Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaan :

Faktor berikut dapat berpengaruh/memperparah asma diantaranya infeksi virus, lingkungan,


faktor fisiologis dan penyakit, menstruasi dan obat. Jelaskan!

Jawab :
Lingkungan
Udara dingin
Udara dingin menyebabkan aliran nafas tenggorokan dan paru-paru menyempit. Bila terus
menerus menghirup udara yang bersuhu rendah, penderita asma bisa mengalami serangan asma
yang hebat dan bisa berakibat fatal. Selain itu, udara dingin dapat memicu pelepasan mediator
inflamasi yang dapat mengaktivasi sel target di dalam saluran nafas dan mengakibatkan
bronkokontriksi, kebocoran mikrovaskuler, edema.
Kabut
Kabut dapat menyebabkan iritasi lokal pada selaput lender dihidung, mulut dan tenggorokan.
Selain itu, juga menyebabkan reaksi alergi dan peradangan serta mempersempit saluran
pernapasan. Kabut juga dapat menyebabkan penurunan sistem imun tubuh.
Polusi lingkungan (Ozon, Sulfur dioksida, Nitrogen dioksida (ini muncul dari proses
pembakaran)
Nitrogen dioksida (NO2) muncul dari proses pembakaran (pemanasan, pembangkit listrik,
mesin kendaraan, dan kapal). Terpapar NO2 secara terus-menerus dapat meningkatkan gejala
bronkitis pada anak-anak penderita asma. NO2 juga dapat mengurangi fungsi paru-paru.
Sulfur dioksida atau SO2 dapat menyebabkan inflamasi pada saluran pernapasan.
Menghirup unsur ini juga meningkatkan risiko seseorang terserang infeksi pada sistem
pernapasannya dan memperparah kondisi asma serta bronkitis. Sulfur dioksida dihasilkan dari
pembakaran batu bara dan bensin.
Ozon dapat menyebabkan asma karena ini memiliki dampak yang buruk bagi paru-paru
dan saluran-saluran pernafasan anda.
Faktor fisiologis (Ini bluman dikirim buhannya penjelasannya)
Cemas
Stress
Terlalu banyak tertawa
Faktor penyakit
Gangguan pada saluran pernapasan bagian atas, khususnya sinusitis dan rhinitis, telah
dikaitkan dengan asma selama bertahun-tahun. Sebanyak 40% sampai 50% dari penderita asma
memiliki radiografi sinus abnormal. Namun,sinusitis kronis mungkin hanya mewakili kondisi
hidup bersama bakteri non dengan penderita asma alergi karena perubahan histologis dalam
sinus paranasal mirip dengan yang terlihatdi paru-paru dan hidung. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa gejala asma membaik dengan pengobatan sinusitis. Mekanisme yang
sinusitis memperburuk asma tidak diketahui. Pengobatan rinitis alergi dengan kortikosteroid
inhalasi dan kromolin tapi tidak antihistamin akan mengurangi BHR pada pasien asma. Telah
mendalilkan bahwa transportasi faktor kemotaktik lendir dan dimediator inflamasi dari bagian
hidung selama rhinitis alergi ke dalam paru-paru dapat menonjolkan BHR (Dipiro, 2005).
Sinusitis yaitu peradangan dirongga sinus yang diakibatkan alergi atau roangga hidung.
Rhinitis adalah radang diselaput lender. Obesitas klo IMT nya lebih dari 30, maka akan terjadi
pmbengkakan pada saluran nafas
Menstruasi
Siklus menstruasi mempengaruhi kinerja saluran pernapasan wanita, salah satunya dapat
memperparah kondisi asma. Gejala asma cenderung akan memburuk saat berada di hari ke 10 –
22 dalam siklus menstruasi. Pada saat ovulasi, yaitu hari ke 14-16 siklus menstruasi, gejala asma
akan sedikit menurun. Gejala akan memburuk di hari-hari setelah ovulasi terjadi.
Penyebabnya adalah pada saat menstruasi terjadi perubahan hormonal yang naik turun atau
terjadi fluktuasi kadar estrogen dan progesteron.. Perubahan atau fluktuasi ini mempengaruhi
saluran pernapasan, sehingga member dampak tidak langsung pada inflamasi dan memicu asma
(Macsali, F, 2011, Journal of Respiratory and Critical Care Medicine).
Selain itu, kerangka dibawah menjelaskan bagaimana menstruasi menyebabkan asma.
Setyowati, R. 2010. Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma Pada Penderita
Asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penjelasan :
Progesteron merupakan suatu hormon yang dapat menyebabkan relaksasi otot. Kadar
progesteron mencapai puncak 7 hari sebelum awal menstruasi dan penurunan menuju kadar tak
