Oleh
BIMA SIMATUPANG
26040117140097
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
i
[Type here]
...............
Mengesahkan,
Koordinator Praktik Kerja Lapangan Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
ii
[Type here]
RINGKASAN
iii
[Type here]
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
meridhoi penulis untuk menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
berjudul Perubahan Garis Pantai Daerah Pluit, Jakarta Pada Thun 2010, 2014, 2018
untuk memenuhi tugas mata kuliah PKL.
Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis baik berupa dukungan moril maupun materiil, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Kuncoro Teguh Setiawan, S.Si, M.Si selaku pembimbing lapangan
selama melakukan kegiatan PKL di instansi LAPAN.
2. BapakDr. Ir. Jusup Suprijanto, DEA selaku dosen pembimbing pembimbing
PKL yang selalu memberi nasihat dan arahan yang membangun.
3. Bapak Dr. Agus Trianto, S.T., M.Sc. selaku ketua program studi Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro yang telah memberi izin untuk
melaksanakan PKL di LAPAN.
4. Bapak Sondi Simatupang dan Ibu Hernita Damanik selaku orang tua penulis
yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.
Semoga Laporan yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan makalah ini menjadi lebih baik lagi sehingga
Penulis,
iv
[Type here]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
v
[Type here]
4.2. Pembahasan....................................................................................................... 19
V. PENUTUP ................................................................................................... 22
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 22
LAMPIRAN…………………………………………………………………..23
vi
[Type here]
DAFTAR GAMBAR
vii
[Type here]
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
[Type here]
I. PENDAHULUAN
sangat panjang dan sebagian besar wilayah pesisirnya merupakan dataran rendah,
laut dan wilayah pesisir (Coastal Zone). Sebagai bagian dari muka bumi, pantai pun
bersifat dinamis dan mengalami perubahan baik dalam waktu relatif cepat ataupun
berlangsung baik proses yang berasal dari daratan maupun lautan. Proses dari
daratan yaitu pengaruh sungai yang membawa material yang diendapkan di pantai.
Selain itu, proses antropogenik (pengaruh manusia) juga sangat berpengaruh pada
Pantai diketahui memiliki sifat yang dinamis karena terdapat banyak faktor-
faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada pantai Garis pantai sendiri dapat
pantai dinamakan erosi. Hal lain yang dapat merubah garis pantai adalah adanya
aktivitas pembangunan manusia di daerah garis pantai. Salah satu yang dapat
mempengaruhi bentuk dari garis pantai suatu daerah adalah adanya pembangunan-
pembangunan fasilitas umum di area garis pantai dan reklamasi pantai. Perubahan
1
[Type here]
garis pantai yang bersifat erosi maupun akresi dapat diketahui dengan berbagai
cara. Salah satu cara untuk mengetahui perubahan yang terjadi adalah dengan
jauh dapat mendapatkan citra dari lokasi yang akan diteliti lalu akan diolah lebih
penginderaan jauh dan SIG salah satunya adalah Digital Shoreline Analysis System
(DSAS), teknologi ini akan dapat mendeteksi dan menghitung tiap perubahan yang
terjadi pada garis pantai di wilayah yang diteliti yaitu Teluk Jakarta yang terletak
pengindraan jauh seperti Landsat dan Sentinel berperan penting dalam melihat
menggunakan pengindraan jarak jauh dapat melihat karakteristik air, vegetasi dan
tanah dan dengan mudah dapat diinterprestasi menggunakan jenis band sinar
tampak dan sinar inframerah. Gelombang yang digunakan akan memiliki peranan
pelabuhan bagi kapal ikan, nelayan, maupun kapal komersil. Muara Angke
merupakan wilayah hilir dan kuala dari Kali Angke yang mengalami perubahan
letak garis pantai. Perubahan yang terjadi pada letak garis pantai di Muara Angke
2
[Type here]
2010, 2014, 2018 tentang perubahan garis pantai, maka pada tahun 2019 dilakukan
Praktik Kerja Lapangan ini untuk mengetahui Perubahan Garis Pantai di Jakarta
1.3. Tujuan
reklamasi pantai
1.4. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
3. Bagi Lembaga
3
[Type here]
4
[Type here]
Pluit merupakan daerah yang dijadikan sebagai water fron city yang terdapat
yang membentang hingga daerah Muara Angke Jakarta Utara. Garis panta daerah
pluit terletak pada jajaran teluk Jakarta yang membentang dari daerah Bekasi,
Jakarta, dan Banten. Pantai daerah pluit memiliki jenis pantai berpasir dan landai.
