Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat
penting,terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang lainnya.
Suatu analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu,
isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi
dan pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode analisis seperti spektrofotometri,
manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja ekstra dan
waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan
teknik kromatografi. Dengan alasan inilah penyusun membahas tentang
kromatografi, terutama kromatografi kolom. Tanpa teknik kromatografi, sintesis
senyawa murni (atau hampir murni) akan sangat sukar, dan dalam banyak kasus,
hampir tidak mungkin. Pada umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan
dapat di ukur kadarnya, perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan
merupakan langkah penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi
meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa
terukur. Analisis meliputi pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu,
isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi
dan pengukuran. Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan
teknik yang paling banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi kolom.
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat.
Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik
dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk
semua cuplikan, dan kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi
murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara
mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan
senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan membahas tentang metode
kromatografi kolom.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Di bawah ini
dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah :
1. Apakah pengertian kromatografi?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi?
3. Apa saja teori pemisahan pada kromatografi?
4. Jenis-jenis kromatografi
5. Manfaat dan kegunaan kromatografi

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kromatografi
2. Untuk mengetahui prinsip kerja kromatografi?
3. Untuk mengetahui teori pemisahan pada kromatografi?
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
5. Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan kromatografi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi
Kromatografi menurut Keulmans pada tahun 1959 adalah teknik pemisahan
campuran secara fisika didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-
komponen campuran tersebut di antara dua fase, fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas). Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua
komponen penting dalam kromatografi, yang fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas).
Definisi kromatografi menurut IUPAC (International Union of Pure and
Applied Chemistry), kromatografi adalah metode yang digunakan untuk memisahkan
komponen dalam sampel, dimana komponen tersebut didistribusikan diantara dua
fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa padatan atau cairan yang
dilapiskan pada padatan atau gel.
Bila fasa diam berupa zat padat aktif, maka kromatografi ini dikenal dengan
kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Bila fasa diam berupa zat
cair, maka teknik ini disebut kromatografi partisi atau kromatografi pembagian
(partition chromatography).
Suatu campuran pewarna dapat dipisahkan dengan teknik kromatografi
karena adanya perbedaan kelarutan antara zat penyusun campuran pewarna tersebut.
Selain itu, kecepatan bergerak partikel penyusun sangat dipengaruhi oleh ukuran
partikel penyusunnya. Senyawa yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat dari pada
senyawa dengan ukuran lebih besar. Misalnya, tinta hitam merupakan campuran
beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran warna tersebut dengan
kromatografi sehingga kita dapat melihat komponen penyusun warna hitam tersebut.

B. Prinsip Kerja Kromatografi


Kromatografi bekerja dengan prinsip dasr yaitu jumlah zat terlarut yang
berbeda untuk masing-masing komponen pada waktu tertentu saat kesetimbangan
terjadi antara fase diam dan fase geraknya. Pemisahan dengan metode kromatografi
dapat terjadi apabila suatu molekul maupun senyawa memiliki sifat yang berbeda, di
antaranya adalah :

3
1. Memiliki kelarutan yang berbeda terhadap suatu pelarut.
2. Memiliki sifat kelarutan atau sifat untuk berikatan yang berbeda satu sama lain
dengan fase diamnya.
3. Memiliki sifat mudah menguap (volatil) pada temperatur yang berbeda.
Berikut ini penjelasan singkat mengenai pemisahan senyawa pada
kromatografi. Pemisahan secara kromatografi, senyawa-senyawa yang akan
dipisahkan ditempatkan pada sistem tertentu (seperti: kolom) di mana dalam sistem
tersebut terdapat bagian yang diam atau stasioner (biasanya berupa padatan atau
cairan yang dideposisikan pada padatan) yang disebut sebagai fasa diam dan
kemudian dibawa atau mengalir melalui suatu bagian mobile atau yang diketauhi
sebagai fase gerak, dimana selama proses pengaliran tersebut akan terjadi interaksi
antara komponen senyawa dengan fase diamnya. Selama berinteraksi akan terjadi
proses pelarutan, adsorpsi maupun penguapan dari komponen senyawa yang akan
dipisahkan.
Sifat-sifat dari komponen penyusun senyawa tersebut akan menentukan
apakah komponen-komponen tersebut mampu bergerak bebas (berinteraksi lemah)
atau berinteraksi kuat dalam fase diamnya. Bila semua komponen-komponen yang
ada tidak dapat bergerak dalam fase diam, maka proses pemisahan tidak mungkin
dapat berlangsung. Apabila dapat bergerak, pemisahan akan bergantung pada sejauh
mana kecepatan bergerak di antara komponen-komponen tersebut maupun perbedaan
kecepatannya dengan kecepatan fasa gerak yang dipakai pada sistem tersebut.
Oleh karena itu pada metoda kromatografi perlu dilakukan pemilihan fase
gerak sedemikian rupa sehingga semua komponen dapat bergerak dengan kecepatan
yang berbeda-beda sehingga proses pemisahan dapat terjadi. Secara umum dapat
dikatakan bahwa kromatografi adalah proses migrasi diferensial dimana komponen-
komponen sampel ditahan secara selektif oleh fase diam.

