Anda di halaman 1dari 34

[Type here]

PERUBAHAN GARIS PANTAI DAERAH PLUIT, JAKARTA


PADA TAHUN 2010, 2014 DAN 2018

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh

BIMA SIMATUPANG
26040117140097

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

i
[Type here]

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Judul : Perubahan Garis Pantai Daerah Pluit, Jakarta


Pada tahun 2010, 2014 dan 2018
Nama Mahasiswa : Bima Simatupang
NIM : 26040117140097
Departemen/Program Studi : Ilmu Kelautan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Praktik Kerja Lapangan ini telah diujikan pada tanggal :

...............

Mengesahkan,
Koordinator Praktik Kerja Lapangan Pembimbing

Ir. Ali Djunaedi, M.Phill Dr.Ir.Jusup Suprijanto, DEA


NIP. 19590316 198902 1 002 NIP. 19590125 198703 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan

Dr. Agus Trianto, ST, M.Sc.


NIP. 19690323199951210

ii
[Type here]

RINGKASAN

Bima Simatupang. 26040117140097. Perubahan Garis Pantai Daerah Pluit,


Jakarta Pada tahun 2010, 2014 dan 2018.(Jusup Suprijanto)

Praktik kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 7 Januari hingga 1


Februari 2019 di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) LAPAN Jl.
Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo , Jakarta Timur. Praktik kerja lapangan
bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa bekerja dan menginterpretasikan
ilmu yang sudah didapat dengan keadaan lingkungan pekerjaan.
Data yang digunakan pada praktek kerja lapangan ini ini menggunakan data
sekunder yaitu citra penginderaan jauh. Citra yang digunakan adalah Citra Landsat
7 ETM+ tahun 2010, Landsat 8 tahun 2014, dan Landsat 8 OLI tahun 2018 yang
didapat melalui situs https://earthexplorer.usgs.gov/. Metode yang digunakan
dalam analisa perubahan garis pantai yaitu analisis statistik untuk mengetahui
tingkat perubahan garis pantai atau tingkat abrasi pantai dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Analisis
dengan menggunakan DSAS terdiri atas tiga tahapan utama yaitu: membuat garis
dasar sejajar garis pantai sebagai garis acuan (baseline), membuat garis transek
tegak lurus dengan baseline yang membagi pias-pias garis pantai, dan menghitung
tingkat perubahan garis pantai. Laju perubahan garis pantai dianalisis dengan
pendekatan statistik End-Point Rate (EPR).
Secara fisik, kawasan pantai daerah Pluit meliputi Muara Angke merupakan
lahan reklamasi yang dengan ketinggian 0 sampai 1 meter di atas permukaan laut.
Geomorfologi pantai lunak sehingga menyebabkan daya dukung tanah rendah dan
proses intrusi air laut tinggi. Sedimen dasar laut didominasi oleh lumpur yang
menjadi faktor penunjang proses geografi di wilayah pesisir pantai Pluit sangat
dinamis, meliputi proses abrasi, proses akresi dan proses sedimentasi.
Kata Kunci : DSAS, EPR, Abrasi, Akresi

iii
[Type here]

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
meridhoi penulis untuk menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
berjudul Perubahan Garis Pantai Daerah Pluit, Jakarta Pada Thun 2010, 2014, 2018
untuk memenuhi tugas mata kuliah PKL.
Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis baik berupa dukungan moril maupun materiil, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Kuncoro Teguh Setiawan, S.Si, M.Si selaku pembimbing lapangan
selama melakukan kegiatan PKL di instansi LAPAN.
2. BapakDr. Ir. Jusup Suprijanto, DEA selaku dosen pembimbing pembimbing
PKL yang selalu memberi nasihat dan arahan yang membangun.
3. Bapak Dr. Agus Trianto, S.T., M.Sc. selaku ketua program studi Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro yang telah memberi izin untuk
melaksanakan PKL di LAPAN.
4. Bapak Sondi Simatupang dan Ibu Hernita Damanik selaku orang tua penulis
yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.
Semoga Laporan yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya laporan yang disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri

maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang

membangun dari anda demi perbaikan makalah ini menjadi lebih baik lagi sehingga

dapat berguna bagi banyak orang

Semarang, 14 Juli 2019

Penulis,

iv
[Type here]

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ........................................... ii

