Anda di halaman 1dari 18

METODE PELAKSANAAN

Pekerjaan : Peningkatan Jalan Poros Desa Cisaat- Karoya Kecamatan


Mandalawangi
Waktu Pelaksanaan : 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender
Tahun : 2019

Dalam melaksanakan Pekerjaan tersebut diatas diperlukan Metoda Pelaksanaan yaitu cara
pelaksanaan suatu pekerjaan agar selesai dengan baik dan waktu yang tepat sesuai dengan
rencana kerja ( Bestek ).

I. PENDAHULUAN
a. Umum
Dinas Perumahan dan Kawasan Perumukiman dan Pertanahan Kab. Pandeglang pada
Tahun Anggaran 2019 akan melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan Poros Desa Cisaat-
Karoya Kecamatan Mandalawangi yang berlokasi di Kabupaten Pandeglang. Waktu
Pelaksanaan pekerjaan adalah 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender.

b. Pekerjaan Persiapan
Lingkup Pekerjaan persiapan Peningkatan Jalan Poros Desa Cisaat- Karoya Kecamatan
Mandalawangi mencakup hal-hal berikut.
1. Mobilisasi
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum
dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan
tersebut akan digunakan.
Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan Lapangan namun ketentuan ini hanya berlaku untuk pentahapan mobilisasi
peralatan utama dan personel terkaitnya dan harus sudah diatur jadwalnya terlebih dahulu
saat tahap pengadaan jasa pemborongannya.
Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan Lapangan namun ketentuan ini hanya berlaku untuk pentahapan mobilisasi
peralatan utamamdan personel terkaitnya dan harus sudah diatur jadwalnya terlebih
dahulu saat tahap pengadaan jasa pemborongannya.
Setiap tahapan Mobilisasi Peralatan Utama harus terlebih dulu diajukan permohonan
mobilisasinya kepada Direksi pekerjaan paling sedikit 30 hari sebelum tanggal rencana
awal mobilisasi setiap peralatan utama tersebut. Direksi pekerjaan perlu melakukan
monitoring/harian atas rencana mobilisasi hingga terlaksananya mobilisasi peralatan
utama beserta personil operator terkait dengan lengkap dan baik.
WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL
PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Dump Truck  Manager
rencana Jadwal Kerja penyuluhan  Rambu – Pelaksana
Pelaksanaan  Kerjaan Lalu bahaya Proyek
rambu
kecelakaan  Manager
lintas keselamatan
kerja sebelum Teknik
 Tertimpa Alat kerja Lalulintas  Pelaksana
Berat  Penggunaan K3
 Terlindas APD yang  Mandor
Kendaraan sesuai  Pekerja,
 Kerusakan  Bekerja denga tukang,
hati-hati operator
Pada Prasana
Umum

2. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


Dalam melaksanakan pekerjaan Jalan setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan
mulai dari awal. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan akhir kegiatan di lapangan
diusahakan tidak mengganggu arus lalu lintas. Aktifitas arus lalu lintas yang terhambat
akibat adanya kegiatan proyek akan merugikan pengguna jalan raya. Agar dalam
pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi kerugian dipihak pengguna jalan, maka manajemen
lalu lintas dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
 Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode kontruksi sesuai
ketentuan.
 Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule pekerjaan dan
koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
 Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di lapangan.
 Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan menempatkannya secara
tepat dan benar.
 Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan mengarahkan arus
lalu lintas.
 Peralatan Keselamatan Lalu Lintas
 Rambu penghalang lalu lintas jenis plastik
 Rambu peringatan
 Peralatan komunikasi dan lainnya
Tenaga yang terdiri dari:
 Pekerja
 Koordinator
Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian, tujuannya agar
lalu lintas tidak masuk atau terperosok ke dalam daerah galian. Rambu-rambu yang
dipasang haruslah mempunyai cat dengan pantulan cahaya, guna menghindari
kecelakaan di malam hari.

WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Dump Truck  Manager
rencana Jadwal Kerja penyuluhan  Rambu – Pelaksana
Pelaksanaan  Kerjaan Lalu bahaya Proyek
rambu
kecelakaan  Manager
lintas keselamatan
kerja sebelum Teknik
 Terluka kerja Lalulintas  Pelaksana
 Tertimpa Alat  Penggunaan K3
Berat APD yang  Mandor
 Terlindas sesuai  Pekerja,
Kendaraan  Bekerja denga tukang,
hati-hati operator
 Kerusakan
Pada Prasana
Umum
c. Acuan Kerja
Dalam melaksanakan pelaksanaan kontruksi Jalan / Jembatan, Kontraktor wajib mengacu
kepada Nomra, Standar, Pedoman atau peraturan baku lainnya yang meliputi :
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, kementrian pekerjaan Umum, Edisi
2010 revisi 3
2. Spesifikasi Umum tahun 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan

d. Waktu Pelaksanaan
e. Waktu pelaksanaan pekerjaan yang diberikan selama 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender.

Hari efektif kerja dengan mempertimbangkan musim hujan/kemarau, hari-hari raya


keagamaan, dan hari libur nasional akan dicantumkan dalam laporan.
II. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pada awal pelaksanaan dipersiapkan sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Pembuatan Job Mix Design
Sebelum pekerjaan utama dilaksakan terlebih dahulu dilaksakan pengambilan sampel
bahan dari quary yang berada di lokasi setempat atau yang berdekatan dengan lokasi
tersebut, diantanya: batu, pasir dan bahan Timbunan Pilihan selanjutnya dibawa ke
laboratorium job Mix Formula/Job Mix Design yang akan dipakai sebagai acuan kerja
dalam pelaksanaan proyek.
2. Kantor Lapangan, Gudang, Base Camp, Kantor Direksi dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi Kantor Lapangan, Gudang, Base Camp, Kantor
Direksi dan Fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan dengan mobilisasi
peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan pelaksaan pekerjaan.
3. Penyiapan Peralatan Kerja
Untuk melaksanakan dan penyelesaian pekerjaan Peningkatan Jalan Poros Desa
Cisaat- Karoya Kecamatan Mandalawangi secara bertahap peralatan-peralatan yang
dibutuhkan sebagai berikut:

NO PERALATAN KAPASITAS JUMLAH


1 Asphalt Finisher - 2,00
2 Dump Truck 3,5 Ton 1,00
3 Tandem Roller 6-8 Ton 1,00
4 Tire Roller - 1,00

4. Perijinan-perijinan
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka sejak dikeluarkannya SPMK akan
segera mengurus perijinan-perijinan antara lain;
- Perijinan pengelolaan jalan untuk matrial dan
- Perijinan-perijinan lain yang dibutuhkan

b. Lingkup Pekerjaan

I. Umum
II. Pekerjaan Tanah
III. Perkerasan Aspal
IV. Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
1. Uraian Umum
Hal-hal yang direncanakan secara garis besar adalah membagi pekerjaan dalam hal
waktu dan hubungan, ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan yang lain.
Dalam perencanaan ini sudah diketahui material-material apa yang harus dipasang
pada waktu tertentu, material harus tiba di lapangan, peralatan yang dipakai dan
tenaga ahli yang akan ditempatkan pada pekerjaan tersebut.
Untuk hal tersebut maksimum dibuatkan :
 Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
 Jadwal waktu pengadaan barang
 Jadwal waktu pengadaan peralatan
 Jadwal waktu pengadaan tenaga kerja/tenaga ahli

Peralatan,Barang matrial dan Tenaga kerja yang diperlukan dikirim secara bertahap
sesuai jadwal. Peralatan dan Barang matrial tersebut disimpan di dalam gudang / los
kerja dan siap dioperasikan

Sebelum pelaksanaan dimulai, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran-


pengukuran di lapangan secara detail. Bersama-sama dengan Direksi Setelah itu
dibuatkan gambar kerja berdasarkan gambar dan spesifikasi dari konsultan. Dalam
proses pengukuran, pembuatan gambar kerja dan cara kerja diperlukan konsultasi dan
koordinasi dengan konsultan atau pengawas sehingga menghasilakan gambar kerja
dan cara kerja yang tepat sasaran.