C. Teori pemisahan pada kromatografi


Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan tentang proses
pemisahan yang digunakan dalam metode kromatografi, yaitu plate theory dan rate
theory.

4
1. Plate Theory
Plate Theory dikenalkan pertama kali oleh Martin dan Synge pada tahun
1941. Teori ini didasarkan pada analogi dengan proses distilasi dan ekstraksi. Plate
Theory mengasumsikan bahwa pada kromatografi kolom terdapat sejumlah lapisan-
lapisan pemisah yang dikenal sebagai theoretical plates. Pemisahan sampel antara
fasa diam dan gerak terjadi pada “plates” tersebut. Analit bergerak sepanjang kolom
melalui transfer keseimbangan fasa gerak dari satu plate ke plate selanjutnya.
Dalam plate theory, kita mengasumsikan bahwa kolom kromatografi
merupakan sebuah sistem tetap dalam kesetimbangan. Masing-masing spesies
menunjukkan sistem keseimbangan antara fasa diam dan fasa geraknya.

2. Rate Theory
Rate theory dikenalkan oleh J.J. van Deemter pada tahun 1956 dimana proses
pemisahan didasarkan pada jumlah pemisahan pada kondisi dinamisnya. Proses yang
terjadi dalam kolom membutuhkan waktu tertentu untuk zat terlarut mencapai
keseimbangan dengan fase diam dan fase geraknya. Hasil analisis kromatogram
berupa puncak-puncak kromatografi yang dipengaruhi oleh laju elusinya. Bentuk
atau karakter pelebaran puncak kromatogram disebabkan oleh 3 faktor yaitu difusi
eddy, difusi longitudinal dan transfer masa.
a. Diffusi Eddy
Difusi Edi disebabkan karena ketidakseragaman packing pada kromatografi
kolom, meliputi perbedaan bentuk, ukuran partikel-partikel pengisi kolom, cara
pengisian kolom, dan diameter dari kolom Perbedaan ini mengakibatkan solut akan
mengambil jalan yang berbeda untuk melalui kolom sehingga terjadi perbedaan
waktu keluarnya molekul-molekul dari kolom. Perbedaan tersebut menyebabkan
pelebaran puncak dari solut. Untuk memperkecil efek ini, digunakan partikel-partikel
kecil dengan ukuran sama tetapi tidak menyebabkan penurunan tekanan yang terlalu
tinggi dalam kolom, diameter kolom yang kecil, pengepakan yang mampat dan
ukuran sama tanpa memecahkan partikel-partikel pengisi kolom tersebut.
b. Difusi Longitudinal
Difusi Longituidinal disebabkan karena kecenderungan zat terlarut untuk
berdifusi. Molekul-molekul zat terlarut cenderung untuk berdifusi dari daerah yang

5
konsentrasinya tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Akibatnya, waktu
melintasi kolom, molekul-molekul akan menyebar (berdifusi) ke belakang dan ke
depan. Derajat pelebaran puncak pada longitudinal diffusion dipengaruhi oleh proses
difusi solut dan Laju alir solut selama melewati kolom.
c. Transfer Massa
Transfer massa untuk pemisahan zat terlarut pada fase diam, tidak terjadi
begitu saja melainkan bergantung pada partisi zat terlarut dan koefisien difusinya.

