Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit


ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh. Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi umum
(General Anastesi (GA)), yaitu hilangnya kesadaran secara total, anestesi lokal
yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil
daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas
dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan
dengannya.1,2

Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang
hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia
kehilangan kesadaran, bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.1

Blok pergelangan tangan (wrist block) merupakan bagian dari anestesi


regional saraf perifer, blok saraf perifer merupakan teknik anestesi yang cocok
untuk operasi superfisial pada ekstremitas. Keuntungan blok saraf perifer adalah
tidak menganggu kesadaran dan refleks saluran napas atas. Teknik ini
menguntungkan bagi pasien penyakit pulmoner kronik, gangguan jantung berat,
atau gangguan fungsi ginjal. Keberhasilan teknik blok ini sangat dipengaruhi oleh
keterampilan petugas/dokternya. Pasien juga harus kooperatif untuk mendapatkan
hasil blok saraf perifer yang efektif. Blok saraf perifer selain untuk anestesi, dapat
digunakan untuk analgesia setelah operasi dan tatalaksana nyeri kronik. Pada saat
evaluasi preoperatif perlu diperiksa dengan teliti adanya infeksi kulit di lokasi blok,
selain itu perlu memastikan fungsi koagulasi yang normal.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anestesi Regional
1. Definisi
Anestesi regional adalah menginjeksikan obat anestesi lokal ke sejumlah sel
saraf dengan tujuan untuk memblok hantaran sensasi pada saraf dan
mencegahnya sampainya rangsangan nyeri ke otak. Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya tetapi pasien tetap sadar.1
2. Klasifikasi1
Klasifikasi anestesia regional terbagi menjadi dua bagian yaitu blok sentral
dan blok perifer. Blok sentral (blok neuroaksial) yang meliputi:
a. Blok spinal atau anestesi spinal
Anestesi spinal adalah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. Teknik ini sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan.
b. Blok epidural atau anestesi epidural
Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang
epidural dan bekerja langsung pada akar saraf spinal yang terletak di
bagian lateral. Kerja anestesi epidural lebih lambat dibandingkan anestesi
spinal, begitu pula kualitas blokade sensori-motoriknya lebih lemah.
c. Blok kaudal atau anetesi kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, hal ini karena
kanalis kaudalis merupakan perpanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis.
Sedangkan blok perifer meliputi:
a. Anestesi topikal
Anestesi topikal atau analgesia permukaan ialah obat analgetik
dioleskan atau disemprot diatas selaput mukosa seperti hidung, mata,
dan faring.
b. Infiltrasi lokal
c. Infiltrasi topikal adalah penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan di sekitar tempat lesi, luka, atau insisi.

2
d. Blok lapangan (field block)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (untuk exterpasi tumor kecil, dan
sebagainya).
e. Analgesia regional intravena
Penyuntikan larutan analgetik lokal intra vena. Ekstremitas di
eksinguasi dan diisosiasi bagian proksimalnya dengan torniket
pneumatik dari sirkulasi sistemik.

3. Keuntungan anestesi regional1


a. Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih
murah.
b. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergensi,
lambung penuh) karena penderita sadar.
c. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
d. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
e. Perawatan post operasi lebih ringan.

4. Kerugian anestesi regional1


a. Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
b. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
c. Sulit diterapkan pada pasien yang tidak kooperatif.
d. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
e. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.

5. Blok Saraf Perifer

Blok saraf perifer merupakan anestesi lokal yang diinjeksikan di


persarafan perifer sehingga anestesi yang dihasilkan di lokasi tubuh yang
spesifik, bertahan lama dan efektif. Blok saraf perifer dapat digunakan
sebagai anestesi tunggal, analgetik pada anestesi umum, dan analgetik post
operasi, dan tatalaksana nyeri akut atau kronik.3

3
Blok saraf perifer merupakan teknik anestesi yang cocok untuk operasi
superfisial pada ekstremitas. Keuntungan blok saraf perifer adalah tidak
menganggu kesadaran dan refleks saluran napas atas. Teknik ini
menguntungkan bagi pasien penyakit pulmoner kronik, gangguan jantung
berat, atau gangguan fungsi ginjal. Keberhasilan teknik blok ini sangat
dipengaruhi oleh keterampilan petugas/dokternya. Pengetahuan anatomi
yang komprehensif mengenai lokasi pembedahan sangat penting dalam
pemilihan teknik anestesi blok yang tepat. Pasien juga harus kooperatif
untuk mendapatkan hasil blok saraf perifer yang efektif.3

Blok saraf perifer selain untuk anestesi, dapat digunakan untuk


analgesia setelah operasi dan tatalaksana nyeri kronik. Pada saat evaluasi
preoperatif perlu diperiksa dengan teliti adanya infeksi kulit di lokasi blok,
selain itu perlu memastikan fungsi koagulasi yang normal.3

6. Teknik Anastesi
Pasien dievaluasi seperti halnya teknik anestesi lainnya dan pemberian
obat berguna untuk mengurangi rasa sakit selama jarum dimasukkan untuk
melakukan blok saraf perifer. Ruang tempat melakukan blok harus terdapat
monitor, alat, dan obat jika terdapat reaksi obat anestesi lokal yang tidak
diinginkan (adverse reactions). Selain itu kateter intravena harus terpasang
sebelum melakukan blok. Obat-obatan sedasi atau anestesi umum dapat
disiapkan, jika sewaktu-waktu perlu digunakan.3,4
Agen anestesi subkutan kerja pendek yang paling umum digunakan
adalah Lidocaine, yang dapat diberikan sebagai campuran 1% atau 2%.
Epinefrin 1: 200.000 dapat ditambahkan ke dalam larutan 1% dan 2%.
Epinefrin biasanya ditambahkan ke anestesi lokal untuk menyebabkan
vasokonstriksi, memperpanjang aktivitas anestesi dan membatasi
perdarahan. 6
Pemberian epinefrin 1:200.000 (5μg/ml) intravena dapat meningkatkan
durasi blok konduksi, beberapa klinisi menggunakan dosis 3 ml anestesi
lokal dengan 1:200.000 (5μg/mL) atau 1:400.000 (2,5μg/mL) epinefrin

