Apa Ya
Apa Ya
JUDUL SKRIPSI
Disusun Oleh :
K2515056 / B
SURAKARTA
2017
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005 p.50).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan
formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010, p.12).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita
dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.
Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh
orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007,
hlm.3-4). Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, hlm.
121). Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan
menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,
2007). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman
yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster,
kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan
tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya
tersebut ( Istiari, 2000)
2. Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa
(bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti
kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989: 552-553). Kemampuan (ability) berarti
kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. (Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge, 2009:
57).
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu
dalam menguasai suatu keahlian dan digunakan untuk mengerjakan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Lebih lanjut, Stephen P. Robbins &
Timonthy A. Judge (2009: 57-61) menyatakan bahwa
kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri
atas dua kelompok faktor, yaitu :
a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability), merupakan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).
b. Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan,
kekuatan, dan karakteristik serupa.
3. Pengelasan
Berdasarkan penemuan benda-benda sejarah dapat diketahui
bahwa teknik penyambungan logam telah diketahui sejak zaman
prasejarah, misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan
pematrian paduan timbal-timah. Menurut keterangan yang didapat
telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara tahun
3000 sampai 4000 SM. Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah
alat tersebut digunakan dalam praktek oleh Benardes (1985).
Pengertian pengelasan menurut Widharto (1996) adalah salah
satu cara menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya
melalui pemanasan. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie
Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan
pemanasan atau pelumeran. Kedua ujung logam yang akan disambung
dibuat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau dengan logam itu
sendiri sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang
masa yang kuat tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997). Jenis
pengelasan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengelasan lebur
dan padat. Adapun macamnya yaitu Pengelasan busur (Arc Welding,
AW), Pengelasan Resistansi Listrik (Resistance Welding, RW),
Pengelasan Gas (Oxyfuel Gas Welding, OFW), dan macam pengelasan
padat yaitu Pengelasan Difusi (Diffusion Welding, DFW),
Pengelasan Gesek (Friction Welding, FW), Pengelasan Ultrasonik
(Ultrasonic Welding, UW). Saat ini terdapat sekitar 40 jenis
pengelasan. Dari seluruh jenispengelasan tersebut hanya dua jenis yang
paling populer di Indonesia yaitupengelasan dengan menggunakan
busur nyala listrik (Shielded Metal Arc Welding/SMAW) dan las karbit
(Oxy Ocetylene Welding/OAW). Pengelasan dapat dilakukandengan
berbagai cara sebagai berikut :
a. Pemanasan dengan tekanan
b. Tekanan tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari
dalam material itu sendiri).
c. Tanpa logam pengisi dan dengan logam pengisi
pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri
klasifikasi ini, pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu
(Wiryosumarto, 2000) :
mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak
turut mencair.
Jenis atau klasifikasi pengelasan cara pengelasan yang banyak
digunakan saat ini adalah pengelasan cair dengan busur dan dengan
gas. Adapun dari kedua jenis tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Las busur listrik
Las busur listrik adalah cara pengelasan dengan
mempergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas
pencair logam. Klasifikasi las busur listrik yang digunakan
hingga saat ini dalam proses pengelasan adalah las elektroda
terbungkus (Wiryosumarto, 2000).
Prinsip pengelasan las busur listrik adalah sebagai
berikut: arus listrik yang cukup padat dan tegangan rendah bila
dialirkan pada dua buah logam yang konduktif akan
menghasilkan loncatan elekroda yang dapat menimbulkan panas
yang sangat tinggi mencapai suhu 5000o C sehingga dapat
mudah mencair kedua logam tersebut (Wiryosumarto, 2000).
Proses pemindahan logam cair seperti dijelaskan diatas
sangat mempengaruhi sifat maupun las dari logam, dapat
dikatakan bahwa butiran logam cair yang halus mempunyai sifat
mampu las yang baik. Sedangkan proses pemindahan cairan
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi dari
bahan fluks yang digunakan. Selama proses pengelasan, fluks
yang digunakan untuk membungkus elektroda sebagai zat
pelindung yang sewaktu pengelasan juga ikut mencair. Tetapi
karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan logam yang
dicairkan, maka cairan fluks tersebut mengapung diatas cairan
logam dan membentuk terak sebagai penghalang oksidasi.
Dalam beberapa fluks bahan tidak terbakar, tetapi berubah
menjadi gas pelindung dari logam cair terhadap oksidasi
(Wiryosumarto, 2000).
b. Busur Logam Gas (Gas Metal Arc Welding)
Proses pengelasan dimana sumber panas berasal dari busur
listrik antara elektroda yang sekaligus berfungsi sebagai logam
yang terumpan (filler) dan logam yang dilas. Las ini disebut
juga metal inert gas welding (MIG) karena menggunakan gas
mulia seperti argon dan helium sebagai pelindung busur dan
logam cair (Wiryosumarto, 2000).
c. Las Busur Rendam (Submerged Arc Welding/SAW)
Proses pengelasan dimana busur listrik dan logam cair tertutup
oleh lapisan serbuk fluks sedangkan kawat pengisi (filler)
diumpankan secara bertahap. Pengelasan ini dilakukan secara
otomatis dengan arus listrik antara 500-2000 Ampere
(Wiryosumarto, 2000).
tenaga kerja yang siap pakai harus membekali peserta didiknya dengan
diri sebagai upaya agar tetap mampu berkompetisi pada saat ini
teknologi.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Manajemen
keahlian.
c. Kompetensi Keahlian adalah spesialisasi dalam suatu program
keahlian.
d. Program Studi Keahlian adalah jurusan dalam suatu bidang studi
keahlian.
Teknologi dan Rekayasa merupakan salah satu