Pantai pluit lebih leebih banyak diisi oleh banguan waterfront city yang memiliki
banyak pengaruh terhadap perubahan jenis pantai karena adanya beban bangunan
didaerah sekitar pantai. Namun tidak ditemukannya perubahan garis pantai secara
signifikan pada daerah pluit hal ini dapat disebabkan dengan pematangan konsep
pembanguan yang cukup baik. Dapat diketahui bahwa pesisir daerah Jakarta
membujur mulai dari barat (pantai muara kamal) ketimur hingga sampai marunda
begitupula dengan garis pantai yang perubahan tidak dapat diketahui dengan pasti.
Perubahan garis pantai merupakan proses tanpa henti yang disebabkan oleh proses
seperti abrasi, akresi, arus, dan gelombang. Perubahan garis pantai yang terjadi
karena faktor-faktor tersebut dapat menunjukan perubahan garis pantai yang ada itu
perubahan yang nampak belum tentu berubah secara signifikan yang mengarah ke
5
[Type here]
Secara sederhana proses perubahan garis pantai disebabkan oleh 6nergy dan
air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian
6nergy pada pantai secara esensial berupa osilasi. Angin yang menuju ke pantai
secara bersamaan dengan gerak gelombang yang menuju pantai berpasir secara
daerah sekitar pantai (erosi). 5 Pada dasarnya proses perubahan pantai meliputi
proses erosi dan akresi. Erosi pada sekitar pantai dapat terjadi apabila angkutan
sedimen yang keluar ataupun yang pindah meninggalkan suatu daerah lebih besar
proses tanda henti atau secara terus menerus melalui berbagai proses yang ada.
Proses tersebut merupakan proses abrasi dan juga proses akresi yang diakibatkan
oleh pergerakan sedimen, arus pantai, pergerakan ombak dan juga penggunaan
tanah. Akresi pantai merupakan perubahan garis pantai yang terjadi menuju lautan
lepas dikarenakan adanya proses sedimentasi dari daratan kearah lautan. Proses
sedimentasi ini terjadi karena sedimen yang ada didaratan terbawa oleh aliran
sungai dan mengendap di daerah muara sungai. Akresi pantai dapat menyebabkan
kedangkalan secara merata kearah laut yang lambat laun akan menyebabkan
daratan menujuarah laut. Proses akresi pada pantai biasanya terjadi pada daerah
6
[Type here]
pantai yang meiliki banyak muara sungai dan 7nergy gelombang yang kecil. Proses
pengendapan ada mauara sungai akan menimbulkan delta yang terjadi karena hasil
Dampak dari akresi pantai jika ditinjau dari aspek strategis adalah
mengganggu navigasi dan alur pelayaran kapal. Dampaknya jika ditinjau dari aspek
lingkungan adalah terjadinya perubahan atau bahkan hilangnya suatu habitat dari
ekosistemnya. Selain dengan adanya akresi, perubahan garis pantai dapat terjadi
karena adanya abrasi. Pristiwa abrasi terjadi dikarenakan proses pengikisan pantai
yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.
