Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
MENGKRITISI MATERI MANAJEMEN KONFLIK
DAN KETAHANAN NASIONAL
Yang diampu oleh Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si

Oleh :
1. Aris Aby Chisna (180514627539)
2. DevaraAlhakim (180523630054)
3. GalihKathonPamungkas (180514627539)
4. Lina Amalia (160543613028)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat di Indonesia terkenal dengan kemajemukannya, hal ini ditandai dengan


beragamnya suku bangsa, ras/etnis. Oleh karena itu masyarakat di indonesia rentan akan konflik.
Selain hal tersebut fenomena konflik memang bersifat inhern (melekat dan menyerap) dalam
kehidupan masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia ini yang sama sekali tidak terlepas dari
konflik. Contoh terkecil mengenai ada tidaknya konflik dalam kehidupan kita sekarang ialah ketika
kita masih duduk di bangku sekolah baik SD, SMP, SMA,maupun Perguruan Tinggi hampir bisa
dipastikan bahwa kita telah mengalami yang namanya konflik. Sama halnya negara
kita(Indonesia) sebelum merdeka hingga merdeka konflik dari dalam maupun luar pun senantiasa
mendampinginya. Karena konflik yang senantiasa ada dalam kehidupan bermasyarakat dan konflik
tidak selamanya berdampak negatif maka hendaknya diperlukan suatu manajemen konflik
agar tidakmenimbulkan disintegerasi sosial. Selain itu karena konflik juga terdapat dalam suatu
negara maka di perlukannya juga ketahanan nasional agar negara tersebut tetap eksis dan damai,
aman, serta kebal akan konflik.

B. TUJUAN MAKALAH

Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca dapat :


1. Memahami konsep dasar konflik dan ketahanan nasional.
2. Mengemukakan beberapa pandangan mengenai konflik.
3. Memahami hal-hal yang menyebabkan konflik
4. Mengidentifikasi masalah konflik
C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep dasar dari konflik dan ketahanan negara?


2. Bagaimanakah pandangan beberapa ahli mengenai konflik?
3. Apasajakah yang melatarbelakangi terjadinya konflik?
4. Mencari solusi dari konflik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Konflik dan Ketahanan Nasional

Konflik biasanya didefinisikan sebagai bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat,
paham, dan kepentingan diatara dua atau lebih. Pertentangan ini biasa berbentuk
fisik ataupun nonfisik. Selain itu konflik juga dapat didefinisikan sebagai interaksi antara individu,
kelompok, atau organisasi dan golongan yang membuat tujuan atau arah yang berlawanan, dan merasa
bahwa orang atau kelompok lain dianggap sebagai pengganggu yang potensial terhadap
pencapaian tujuan mereka (Pook dalan Sujak 1990).Senada dengan hal tersebut, Brown dan Moberg
1980 mendefinisikkan konflik sebagai perselisihan diantara dua orang atau lebih atau diantara
kelompok-kelompok kerja yang disebabkan oleh pertentangan tujuan, sumber, harapan, persepsi atau
nilai-nilai. Para teoritis mendefinisikan pertentangan sebagai konflik manakala pertentangan itu
bersifat langsung yakni ditandai interaksi timbal balik diantara pihak-pihak yang bertentangan.
Disamping itu pertentangan juga dilakukan diatas kesabaran pada masing-masing pihak yang diantara
mereka saling berbeda atau berlawanan.( Farah, 1994).

Menurt Marck, Sylnder, da Gurr (1980) membuat kriteria yang meandai adanya suatu konflik
atau pertentangan pertama, sebuah konflik harus melibatkan dua atau lebih pihak
didalamnya; kedua,pihak-pihak tersebut tarik menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi (mutualy
opposing actions); ketiga, mereka bisanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi
dan menghancurkan musuh; keempat, interaksi pertentangan diantara pihak-pihak itu berada dalam
keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan tadi dapat dideteksi dan dimufakati
dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat dalam pertentangan. Dalam kehidupan
bermasyarakat biasanya konflik dapat berupa konsep instrumental yang mengarah pada pembentukan,
penyatuan, dan pemeliharaan struktur social serta dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara
dua atau lebih kelompok. Misalnya, konflik yang terjadi antara kelompok dengan kelompok,
kelompok yang menang dapat kembali memperkuat indentitasnya dan melindungi kelompoknya agar
tidak lebur kedalam dunia sekelilingnya. Dalam menghadapi berbagai konflik tersebut diatas
diperlukan suatu cara yang dapat meredam atau bahkan menyelesaikan konflik tersebut. Untuk itu
manajemen konflik dapat di jadikan salah satu alternatif dalam pemecahan konflik baik itu konflik
interen maupun eksteren. Demikian pula dengan ketahanan nasional yang subtansi pokoknya
mencangkup seluruh aspek kehidupan bangsa yang tergambar dalam bidang-bidang seperti ideology,
politik, ekonomi, social-budaya dan pertahanan keamanan (poleksosbuthankam). Oleh karena itu
dengan substansi ini, tujuan ketahanan nasional Indonesia adalah menciptakan prakondisi kehidupan
yang aman dan sejahtera bagi Bangsa dan Negara.