Yang pertama transfer massa fase gerak. Solut yang tidak bergerak melalui kolom
ketika berada pada fase gerak dalam kondisi stagnant akan membutuhkan waktu
lebih lama di dalam kolom daripada solut yang melewati kolom begitu saja bersama
fase geraknya. Transfer massa fase gerak dapat menyebabkan pelebaran puncak
kromatogram karena perbedaan profil alir pada kanal atau diantara partikel
pendukung pada kolom. Solut yang melalui bagian tengah kanal akan lebih dahulu
mencapai ujung kolom daripada solut yang melalui bagian tepi kanal. Derajat
pelebaran puncak yang dipengaruhi oleh difusi Eddy dan transfer massa fase gerak
dikarenakan ukuran dari packing materialnya dan laju difusi solut.
Yang kedua adalah Transfer massa fase gerak tetap (stagnant). Transfer
massa fase gerak stagnant menyebabkan pelebaran puncak karena perbedaan laju
difusi dari molekul solut antara fase gerak diluar pori pada fase diam (flowing mobile
phase) dengan fase gerak didalam pori (stagnant) pada fase diamnya (stagnant
mobile phase). Derajat pelebaran puncak sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
ukuran, bentuk dan struktur pori dari packing material, difusi dan retensi dari solute,
serta laju alir solut ketika melalui kolom.

D. Jenis-jenis kromatografi
Jenis-jenis kromatografi dapat diklasifikasikan antara lain berdasarkan jenis
fase (baik fasa diam maupun bergerak) yang digunakan, sistem geometri dan prinsip
pemisahannya.

6
1. Kromatografi berdasarkan fasa yang terlibat
Pemisahan tipe kromatografi berdasarkan fase yang terlibat ditunjukkan pada
tabel berikut :

2. Kromatografi berdasarkan sistem geometri


Klasifikasi jenis kromatografi berdasarkan sistem geometrinya dapat dibagi
menjadi kromatografi kolom dan kromatografi planar.
a. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom, fase diamnya terdeposisi pada pipa yang berbentuk
kolom. Pada kromatografi kolom, komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama
fase gerak melalui kolom tersebut dan kemudian setiap komponen akan terpisahkan.
Setiap komponen yang keluar dari kolom akan masuk ke detektor untuk
dianalisis. Hasilnya disajikan dalam bentuk puncak-puncak (peaks) kromatogram
yang mengidentifikasikan konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu. Luasan puncak
sebanding dengan konsentrasi komponen sampel.
b. Kromatografi planar
Kromatografi Planar (Kromatografi lapis tipis) merupakan jenis kromatografi
di mana fase diamnya berupa film tipis dengan partikel padat yang terikat bersama
melalui kekuatan mekanik pada senyawa pengikat seperti kalsium sulfat.
Pada kromatografi lapis tipis ini komponen yang akan dipisahkan bergerak
bersama fase gerak dalam sebuah bidang datar. Senyawa yang bergerak terlihat
seperti noda (spot) yang dapat dikenali. Posisi noda menunjukkan identitas suatu
komponen/senyawa, sedangkan besar atau intensitas noda menunjukkan
konsentrasinya.

7
Pada kromatografi planar ini beberapa bercak komponen/senyawa dapat
dipisahkan langsung secara bersamaan maupun dipisahkan dengan beberapa langkah,
dimana langkah yang selanjutnya tegak lurus arahnya dengan langkah yang pertama.
Cara ini dikenal dengan metode kromatografi dua dimensi. Gambar dibawah ini
menunjukkan proses pemisahan menggunakan metode kromatografi planar.