PRAKTIK KERJA LAPANGAN ...................................................... ii

RINGKASAN ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3. Tujuan ................................................................................................................. 3

1.4. Manfaat ............................................................................................................... 3

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


2.1. Kondisi Pantai Di Wilayah Pluit Jakarta Utara ................................................... 5

2.2. Proses perubahan pantai ...................................................................................... 6

2.3. Sistem Informasi Geografis ................................................................................ 8

III. MATERI DAN METODE ..........................................................11


3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................ 11

3.2. Materi Penelitian ............................................................................................... 11

3.2.1. Alat ............................................................................................................ 11

3.2.2. Bahan ........................................................................................................ 12

3.4. Metode .............................................................................................................. 12

3.4.1. Pengkajian Data ........................................................................................ 12

3.4.2. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) .............................................. 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................14

v
[Type here]

4.1. Hasil Data Gambar Wilayah Pluit Jakarta ........................................................ 14

4.1.1. Hasill Pengolahan Data di ER MAPPER .................................................. 14

4.1.2. Hasil Pengolahan Proses Digitasi dan Overlay ......................................... 15

4.1.3. Hasil Pengolahan Proses Base Line .......................................................... 17

4.1.4. Hasil Transek dan Penghitungan DSAS ................................................... 18

4.1.5. Hasil DSAS ............................................................................................... 19

4.2. Pembahasan....................................................................................................... 19

V. PENUTUP ................................................................................................... 22
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 22

5.2. Saran ................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23

LAMPIRAN…………………………………………………………………..23

vi
[Type here]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian ......................................................................14


Gambar 2. Pengolahan Data Daerah Pluit Tahun 2010 .........................................15
Gambar 3. Pengolahan Data Daerah Pluit Tahun 2014 .........................................15
Gambar 4. Pengolahan Data Daerah Pluit Tahun 2018 .........................................15
Gambar 5. Hasil Digitasi Daearah Pluit Tahun 2010 .............................................16
Gambar 6. Hasil Digitasi Daerah Pluit Tahun 2014 ..............................................16
Gambar 7. Hasil Digitasi Daerah Pluit Tahun 2018 .............................................16
Gambar 8. Hasil Digitasi Daerah Pluit Tahun 2018 ..............................................17
Gambar 9. Hasil Pengolahan Base Line ................................................................17
Gambar 10. Hasil Transek pada tahun 2010, 2014, dan 2018 ...............................18

vii
[Type here]

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Nilai rata-rata parameter kualitas air........ Error! Bookmark not defined.

viii
[Type here]

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dimana dua pertiga dari

keseluruhannya adalah lautan. Kepulauan Indonesia memiliki garis pantai yang

sangat panjang dan sebagian besar wilayah pesisirnya merupakan dataran rendah,

laut dan wilayah pesisir (Coastal Zone). Sebagai bagian dari muka bumi, pantai pun

selalu mengalami perubahan, karena merupakan kenampakan muka bumi yang

bersifat dinamis dan mengalami perubahan baik dalam waktu relatif cepat ataupun

lambat. Dinamika perubahan pantai disebabkan oleh proses-proses yang

berlangsung baik proses yang berasal dari daratan maupun lautan. Proses dari

daratan yaitu pengaruh sungai yang membawa material yang diendapkan di pantai.

Selain itu, proses antropogenik (pengaruh manusia) juga sangat berpengaruh pada

perubahan di kawasan pantai seperti pengerukan, penggalian, pertambakan,

pemukiman, dan lain-lain (Ongkosongo, 1980).

Pantai diketahui memiliki sifat yang dinamis karena terdapat banyak faktor-

faktor yang dapat menyebabkan perubahan pada pantai Garis pantai sendiri dapat

mengalami fenomena kemunduran maupun maju. Majunya garis pantai disebabkan

oleh fenomena yang dinamakan akresi sedangkan fenomena mundurnya garis

pantai dinamakan erosi. Hal lain yang dapat merubah garis pantai adalah adanya

aktivitas pembangunan manusia di daerah garis pantai. Salah satu yang dapat

mempengaruhi bentuk dari garis pantai suatu daerah adalah adanya pembangunan-

pembangunan fasilitas umum di area garis pantai dan reklamasi pantai. Perubahan

1
[Type here]