4
untuk mendeteksi letak intravaskular jarum atau kateter. Peningkatan denyut
jantung lebih dari 20% dari keadaan awal menunjukkan injeksi ke
intravaskular. Setiap pemberian 5 ml obat anestesi lokal dilakukan aspirasi
untuk meminimalkan risiko injeksi intravascular.3,4,5
Waktu antara injeksi dan onset anestesi dengan lidokain adalah sekitar
60-90 detik, dan efek lidokain biasanya berlangsung 20-30 menit (hingga 2
jam jika dicampur dengan epinefrin). Dosis maksimum lidokain pada orang
dewasa adalah 300 mg (3-4 mg / kg pada anak-anak), ketika dicampur
dengan epinefrin, dosis maksimum adalah 500 mg (7 mg / kg). 6
Bupivacaine 0,25% atau 0,5% (Marcaine, Sensorcaine) adalah agen
anestesi jangka panjang yang umum. Waktu timbulnya agen-agen yang
bekerja lama ini sekitar 10-20 menit, tetapi efek anestesi bertahan 4-6 jam
saja, dan hingga 8 jam ketika dicampur dengan epinefrin. Dosis maksimum
bupivacaine adalah 175 mg (2 mg / kg) pada orang dewasa, tetapi ini
meningkat menjadi 225 mg (3 mg / kg) ketika dicampur dengan epinefrin. 6
Campuran 50/50 atau 25/75 dari lidokain dan bupivakain dapat
memberikan anestesi yang paling optimal untuk anestesi pergelangan kaki
tertentu, memberikan bantuan segera dari rasa sakit dari komponen kerja
pendek, dan menyediakan hingga 8 jam anestesi dari obat kerja lama .
Karena anestesi regional diberikan agak jauh dari tempat luka, dan juga
karena epinefrin harus digunakan dengan sangat hati-hati pada ekstremitas
distal, obat anestesi yang dicampur dengan vasokonstriktor seperti epinefrin
tidak direkomendasikan pada anestesi pergelangan kaki. 6
Tetapi tambahan obat-obat vasokonstriktor seperti epinefrin akan
menyebabkan vasokonstriksi sementara dan mengurangi perdarahan
intraoperatif, mempercepat awitan kerja dan memperpanjang durasi kerja,
serta meningkatkan kadar obat anestesi dalam jaringan karena obat anestesi
yang masuk dalam sirkulasi darah berkurang. Kerugiannya yaitu bahwa
vasodilatasi yang terjadi setelah efek vasokonstriksi habis akan
meningkatkan perdarahan. Pada beberapa area tubuh, vasokonstriksi dapat
menyebabkan kerusakan jaringan, sehingga biasanya disarankan jangan

5
menggunakan anestesi yang mengandung epinefrin untuk jari, penis, hidung,
dan telinga. Selain itu, epinefrin sebaiknya dihindari untuk pasien pasien
dengan penyakit vaskuler perifer, diabetes, kardiovaskuler, glaukoma, dan
pasien hamil. Epinefrin juga berinteraksi dengan berbagai obat, antara lain:
antihipertensi, antidepresan, amfetamin, dan hidantoin.3,7
Keberhasilan anestesi perifer berdasarkan posisi yang tepat dari ujung
jarum di selubung perineural. Dahulu pengerjaan ini dengan membuat
parestesia dengan ujung jarum atau menggunakan pendekatan transarterial.
Karena adanya risiko kerusakan arteri atau saraf permanen, maka
berkembang suatu teknologi baru berupa alat stimulasi saraf untuk
membantu menentukan letak ujung jarum. Penggunaan alat stimulasi saraf
ini memiliki risiko meningkatkan morbiditas, sehingga dilakukan
pengembangan alat baru yang lebih optimal, seperti ultrasonografi, Doppler,
dan stimulasi saraf sensorik. Saat ini cara terbaik menentukan letak ujung
jarum berdasarkan respon motorik terhadap stimulasi saraf. Respon motorik
pada 0,5 mA/0,1 ms menunjukkan bahwa ujung jarum berada pada letak
yang tepat dan anestesi lokal dapat diinjeksi.3
Gambaran ultrasonografi dengan resolusi tinggi akan menghasilkan
visualisasi saraf perifer, letak jarum blok, dan distribusi larutan anestesi lokal
sehingga meningkatkan keberhasilan blok dan meminimalkan pemberian
obat anestesi lokal. Selain itu ultrasonografi dapat mengetahui letak
pembuluh darah agar dapat mengurangi risiko komplikasi. Ultrasonografi
frekuensi tinggi menghasilkan gambaran yang bagus akan tetapi penetrasi ke
dalam jaringan jelek.3
Kontraindikasi blok saraf perifer adalah pasien tidak kooperatif
(anakanak, demensia, dan pasien memberontak), kecenderungan perdarahan
(antikoagulan, hemofilia, dan koagulasi intravaskular diseminata), infeksi di
lokasi blok, toksisitas anestesi lokal, dan neuropati perifer.3

6
B. Fisiologi Konduksi Saraf

Mekanisme kerja anestetikum lokal dapat dipelajari melalui fisiologi


konduksi saraf. Hodgkin dan Huxley (1952) telah memperkenalkan teori
elektrofisiologi untuk menjelaskan proses fisiologi konduksi saraf. Menurut
teori ini, sel saraf berada pada cairan tubuh dan sebagian besar pada kation
ekstraseluler adalah natrium.

Sebagian kation pada intraseluler adalah kalium. Pada saat istirahat, rasio
ion kalium di dalam sel saraf dibandingkan di luar sel saraf sekitar 30:1.
Berdasarkan rasio ini, potensi pada membran sel saraf adalah -50 sampai-
70millivolts. Ini disebut sebagai membran potensial istirahat. Sebagai hasil dari
distribusi ion, bagian luar membran sel saraf memiliki muatan positif dan pada
bagian dalam membran sel saraf bermuatan negatif.

Membran sel saraf memiliki struktur berpori dengan ion kalsium


berperan sebagai 'gerbang' dalam pori-pori tersebut. Pada membran potensial
istirahat 'gerbang' ditutup, ion natrium dan kalium tidak dapat melewati
gerbang tersebut.

Ketika terjadi eksitasi saraf dan potensial ambang tercapai, ion kalsium
akan digantikan dari pori-pori ini, 'gerbang' akan terbuka, dan ion natrium
segera masuk ke dalam sel saraf mengubah potensial transmembran. Bagian
dalam membran sel saraf akan menjadi relatif positif perubahan polaritas.
Perubahan polaritas ini disebut sebagai depolarisasi dan peningkatan aksi
potential terbentuk yang disebarkan di sepanjang membran sel saraf.

Saat depolarisasi maksimum terjadi, maka permeabilitas ion natrium


akan menurun, ion kalsium kembali ke pori-pori di membran sel saraf, dan
'gerbang' menutup serta proses repolarisasi terjadi. Repolarisasi membawa
potential transmembran serta membran potensial yang istirahat kembali ke
tingkat aslinya. Repolarisasi menyebabkan penurunan gerakan ion natrium ke
dalam sel saraf dan peningkatan permeabilitas ion kalium dengan difusi

7
resultan dari ion kalium ke luar. Oleh karena itu, peristiwa ionik akan
mengembalikan potensial transmembran ke tingkat istirahat pada -70 milivolts.
Akhirnya, natrium secara aktif dibawa keluar dari sel saraf, dan kalium secara
aktif ditransportasi ke dalam sel untuk mengembalikan konsentrasi ion.

C. Anestetikum Lokal

1. Prosedur Kerja Anestesi Lokal8

Obat anestesi lokal mencegah proses perubahan depolarisasi membran


saraf pada tempat suntikan obat, membran selanjutnya akson tidak akan
dapat disetujui dengan asetilkolin schingga membran akan tetap dalam
kondisi semipermeabel dan tidak berpotensi berubah. Ini menyebabkan
kerusakan saraf. Jadi, segala macam aliran impuls rangsang atau kesulitan
tidak sampai ke susunan saraf pusat. Keadaan ini menycbabkan timbulnya
parestesia hingga anestesi, paresis sampai paralisis dan vasodilatasi
pembuluh darah pada daerah yang terblok. Hambatan depolarisasi
dilakukan melalui penggantian: penggantian ion kalsium pada membran
dengan bagian / struktur dari obat anestesia lokal, mengurangi permeabilitas
membran sel tehadap natrium, menurunkan laju depolarisasi aksi membran
potensial, menurunkan kadar depolarisasi perpindahan potensi,
menggagalkan pengembangan aksi potensial ion natrium dihasilkan ion
ekstraseluler utama sedangkan ion kalium merupakan ion intraseluler
utama. Dinding sel lebih permeabel terhadap ion kalium Jadi kalium lebih
bebas melewati dinding sel, sedangkan ion natrium semi-permeabel dan
diatur oleh kanal ion natrium.