3. Kromatografi berdasarkan prinsip pemisahan


Klasifikasi jenis kromatografi berdasarkan prinsip pemisahannya dapat dibagi
menjadi Kromatografi Adsorpsi, Kromatografi Partisi, Kromatografi Pertukaran ion,
Exclusion Chromatography dan Affinity Chromatography.
a. Kromatografi Adsorpsi
Pada jenis kromatografi adsorpsi, prinsip pemisahan berdasarkan proses
adsorpsi analit dalam permukaan padatan fase diam. Padatan fase diam dapat berupa
silika gel atau alumina yang memiliki luas permukaan relatif besar. Kromatografi
adsorpsi merupakan salah satu metode kromatografi yang cukup lama. Pemisahan
didasarkan pada perbedaan sifat afinitas adsorpsi dari komponen sampel pada
permukaan padatan aktif. Kromatografi adsorpsi menggunakan fase gerak cairan
maupun padatan yang mampu teradsorp pada permukaan fase diamnya. Pada gambar
dibawah ini ditunjukkan interaksi adsorpsi antara analit pada fase gerak dengan
permukaan fase diamnya.
Metode kromatografi adsorpsi memiliki beberapa kelemahan dia antaranya
yang pertama adalah keterbatasan jumlah adsorben yang dapat digunakan untuk
melakukan pemisahan. Kedua adalah koefisien distribusi terhadap adsorpsi yang
seringkali tergantung pada konsentrasi total komponen yang akan dipisahkan,
sehingga mengakibatkan pemisahan kurang sempurna.
b. Kromatografi Partisi
Kromatografi partisi adalah kromatografi dimana proses pemisahannya
berdasakan kemampuan adsorpsi analit pada lapisan tipis cairan yang dilapiskan
pada partikel padatan inert fase diamnya. Prinsip utama pemisahan berdasarkan
perbedaan kelarutan antara komponen sampel pada fase diamnya (gas
chromatography), atau berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam fase gerak
dengan fase diamnya (liquid chromatography). Keuntungan metode kromatografi

8
partisi ini adalah distribusinya tidak bergantung pada konsentrasi, sehingga
pemisahan dapat terjadi lebih baik.
c. Kromatografi Pertukaran ion
Pada kromatografi penukar ion, ion terpisahkan berdasarkan gaya
elektrostatiknya membentuk grup fungsional yang bermuatan pada fase diam.
Kromatografi penukar ion menggunakan resin sebagai padatan fase diam yang
berguna untuk mengikat anion atau kation. Larutan ion bermuatan pada fase gerak
akan berikatan denga resin yang memiliki muatan berlawanan melalui gaya
elektrostatik.
d. Exclusion Chromatography
Exclusion Chromatography merupakan tipe kromatografi yang tidak banyak
dipengaruhi oleh interaksi antara fase diam dengan zat terlarutnya. Proses pemisahan
berdasarkan volume hidrodinamik dari molekul atau partikel. Dalam teknik ini, gel
nonionik dengan ukuran pori yang sama digunakan untuk memisahkan campuran
berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya (BM).
Molekul-molekul yang kecil akan memasuki pori-pori dari gel sedangkan
molekul besar akan melewati sela-sela gel lebih cepat bila dibandingkan dengan
molekul yang melewati pori-porinya. Jadi urutan elusi mula-mula adalah molekul
yang lebih besar, molekul sedang, dan terakhir molekul yang paling kecil. Apabila
fasa diamnya adalah gel yang hidrofil maka teknik ini disebut gel filtration
chromatography dan bila digunakan gel yang hidrofob (polystyrene-divinylbenzene)
disebut gel permeation chromatography.
e. Affinity Chromatography
Kromatografi afinitas bekerja berdasarkan pada interaksi spesifik antara satu
jenis molekul zat terlarut dengan jenis molekul lain yang terimmobilisasi dalam fase
diam. Sebagai contoh, molekul yang terimmobilisasi dapat menjadi antibodi untuk
beberapa protein yang spesifik. Saat zat terlarut yang mengandung campuran protein
melewati molekul ini, hanya protein tertentu saja yang akan bereaksi dengan antibodi
yang terimmobilisasi pada fase diam.