garis pantai yang bersifat erosi maupun akresi dapat diketahui dengan berbagai

cara. Salah satu cara untuk mengetahui perubahan yang terjadi adalah dengan

bantuan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Teknologi penginderaan

jauh dapat mendapatkan citra dari lokasi yang akan diteliti lalu akan diolah lebih

lanjut dengan sistem informasi geografis (SIG). Penggunaan teknologi

penginderaan jauh dan SIG salah satunya adalah Digital Shoreline Analysis System

(DSAS), teknologi ini akan dapat mendeteksi dan menghitung tiap perubahan yang

terjadi pada garis pantai di wilayah yang diteliti yaitu Teluk Jakarta yang terletak

di DKI Jakarta (Esry T. Opa, 2011).

Pengukuran perubahan garis pantai saat ini dapat dilakukan dengan

pengindraan jarak jauh menggunakan bantuan satelit. Penggunaan dasaset citra

pengindraan jauh seperti Landsat dan Sentinel berperan penting dalam melihat

perubahan garis pantai tanpa harus mengukurnya secara manual. Dengan

menggunakan pengindraan jarak jauh dapat melihat karakteristik air, vegetasi dan

tanah dan dengan mudah dapat diinterprestasi menggunakan jenis band sinar

tampak dan sinar inframerah. Gelombang yang digunakan akan memiliki peranan

untuk dapat melihat kenampakan yang terjadi di daratan sehingga dapat

membedakan mana daratan dan juga lautan (Sakka et al. 2011).

Muara Angke merupakan daerah ramai penduduk yang menjadi tempat

pelabuhan bagi kapal ikan, nelayan, maupun kapal komersil. Muara Angke

merupakan wilayah hilir dan kuala dari Kali Angke yang mengalami perubahan

letak garis pantai. Perubahan yang terjadi pada letak garis pantai di Muara Angke

akan mempengaruhi aktivitas. Sehingga pengukuran perubahan garis pantai akan

sangat dibutuhkan untuk masyarakat sekitar dan pihak pelabuhan.

2
[Type here]

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permaslahan yang terjadi di pesisir Pluit Jakarta pada tahun

2010, 2014, 2018 tentang perubahan garis pantai, maka pada tahun 2019 dilakukan

Praktik Kerja Lapangan ini untuk mengetahui Perubahan Garis Pantai di Jakarta

dan dampak dari Reklamasi pantai.

1.3. Tujuan

Mengetahui perubahan garis pantai di Daerah Pluit, Jakarta dan dampak

reklamasi pantai

1.4. Manfaat

Manfaat praktik kerja lapangan ini sebagai berikut adalah

1. Bagi mahasiswa

a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan

ke praktek lapangan yang berhubungan dengan Departemen Ilmu

Kelautan di bidang pengindaraan jauh

b. Melatih kemampuan mahasiswa dalam mengatasi masalah dari suatu

pekerjaan dan kemampuan dalam mengambil solusi atau tindakan.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai sarana untuk menjalin kerja sama antara Lembaga Pendidikan

dengan Instansi demi menciptakan lulusan yang berkompeten dan

berkualitas, serta siap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

3. Bagi Lembaga

a. Lembaga dapat mengetahui potensi dari mahasiswa yang nantinya

menjadi calon-calon pemimpin, untuk menunjang dalam bidang

pekerjaan khususnya sektor kelautan.

3
[Type here]

b. Membantu lembaga dalam pengembangan ilmu-ilmu yang

berhubungan dengan pengindraan jauh.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini bertempat di Pusat

Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Jakarta Timur. Pelaksanaannya

dilakukan pada tanggal 7 Januari 2019 hingga 1 February 2019.

4
[Type here]

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Pantai Di Wilayah Pluit Jakarta Utara

Pluit merupakan daerah yang dijadikan sebagai water fron city yang terdapat

di Jakarta bagian utara. Pantai pluit memiliki letak 6o05’34.31”S 106o47’34.76”E

yang membentang hingga daerah Muara Angke Jakarta Utara. Garis panta daerah

pluit terletak pada jajaran teluk Jakarta yang membentang dari daerah Bekasi,

Jakarta, dan Banten. Pantai daerah pluit memiliki jenis pantai berpasir dan landai.