terdeteksi pada hari pertama. Penurunan kadar dalam plasma ini menyebabkan bronkokonstriksi
karena kemunduran efek relaksan pada otot bronkus. Progesteron mempengaruhi densiti reseptor
alfa2 adrenergik dengan baik. Reseptor ini bila aktif akan menyebabkan relaksasi bronkus dan
otot vaskuler. Reseptor ditemukan di saluran nasofaring dan paru, bereaksi pada sirkulasi
hormon stimulan seperti epinefrin untuk dilatasi dan relaksasi saluran napas.
Estrogen dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi asetilkolin, sekresi mukus dan
produksi prostaglandin. Asetilkolin merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh sistem saraf
parasimpatik untuk mengontrol pelebaran bronkus. Estrogen menyebabkan penyempitan saluran
napas, sementara sekresi mukus dapat meningkatkan resistensi saluran napas. Prostaglandin
biasanya bertindak sebagai messenger kimia ke sel tetangga yang diimplikasikan sebagai agen
proses inflamasi dalam etiologi asma. Ketiga hal tersebut secara teori memberi efek pada
bronkus dengan cara memberi efek bronkokonstriksi diikuti dengan eksaserbasi. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Rubio dkk menemukan bahwa kadar estrogen plasma, progesteron atau
kortisol lebih dari normal (80 %) dapat menyebabkan hiperreaktivitas saluran napas.
Sistem imun mengalami fluktuasi selama siklus menstruasi normal dan mendukung
respons negatif pada populasi perempuan penderita asma. Respon negatif ini menyebabkan
penurunan aktivitas sel natural killer (NK cell), aktivitas fagositosis dan respons antigen imun
spesifik. Perubahan ini dapat menurunkan aktivitas untuk menolak infeksi dan penyakit termasuk
eksaserbasi asma. Ig E merupakan suatu antibodi yang juga turut serta pada respons imun. Suatu
studi menunjukkan bahwa tingkat Ig E akan turun karena usia yang disebabkan penurunan
pertahanan imun terutama selama masa pubertas pada perempuan. Perempuan selalu
menunjukkan Ig E yang lebih rendah secara bermakna pada fase periovulasi siklus menstruasi.
Obat
Aspirin dan obat anti-inflammatory drugs dapat memicu serangan di atas 20% dari orang
dewasa dengan asthma. Mekanismenya terkait dengan penghambatan siklooksigenase, dan
penghambatan 5-lipoxygenase dan dapat mencegah symptoms meningkatkan prevalensi dengan
usia. frekuensi terbesar terjadi pada penderita asma yang bergantung pada kortikosteroid yang
parah dalam beberapa dekade keempat, dan kelima mereka yang juga memiliki rhinitis abadi dan
hidung poliposis (adanya beberapa polip). Obat lain yang tidak mengendapkan bronkospasme
tapi yang mencegah pembalikan adalah -blocking agents. Obat NSAID juga dapat menyebabkan
asma . Beta bloker juga. Ini dapat menghambat adrenoreseptor beta 2 di paru2 yang berfungsi
untuk bronkodilatasi. Dan akhitnya menyebabkan bronkokontriksi. Aspirin ini dapat
menyebabkan radang pada mukosa hidung sehingga akan menyempitkan saluran pernapasan dan
sulit beranafas. NSAID akan meningkatkan pembentukan leukotrien dan produksi mukos
meningkat sehingga bronkus tersumbat. Obat oobat antagonis B1 (obat HT, obat jantung kaya
propanolol, dan zat2 industri akaya obat serangga). Agonis asetilkolin seperti karbakolin jika
banyak diparu2 akan menyebabkan brokokontriksi. Racun serangga juga menyebabkan
penghambatan enzim asetil kolin esterase sehingga meningkatkan asetilkolin.
Infeksi virus
Infeksi virus akan menyebabkan akseserbasi asma. Virus yang paling banyak menyebabkan asma
adalah virus Pernafasan syncytial virus (RSV), Rhinovirus, virus influenza, virus parainfluenza
dan vorus Mycoplasma pneumonia, coronavirus. Virus virus ini akan menimbulkan respon
radang. Radang ini akan menyebabkan hipraktivitas bronkus sehingga terjadi penebalan dinding
tabung bronchial dan akhirnya jalan udara untu mengalir akan lebih kecil. Biasanya, dijaringan
meradang juga akan mengalami jumlah lender yang berlebih. Lender yang menggumpal akan
membentuk plug yang dapat menyumbat saluran udara yang lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai