Anda di halaman 1dari 2

BI sebagai otoritas moneter diharapkan dapat menstabilkan nilai tukar rupiah, dalam upaya

menciptakan iklim investasi yang kondusif. Namun apa sebenarnya kebijakan moneter
tersebut dan bagaimana mekanismenya?

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BI selaku
otoritas moneter. Kebijakan ini ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah.

Arah dari kebijakan moneter, didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai, dengan
perlu mempehatikan sasaran ekonomi makro lainnya. Sementara itu, pelaksanaan kebijakan
moneter dikendalikan dengan menetapkan sasaran operasional, yaitu uang primer (base
money) dan mengamati perkembangan indikator-indikator yang memberikan tekanan pada
harga dan nilai tukar rupiah.

Adapun mekanisme operasional kebijakan moneter, yaitu :

Operasi terbuka, dilakukan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang yang juga
akan mempengaruhi tingkat suku bunga.
Operasi terbuka ini memiliki dua cara :
• Penjualan SBI dilakukan melalui lelang. Dengan demikian, tingkat diskonto yang terjadi,
benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang.
• Intervensi rupiah, dilakukan untuk menyesuaikan kondisi pasar uang, baik likuiditas
maupun tingkat suku bunga

Penetapan cadangan wajib minimum, dilakukan dengan cara mewajibkan setiap bank
untuk mencadangkan sejumlah aktiva lancarnya dengan persentase tertentu dari kewajiban
segeranya.

Lender of the last resort, terjadi bila BI memberikan kredit atau pembiayaan kepada bank
yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek, dengan jangka waktu 90 hari. Kesulitan
likuiditas umumnya disebabkan adanya mismatch dalam pengelolaan dana.

Kebijakan nilai tukar


Sejak tahun 1997, sistem yang dianut Indonesia adalah sistem nilai tukar mengambang (free
floating exchange rate system). Hal ini berarti, nilai tukar sepenuhnya ditentukan oleh pasar,
sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan
penawaran dan permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI pada waktu-waktu
tertentu dapat melakukan sterilisasi dipasar valas, khususnya pada saat terjadi gejolak kurs
yang berlebihan.

Pengelolaan cadangan devisa


Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva LN pemerintah dan bank-bank devisa.
Cadangan ini harus dipelihara, karena berguna untuk keperluan transaksi internasional.
Dalam mengelola cadangan devisa, BI mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan
keamanan, dari pada keuntungan yang tinggi. Namun demikian, BI tetap harus
mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional.
Cadangan devisa dikelola dengan sistem diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing
maupun jenis investasi surat berharga. Dengan sistem ini, apabila terjadi penurunan nilai
dalam salah satu mata uang, dapat dikompensasi oleh jenis mata uang lainnya, atau
penempatan lainnya, yang mempunyai nilai yang lebih baik.

Kredit program
Karena status BI yang independen, maka pemberian kredit program saat ini dilakukan oleh
BUMN yang ditunjuk oleh pemerintah. Pengalihan tugas ini supaya BI dapat lebih
memfokuskan perhatian pada pencapaian sasaran-sasaran moneter serta agar dapat tercipta
pembagian tugas yang baik antara pemerintah dan BI. (Ferdy Lauhery)
Bank Indonesia (BI) dalam menghadapi melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS, akan menerbitkan Term Deposit sebagai
bentuk kebijakan dalam percepatan pendalaman pasar keuangan domestik dan penguatan manajemen moneter.

"BI akan terbitkan Term Deposit yaitu instrumen penempatan devisa oleh perbankan domestik di Indonesia," kata Gubernur BI
Darmin Nasution, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (29/5/2012).

Term Deposit, menurutnya, akan menjadi outlet penempatan devisa untuk memfasilitasi masuknya devisa, termasuk yang
berasal dari hasil ekspor. BI akan mengelola devisa tersebut melalui berbagai transaksi devisa untuk mendorong pendalaman
pasar, sekaligus sebagai instrumen moneter.

"Dalam hal ini bank domestik dapat menempatkan devisa pada BI dengan berbagai tenor yang disesuaikan kondisi pasar,"
jelasnya.

Sebelumnya, menurut Darmin para pemilik valas membuka rekening supaya tidak terkena Net Open Position (NOP). Sehingga,
harus dimasukan pada outlet yang paling tidak ada semacam return, dari pada hanya disimpan di lemari besi yang tidak
memberikan hasil.

Tidak adanya outlet didalam negeri memaksa bank menempatkan valas di luar negeri dengan bunga yang sangat rendah, sekira
0,1 persen hingga 0,2 persen. Hal itu mengakibatkan, perputaran uang malah terjadi di luar negeri.

"Melihat perkembangan itu BI menyediakan outletnya, dan kami akan membuka term deposite di dalam operasi moneter. Untuk
hal ini kami akan buka term deposite valas. Kami juga sediakan bunganya kalau di luar 0,1-0,2 persen, akan diatur berapa
pantasnya supaya perbankan tertarik," papar Darmin.

Kebijakan ini, kata Darmin, akan mulai berlaku paling lambat dua minggu dari sekarang. Kemudian tenor yang ditetapkan saat ini
masih dikaji, bisa tujuh hari, 14 Hari atau 30 hari. Namun, dirinya menjelaskan untuk tenornya tersebut akan bersifat fleksibel
sehingga suatu saat perbankan sewaktu-waktu dapat menarik valasnya jika dibutuhkan.

"Valas ini akan jadi complement cadangan Devisa, tapi ini tidak dimasukan ke cadev, karena secara putus instrumen BI ini
bagian dari operasi pasar, tetapi kita bisa menggunakannya dalam rangka menstabilkan nilai tukar," tandasnya. (ank)

Anda mungkin juga menyukai