Proses abrasi ini dapat terjadi karena 7nergy gelombang dan arus laut yang kuat
sehingga pengikisan daratan dapat terjadi. Abrasi yang terjadi dipantai sering
disebabkan oleh gejala alam, namun manusia juga dapat menyebabkan abrasi.
Pengerukan pasri pada daerah pantai dapat menimbulkan abrasi dan membuat
ekosistem yang ada di pantai menjadi tidak seimbang. Hal ini menyebabkan
berkurangnya daerah pantai dimulai dari daerah yang paling dekat dengan air yang
mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume
pasir di lautan bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh
langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam
7
[Type here]
pantai. Ketika tidak ‘membawa’ pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya
sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat menghantam pantai sehingga proses
yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya abrasi yang cukup besar
kemajuan teknologi saat ini. Perkembangan ini meliputi kemampuan sensor dan
wahana satelit yang membawa sensor mencapai orbit sehingga dapat mendeteksi
obyek yang berada di permukaan bumi. Data yang dihasilkan berasal dari
informasi yang tepat dan akurat. Klasifikasi citra meliputi klasifikasi secara manual
citra penginderaan jauh untuk menghasilkan peta tematik dan dijadikan masukan
dan waktu. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information Sistem
(GIS) sendiri merupakan sistem berbasis komputer yang biasanya digunakan untuk
menggabungkan berbagai jenis data pada satu titik tertentu yang ada di bumi,
8
[Type here]
diolah oleh sistem ini adalah data spasial yakni data yang berorientasi pada
geografis. Selain itu juga merupakan lokasi yang mempunyai koordinat tertentu.
Hal tersebut sebagai dasar referensi analisa dan pemetaan hasilnya. Karena itu,
aplikasi SIG ini dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang geografis bumi
seperti lokasi, kondisi, pola, pemodelan, serta tren. Kemampuan ini yang
ada 4 jenis data yang dikenal dalam Sistem Informasi Geografis, yakni:
a. Data Spasial
geografis) dari suatu fenomena. Contoh data spasial seperti letak suatu daratan,
informasi garis lintang dan garis bujur, kepulauan, sumber minyak, hutan, sumber
gas alam, pegunungan, serta lainnya. Data spasial ini dapat digunakan untuk
b. Data Atribut
Data atribut merupakan data yang menjabarkan aspek dari suatu fenomena dalam
bentuk deskripsi atau penjelasan yang terperinci. Data ini tergambar dalam bentuk
kata-kata, angka, serta tabel. Data atribut yang dapat dijumpai pada data kepadatan
penduduk, data luas wilayah, jenis-jenis tanah, data demografis, dan sebagainya.
c. Data Vektor
Data vektor adalah data yang direpresentasikan sebagai suatu mozaik berupa
titik/point, garis (arc/line), polygon yaitu daerah yang dibatasi oleh garis yang
9
[Type here]
berawal dan berakhir pada titik yang sama, serta nodes yaitu titik perpotongan
antara dua garis. Kegunaan data vektor ini untuk menganalisa ketepatan posisi pada
D. Data Raster
Data raster atau sering juga disebut dengan sel grid merupakan data yang dihasilkan
dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Resolusi pada
data raster tergantung pada ukuran pixelnya. Nah, dengan kata lain resolusi
10
[Type here]
Materi yang akan diambil untuk Praktek Kerja lapangan di Pusat Pemanfaatan
1. Praktik Pengambilan data degan citra satelit Landsat 5 dan Landsat 8 pada
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktik kerja lapangan di lapan ialah laptop yang
pengolahan data citra satelit dan software ArcMap 10.5 untuk analisis Perubahan
garis pantai
11
[Type here]
3.2.2. Bahan
tahun 2010, landsat 8 tahun 2014 dan landsat 8 tahun 2018 yang dapat diakses
3.4. Metode
Dalam pengolahan data citra satelit yang digunakan adalah Landsat 7 dan Landsat
8 untuk tahun 2010, 2014, dan 2018. Pembagian tiga tahun ini agar dapat melihat
tujuan untuk membersihkan cintra yang mengalami striping yang akan diselesaikan
dengan menggunakan program fram and fill dan selanjutan citra akan dilakukan
masking atau dapat disebut dengan permisahan daerah dengan lautan dimana
menandakan perubahan garis pantai yang ada dari perbandingan cintra yang akan
dilakukan.
