OLEH:
SARTIKA (917312906201.005)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , atas segala bimbingan
dan limpahan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini membahas tentang Interaksi zat dalam toksikologi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Nana Kariada dan Ibu Nur Kusuma Dewi selaku dosen pengampu mata kuliah
Toksikologi Lingkungan yang telah memberikan segala bantuannya. Menyadari dari
keterbatasan penulis, kritik dan saran dalam penyempurnaan makalah ini akan sangat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................. 1
Bab 1: Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................ 4
Bab 2: Pembahasan
toksikologi.............................................................................................. 28
Bab 3: Penutup
A. Kesimpulan......................................................................................... 34
Daftar Pustaka............................................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
risiko yang timbul akibat pemakaian campuran zat hampir tidak mungkin. Zat
tidak begitu berarti. Oleh karena itu harga MAC bukan merupakan nilai pasti,
berbagai kemungkinan. Kedua zat itu dapat diabsorpsi bersama-sama atau dapat
pula ada perbedaan waktu antara absorpsi senyawa yang satu dengan absorpsi
senyawa yang lain. Kombinasi dapat menyebabkan diperkuatnya efek toksik, atau
dua efek toksik yang tak saling mempengaruhi atau reaksi toksik yang
diperlemah. Reaksi toksik yang diperlemah berlaku pada pemberian zat yang
yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan toksikologi dan apa saja ruang lingkupnya ?
b. Apa saja senyawa yang berpotensi sebagai toksik ?
c. Bagaimana proses terjadinya interaksi zat dalam toksikologi melalui jalur
inhalasi?
d. Apa pengaruh zat toksik dalam interaksi zat dalam toksikologi ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu toksikologi dan ruang lingkupnya.
b. Untuk mengetahui zat-zat apa saja yang bersifat dan berpotensi sebagai
toksik.
c. Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya interaksi zat dalam
toksikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Toksikologi
tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau
dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk
efek dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan
dosis-respons.
Zat toksik dapat berasal dari berbagai macam sumber, salah satunya
yaitu zat toksik yang berasal dari bahan kimia. Toksisitas senyawa kimia
bahaya terhadap metabolism jaringan makhluk hidup. Racun yang berasal dari
zat atau senyawa kimia dapat berada di dalam lingkungan secara alamiah atau
yang sengaja dibuat oleh manusia. Harus diakui bahwa zat kimia beracun
setelah masuknya zat kimia tersebut dalam jangka waktu cukup lama.
Sebagai contoh, jumlah bakteri dan jamur yang mengkotaminasi makanan saat
dapat menjaga makanan terbebas dari bakteri dan jamur. Akan tetapi
munculnya species baru yang atahan terhadap berbagai kondisi anti bakteri
dan anti jamur baru yang sangat immun terhadap berbagai jenis kondisi dapat
makhluk hidup yang suda diidentifikasi seperti pada tabeldi bawah ini :
NO Pengaruh Toksik
Pasti Diduga
Jenis zat Kehadiran di
toksik dalam
1 Logam Pb, Air, makanan dan Inhibitor enzim, sel Karsigonenik,
SO3.
3 Alkaloid, Pada Efek toksik -
peptide, sayuran,jumlah
tumbuhan beracun
4 Bakteri toksin Di dalam makanan Racun -
terkontaminasi
5 Jamur toksin Di dalammakanan Keracunan hati Karsinogenik
fermentasi
6 Radioaktif Di dalam udara, air Mutasi Karsinogenik,
kecil.
proses mulai dari proses biokimia, fisika dan bilogi yang begitu kompleks.
1. Fase Eksposisi meliputi paparan bahan kimia di ambien pada gas/uap, debu,
dan eksresi
3. Fase Toksodinamika meliputi interaksi antara tokson dengan reseptor dalam
organ
yang hanya berbahaya jika diberikan bersama-sama. Zat semacam ini harus
disimpan secara terpisah, harus dibungkus dan diangkut secara terpisah pula.
Contohnya, jika asam berkontak dengan sianida akan terbentuk gas asam
ledakan kalau berkontak dengan logam atau senyawa logam tertentu. Logam
tersendiri. Berbagai zat kimia, bila bereaksi dengan air membebaskan gas
yang mudah terbakar(misalnya logam alkali natrium dan kalium,
kalsiumkarbida). Bila terkena air akan terurai dan membentuk gas beracun
dan fosfida). Uap dan gas beracun dapat pula terbentuk pada kebakaran atau
digunakan pembakar asetilen, serta kapal dicat dengan zat warna yang
manusia. Contohnya adalah kabut fotokimia. Kabut terdiri dari zat yang
merangsang selaput lendir dengan sangat kuat. Hasil pembakaran industri dan
mobil dapat berubah menjadi kabut fotokimia pada kondisi cuaca tertentu,
misalnya pada penyinaran oleh sinar matahari dan tak ada angin. Contoh lain
oleh mikroorganisme, terutama metil dan dimetil raksa (II). Karena senyawa
raksa organik bersifat lipofil, maka akan tertimbun dalam ikan dan anjing laut.