Pantai pluit lebih leebih banyak diisi oleh banguan waterfront city yang memiliki

banyak pengaruh terhadap perubahan jenis pantai karena adanya beban bangunan

didaerah sekitar pantai. Namun tidak ditemukannya perubahan garis pantai secara

signifikan pada daerah pluit hal ini dapat disebabkan dengan pematangan konsep

pembanguan yang cukup baik. Dapat diketahui bahwa pesisir daerah Jakarta

membujur mulai dari barat (pantai muara kamal) ketimur hingga sampai marunda

sepanjang 60km atau menjakup areal 5000ha (Suprijjanto, 1996).

Kawasan pantai merupakan kawasan yang memiliki dinamika yang tinggi

begitupula dengan garis pantai yang perubahan tidak dapat diketahui dengan pasti.

Perubahan garis pantai merupakan proses tanpa henti yang disebabkan oleh proses

seperti abrasi, akresi, arus, dan gelombang. Perubahan garis pantai yang terjadi

karena faktor-faktor tersebut dapat menunjukan perubahan garis pantai yang ada itu

terkikis (mengarah ke daratan) atau bertambah (mengarah ke laut). Garis pantai

akan mengalami perubahan setiap tahunnya bahkan setiap harinya namun

perubahan yang nampak belum tentu berubah secara signifikan yang mengarah ke

lautan maupun daratan (Arief et al., 2011).

5
[Type here]

Secara sederhana proses perubahan garis pantai disebabkan oleh 6nergy dan

air yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian

mengendapkannya di suatu tempat secara kontinu. Proses pergerakan gelombang

6nergy pada pantai secara esensial berupa osilasi. Angin yang menuju ke pantai

secara bersamaan dengan gerak gelombang yang menuju pantai berpasir secara

tidak langsung mengakibatkan pergesekan antara gelombang dan dasar laut,

sehingga terjadi gelombang pecah dan membentuk turbulensi yang kemudian

membawa material disekitar pantai termasuk yang mengakibatkan pengikisan pada

daerah sekitar pantai (erosi). 5 Pada dasarnya proses perubahan pantai meliputi

proses erosi dan akresi. Erosi pada sekitar pantai dapat terjadi apabila angkutan

sedimen yang keluar ataupun yang pindah meninggalkan suatu daerah lebih besar

dibandingkan dengan angkutan sedimen yang masuk, apabila terjadi sebaliknya

maka yang terjadi adalah sedimentasi (Rahmi et al., 2018).

2.2. Proses perubahan pantai

Menurut Arief et al (2011) Perubahan terhadap garis pantai adalah sebuah

proses tanda henti atau secara terus menerus melalui berbagai proses yang ada.

Proses tersebut merupakan proses abrasi dan juga proses akresi yang diakibatkan

oleh pergerakan sedimen, arus pantai, pergerakan ombak dan juga penggunaan

tanah. Akresi pantai merupakan perubahan garis pantai yang terjadi menuju lautan

lepas dikarenakan adanya proses sedimentasi dari daratan kearah lautan. Proses

sedimentasi ini terjadi karena sedimen yang ada didaratan terbawa oleh aliran

sungai dan mengendap di daerah muara sungai. Akresi pantai dapat menyebabkan

kedangkalan secara merata kearah laut yang lambat laun akan menyebabkan

daratan menujuarah laut. Proses akresi pada pantai biasanya terjadi pada daerah

6
[Type here]

pantai yang meiliki banyak muara sungai dan 7nergy gelombang yang kecil. Proses

pengendapan ada mauara sungai akan menimbulkan delta yang terjadi karena hasil

akresi yang terdapat di daerah rendah.

Dampak dari akresi pantai jika ditinjau dari aspek strategis adalah

bertambahnya luasan di suatu kawasan dan terjadi pendangkalan yang dapat

mengganggu navigasi dan alur pelayaran kapal. Dampaknya jika ditinjau dari aspek

lingkungan adalah terjadinya perubahan atau bahkan hilangnya suatu habitat dari

ekosistemnya. Selain dengan adanya akresi, perubahan garis pantai dapat terjadi

karena adanya abrasi. Pristiwa abrasi terjadi dikarenakan proses pengikisan pantai

yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak.

Proses abrasi ini dapat terjadi karena 7nergy gelombang dan arus laut yang kuat

sehingga pengikisan daratan dapat terjadi. Abrasi yang terjadi dipantai sering

disebabkan oleh gejala alam, namun manusia juga dapat menyebabkan abrasi.