Pada waktu istirahat terdapat perbedaan potensial pada membran sel


saraf. Perbedaan tersebut relatif lebih negatif di dalam sel dibandingkan
dengan di luar sel. Saat terjadi konduksi impuls, kanal ion natrium terbuka
dan ion natrium bergerak ke dalam sel schingga terjadi depolarisasi sel. Obat
ancstesi lokal akan memblok konduksi saraf dengan cara menghambat

8
masuknya ion natrium. Setelah obat anestesi diinjeksikan terjadi
peningkatan pH larutan oleh proses penyangga jaringan yang akan
mengubahnya menjadi bentuk non ion schingga lebih mudah larut dalam
lemak. Dalam bentuk ini obat anestesi lokal lebih mudah mencmbus
membran lipid untuk masuk ke dalam sel. Di dalam sel sebagian obat akan
mengalami ionisasi kembali. Obat akan masuk ke dalam kanal natrium yang
terbuka pada bagian dalam dan akan menghambat aliran masuk natrium
sehingga terjadi blok pada konduksi impuls. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kepekaan serabut saraf terhadap obat anestesi lokal antara
lain ukuran, mielinisasi, dan panjang serabut saraf yang terpapar obat
anestesi lokal. Secara umum sensasi terhadap temperatur akan menghilang
terlebih dahulu diikuti dengan sensasi nyeri dan sentuhan ringan. Hal, ini
diduga disebabkan oleh serabut yang kecil dan tidak bermielin (serabut C)
yang mengkonduksi sensasi terhadap temperatur lebih peka terhadap obat
anestesi lokal dibandingkan dengan serabut saraf yang besar dan bermielin
(serabut A) yang mengkonduksi sentuhan. Perbedaan kecepatan blok pada
serabut saraf kecil dan besar akan dipengaruhi pula oleh jenis obat anestesi
lokal. Perbedaan blok dipengaruhi pula oleh panjang serabut saraf yang
terpapar obat anestesi lokal, dimana serabut saraf kecil membutuhkan
jumlah obat anestesi lokal yang lebih sedikit. Untuk tercapainya blok
konduksi impuls saraf dibutuhkan panjang serabut saraf minimal yang
terpapar obat anestesi lokal dengan konsentrasi yang cukup. Serabut saraf
yang besar akan memiliki retensi yang lebih tinggi terhadap blok obat
anestesi lokal. Konsentrasi minimal yang dibutuhkan obat anestesi lokal
untuk menghasilkan blok konduksi impuls saraf disebut pula dengan Cm.
Cm serupa dengan Minimum Alveolar Concentration (MAC) untuk obat
anestesi inhalasi. Diameter dari serabut saraf akan mempengaruhi Cm,
dimana serabut saraf yang besar akan membutuhkan konsentrasi yang besar
dari obat anestesi lokal untuk terjadinya blok. Peningkatan dari pH jaringan
atau frekuensi stimulasi saraf yang besar akan menurunkan Cm. Setiap obat
anestesi lokal memiliki keunikan tersendiri untuk Cm. Hal tersebut

9
disebabkan pada blok sensorik tidak selalu diikuti dengan paralisis otot
skeletal. Pada anestesi subarakhnoid membutuhkan obat anestesi lokal yang
lebih scdikit dibandingkan dengan epidural. Hal tersebut menggambarkan
akses obat lokal akan lebih mudah mencapai saraf yang tidak terlindungi
pada rongga subarakhnoid.8

Secara umum mekanisme anestesi lokal dapat disimpulkan dalam


algoritma berikut ini :9,10

2. Klasifikasi Anestetikum Lokal5,11,12

Berdasarkan struktur molekulnya terdapat dua golongan obat anestesi lokal,


yaitu golongan ester dan amida. Semua obat anestesi lokal yang digunakan
terdiri dari cincin aromatik (hidrofobik) yang terhubung dengan kelompok
amino tersier (hidrofilik) oleh suatu alkil pendek, yaitu rantai intermediet
yang mengandung ikatan ester atau amida sesuai dengan pembagiannya. Obat
anestesia lokal merupakan basa lemah yang umumnya memiliki muatan
positif pada grup amino tersiernya pada keadaan pH fisiologis Derivat ester
terdiri dari M, misalnya kokain, derivat asam para amino benzoat misalnya
prokain dan klorprokain. Derivat amida contonya lidokain, prilokain,
mepivakain, bupivakain, dan etidokain.

Adapun perbedaan ester dan amida adalah sebagai berikut:

10
Senyawa ester:

 Relatif tidak stabil dalam bentuk larutan


 Dimetabolisme dalam plasma oleh enzym pseudocholinesterase
 Masa kerja pendek.
 Relatif tidak toksik
 Dapat bersifat alergen, karena strukturnya mirip PABA (para amino
benzoic acid)

Senyawa amida:

 Lebih stabil dalam bentuk larutan


 Dimetabolisme dalam hati
 Masa kerja lebih Panjang
 Tidak bersifat alergen

Berdasarkan potensi dan lama kerjanya atau durasinya, anestesi lokal bisa
dibedakan menjadi potensi rendah dan durasi singkat, potensi dan durasi
sedang, potensi kuat dan durasi panjang. Untuk obat dengan potensi rendah
dan durasi singkat sebagai contoh adalah prokain dengan potensi 1 dan
durasi 60-90 menit, klorprokain dengan potensi 1 dan durasi 30 60 menit.
Untuk obat dengan potensi dan durasi sedang scbagai contoh mepivakain
dengan potensi 2 dan durasi 120-240 menit, prilokain dengan potensi 2 dan
durasi 120-240 menit, lidokain dengan potensi 2 dan durasi 90-200 menit.
Untuk obat dengan potensi kuat dan durasi panjang sebagai contoh tetrakain
dengan potensi 8 dan durasi 180-600 menit, bupivakain dengan potensi 8
dan durasi 180-600 menit, etidokain dengan potensi 6 dan durasi 180-600
menit.

Berdasarkan berat jenis (konsentrasi) dan penggunaannya dibedakan


menjadi isobarik, hipobarik, dan hiperbarik. Isobarik digunakan untuk
infiltrasi lokal, blok lapangan (field block), blok saraf, blok fleksus, dan

11
blok epidural. Konsentrasi obat yang digunakan adalah sebagai berikut:
Prokain 1-2 % , Klorprokain 1 - 3%, lidokain 1 - 2 % , Mepivakain 1 -2%,
Prilokai 3% Tetrakain 0,25 0,5 % , Bupivakain 0,25 -0,5 % , dan Etidokain
1- 1,5% Hipobarik digunakan untuk analgesia regional intravena.
Konsentrasi obat dibuat separuh dari konsentrasi isobarik. Hiperbarik
digunakan khusus untuk injeksi intratekal atau blok subarakhnoid.
Konsentrasi obat dibuat lebih tinggi, misalnya: lidokain 5% piperbarik
khusus untuk blok subarakhnoid oleh pembuatnya dan bupivakain 0,5%
hiperbarik yang telah dikemas khusus untuk blok subarakhnoid oleh
pembuatnya.