Hal yang sama terjadi pada DDT, yang menyebabkan terjadinya pemekatan
sepanjang rantai makanan, dan hewan/organisme yang ada pada ujung rantai
juga dapat dilihat sebagai interaksi zat selama fase eksposisi. Karena terdapat
begitu banyaknya racun yang berbeda-beda, maka tidak dapat digunakan filter
universal. Tergantung pada jenis uap atau gas racun yang mungkin terjadi,
maka digunakan filter tertentu yang ditandai dengan nomor atau warna.
Pembentukan senyawa metil dan dimetil raksa (II) yang relatif toksik
pembentukan produk toksik karena kerja sistem biologi. Contoh lain adalah
dalam produk-produk daging dan dapat juga terjadi dari nitrat yang terdapat
dalam air tanah dan sayur yang pada penanamannya menggunakan pupuk
melalui insang ikan tersebut diperbesar. Hal ini berarti bahwa pemeriksaan
dengan zat tunggal untuk menentukan batas toleransi akan dapat memberikan
hasil yang salah, karena toksisitas akan dapat sangat dipertinggi dengan
adanya deterjen yang secara praktis terdapat dalam semua air limbah.
terdapat di udara berada dalam bentuk gas, uap, butiran cair, dan partikel
padat dengan ukuran yang berbeda-beda. Disamping itu perlu diingat, bahwa
saluran pernafasan merupakan sistem yang komplek, yang secara alami dapat
menseleksi partikel berdasarkan ukurannya. Oleh sebab itu ambilan dan efek
toksik dari tokson yang dihirup tidak saja tergantung pada sifat toksisitasnya
nasofaring, saluran trakea dan bronkus, serta acini paru-paru, yang terdiri atas
serta acini paru-paru, yang terdiri atas bronkiol pernafasan, saluran alveolar,
dan alveoli (lihat gambar 2.4). Nasofaring berfungsi membuang partikel besar
dari udara yang dihirup, menambahkan uap air, dan mengatur suhu.
bronkus berfungsi sebagai saluran udara yang menuju alveoli. Trakea dan
bronki dibatasi oleh epiel bersilia dan dilapisi oleh lapisan tipis lendir yang
disekresi dari sel tertentu dalam lapisan epitel. Dengan silia dan lendirnya,
lapisan ini dapat mendorong naik partikel yang mengendap pada permukaan
dari saluran pernafasan dengan diludahkan atau ditelan. Namun, butiran cairan
dan partikel padat yang kecil juga dapat diserap lewat difusi dan fagositosis.
partikel yang dapat terlarut mungkin diserap lewat epitel ke dalam darah.
ini berkaitan dengan luasnya permukaan alveoli, cepatnya aliran darah, dan
dekatnya darah dengan udara alveoli. Laju absorpsi bergantung pada daya
larut gas dalam darah. Semakin mudah larut akan semakin cepat diabsorpsi.
berbagai cara seperti melalui absorbsi, tertelan melalui mulut, terhirup dan
lain-lain. Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh
Bahan toksik akan diserap oleh tubuh melalui paru-paru, kulit dan
tubuh. Selain berbahaya tanpa diabsorbsi, bahan toksik tersebut tajam dan
a. Via paru-paru
pernapasan adalah bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan ukuran
partikel; zat yang terlarut dalam lemak dan air. Paru-paru dapat mengabsorbsi
bahan toksik dalam jumlah besar karena area permukaan yang luas dan aliran
dan aliran kapiler darah tempat kontak), serta sifat-sifat fisiko-kimia tokson
dan bentuk farmseutik tokson (tablet, salep, sirop, aerosol, suspensi atau
larutan). Jalur utama absorpsi tokson adalah saluran cerna, paru-paru, dan
proses absorpsi.
melalui membran sel, demikian halnya juga pada distribusi dan ekskresi. Oleh
sebab itu membran sel (membran biologi) dalam absorpsi merupakan sawar
„barier“ yaitu batas pemisah antara lingkungan dalam dan luar. Pada awalnya
membran biologi dipandang sebagai susunan sel, yang tersusun dengan cara
membran terdiri atas lapisan rangkap lipid dan protein, seperti pulau, terikat di
xenobiotika pada kedua sisi membran sel dan daya larutnya dalam lipid.
difusinya ”D”, dan berbanding terbalik dengan tebal membran ”h”. Oleh
konsentrasi yang besar ini yang berperan sebagai ”daya penggerak” selama
absorpsi. Bila D, A, K, dan h tetap di bawah keadaan yang umum untuk
= DAK h ).