Kondisi diatas dapat digunakan sebagai prasyarat ketika bangsa Indonesia akan melakukan
pemikiran –pemikiran politik terbaik bagi kebijakan nasional yang terjabar dalam politik dan strategi
nasional. Jika ketahanan nasional tidak mampu menciptakan kondisi yang aman, perumusan tadi tidak
akan bisa dilakukan dengan cermat dan penuh pertimbangan. Alhasil kebijakan nasional tidak
memiliki nilai fungsional, terutama dalam memberikan layanan serta pemberdayaan masyarakat,
rakyat, dan warga Negara. Itulah sebabnya, penyelenggaraan ketahanan nasional harus
mempertimbangkan secermat mungkin tentang kemungkinan antisipasi dan munculnya konflik
dikalangan masyarakat bangsa Indonesia.

B. Beberapa Pandangan Tentang Konflik


Menurut Cribbin (1985), menyatakan bahwa konflik bagaikan virus. Dia tidak bias dibasmi
sama sekali, tetapi jika tidak dikendalikan, bisa menjadi epidemic. Oleh karena itu, strategi yang
etrbaik adalah manajemen yang efektif.

Sujak (1990), memandang konflik menjadi dua yaitu cara lama dan cara baru.

1. Memenurut cara pandang lama, konflik harus dihilangkan karena dapat mengganggu
organanisasi dan merusak prestasi; sedagkkan dalam cara baru konflik sesungguhnya
meningkatkan prestasi organisasi dan karena itu harus dikelola dengan baik.
2. Dalam cara pandang lama, organisasi atau kelompok atau komunitas yang baik seharusnya
tidak ada konflik; sedangkan dalam pandangan baru bahwa dalam organisasim yang baik
konflik yang memuncak dapat mendorong anggotanya untuk memacu prestasi.
3. Dalam padangan lama, konflik harus dibasmi atau diealakkan; sedangkan dalam padangan
baru konflik merupakan bagian integrasi dari kehidupan organisasi,kelompok, dan komunitas
tertentu.
4. Menurut pandangan lama, konflik itu jelek karena dapat menjurus pada tingkat stress yang
lebih tinggi, memunculkan kejahatan, dan sabotase berbagai program kegiatan; sedangkan
pandangan baru mengatakan bahwa konflik itu baik karena dapat merangsang orang untuk
memecahkan persoalan dan menyebabkan timbulnya konflik.

Sementara itu Lewis A. Coser memandang konflik sebagai sesuatu yang bersifat fungsional.
Konflik bisa bersifat jika memiliki nilai-nilai fungsional dalam hal:

1. Sebagai alat untuk memelihara solidaritas


2. Menjadi jembatan aliansi dengan kelompok lain
3. Mengaktifkan individuyang semula terisolasi dengan kelompoknya
4. Sebagai sarana komunikasi untuk mengetahui pihak lawan atau yang terlibat konflik

C. Penyebab Terjadinya Konflik

Konflik dapat terjadi karena banyak hal dimana hal-hal tersebut didasatkan oleh perbedaan .
Seperti sebagai berikut :