adalah suatu perangkat lunak tambahan yang bekerja pada perangkat lunak ArcGIS
yang di kembangkan oleh ESRI dan USGS yang dapat diperoleh secara gratis.
posisi garis pantai berdasarkan waktu secara statistik dan berbasis geospasial.
DSAS merupakan titik sebagai pengukuran dimana titik dihasilkan dari proses
12
[Type here]
Layer Stacking
Koreksi Radiometrik
Kombinasi Band
Cropping
Digitasi
Overlay
Digital Shoreline
Analysis System
Analyss
13
[Type here]
14
[Type here]
15
[Type here]
Gambar 8. Hasil Overlay dari data tahun 2010, 2014, dan 2018
16
[Type here]
17
[Type here]
Gambar 10. Hasil Transek pada tahun 2010, 2014, dan 2018
18
[Type here]
4.2. Pembahasan
Jakarta utara dilakukan pada tahun 2010, 2014, 2018 menunjukan pada setip
garis pantai cenderung mengarah ke laut atau perubahan garis pantai yang terjadi
19
[Type here]
merupakan perubahan garis pantai secara akresi. Perubahan garis pantai secara
akresi ini cenderung disebabkan oleh penambahan tanah yang dilakukan secara
sengaja oleh manusia untuk dijadikan lahan bangunan. Seiring berjalannya waktu
perubahan garis pantai secara akresi terjadi secara berlebihan. Hal yang paling
disoroti merupakan perubahan garis pantai yang terjadi disekitar pluit akibat proyek
reklamasi pantai yang terjadi di Jakarta bagian utara. Perubahan garis pantai dapat
terlihat jelas melalui satelit dan pengolahan data melalui Digital Shoreline Analysis
System (DSAS).
Perubahan yang signifikan dari tahun 2010 dan 2014 terlihat dari penambahan
pulau reklamasi yang terjadi akibat proyek baru gubernur Jakarta pada massanya.
Perubahan garis pantai yang cukup signifikan terjadi pada daerah yang tepat
dijadikan sebagai sarana penyambung dari daerah reklamasi dan daerah Jakarta.
di Taman Wisata Mangrove Angke Kapuk. Pada tahun 2010 dan 2018 tentunya
memiliki lebih banyak pengikisan dikarenakan pada tahun tersebut jumlah pulau
reklamasi menjadi lebih banyak dan menyebabkan perubahan garis pantai daerah
yang terlihat pada tahun 2014 dan 2018 terhadap garis pantai yeng terbentuk tidak
Perubahan garis pantai yang terjadi pada setiap titiknya mengalami perubahan
Perubahan yang terbanyak terjadi pada titik dimana terjadinya protek reklamasi
pantai. Hasil yang didapat pada tahun 2010 menunjukan disaat belum terjadi proyek
20
[Type here]
reklamasi pantai Jakarta sehinga tahun 2010 menjadi tahun patokan perubahan garis
pantai yang terjadi akibat reklamasi pantai. Citra yang diunduh pada tahun 2014
tepatnya pada tanggal 19 bulan 4 menunjukan proses reklamasi pantai yang sudah
berjalan semenjak tahun 2013 dan terdapat 1 pulau besar yang membentang di teluk
Jakarta. Perubahan yang signifikan juga terjadi pada 4 tahun setelahnya yaitu pada
tahun 2018 dimana sudah bertambah 1 pulau kecil yang terletak pada teluk Jakarta.