3. Komplikasi obat anestesi lokal

Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik,


sehingga untuk tiap jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis
maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat lokal atau sistemik.

 Komplikasi lokal
1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan
gangrene.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan
asepsis dan antisepsis.
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor
yang disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.
 Komplikasi sistemik
1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan
kardiovaskuler.
2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah
berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang
otak berupa depresi.
3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah
dan depresi miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.

12
4. Jenis-Jenis Anestetikum Lokal

a. Lidokain

Lidokain disintesis pada tahun 1943 dan pada tahun 1948, anestetikum
lokal golongan amida pertama telah dipasarkan. Anestesi terjadi lebih
cepat, lebih kuat, dan lebih ekstensif daripada yang ditunjukkan oleh
prokain pada konsentrasi yang sebanding. Lidokain merupakan
aminoetilamid dan merupakan prototik dari anestetikum lokal golongan
amida. Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi
sampai 2% memberikan efek anestesi yang pendek pada jaringan lunak.
Formulasi tersebut tidak memberikan efek anestesi yang cocok pada
pulpa gigi. Ketika vasokonstriktor ditambahkan ke 2% lidokain, maka
efek anestesi bertambah pada gigi yang di anestesi. Vasokonstriktor yang
paling umum digunakan adalah epinefrin (adrenalin) biasanya sekitar
konsentrasi 1:200.000 ke 1:80.000. Oleh karena itu, lidokain cocok untuk
anestesi infiltrasi, blok dan topikal. Selain itu, lidokain memiliki
keuntungan dari mula kerja yang lebih cepat, penambahan epinefrin
menyebabkan vasokonstriktor dari arteri mengurangi perdarahan dan
juga penundaan resorpsi lidokain sehingga memperpanjang masa lama
kerja hampir dua kali lipat.

b. Mepivakain
Mepivakain merupakan anestetikum lokal golongan amida yang bersifat
farmakologiknya mirip lidokain. Mepivakain memiliki mula kerja yang
lebih cepat daripada prokain dan masa lama kerja yang menengah.
Mepivakain menghasilkan vasodilatasi yang lebih sedikit dari lidokain.
Mepivakain ketika disuntik dengan konsentrasi 2% dikombinasikan
dengan 1:100 000 epinefrin, memberikan efek anestesi yang mirip seperti
lidokain 2% dengan epinefrin. Larutan mepivakain 3% tanpa

13
vasokonstriktor akan memberikan efek anestesi yang lebih baik dari
lidokain 2% . Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf
regional dan anestesi spinal.
c. Prilokain
Anestetikum lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip
lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek
vasodilatasinya lebih kecil daripada lidokain, sehingga tidak
memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap sistem saraf pusat
(SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman. Sifat
toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan
methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain
yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin yang mempengaruhi masa kerja
prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat dibandingkan lidokain.
Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4% dengan dan tanpa 1:200.000
epinefrin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan
lidokain. Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan
blok.
d. Artikain
Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya,
tetapi struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene
bukan cincin benzena. Artikain mengandung gugus ester tambahan yang
dimetabolisme oleh estearases dalam darah dan jaringan. Artikain dapat
digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu artikain 4% dengan
epinefrin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran, bahwa
anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat
meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan kerja anestesia
menjadi lama, parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok
regional. Ada beberapa bukti bahwa infiltrasi bukal menggunakan
artikain 4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior dengan lidokain 2%
pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk

14
anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan
masa kerja yang lebih lama.
e. Bupivakain
Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam
golongan amida amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang.
Ketika digunakan sebagai injeksi intraoral, bahan ini telah terbukti
mengurangi jumlah analgesik yang dibutuhkan untuk mengontrol rasa
nyeri pasca operasi setelah pembedahan. Formulasi bupivakain sekitar
0,25-0,75% dengan dan tanpa epinefrin (biasanya 1:200 000). Mula
kerjanya lambat tapi masa kerjanya panjang. Digunakan untuk anestesi
infiltrasi, blok saraf, epidural dan anestesi intratekal.
f. Etidokain
Etidokain dalam konsentrasi 1,5% dengan 1:200.000 epinefrin telah
digunakan dalam prosedur bedah mulut. Ia memiliki masa kerja yang
lebih lama dari lidokain 2% dengan epinefrin 1:100.000 bila digunakan
sebagai anestesi blok tetapi tidak seefektif lidokain dengan epinefrin saat
digunakan untuk anestesi infiltrasi.
g. Ropivakain

Ropivakain dikembangkan setelah bupivakain tercatat dikaitkan dengan


serangan jantung, terutama pada wanita hamil. Ropivakain ditemukan
memiliki kardiotoksisitas kurang dari bupivakain. Ropivakain
diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural
dan anestesi intratekal pada orang dewasa dan anak di atas 12 tahun.
Karakteristiknya, yaitu memiliki mula kerja dan masa lama kerja yang
sama dengan bupivakain, dengan potensinya yang lebih rendah sedikit.

h. Kokain

Kokain merupakan anestetikum lokal yang pertama digunakan dalam


dunia kedokteran. Bahan anestetikum lokal yang alami dan merupakan
ester asam benzoat dengan basa yang mengandungi nitrogen (N). Efek

15
kokain yang paling penting bila digunakan secara lokal yaitu
menghambat hantaran saraf. Efek sistemik yang paling mencolok yaitu
rangsangan susunan saraf pusat (SSP). Berdasarkan efek ini, kokain
pernah digunakan secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi,
tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Maka
penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topikal,
khususnya untuk anestesi saluran nafas atas.

i. Prokain

Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama


dagang novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan
terpilih untuk anestesi lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh
anestetikum lain, lidokain yang ternyata lebih kuat dan lebih aman
dibanding dengan prokain. Larutan polos 2% prokain tidak memberikan
efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan lunak 15 sampai
30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam. Prokain
menghasilkan efek vasodilatasi terbesar dibandingkan dengan
anestetikum lokal lain. Maka lebih sulit untuk mempertahankan prokain
karena meningkatnya perdarahan sewaktu pembedahan. Prokain secara
klinis mempunyai masa kerja yang lambat karena daya penetrasinya yang
kurang baik. Prokain digunakan untuk anestesi infilrasi, blok saraf,
epidural, kaudal, dan spinal.

j. Tetrakain

Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai


masa kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat.
Anestetikum lokal ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada
prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia dalam bentuk injeksi di kedokteran
gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang paling umum
dipasarkan dalam 2% garam hidroklorida berkombinasi dengan 14%

16
benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan
salep. Tetrakain menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif.
Tetrakain mempunyai mula kerja yang lambat untuk anestesi topikal dan
masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah anestesi topikal.

k. Levobupivakain

Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki


keuntungan hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa
bahan ini seefektif bupivakain dan anestetikum lain. Penggunaannya
sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi umum dapat mengurangi
kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan mulut.
Levobupivakain ini tersedia dalam konsentrasi antara 0,25-0,75%.

D. Anestesi Regional pada Pergelangan Tangan13


a. Definisi

Blok pergelangan tangan adalah teknik untuk memblokir cabang-


cabang saraf ulnaris, medial, dan radial di tingkat pergelangan tangan. Blok
pergelangan tangan adalah teknik dasar blok saraf tepi yang melibatkan
anestesi dari saraf median, ulnar, dan radial, serta cabang sensorik dorsal
dari saraf ulnaris. Blok pergelangan tangan mudah dilakukan, pada dasarnya
tanpa komplikasi sistemik, dan sangat efektif untuk berbagai prosedur pada
tangan dan jari. Dengan demikian, keterampilan dalam melakukan blok
tangan harus di armamentarium setiap ahli anestesi. Blok pergelangan
tangan dapat digunakan dalam pengaturan rawat jalan dan pengaturan
kantor bersama dengan pengaturan ruang operasi standar, menghasilkan
anestesi yang aman, efektif, dan hemat biaya yang diterima dengan baik
oleh ahli bedah dan pasien. Blok pergelangan tangan juga berguna dalam
pengaturan darurat untuk memberikan anestesi untuk perbaikan cedera
tangan di ruang gawat darurat karena ada anestesi tangan yang memadai
tanpa blokade motorik otot tangan ekstrinsik.

17
b. Indikasi dan Kontraindikasi

Blok pergelangan tangan paling umum digunakan untuk carpal tunnel


syndrome dan operasi tangan dan jari. Operasi tangan yang paling umum di
Amerika Serikat adalah pelepasan carpal tunnel. Paget menggambarkan
carpal tunnel syndrome pada 1853. Meskipun Learmonth melaporkan
pelepasan carpal tunnel syndrome di pergelangan tangan pada tahun 1933,
tidak sampai tahun 1950-an bahwa operasi menjadi populer melalui upaya
George Phalen karena kemudahan melakukan suatu blok pergelangan
tangan. Blok pergelangan tangan digunakan dalam berbagai pengaturan
termasuk ruang gawat darurat, pusat operasi, rawat jalan, dan praktik
anestesi berbasis kantor. Ahli bedah tangan juga menggunakan blok
pergelangan tangan untuk melakukan prosedur minor di kantor mereka.
Blok pergelangan tangan dapat digunakan pada pasien dengan perut penuh
yang membutuhkan operasi darurat, sehingga menghindarkan kebutuhan
anestesi umum dan mengurangi risiko aspirasi.

Gambar 1. Innervasi tangan: Distribusi syaraf teritorial.

Kontraindikasi untuk blok pergelangan tangan sedikit, tetapi termasuk


infeksi lokal di tempat penyisipan jarum, gangguan sistem saraf pusat atau

18
perifer yang sudah ada, dan alergi terhadap anestesi lokal. Pasien biasanya
dapat mentoleransi tourniquet pada lengan tanpa anestesi selama 20 menit,
tourniquet pergelangan tangan dapat ditoleransi sekitar 120 menit.

Kontraindikasi Mutlak :

• Penolakan pasien

• Alergi terhadap anestesi lokal

• Infeksi aktif di lokasi blok

Kontraindikasi Relatif :

• Diatesis anti-koagulasi atau perdarahan

c. Anestesi Wrist Block

Pilihan jenis dan konsentrasi anestesi lokal untuk blok pergelangan


tangan tergantung pada preferensi masing-masing operator. Apa pun
persyaratannya, dosis total harus berada dalam batas terapi / dosis aman karena
volume yang dibutuhkan tidak besar. Untuk memberikan anestesi dan
analgesia pasca operasi, penulis menggunakan 15 ml campuran bagian yang
sama dari 2% lignokain dan 0,5% levobupivacaine, kadang-kadang
meningkatkannya hingga 20 ml. Untuk analgesia pasca operasi saja, penulis
menggunakan hingga 15 ml levobupivacaine 0,5%. Untuk memastikan “rasa”
yang konsisten untuk injeksi, penulis juga selalu menggunakan jarum suntik
10 ml dan jarum 23G (biru), berapapun volume yang digunakan.

d. Inervasi Wrist Block

Inervasi tangan dibagi oleh saraf ulnaris, median, dan radial (Gambar
1). Saraf ulnaris menginervasi lebih banyak otot intrinsik daripada saraf
median, yang pada gilirannya menginervasi cabang digital ke kulit medial
satu setengah digit (Gambar 2). Daerah yang sesuai dari telapak dipersarafi
oleh cabang-cabang palmar yang muncul dari saraf ulnaris di lengan bawah.

19
Cabang yang dalam dari saraf ulnar menyertai lengkungan palmar yang
dalam dan memasok persarafan ke tiga otot hipotenar, dua otot medial
lumbrical, semua interossei, dan adductor pollicis. Saraf ulnaris juga
menginervasi otot palmaris brevis.

Gambar 2. Innervasi tangan: Jalannya saraf terminal

20
Saraf median melintasi terowongan karpal dan berakhir sebagai cabang
digital dan berulang. Cabang digital menginervasi kulit lateral tiga setengah
digit dan, biasanya, lateral dua otot lumbal. Daerah yang sesuai dari telapak
dipersarafi oleh cabang-cabang palmar yang muncul dari saraf median di
lengan bawah. Cabang berulang dari saraf median memasok tiga otot tenar.
Di telapak tangan, cabang-cabang digital dari saraf ulnaris dan median
terletak jauh di dalam lengkungan palmar superfisial, tetapi di jari-jari,
mereka terletak anterior ke arteri digital yang muncul dari lengkung
superfisial. Meskipun persarafan cincin dan jari tengah dapat bervariasi, kulit
pada permukaan anterior ibu jari selalu dipasok oleh saraf median dan jari
kelingking oleh saraf ulnaris. Cabang-cabang digital palmar dari saraf median
dan ulnaris juga menginervasi dasar kuku masing-masing.

Gambar 3. Posisi dan arah saraf radial di pergelangan tangan.

Saraf radial melewati bagian depan sisi radial lengan bawah. Mula-
mula timbul dari sisi lateral arteri radialis dan di bawah otot supinator. Sekitar

21
3 inci di atas pergelangan tangan, ia meninggalkan arteri, menembus fasia
yang dalam, dan membelah menjadi dua cabang (Gambar 29-3). Cabang
superfisial, yang lebih kecil dari dua cabang, memasok kulit sisi radial dan
pangkal ibu jari, dan bergabung dengan cabang anterior saraf
muskulokutaneus. Cabang dalam saraf radial berkomunikasi dengan cabang
posterior saraf muskulokutaneus. Pada dorsum tangan, cabang yang dalam
dari saraf radial membentuk lengkungan dengan cabang kulit dorsal dari saraf
ulnaris.