Pengerukan pasri pada daerah pantai dapat menimbulkan abrasi dan membuat

ekosistem yang ada di pantai menjadi tidak seimbang. Hal ini menyebabkan

berkurangnya daerah pantai dimulai dari daerah yang paling dekat dengan air yang

menyebabkan air tertimbun oleh tanah (Rahmi et al., 2018).

Abrasi dapat berdampak rusaknya ekosistem pantai seperti ekosistem

mangrove yang terkena dampaknya. Faktor lain yang menandai sekaligus

menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem adalah penambangan pasir.

Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk sebanyak

mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume

pasir di lautan bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh

langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam

7
[Type here]

pantai. Ketika tidak ‘membawa’ pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya

sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat menghantam pantai sehingga proses

yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya abrasi yang cukup besar

(Turisno et al., 2018)

2.3. Sistem Informasi Geografis

Perkembangan teknologi satelit penginderaan jauh meningkat seiring dengan

kemajuan teknologi saat ini. Perkembangan ini meliputi kemampuan sensor dan

wahana satelit yang membawa sensor mencapai orbit sehingga dapat mendeteksi

obyek yang berada di permukaan bumi. Data yang dihasilkan berasal dari

perekaman sensor yang mengalami peningkatan resolusi meliputi resolusi spasial,

resolusi temporal, resolusi spektral, dan resolusi radiometrik. Kemajuan teknologi

ini menuntut para praktisi bidang penginderaan jauh melakukan pengembangan

metodemetode ekstraksi citra dengan metode klasifikasi untuk mendapatkan

informasi yang tepat dan akurat. Klasifikasi citra meliputi klasifikasi secara manual

mengunakan citra dan klasifikasi multispektral secara digital menggunakan

komputer. Klasifikasi multispektral merupakan salah satu bagian dari pengolahan

citra penginderaan jauh untuk menghasilkan peta tematik dan dijadikan masukan

dalam permodelan spasial dalam lingkungan sistem informasi geografis/GIS

(Anggoro et al., 2017)

Informasi Geografis merupakan data yang ditempatkan dalam konteks ruang

dan waktu. Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information Sistem

(GIS) sendiri merupakan sistem berbasis komputer yang biasanya digunakan untuk

menyimpan, memanipulasi, dan menganalisa informasi geografis. SIG dapat

menggabungkan berbagai jenis data pada satu titik tertentu yang ada di bumi,

8
[Type here]

menghubungkannya, menganalisanya, hingga memetakan hasilnya. Data yang

diolah oleh sistem ini adalah data spasial yakni data yang berorientasi pada

geografis. Selain itu juga merupakan lokasi yang mempunyai koordinat tertentu.

Hal tersebut sebagai dasar referensi analisa dan pemetaan hasilnya. Karena itu,

aplikasi SIG ini dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang geografis bumi

seperti lokasi, kondisi, pola, pemodelan, serta tren. Kemampuan ini yang

membedakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan sistem informasi lainnya

(Junanda et al., 2016).

Menurut Rohman et al (2018) pada sistem informasi geografis Paling tidak

ada 4 jenis data yang dikenal dalam Sistem Informasi Geografis, yakni:

a. Data Spasial

Data ini merepresentasikan dan/atau mengidentifikasikan posisi ruang (letak

geografis) dari suatu fenomena. Contoh data spasial seperti letak suatu daratan,

informasi garis lintang dan garis bujur, kepulauan, sumber minyak, hutan, sumber

gas alam, pegunungan, serta lainnya. Data spasial ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasikan lokasi, misalnya Kode Pos.

b. Data Atribut

Data atribut merupakan data yang menjabarkan aspek dari suatu fenomena dalam

bentuk deskripsi atau penjelasan yang terperinci. Data ini tergambar dalam bentuk

kata-kata, angka, serta tabel. Data atribut yang dapat dijumpai pada data kepadatan

penduduk, data luas wilayah, jenis-jenis tanah, data demografis, dan sebagainya.

c. Data Vektor

Data vektor adalah data yang direpresentasikan sebagai suatu mozaik berupa

titik/point, garis (arc/line), polygon yaitu daerah yang dibatasi oleh garis yang

9
[Type here]

berawal dan berakhir pada titik yang sama, serta nodes yaitu titik perpotongan

antara dua garis. Kegunaan data vektor ini untuk menganalisa ketepatan posisi pada

suatu wilayah atau mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.