Penambahan satu pulau tersebut menyebabkan garis pantai yang terdapat di bagian
citra satelit dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Menunjukan
hasil yang berbeda-beda dari satu transek dengan transek yang lainnya. Hasil yang
didapat pada perubahan perubahan garis pantai akan dihitung dari baseline dan
transek yang ada akan menunjukan perubahan data dengan angka sehingga dapat
mengetahui apakah hal tersebut merupakan perubahan yang disesbakan oleh akresi
pantai ataupun oleh abrasi pantai. Data terbanyak yang diambil menunjukan bahwa
perubahan garis pantai yang terjadi pada sekitar daerah pluit merupakan perubahan
yang disebabkan oleh akresi pantai. Faktor utamanya perubahan garis pantai secara
akresi diakibatkan terdapatnya reklamasi pantai selain pulai reklamasi proyek dari
pemerintah Jakarta.
21
[Type here]
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setiap empat tahunnya dari tahun 2010 menuju tahun 2014 sudah jelas terlihat
bahwa garis pantai daerah pluit telah mengalami perubahan yang disebabkan oleh
dampak reklamasi pantai Jakarta utara. Pada perubahan tahun 2014 hingga 2018
jarak perubahan garis pantai di dominasi oleh perubahan garis pantai secara akresi
yang disebabkan oleh reklamasi pantai dan beberapa tambahan reklamasi lainnya
5.2. Saran
22
[Type here]
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro. A., Siregar. V, P., dan Agus.S, N. 2017. Klasifikasi Multikskala Untuk
Pemetaan Zona Geomorfologi dan Habitat Bentik Menggunakan Metode
Obia Di Pulau Pari (Multiscale Classification For Geomorphic Zone And
Benthic Habitats Mapping Using Obia Method In Pari Island). Jurnal
Penginderaan Jauh. Vol 14(2): 89-93.
Arief. M., Winarso. G., dan Prayogo. T. 2011. Kajian Perubahan Garis Pantai
Menggunakan Data Satelit Landsat Di Kabupaten Kendal. Jurnal
Penginderaan Jauh. Vol 8 (2011): 71-80
Esry T. Opa, 2011. Perubahan Garis Pantai Desa Bentenan Kecamatan Pusomen,
Minahasa Tenggara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3.
Manado.
Junanda. B., Kurniadi. D., dan Huda. Y. 2016. Pencarian Rute Terpendek
Menggunakan Algoritma Dijkstra Pada Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Jurnal Vokasional Teknik
Elektronika & Informatika. Vol 4(1): 107-115
Sakka et al. 2011. Studi perubahan garis pantai di delta sungai Jeneberang,
Makassar.J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis: 3(2):112-126
Suprijanto. I. 1996. Perubahan Pantai Utara Jakarta. Media Litbangkes. Vol
6(2): 4-7
Rahmi. A, S, N., Sawal. M., dan Abdis. N, K. 2018. Hutan 3b (Bakau, Baca Dan
Budaya) Upaya Pencegahan Abrasi Dan Pemanfaatan Area Publik Berbasis
Wisata Phinisi Di Pantai Bajang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.
Jurnal Pena. Vol 5(1): 897-909
Rohman. A., Wisnu. R., dan Rejeki. S. 2018. Penentuan Kesesuaian Wilayah
Pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi Untuk Lokasi Pengembangan
Budidaya Rumput Laut Dengan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
(Sig). Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol 2(1): 73-82
Turisno. B, E., Suharto. R., dan Priyono. E, A. 2018. Peran Serta Masyarakat dan
Kewenangan Pemerintah Dalam Konservasi Mangrove Sebagai Upaya
Mencegah Rob Dan Banjir Serta Sebagai Tempat Wisata. Masalah-Masalah
Hukum. Vol 47(4): 479-497
23
[Type here]
LAMPIRAN
24
[Type here]
1) 2)
3) 4)
25
[Type here]
5) 6)
5) Proses Digitasi
26