1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan
setiap warganya berbeda-beda ada yang merasa terganggu dan ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda-
beda.
Misalnya, dalam pendirian sebuah organisasi antara anggota satu dengan yang lain
memiliki pandangan yang berbeda-beda seiring latar belakang kebudayaan yang mereka
miliki, Perbedaan itulah yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu / kelompok.
Antara individu/kelompok lain memiliki kepentingn yang berbeda-beda kadang-
kadang individu/kelompok dapat melakukan hal yang sama tetapi untuk tujuan berbeda-beda.
4. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubaha adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak perubahan tersebut dapat memicu terjadinya
konflik. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan menimbulkan koflik sosial karena nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercocok tanam (bertani) secara cepat berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri.
5. Agama
Beragamnya agama yang terdapat di Negara Indonesia dapat menimbulkan konflik
apa bila antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya tidak saling menghormati dan
merasa paling benar.
6. Kesukuan/ras
Perbedaan suku atau ras kadang kala dapat menimbulkan konflik apabila terjadi
perselisihan di antara keduanya.
7. Uang/harta
Uang adalah alat perlindungan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun
uang seringkali menjadi alasan manusia untuk saling bertikai. Banyak keluarga yang bertikai
saat terjadi pembagian harga warisan. Adapula perampokan yang menyebabkan korban jiwa
dengan alas an membutuhkan uang.
8. Wilayah Teritorial
Konflik antara Indonesia dan Malaysia adalah contoh perebutan wilayah teritorial
suatu negara.

D. Dampak Terjadinya Konflik

Konflik memiliki dampak positif dan negatif, adapun dampak positif dari konflik adalah :

1. Konflik dapat memperjelas berbagai kehidupan yang belum tuntas.


2. Konflik dapat menimbulkan penyesuaian kembali terhadap norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
3. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara anggota kelompok
4. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok.
5. Konflik dapat memicu kompromi baru.

Adapun dampak negative yang ditimbulkan oleh konflik adalah :

1. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dengan kelompok.


2. Konflik menyebabkan rusaknya berbbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa
3. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian.
4. Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang.

E. Manajemen Konflik

Hodge dan Anthony memberikan gambaran melalui berbagai metode penyelesaian konflik.
Pertama, setiap orang menggunakan kekuasaan dan kewenangan agar konflik dapat diredan atau
dipadamkan. Kedua, penyelesaian konflik denga menggunakan metode penghalusan. Pihak-pihak
yang berkonflik hendaknya saling memahami konflik dengan bahasa cinta untuk memecahkan dan
memulihkan hubungan yang bersifat perdamaian. Ketiga, penyelesaian konflik dengan cara
demokratis, artinya memberikan peluang kepada masing-masing pihak uuntuk mengemukakakan
pendapat dan memberikan keyakinan akan kebenaran pendapatnya sehigga dapat diterima oleh kedua
pihak.

Terdapat tiga macam pengendalian konflik diantaranya :

1. Konsiliasi

Merupakan bentuk pengendalian konflik yang utama. Pengendalian ini terwujud melalui
lembaga tertentu yang memungkinkan timbulnya pola diskusi dan pengambilan keputusan.
Pada umumnya, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik.
Terdapat empat hal yang harus dipenuhi dalam konsiliasi diantaranya:

1. Lembaga harus bersifat otonom


2. Kebudayaan lembaga harus bersifat monopoliti
3. Peran lembaga harus mengikat kepentingan semua kelompok
4. Peran lembaga harus bersifat demokratis

2. Mediasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara membuat consensus di
antara dua pihak yang berkonflik untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral
sebagai mediator dalam penyaelesaian konflik. Pengendalian ini sangat efektif dan
mampu menjadi pengendalian konklik yang selalu digunakan oleh masyarakat. Misalnya,
pada konflik sara di Poso dimana pemerintah menjadi mediator dalam penyelesaian
konflik tersebut.

3. Arbitrasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak yang
bertentangan sepakat untuk menerima atau terpaksa hadirnya pihak ketiga yang
memberikan keputusan untuk menyelesaikan konflik.

Ketiga jenis pengendalian konflik diatas memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau
menghindari kemungkinan terjadinya konflik berkelanjutan dalam suatu masyarakat.

F. Identifikasi Konflik dan Solusinya

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pemaparan materi diatas serta identifikasi konflik yang ada, dapat disimpulkan bahwa
setiap permasalahan atau konflik dapat timbul karena berbagai hal, dan setiap jenis konflik memiliki
cara atau langkah menejemen pengendalian konflik masing-masing yang dirasa tepat dengan konflik
yang tengah terjadi. Konflik dapat terjadi secara individu maupun kelompok. Selain itu, konfli
memiliki dampak negatif dan positif.

Daftar Pustaka

Hakim, A., S.dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia. Malang

Anda mungkin juga menyukai