D. Data Raster

Data raster atau sering juga disebut dengan sel grid merupakan data yang dihasilkan

dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan

sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Resolusi pada

data raster tergantung pada ukuran pixelnya. Nah, dengan kata lain resolusi

menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap

pixel pada citra.

10
[Type here]

III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Tanggal : 07 Januari – 01 Februari 2019

Tempat : Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (PUSFATJA)

LAPAN Jl. No. 8 Pekayon Pasar Rebo , Jakarta Timur 2019

3.2. Materi Penelitian

Materi yang akan diambil untuk Praktek Kerja lapangan di Pusat Pemanfaatan

Pengindraan Jauh LAPAN:

1. Praktik Pengambilan data degan citra satelit Landsat 5 dan Landsat 8 pada

garis pantai Muara Angke, Jakarta Utara

2. Pengaplikasian Metode Pengolahan dan analisis data Digital Shoreline

Analysis Sistem (DSAS)

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktik kerja lapangan di lapan ialah laptop yang

berfungsi sebagai hardware pengolah data, software ERMapper 7.1. sebagai

pengolahan data citra satelit dan software ArcMap 10.5 untuk analisis Perubahan

garis pantai

11
[Type here]

3.2.2. Bahan

Penelitian yang dilakukan menggunakan data yang berasal dari landsat 7

tahun 2010, landsat 8 tahun 2014 dan landsat 8 tahun 2018 yang dapat diakses

melalui situs https://earthexplorer.usgs.gov/.

3.4. Metode

3.4.1. Pengkajian Data

Pengkajian data dilakukan untuk memilih cintra satelit yang digunakan.

Dalam pengolahan data citra satelit yang digunakan adalah Landsat 7 dan Landsat

8 untuk tahun 2010, 2014, dan 2018. Pembagian tiga tahun ini agar dapat melihat

perubahan yang signifikan. Langkah yang digunakan mencakup koreksi dengan

tujuan untuk membersihkan cintra yang mengalami striping yang akan diselesaikan

dengan menggunakan program fram and fill dan selanjutan citra akan dilakukan

masking atau dapat disebut dengan permisahan daerah dengan lautan dimana

menandakan perubahan garis pantai yang ada dari perbandingan cintra yang akan

dilakukan.

3.4.2. Digital Shoreline Analysis System (DSAS)

Menurut Istiqomah et al (2014). Digital Shoreline Analysis System (DSAS)

adalah suatu perangkat lunak tambahan yang bekerja pada perangkat lunak ArcGIS

yang di kembangkan oleh ESRI dan USGS yang dapat diperoleh secara gratis.

Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menghitung perubahan

posisi garis pantai berdasarkan waktu secara statistik dan berbasis geospasial.

DSAS merupakan titik sebagai pengukuran dimana titik dihasilkan dari proses

antara garis transek yang dibuat dengan pengguna berdasarkan waktunya.

12
[Type here]

Citra Landsat Citra Landsat Citra Landsat

perekaman perekaman perekaman

Tahun 2010 Tahun 2014 Tahun 2018

Layer Stacking

Koreksi Radiometrik

Kombinasi Band

Cropping

Digitasi

Overlay

Digital Shoreline
Analysis System
Analyss

Peta Garis Pantai di


Pluit, Jakarta

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

13
[Type here]

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Data Gambar Wilayah Pluit Jakarta

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan ER Mapper di daerah Pluit


Jakarta pada tahun 2010, 2014, 2018, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1.1. Hasill Pengolahan Data di ER MAPPER

Gambar 2. Pengolahan Data Daerah Pluit Tahun 2010

Gambar 3. Pengolahan Data Daerah Pluit Tahun 2014

14
[Type here]

Gambar 4. Pengolahan Data Daerah Pluit Tahun 2018

4.1.2. Hasil Pengolahan Proses Digitasi dan Overlay

Gambar 5. Hasil Digitasi Daearah Pluit Tahun 2010

Gambar 6. Hasil Digitasi Daerah Pluit Tahun 2014

15
[Type here]