Jika harga K dari suatu xenobiotika sangat tinggi, maka pada awalnya
xenobiotika tersebut akan sangat cepat terlarut dalam lapisan lipid bagian luar
membran. Namun karena membran biologi tersusun atas lapisan ganda lemak,
yang disispi oleh lapisan berair, maka xenobiotika tersebut akan terakumulasi
pada lapisan luar lipid membran sel dan sangat kecil akan melewati lapisan
berair dari membran sel, sehingga sangat kecil kemungkinan xenobiotika ini
akan menembus membran sel. Oleh karena itu laju absorpsi akan meningkat
absorpsi di saluran napas adalah alveoli paru-paru, terutama berlaku untuk gas
(seperti karbon monoksida ”CO”, oksida nitrogen, dan belerang oksida) dan
juga uap cairan (seperti benzen dan karbon tetraklorida). Sistem pernapasan
dengan luasnya permukaan alveoli, laju aliran darah yang cepat, dan dekatnya
darah dengan udara alveoli. Oleh sebab itu jalur eksposisi ini merupakan hal
Absorpsi pada jalur ini dapat terjadi melalui membran ”nasal cavity”
dengan pemakaian secara intravena. Luas permukaan alveoli yang sangat luas,
ketebalan diding membran yang relativ tipis, permeabilitas yang tinggi, lanju
paru-paru. Namun pada kenyataannya jalur eksposisi ini sedikit dipillih dalam
(3) senyawa volatil (mudah menguap) pada umumnya melalui jalur ini
udara bebas, hal ini tidak seperti jalur eksposisi saluran cerna.
2. Distribusi
sistemik ia akan terdistribusi lebih jauh melewati membran sel menuju sitem
beberapa ruang distribusi, yang didukung oleh model sederhana. Model yang
paling sederhana untuk itu adalah model kompartimen tunggal. Dimana pada
model ini tubuh dipandang sebagai satu ruang yang homogen (seperti satu
ember besar), dalam hal ini distribusi xenobiotika hanya ditentukan oleh daya
saluran kapiler pembuluh darah menuju sel-sel pada jaringan tubuh, haruslah
apabila minimal terdapat dua ruang yang dibatasi oleh membran. Sehingga
lebih lanjut tubuh minimal dibagi menjadi dua ruang sebut saja kompartimen
ekstrasel
. Ruang intrasel termasuk cairan intrasel dan komponen sel yang padat.
Ruang ekstrasel dibagi atas: air plasma, ruang usus, dan cairan transsel
cairan dalam rongga tubuh dan organel berrongga). Perlu diingat disini,
farmakokinetik.
Distribusi xenobiotika di dalam tubuh umumnya melalui proses
transpor, yang pada mana dapat di kelompokkan ke dalam dua proses utama,
dalam darah, laju aliran darah, dan laju transpor transmembran. Umumnya
difusi terpasilitasi, difusi aktif, filtrasi melalui poren, atau proses fagositisis.
a) faktor biologis: - laju aliran darah di organ dan jaringan, - sifat membran
plasma dan protein jaringan - kelarutan - sifat kimia Laju aliran darah di organ
dan jaringan.
Sirkulasi sistemik sangat memegang peranan penting dalam transpor
. Organ tubuh seperti ginjal, hati, otak, paruparu, jantung, lambung dan
usus, adalah organorgan yang memiliki laju aliran darah (perfusi) yang baik.
Akibat aliran darah yang cepat dan dengan demikian jangka waktu kontaknya
xenobiotika akan terdistribusi dengan cepat pada organ atau jaringan dengan
perfusi yang baik. Ini berarti organ atau jaringan yang mempunyai banyak
distribusi tercapai, laju distribusi tidak lagi dipengaruhi oleh perfusi di organ
atau jaringan.
dapat ditransportasi dari saluran kapiler pembuluh darah menuju sel-sel pada
endotel ini diselimuti oleh membran basal yang sangat halus dan elastis.
sangat tertutup (contoh: barier sawar darah otak) - kapiler yang berjendela,
pada jendela ini terjadi pertukaran cairan yang sangat intensiv, jarak jendela
dalam kapiler ini adalah tidak beraturan (contoh:tubulus ginjal), - kapiler yang
terbuka, tidak terdapat hubungan antar sel-sel endotel, sehingga pada kapiler
ini terdapat lubang-lubang yang besar, yang dapat dilewati oleh plasma darah
dengan baik, sedangkan senyawa yang polar (larut air) haruslah melewati
poren dalam membran biologis adalah terbatas, oleh sebab itu dapatlah
senyawa hidrofil
Membran lipid - barier sawar darah otak darah → liquor darah → otak hanya
lambat atau sama sekali tidak - lapisan lendir penanjang saluran pencernaan -
lapisan lendir di mulut - tubulus ginjal - kulit Membran lipid dengan „Poren“
xenobiotika lipofil dan hidrofil dapat lewat - darah → hati - hati → empedu -
penting lain yang berpengaruh pada distribusi ialah ikatan pada protein
ikatan ion, ikatan jembatan hidrogen dan ikatan dipol-dipol serta interaksi
berbagai xenobiotika yang dapat terikat pada protein, oleh sebab itu ikatan
xenobiotika pada protein dikatakan tidak khas. Ikatan protein adalah bolak-
jaringan, maka xenobiotika tersebut akan lebih banyak berada dalam cairan
hampir seluruhnya pada hemoglobin dan mioglobin oleh karena afinitas yang
cairan tubuh yang lain oleh darah. Distribusi bahan beracun tersebut :
biotransformasi
3. Ekskresi
pernapasan, dan dari sekresi melalui keringat, air susu, feses dan urine.
Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, sebagai metabolit dan atau konjugat.
a. Ekskresi urin
faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler.
b. Ekskresi empedu
Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan,
terutama untuk senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation), konjugat
yang terikat pada protein plasma, dan senyawa yang BM-nya lebih besar dari
300. Pada umumnya begitu senyawa ini berada dalam emped, senyawa ini
tidak akan diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses. Tetapi
c. Paru-paru
Zat yang berbentuk gas pada suhu badan terutama diekskresikan lewat
paru-paru. Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat
udara ekspirasi. Cairan yang mudah larut misalnya kloroform dan halotan
Pengaruh akut adalah keracunan yng berlangsung sangat cepat oleh kehadiran
zat kimia di dalam tubuh makhluk hidup, sedangkan pengaruh kronik adalah
keracunan yang berlangsung sangat lambat oleh kehadirn zat kimia di dalam
tubuh makhluk hidup dan pengaruh ini baru diketahui setelah dalam jangka
waktu yang cukup lama. Pengaruh akut sangat mudah mudah dikenali karena
negative berupa luka, terbakar, sakit, atau gejala lainnya yang berlangsung
sangat cepat. Akan tetapi pengaruh kronik sangat sulit untuk dikenali karena
diakibatkan oleh kehadiran zat kimia dalam jumlah kecil dalam jangka waktu
yang cukup lama. Gejala yang ditimbulkan dari racun yang bersifat kronik ini
baru timbul setelah berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama.
tersebut, sehingga sering kali dalam diagnosisnya nama zat kimia yang
1. Karsinogenik
a. Karsinogenik Tipe I
2. Mutagenic
mutagenic mungkin tidak atau belum nyata terlihat kepada individu yang
terjadinya cacat lahir atau penyakit genetic lainnya pada keturunan pertama
3. Terotogenik
yang terbentuk dari limbah merkuri, dan karbon monoksida yang dihasilkan
adalah terjadinya gejala berupa gatal-gatal, asma, sakit kepala, atau bahkan
ada yang pingsanoleh kehadiran senyawa penisilin atau racun di dalam tubuh.
adalah formaldehida (HCHO) yang terdapat di dalam plastic, kertas dan lem.
Senyawa lain seperti isosianat yang terdapat di dalam cat, pelingkut dan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Zat toksik dapat berasal dari berbagai macam sumber, salah satunya yaitu
tiga fase yaitu : Fase Eksposisi meliputi paparan bahan kimia di ambien
pada gas/uap, debu, kabut dan fume ; Fase Toksokinetik meliputi absorpsi,
4. Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press
Ariens,E.J., Mutschler,E., Simonis,A.M., 1985, Toksikologi Umum Pengantar,
York p. 3-27.
Spektrum
4. LU, F.C. (1995), “Toksikologi dasar, asas, organ sasaran, dan penilaian
5.