Gambar 4. Anatomi cross-sectional


pergelangan tangan seperti yang
ditunjukkan pada pemindaian MRI
tepat di atas terowongan karpal. A =
anterior, FCR = fleksor karpi radialis,
FCU = tendon fleksor karpi ulnaris,
FPL = tendon fleksor palmaris longus,
M = medial, PL = tendon palmaris
longus, SRN = saraf radial superfisial.

Cabang superfisial dari saraf radial berjalan di sepanjang aspek medial


otot brachioradialis. Kemudian melewati antara tendon brachioradialis dan
jari-jari untuk menembus fasia pada aspek punggung. Tepat di atas proses
styloid dari jari-jari (lingkaran), ia mengeluarkan cabang digital untuk kulit
punggung ibu jari, jari telunjuk, dan setengah lateral jari tengah. Beberapa
cabangnya melewati permukaan "kotak tembakau" secara anatomi.

Saraf median terletak antara tendon palmaris longus dan fleksor karpi
radialis (lihat Gambar 29-2 dan 29-4). Tendon palmaris longus biasanya lebih
menonjol dari dua tendon, dan saraf median melewati lateral.

22
Saraf ulnaris melewati antara arteri ulnaris dan tendon fleksor karpi
ulnaris (lihat Gambar 29-2 dan 29-4. Tendon fleksor karpi ulnaris superfisial
ke saraf ulnaris.

e. Teknik Anestesi

Peralatan

Baki anestesi regional standar disiapkan dengan peralatan berikut:

• Handuk steril dan 4 x 4-in. bantalan kasa

• jarum suntik 10 mL dengan anestesi lokal (LA)

• Satu jarum 1 ½ in., 25-gauge

a. Nervus Medianus
1. Anatomi :

Gambar 3: Pleksus Brakialis

Saraf median muncul dari medial dan lateral dari pleksus brakialis dan
mengambil serat dari akar saraf C5-8, T1 (Gambar 5). Nervus medianus
memasuki lengan dan pada area antecubiti sebelum tempat insersi m. biceps,
nervus medianus berjalan pada posisi medial terhadap a. brachialis. Setelah
melewati insersi m. biceps, nervus medianus membuat cabang ke otot
fleksor pergelangan tangan dan fleksor jari. Nervus medianus berjalan
sepanjang membran intraosseous hingga pergelangan tangan. Pada lipatan
pergelangan tangan proksimal, nervus medianus terletak di belakang tendon
m. palmaris longus di carpal tunnel (Snell, 2000).

23
Saraf median melintasi terowongan karpal dan berakhir sebagai cabang
digital dan berulang. Cabang digital menginervasi kulit lateral tiga setengah
digit dan biasanya, lateral dua otot lumbal. Daerah yang sesuai dari telapak
dipersarafi oleh cabang-cabang palmar yang muncul dari saraf median di
lengan bawah. Cabang berulang dari saraf median memasok tiga otot tenar.
Dapat dilihat bahwa saraf median harus diblokir secara proksimal ke jalan
keluar dari cabang palmar untuk memberikan anestesi lengkap pada tangan.
Di telapak tangan, cabang-cabang digital dari saraf ulnaris dan median
terletak jauh di dalam lengkungan palmar superfisial, tetapi di jari-jari,
mereka terletak anterior ke arteri digital yang muncul dari lengkung
superfisial. Meskipun persarafan cincin dan jari tengah dapat bervariasi,
kulit pada permukaan anterior ibu jari selalu dipasok oleh saraf median dan
jari kelingking oleh saraf ulnaris. Cabang-cabang digital palmar dari saraf
median dan ulnaris juga menginervasi dasar kuku masing-masing.
Nervus medianus mempersarafi sensorik terbanyak di telapak tangan.
Di pergelangan tangan, nervus medianus diblok dengan memberi 3-5 ml
anestesi lokal antara tendon palmaris longus dan fleksor carpi radialis.
Sedangkan di siku, nervus medianus diblok dengan memberi injeksi
anestesi lokal 3-5 ml di area medial a. brachialis dengan jarum menuju
epicondylus medialis (Meier and Butter, 2004).

Gambar 4. Lokasi Penyuntikan Blok N. Medianus di Siku dan Area yang


Dipengaruhi

24
Gambar 5. Lokasi Penyuntikan Blok N. Medianus di Pergelangan Tangan

2. Teknik anestesi :

Gambar 6. Memblokir saraf median (jarum dimasukkan antara palmaris


longus dan fleksor karpi radialis

Landmarks (Gambar 6)

Saraf median terletak di antara tendon palmaris longus (PL) - terdapat pada
sekitar 85% populasi dan fleksor karpi radialis (FCR). Tendon palmaris
longus biasanya lebih menonjol dari keduanya; saraf median melewati hanya
dalam dan lateral ke sana.

25
Teknik (Gambar 6)

Saraf median tersumbat dengan memasukkan jarum 2,5 cm proksimal ke


lipatan pergelangan tangan antara tendon palmaris longus dan fleksor karpi
radialis dengan lengan dipasangkan. Jarum dimasukkan sampai menembus
deep fascia (3-5mm). 3 hingga 5 ml bius lokal disuntikkan. Meskipun
penindikan pada fasia yang dalam telah dideskripsikan untuk menghasilkan
"klik" fasia, namun lebih dapat diandalkan untuk hanya memasukkan jarum 3-
5mm karena fasia di sini relatif tipis dan bunyi klik klasik tidak akan terasa.
Saraf median dangkal pada tingkat ini, proksimal ke terowongan karpal dan
dapat dengan mudah ditembus oleh jarum. Setiap gejala yang menusuk ke jari-
jari yang dirasakan oleh pasien yang sadar saat pemasangan jarum harus segera
menarik jarum karena ini dapat mengindikasikan bahwa jarum itu intraneural.
Injeksi harus mudah dan dengan tekanan yang relatif rendah. Nyeri pada jari-
jari tidak boleh dirasakan oleh pasien yang terjaga selama injeksi.

Saraf Interoseus Anterior

Saraf interoseus anterior (AIN) adalah cabang dari saraf median yang
menyertai arteri interoseus anterior sepanjang permukaan anterior membran
interoseus lengan bawah, dalam interval antara fleksor pollicis longus dan
fleksor digitorum profundus, berakhir pada pronator quadratus. otot dan sendi
pergelangan tangan. Seperti PIN, ini adalah saraf motorik dominan tetapi
menyumbang serat sensorik penting ke sendi pergelangan tangan.

b. Nervus Ulnaris
1. Anatomi
Nervus ulnaris adalah lanjutan dari fasciculus medial plexus
brachialis. Nervus ulnaris terletak medial terhadap arteri brachialis dan
axillaris. Pada sepertiga distal humerus, nervus berjalan di lebih medial
dan berjalan di bawah ligamentum arcuata epicondylus medialis. Nervus
ini seringkali dapat teraba proksimal epikondilus medialis. Pada lengan
bawah bagian tengah, nervus berjalan diantara m. flexor digitorum

26
profundus dan m. flexor carpi radialis. Pada pergelangan tangan, n. ulnaris
terletak di lateral terhadap tendon flexor carpi ulnaris dan medial terhadap
arteri ulnaris (Snell, 2000).
Pada pergelangan tangan, blok saraf ulnaris dilakukan dengan
memasukkan jarum 3-4 cm ke arah medial antara tendon flexor carpi
ulnaris dan arteri ulnaris 3-5 ml anestetik lokal. Pada siku, blok ini
dilakukan dengan memasukkan jarum proksimal terhadap ligamentum
arcuata dan menyuntikkan 3-5 ml anestetik lokal (Meier and Butter, 2004).