Gambar 7. Hasil Digitasi Daerah Pluit Tahun 2018

Gambar 8. Hasil Overlay dari data tahun 2010, 2014, dan 2018

16
[Type here]

4.1.3. Hasil Pengolahan Proses Base Line

Gambar 9. Hasil Pengolahan Base Line

17
[Type here]

4.1.4. Hasil Transek dan Penghitungan DSAS

Gambar 10. Hasil Transek pada tahun 2010, 2014, dan 2018

18
[Type here]

4.1.5. Hasil DSAS

Tabel Hasil DSAS

4.2. Pembahasan

Berdasarkan analisis data perubahan garis pantai yang dilakukan di pluit,

Jakarta utara dilakukan pada tahun 2010, 2014, 2018 menunjukan pada setip

tahunnya memberikan hasil perubahan garis pantai yang signifikan. Perubahan

garis pantai cenderung mengarah ke laut atau perubahan garis pantai yang terjadi

19
[Type here]

merupakan perubahan garis pantai secara akresi. Perubahan garis pantai secara

akresi ini cenderung disebabkan oleh penambahan tanah yang dilakukan secara

sengaja oleh manusia untuk dijadikan lahan bangunan. Seiring berjalannya waktu

perubahan garis pantai secara akresi terjadi secara berlebihan. Hal yang paling

disoroti merupakan perubahan garis pantai yang terjadi disekitar pluit akibat proyek

reklamasi pantai yang terjadi di Jakarta bagian utara. Perubahan garis pantai dapat

terlihat jelas melalui satelit dan pengolahan data melalui Digital Shoreline Analysis

System (DSAS).

Perubahan yang signifikan dari tahun 2010 dan 2014 terlihat dari penambahan

pulau reklamasi yang terjadi akibat proyek baru gubernur Jakarta pada massanya.

Perubahan garis pantai yang cukup signifikan terjadi pada daerah yang tepat

dijadikan sebagai sarana penyambung dari daerah reklamasi dan daerah Jakarta.

Perubahan yang terjadi tersebut merupakan pemangkasan daerah hutan mangrove

di Taman Wisata Mangrove Angke Kapuk. Pada tahun 2010 dan 2018 tentunya

memiliki lebih banyak pengikisan dikarenakan pada tahun tersebut jumlah pulau

reklamasi menjadi lebih banyak dan menyebabkan perubahan garis pantai daerah

mangrove yang terdapat di Taman Wisata Mangrove, Angke Kapuk. Perbedaan

yang terlihat pada tahun 2014 dan 2018 terhadap garis pantai yeng terbentuk tidak

mengalam banyak perubahan, namun memiliki banyak perubahan pantai secara

akresi yang disebabkan maraknya pembanguan pada daerah pesisir Jakarta.

Perubahan garis pantai yang terjadi pada setiap titiknya mengalami perubahan

yang berbeda-beda sehingga dapat menyebabakan perubahan yang tidak menentu.

Perubahan yang terbanyak terjadi pada titik dimana terjadinya protek reklamasi

pantai. Hasil yang didapat pada tahun 2010 menunjukan disaat belum terjadi proyek

20
[Type here]

reklamasi pantai Jakarta sehinga tahun 2010 menjadi tahun patokan perubahan garis

pantai yang terjadi akibat reklamasi pantai. Citra yang diunduh pada tahun 2014

tepatnya pada tanggal 19 bulan 4 menunjukan proses reklamasi pantai yang sudah

berjalan semenjak tahun 2013 dan terdapat 1 pulau besar yang membentang di teluk

Jakarta. Perubahan yang signifikan juga terjadi pada 4 tahun setelahnya yaitu pada

tahun 2018 dimana sudah bertambah 1 pulau kecil yang terletak pada teluk Jakarta.

Penambahan satu pulau tersebut menyebabkan garis pantai yang terdapat di bagian

Utara Jakarta mengalami perbuhaan secara akresi.