9
E. Manfaat dan Kegunaan Kromotografi
Teknik kromatografi juga dapat digunakan untuk memisahkan sejumlah
jumlah mulai dari mikrogram di laboratorium sampai ton di pabrik kimia.
Kromatografi telah berkembang menjadi salah satu teknik kimia yang paling
banyak digunakan untuk memisahkan partikel dan mencemari tanaman kimia.
Misalnya, di industri kimia, pestisida dan insektisida seperti DDT di air tanah, dan
PCB (Polychlorinated biphenyls) dikeluarkan dengan bantuan kromatografi lapis
tipis.
Di bidang kimia organik dan farmasi, senyawa kiral sangat dekat satu sama
lain dalam hal berat atom atau molekul, komposisi unsur, dan sifat fisiknya. Namun,
keduanya ada dalam dua bentuk yang berbeda, yang disebut enantiomer dan isomer
optik.
Kedua senyawa ini mungkin tampak sama, namun memiliki sifat kimia yang
sangat berbeda. Jadi, di apotek, kromatografi menjadi krusial untuk menganalisa
senyawa kiral yang tepat sehingga obat yang benar dapat diproduksi.
Misalnya, senyawa yang disebut thalidomide memiliki dua isomer optik, dan
salah satu isomer dapat menyebabkan cacat lahir jika wanita hamil mengonsumsinya
pada tahap awal kehamilan. Jadi, penting untuk secara hati-hati memisahkan isomer
ini. Sebagai alat uji utama, kromatografi cair digunakan oleh instansi pemerintah
untuk memisahkan bahan beracun dari air minum dan juga untuk memantau kualitas
udara.
Kromatografi kertas digunakan sebagai teknik untuk memisahkan aditif,
vitamin, pengawet, protein, dan asam amino. Digunakan oleh perusahaan farmasi
untuk menyiapkan sejumlah besar bahan murni, yang selanjutnya diperlukan dalam
pembuatan obat-obatan. Digunakan untuk memeriksa adanya kontaminasi pada
senyawa yang diproduksi dan untuk mendeteksi bifenil poliklorinat berbahaya (PCB)
yang ada pada ikan.
Kromatografi gas digunakan untuk mendeteksi adanya alkohol dalam darah
dan obat-obatan atau obat-obatan dalam urin. Ini adalah beberapa dari berbagai
penggunaan kromatografi. Teknologi ini telah mendapatkan popularitas industri yang
sangat besar dalam beberapa dekade terakhir, karena dapat memisahkan bahan kimia
secara efisien, memisahkan bahan kimia yang berbeda dalam orientasi atom mereka

10
di luar angkasa, dan hemat biaya . Kromatografi gas dan kertas sangat populer di
bidang ilmu forensik dan digunakan dalam analisis serat dan sidik jari DNA dan
RNA. Ini digunakan untuk mendeteksi residu atau bahan kimia yang ada jika terjadi
kebakaran atau ledakan, yang pada gilirannya membantu memecahkan kasus yang
berbeda.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau kromatografi adalah proses
melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan absorpsi terhadap
zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa
yang di sebut kromatogram.
Jenis jenis kromatografi : Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi),
Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi), romatografi Gas-padat (KGP)
Kromatografi Gas-Cair (KGC), Kromatografi Penukar Ion, Kromatografi Kertas
(KT), Kromatografi Lapis Tipis (KLT atau TLC = Thin Layer Chromatography),
Kromatografi Filtrasi Gel, Kromatografi Elektroforesis Kontinyu, dan Kromatografi
Kolom.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang
pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak
bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi
serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair –
padat (KCP) kolom terbuka.
Kelebihan kromatografi kolom adalah dapat digunakan untuk analisis dan
aplikasi preparative. Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran.
Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi. Kekurangan kromatografi
kolom adalah untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan
manual. Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming).

B. Saran
Kami menyadari di dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia

Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Padya Pranita

Keenan, Charles W, dkk. 2002. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia. Jakarta: Bumi aksara

Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.: Yogyakarta: Konsius

Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC Method Development. New
York: John Willey dan Sons

Syukri. 2000. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB Press

Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran

13
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Kromatografi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kromatografi ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, November 2018

Penyusun

14i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3


A. Pengertian Kromatografi .............................................................................. 3
B. Prinsip Kerja Kromatografi ......................................................................... 3
C. Teori pemisahan pada kromatografi ............................................................ 4
D. Jenis-jenis kromatografi ............................................................................... 6
E. Manfaat dan Kegunaan Kromotografi ......................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12


A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
15

Anda mungkin juga menyukai