Gambar 7. Lokasi Penyuntikan Blok N. Ulnaris di Siku dan Area yang


Dipengaruhi

Gambar 8. Lokasi Penyuntikan Blok N. Ulnaris di Pergelangan Tangan

Cabang terminal medial cord membentuk saraf ulnaris, dengan serat


yang berasal dari akar saraf C7-8, T1 (Gambar 1). Di lengan bawah, ia

27
memasok fleksor karpi ulnaris dan setengah fleksor digitorum profundus.
Di tangan, cabang yang dalam dari saraf ulnaris menyertai lengkungan
palmar yang dalam dan memasok persarafan ke tiga otot hipotenar, dua
lumbricals medial, semua interossei, dan adductor pollicis. Cabang digital
memberikan sensasi kulit untuk jari tengah dan setengah jari. Telapak
medial disuplai oleh cabang palmar yang timbul dari saraf ulnaris di lengan
bawah distal.

Cabang Dorsal Saraf Ulnar

Sisi punggung, medial tangan disuplai oleh cabang dorsal saraf ulnaris,
yang muncul secara proksimal ke lipatan pergelangan tangan.

Tip: Meskipun mungkin ada variabilitas persarafan cincin dan jari tengah,
kulit pada permukaan anterior jari telunjuk dan ibu jari selalu dipasok oleh
saraf median dan jari kelingking oleh saraf ulnaris.

2. Teknik Anestesi

Gambar 9: Menghalangi saraf ulnaris (jarum dimasukkan di


bawah fleksor karpi ulnaris)

Landmarks (Gambar 9)

28
Saraf ulnaris melewati antara arteri ulnaris dan tendon fleksor karpi ulnaris
(FCU). Tendon fleksor karpi ulnaris dangkal ke saraf ulnaris, yang merupakan
medial ke arteri.

Cabang kulit dorsal dari saraf ulnaris (yang harus diblokir jika diperlukan
anestesi pada aspek ulnaris belakang tangan) melengkung di sekitar aspek
ulnaris pergelangan tangan, 1 cm distal ke styloid ulnaris di bidang aksial
pertengahan untuk mencapai kulit punggung tangan.

Teknik (Gambar 9 dan 10)

Saraf ulnaris dibius dengan memasukkan jarum di bawah tendon otot


fleksor karpi ulnaris dekat dengan perlekatan distal tepat di atas proses styloid
ulna. Jarum dimajukan 5-10 mm untuk melewati tendon fleksor karpi ulnaris dan
3 hingga 5 ml larutan anestesi lokal disuntikkan. Jika darah disedot sebelum
injeksi, arahkan kembali jarum lebih dangkal dan medial karena arteri ulnaris
telah ditusuk. Seperti dengan injeksi saraf medial, gejala lancinating ke jari-jari
yang dirasakan oleh pasien yang terjaga saat insersi jarum harus segera
diarahkan.

Suntikan subkutan dari 2-3 ml anestesi lokal tepat di sebelah styloid


ulnaris dengan lengan pronasi juga disarankan dalam memblokir cabang kulit
saraf ulnaris yang sering meluas ke daerah hipotenar dan punggung tangan.

Gambar 10: Memblokir cabang kulit dari saraf ulnaris Interoseus

29
c. Saraf Radial
1. Anatomi
Nervus radialis merupakan cabang dari fasciculus posterior plexus
brachialis. Nervus radialis berjalan posterior terhadap humerus,
mempersarafi m. triceps dan kemudian memasuki alur spiral humerus
sebelum bejalan di bagian lateral siku. Sebelum memasuki condylus
lateralis, nervus radialis bercabang menjadi cabang superfisial dan cabang
dalam. Cabang superfisial akan berjalan mengikuti arteri radialis dan
mempersarafi aspek radial punggung tangan dan aspek dorsal tiga jari lateral
dan setengah bagian digiti IV (Snell, 2000).
Pada siku, blok nervus radialis dilakukan dengan memasukkan jarum
lateral terhadap insersio tendon m. biceps dan menginjeksikan anestetik
lokal sebanyak 3-5 ml. Pada pergelangan tangan, blok dilakukan dengan
memasukkan jarum lateral terhadap arteri radialis dan menginjeksikan
anestetik lokal sebanyak 3-5 ml (Meier and Butter, 2004).

Gambar 11. Lokasi Penyuntikan Blok N. Radialis di Siku dan Area yang
Dipengaruhi

30
Gambar 12: Pasokan saraf lengan, permukaan palmar

Saraf radial terbentuk dari cabang terminal dari kabel posterior


pleksus brakialis dan mengambil serat dari akar saraf C5-8, T1Ini berjalan
di kompartemen posterior lengan atas dan membelah pada tingkat siku ke
saraf radial superfisialis (SRN) dan saraf interoseus posterior (lihat di
bawah). SRN melewati secara distal pada sisi radial lengan bawah dengan
arteri radialis dan serat sensorik memasok kulit aspek lateral lengan, aspek
posterior lengan bawah dan ruang web antara ibu jari dan jari telunjuk
(Gambar 2 dan 3). Sekitar 7,5cm di atas pergelangan tangan, ia
meninggalkan arteri, menembus fasia yang dalam menjadi dangkal dan
terbagi menjadi dua cabang utama. Cabang eksternal, yang lebih kecil dari
keduanya, memasok kulit sisi radial dan pangkal ibu jari. Cabang internal
berkomunikasi dengan cabang posterior saraf kulit lateral. Pada punggung
tangan, itu membentuk lengkungan dengan cabang kulit dorsal saraf ulnaris
tetapi tidak anastamosa dengannya.

31
Gambar 13: Pasokan saraf lengan, permukaan dorsal

2. Teknik Anestesi

Gambar 14: Menghalangi cabang superfisial saraf radial

Landmarks (Gambar 14)

Cabang superfisial dari saraf radial (SRN) berjalan di sepanjang aspek


medial otot brachioradialis. Kemudian melewati antara tendon
brachioradialis dan jari-jari untuk menembus fasia pada aspek punggung.
Tepat di atas proses styloid jari-jari, ia memberikan cabang digital untuk
kulit punggung ibu jari, jari telunjuk, dan setengah lateral jari tengah.
Beberapa cabangnya melewati permukaan "kotak tembakau" secara
anatomis.

Teknik (Gambar 14)

Saraf radial pada dasarnya adalah "blok lapangan" dan membutuhkan


infiltrasi yang lebih luas karena lokasi anatominya yang kurang dapat
diprediksi dan pembagian menjadi beberapa cabang kulit yang lebih kecil.
Dengan pergelangan tangan dipegang sedikit dorsofleksi, anestesi lokal

32
harus disuntikkan secara subkutan, 3 cm proksimal ke styloid radial,
mengarah ke medial dan ke arah arteri radialis tetapi tidak menusuknya.
Infiltrasi kemudian diperpanjang secara lateral, menggunakan hingga 5 ml
anestesi lokal.

