 tahun ( Tidak akan pernah terjadi) Klasifikasi ini kita masukkan kedalam risk calculation matrix sehingga kita mendapatkan prioritas masalah.
Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

15 C/L A B C D E 1 H M L L L 2 H H M L L 3 E H H M L 4 E E H H M 5 E E E H H

Keterangan : E : Extreme risk. (dibutuhkan tindakan Top Management segera). H : High risk. ( tindakan segera oleh senior management ) M : Moderate risk. ( Manager yang bertanggung jawab di tetapkan ) L : Low risk. ( ditangani dengan prosedur rutin ). Health risks assessment Risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada pekerja tersebut apabila dibuat matriks adalah sebagai berikut: Pajanan: Fisik PAK: Dehidrasi Kanker kulit CTS Gangguan pendengaran DKI DKA ISPA Bronkhitis Pneumoconiosis Kanker paru LBP lumbal Myalgia HNP lumbal Gigitan serangga Stress kerja Consequence: 1 4 3 4 2 2 2 3 3 5 3 2 3 1 1 Likelyhood: A A A A A A A A C E D B D A C Risk: H E* E* E* H H H E* H H M H M H L

Kimia

Ergonomi Biologi Psikologi

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

16

Safety risks assessment Masalah kecelakaan kerja yang mungkin timbul apabila dibuat matriks adalah sebagai berikut: Kecelakaan: Consequence: Mata terkena debu conblock 3 Tangan tertekan pahat 3 Tangan terkena palu 2 Kaki tertimpa bongkahan tanah saat 2 mengangkut dengan pengki Ad. 4. Evaluasi Risiko Dari hasil penilaian risiko kita dapatkan prioritas bahaya yang mengganggu kesehatan yang mungkin terjadi pada pekerja bangunan lahan parkir adalah faktor fisik kimia. Risiko bahaya dari faktor fisik yang sangat berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja adalah bising dari pukulan palu, getaran dari pukulan palu pahat, suhu panas yang dapat menyebabkan dehidrasi dan pajanan sinar ultraviolet, karena pekerja langsung terpajan sinar matahari, yang dapat berakibat timbulnya kanker kulit. Dehidrasi mungkin timbul karena lingkungan kerja yang panas dan kurangnya asupan air minum pada pekerja meskipun pekerja diperbolehkan istirahat sesuka hati. Sedangkan kemungkinan terjadinya kanker kulit pada beberapa tahun mendatang disebabkan oleh karena tempat kerja terlalu terbuka, boleh dikatakan minim perlindungan. Bahaya kimia yang timbul dapat merupakan akibat dari kontak langsung dengan debu semen conblock yang dapat mengakibatkan dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi, pada individu dengan riwayat alergi. Sedangkan akibat terhirupnya debu semen conblock timbul iritasi pada saluran napas mulai dari yang teringan sampai yang berat seperti pneumoconiosis, hal ini dikarenakan partikeldan kimia memegang peranan untuk terjadinya penyakit. Sehingga skala prioritas untuk pencegahan adalah mencegah bahaya yang berasal dari faktor fisik dan Likelihood: A B A B Risks: E* H H H

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

17 partikel yang berasal dari debu semen conblock dapat masuk ke saluran napas sampai ke dalam paru-paru. Bahaya ergonomi yang perlu diprioritaskan adalah timbulnya mialgia, terutama pada ekstremitas atas akibat proses pekerjaan yang mempertahankan posisi tertentu dan berlangsung lama, sedangkan mialgia yang timbul pada ekstremitas bawah kemungkinan diakibatkan karena posisi berdiri dan jongkok dalam waktu lama. Bahaya kecelakaan kerja yang perlu mendapat prioritas adalah terkena serpihan debu semen conblock yang dapat menimbulkan iritasi ringan di organ mata bahkan kemungkinan sampai kehilangan penglihatan. Risiko kecelakaan lain yang perlu mendapat prioritas adalah kaki tertimpa bongkahan tanah yang diangkut pindahkan dan tertindasnya tangan oleh pahat atau palu saat pekerja membongkar conblock. Ad. 5. Pengendalian Risiko & Implementasi Beberapa metode (upaya) melakukan kontrol terhadap risiko sebagai berikut : 1. Eliminasi Suatu upaya kontrol yang sangat ideal karena langsung menyentuh kepada sumber risiko, yaitu dengan menghilangkan faktor risiko, namun pada pekerjaan ini tidak mungkin dilakukan karena tidak mungkin untuk menghilangkan conblock dan sumber panas. 2. Minimalisasi Mengupayakan sedikit mungkin terkena pajanan panas dengan membuat tempat kerja yang teduh. 3. Engineering Control. Melakukan modifikasi alat pembongkar conblock Melakukan modifikasi alat pembawa atau pengangkut bongkahan tanah .

4. Administrative Control. Upaya administratif perlu dijalankan antara lain dengan membatasi jam kerja jadi 8 jam kerja sehari, membuat work-safe procedures, SOP, mutasi kerja per 6 bulan dan lain sebagainya.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

18

5. Training dan Supervisi Training terhadap pekerja sehingga secara mandiri mereka dapat melindungi diri sendiri. 6. Personal Protective Equipment. Memakai topi helm, masker, sarung tangan, sepatu, gogle, ear plugdan pakaian kerja yang menyerap keringat.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

19

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Hasil risk assessment pada pekerja bangunan lahan parkir di perkantoran X, didapatkan prioritas health risk assessment dengan klasifikasi E yaitu akibat faktor fisik (Sinar UVB, Getaran,dan Bising) dimana masing-masimg hazard dapat menimbulkan penyakit kanker kulit, carpal tunnel syndrome dan gangguan pendengaran. Sedangkan hasil safety risk assessment ditemukan prioritas kecelakaan kerja berupa kontak bahan yang digunakan (debu semen conblock) dengan mata dan kulit serta kemungkinan lepasnya beban bongkahan tanah dan menimpa kaki tanpa safety shoes. Pengendalian risiko yang dilakukan adalah penggunaan APD, administrative control, dan engineering control. Hirarki controlling yang seperti biasa tidak dilakukan karena ini adalah pekerjaan jangka pendek. B. Saran 1. Perlu adanya komitmen pimpinan untuk melaksanakan health and safety. 2. Setiap prosedur kerja perlu disosialisasikan dan dibuat dokumentasinya. 3. Perlu adanya pengawasan dari pihak manajemen untuk menjalankan prosedur kerja yang sesuai SOP. 4. Pemberian reward dan punishment kepada pekerja terkait pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

20

Kepustakaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. J. Jeyaratnam, David Koh. Textbook of Occupational Medicine Practice.1996. American Conference of Governmental Industrial Hygienist. 2008 TLVs Zulmiar Yanri (ed), 1999.Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Plog, A.B,. Niland,J,. and Quinlazn,P.J.(eds)(1996). Fundamentals of Harris CM. Handbook of Noise Control. 1979. McGraw-Hill, NY, USA. Barry S. Levy. Occupational Health. Recognizing and Preventing

Worl Scientific Publishing Co. Singapore. and BEIs. ACGIH, Cincinnati-OH, USA. Kerja. PT. Citra Bangun Mandiri. Jakarta, Indonesia. Industrial Hygiene. National safety Council. Chicago-Ill, USA.

Workrelated Disease and Injury. 4th edition.Lippincott Williams & Wilkins.USA.

Health Risk Assessment- |EndrianaSvietaLubis

Anda mungkin juga menyukai