Perubahan garis pantai disekitar pluit dilihat dengan menggunakan metode

citra satelit dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Menunjukan

hasil yang berbeda-beda dari satu transek dengan transek yang lainnya. Hasil yang

didapat pada perubahan perubahan garis pantai akan dihitung dari baseline dan

transek yang ada akan menunjukan perubahan data dengan angka sehingga dapat

mengetahui apakah hal tersebut merupakan perubahan yang disesbakan oleh akresi

pantai ataupun oleh abrasi pantai. Data terbanyak yang diambil menunjukan bahwa

perubahan garis pantai yang terjadi pada sekitar daerah pluit merupakan perubahan

yang disebabkan oleh akresi pantai. Faktor utamanya perubahan garis pantai secara

akresi diakibatkan terdapatnya reklamasi pantai selain pulai reklamasi proyek dari

pemerintah Jakarta.

21
[Type here]

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setiap empat tahunnya dari tahun 2010 menuju tahun 2014 sudah jelas terlihat

bahwa garis pantai daerah pluit telah mengalami perubahan yang disebabkan oleh

dampak reklamasi pantai Jakarta utara. Pada perubahan tahun 2014 hingga 2018

jarak perubahan garis pantai di dominasi oleh perubahan garis pantai secara akresi

yang disebabkan oleh reklamasi pantai dan beberapa tambahan reklamasi lainnya

untuk kepentingan daerah setempat.

5.2. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menambahkan variabel lagi


guna meningkatkan presisi hasil yang didapat.

22
[Type here]

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro. A., Siregar. V, P., dan Agus.S, N. 2017. Klasifikasi Multikskala Untuk
Pemetaan Zona Geomorfologi dan Habitat Bentik Menggunakan Metode
Obia Di Pulau Pari (Multiscale Classification For Geomorphic Zone And
Benthic Habitats Mapping Using Obia Method In Pari Island). Jurnal
Penginderaan Jauh. Vol 14(2): 89-93.

Arief. M., Winarso. G., dan Prayogo. T. 2011. Kajian Perubahan Garis Pantai
Menggunakan Data Satelit Landsat Di Kabupaten Kendal. Jurnal
Penginderaan Jauh. Vol 8 (2011): 71-80

Esry T. Opa, 2011. Perubahan Garis Pantai Desa Bentenan Kecamatan Pusomen,
Minahasa Tenggara. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-3.
Manado.

Junanda. B., Kurniadi. D., dan Huda. Y. 2016. Pencarian Rute Terpendek
Menggunakan Algoritma Dijkstra Pada Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Jurnal Vokasional Teknik
Elektronika & Informatika. Vol 4(1): 107-115

Ongkosongo, O.S.R., Subardi, Susmiati, Lukman Effendi, A.Suwardidan P.


Hamidjojo, 1980. SedimendasarTeluk Jakarta.LembagaOseanologi Nasional
(LON) - LIPI, Jakarta: 395-408.

Sakka et al. 2011. Studi perubahan garis pantai di delta sungai Jeneberang,
Makassar.J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis: 3(2):112-126
Suprijanto. I. 1996. Perubahan Pantai Utara Jakarta. Media Litbangkes. Vol
6(2): 4-7

Rahmi. A, S, N., Sawal. M., dan Abdis. N, K. 2018. Hutan 3b (Bakau, Baca Dan
Budaya) Upaya Pencegahan Abrasi Dan Pemanfaatan Area Publik Berbasis
Wisata Phinisi Di Pantai Bajang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.
Jurnal Pena. Vol 5(1): 897-909

Rohman. A., Wisnu. R., dan Rejeki. S. 2018. Penentuan Kesesuaian Wilayah
Pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi Untuk Lokasi Pengembangan
Budidaya Rumput Laut Dengan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
(Sig). Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol 2(1): 73-82

Turisno. B, E., Suharto. R., dan Priyono. E, A. 2018. Peran Serta Masyarakat dan
Kewenangan Pemerintah Dalam Konservasi Mangrove Sebagai Upaya
Mencegah Rob Dan Banjir Serta Sebagai Tempat Wisata. Masalah-Masalah
Hukum. Vol 47(4): 479-497

23
[Type here]

LAMPIRAN

24
[Type here]

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

1) 2)

3) 4)

25
[Type here]

5) 6)

Gambar Kegiatan Pelaksanaan PKL di Instansi Lapan


Keterangan : 1) Pengambilan data

2) Tim PKL Pusfatja LAPAN

3) Foto Bersama Tim PKL lain

4) Gedung kantor Pusfatja LAPAN

5) Proses Digitasi

6) Bersama Pembimbing Lapan

26

Anda mungkin juga menyukai