Saraf Interoseus Posterior

Saraf interoseus posterior (PIN) adalah kelanjutan dari cabang dalam saraf
radial, mengambil serat dari akar saraf C7 dan C8. Ini turun pada permukaan
posterior membran interoseus ke belakang pergelangan tangan memberikan
pasokan motorik ke perut otot ekstensor lengan bawah. Meskipun
didominasi oleh saraf motorik, saraf ini juga menyediakan serat sensorik
yang penting untuk ligamen dan berbagai artikulasi pergelangan tangan.

The Posterior Interosseous Nerve (PIN)

Gambar 15

Tengara (Gambar 15)

Cabang artikular distal PIN terletak di samping tuberkulum Lister di tingkat


pergelangan tangan, sebelum melewati proksimal antara ekstensor carpi
radialis longus dan ekstensor digitorum.

33
Blok PIN

Teknik (Gambar 16)

Dengan lengan pronasi, PIN diblokir oleh suntikan anestesi lokal pada batas
ulnar teraba dari jari-jari distal, 3 cm secara proksimal ke tingkat kepala
ulnar teraba. Jarum dimasukkan sampai menyentuh korteks radial dan obat
bius disuntikkan ke periosteum tempat saraf terletak. 2ml sudah cukup.

Gambar 16: Blocking the PIN

The Anterior Interosseous Nerve (AIN)

Tengara (Gambar 15)

Meskipun cabang artikular distal AIN adalah struktur anterior, paling baik
dicapai dari aspek posterior pergelangan tangan. Karena itu tengara adalah
batas radial ulnar distal.

Blok AIN

34
Teknik (Gambar 17)

Gambar 16: Memblokir PIN

Setelah diblokir PIN, jarum berjalan dari batas ulnaris jari-jari dan melewati
antara jari-jari dan ulna, melalui membran interoseus, di mana "klik" dikirim
tepat di depan membran interoseus tempat AIN terletak.

Gambar 17: Blocking the AIN

f. Komplikasi
a. Kegagalan blok - di tangan yang berpengalaman tingkat keberhasilannya
adalah 98-100%
b. Pendarahan dan hematoma
c. Injeksi vaskular yang tidak disengaja
d. Infeksi
e. Kerusakan saraf - ini dapat disebabkan oleh trauma langsung, hematoma
atau konsentrasi tinggi LA dan vasopresor. Insidensi berkisar dari 1
dalam 2.000 hingga 1 dalam 50.000

35
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi regional adalah menginjeksikan obat anestesi lokal ke sejumlah sel
saraf dengan tujuan untuk memblok hantaran sensasi pada saraf dan mencegahnya
sampainya rangsangan nyeri ke otak. Klasifikasi anestesia regional terbagi menjadi
dua bagian yaitu blok sentral dan blok perifer. Blok pergelangan tangan (wrist
block) merupakan bagian dari anestesi regional saraf perifer. Blok saraf perifer
merupakan teknik anestesi yang cocok untuk operasi superfisial pada ekstremitas.
Keuntungan blok saraf perifer adalah tidak menganggu kesadaran dan refleks
saluran napas atas. Keberhasilan teknik blok ini sangat dipengaruhi oleh
keterampilan petugas/dokternya. Pada saat evaluasi preoperatif perlu diperiksa
dengan teliti adanya infeksi kulit di lokasi blok, selain itu perlu memastikan fungsi
koagulasi yang normal.3
Indikasi Blok pergelangan tangan paling umum digunakan untuk carpal
tunnel syndrome dan operasi tangan dan jari. Blok pergelangan tangan dapat
digunakan pada pasien yang membutuhkan operasi darurat. Kontraindikasi untuk
blok pergelangan tangan sedikit, tetapi termasuk infeksi lokal di tempat penyisipan
jarum, gangguan sistem saraf pusat atau perifer yang sudah ada, dan alergi terhadap
anestesi lokal.
Blok pergelangan tangan adalah teknik untuk memblokir cabang-cabang n.
ulnaris, n.medianus, dan n.radialis. N. medianus terletak di antara tendon palmaris
longus (PL) dan fleksor karpi radialis (FCR). Saraf ulnaris melewati antara arteri
ulnaris dan tendon fleksor karpi ulnaris (FCU). Cabang superfisial dari saraf radial
(SRN) berjalan di sepanjang aspek medial otot brachioradialis. Kemudian melewati
antara tendon brachioradialis dan jari-jari untuk menembus fasia pada aspek
punggung, tepat di atas proc. Styloideus ia memberikan cabang digital untuk kulit
punggung ibu jari, jari telunjuk, dan setengah lateral jari tengah. Saraf radial pada
dasarnya adalah "blok lapangan" dan membutuhkan infiltrasi yang lebih luas karena
lokasi anatominya yang kurang dapat diprediksi.
Komplikasi yang dapat terjadi kegagalan blok, perdarahan dan hematoma,
injeksi vaskular yang tidak disengaja, infeksi, dan kerusakan saraf.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi
Kedua. 2014. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
2. Dobson, MB. 1994. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC
3. Stoelting RK, Miller RD. Basics of Anesthesia, 5th ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier; 2015.
4. Morgan GE, Mikhail MS. Regional Anesthesia and Pain Management. In:
Clinical Anasthesiology 4th Ed. New York: Pretince Hall International Inc;
2015. p266-67.
5. Gymrek R, MD. Local and Regional Anasthesia . Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1831870-overview#a1. Last update :
Jul 07, 2015.
6. Cloyd Jeff, MD. Local and Regional Anasthesia . Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1999563-overview#a2. Last update :
Oct 13, 2017.
7. Utama YD. Anestesi Lokal dan Regional untuk Biopsi Kulit. Semarang :
Fakultas Kedokteran Univesitas Diponogoro;2016.
8. Budi Pratama. Manfaat penambahan midazolam pada bupivakain untuk blok
infraklavikular. Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Program Pasca Sarjana, Prograk studi Magister Kedokteran Keluarga
Universitas Sebelas Marct Surakarta.2015 2.
9. Guido Di Gregorio, MD. Joseph M. Neal,MD. Richard W. Rosenquist, MD.
Guy L. Weinberg, MD. Clinical presentation of Local Anesthe tic Systemic
Toxicity, A Review of Published Cases, 1979-2009. 2010. American Sociey of
Regional Ancsthesia and Pain Medicine.
10. Katzung Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC,1997.
11. Mossetti V, Vicchio N, Ivani G. Local anesthetis and adjuvants in pediatric
regional anesthesia. Curr Drug Targets. 2015 Jun. 13(7):952-60

37
12. Hogan ME, Vandervaart S, Perampaladas K, Machado M, Einarson TR,
Taddio A. Systematic Review and Meta-analysis of the Effect of Warming
Local Anesthetics on Injection Pain. Ann Emerg Med. 2015 Jul. 58(1):8698.e1.
13. Ankle Block, Regional Anesthesia. NYSORA: New York School of Regional
Anesthesia. Available at : https://www.nysora.com/techniques/upper-
extremity/wrist/wrist-block/

38

Anda mungkin juga menyukai