Hal-hal yang tercakup dalam Persiapan Pelaksanaan meliputi :


 Material/bahan yang akan dipasang
 Waktu kedatangan dan pemasangan material
 Peralatan yang diperlukan
 Jumlah tenaga kerja
 Tenaga ahli yang diperlukan
 Waktu yang direncanakan untuk setiap item pekerjaan
 Mengurus semua perijinan, baik ijin lokasi, maupun dengan Perusahaan terkait.

c. Pekerjaan Fisik Lapangan


Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan dilapangan akan mengikuti tahapan-tahapan
atau urutan-urutan yang sesuai dengan peraturan konstruksi yang berlaku. System
pelaksanaan pekerjaan akan dikerjakan secara simultan kecuali pada item-ite pekerjaan
yang saling ketergantungan.

III. PROSEDUR PELAKSANAAN FISIK PEKERJAAN

Yang akan diuraikan didalam prosedur pelaksanaan fisik pekerjaan ini adalah hal-hal yang
berkaitan dengan item pekerjaan tersebut diatas yang didalamnya memuat antara lain :

USULAN TAHAPAN METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN

Pekerjaan Peningkatan Jalan Poros Desa Cisaat- Karoya Kecamatan Mandalawangi yang
diturunkan dari usulan rencana kerja / S-Curve akan terbagi menjadi beberapa tahapan
penyelesaian pekerjaan antara lain :
a. Tahap – I
Tahap – I merupakan tahapan mobilisasi yang akan dilakukan selama 84 (Delapan Puluh
Empat) minggu sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja / SPMK. Tahapan mobilisasi
yang akan dilakukan antara lain :
 Mempersiapkan base camp dan laboratorium,
 Memobilisasi personil dan peralatan konstruksi,
 Pembuatan papan nama kegiatan,
 Pembuatan rambu-rambu peringatan dll,
 Pengadaan K3
 Melakukan pengukuran dalam rangka pelaksanaan field engineering / rekayasa
lapangan,
 Pembuatan shop drawings / gambar kerja dan review terhadap volume / kuantitas
pekerjaan,
 Pengujian seluruh bahan dasar dan pembuatan job mix formula / JMF
 Serta hal-hal lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai
dengan persyaratan dokumen, khususnya Spesifikasi Teknis / Spesifikasi Umum,
 Selain hal-hal di atas, tahapan ini dilakukan untuk pengembalian kondisi perkerasan
khususnya untuk perbaikan kerusakan jalan yang masuk dalam kategori pekerjaan minor
yang terdiri dari lapis pondasi agregat kelas A. Pekerjaan ini akan dilaksanakan
dalam periode mobilisasi,
 Pemeliharaan rutin dilaksanakan sejak SPMK sampai PHO.

b. Tahap – II
Pelaksanaan Tahap – II di lapangan akan dilakukan sebagai berikut :
 Pengukuran dan staking out.
 Pekerjaan persiapan mobilisasi.
 Pekerjaan dilanjutkan dengan penghamparan dan pemadatan lapis Pondasi Agregat
Kelas A dimana sebelum penghamparan tersebut dilakukan penyemprotan dengan
lapis perekat pada permukaan eksisting sebagai bonding antara perkerasan lama dan
baru.
 Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan penghamparan agregat kelas A.
 Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan penghamparan Lapis Resap Pengikat Aspal
Emulsi dan Laston Aus (AC-WC).

c. Tahap – III
Tahap – IIII dikategorikan sebagai tahapan penyelesaian (finishing) sebelum pekerjaan
secara keseluruhan diserah-terimakan dalam proses PHO kepada Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan yang termasuk dalam tahapan ini meliputi pekerjaan pengecatan marka jalan
termoplastik dan rel pengaman .

PEKERJAAN TANAH
Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari Penyiapan Badan Jalan. Untuk
masing – masing sub item pekerjaan akan kami jelaskan metode pelaksanaannya.

Penyiapan Badan Jalan

Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan yaitu:


 Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat mengganggu pekerjaan seperti
semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.
 Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat seperti
excavator maupun dengan cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar
atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
 Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibratory roller atau
menggunakan Combination Vibratory Roller/Tandem Roller pada daerah pelebaran yg
tidak terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibratory roller.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan adalah:
1. Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.
2. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan alat yang memadai agar kepadatan
yang diinginkan dapat tercapai
3. Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar Untuk mencapai
kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai dengan spesifikasi.
4. Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan eksisting.

WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Dump  Manager
rencana Jadwal akibat terkena penyuluhan Truck Pelaksana
Pelaksanaan alat kerja bahaya  Tandem Proyek
 Kecelakaan
kecelakaan Roler  Manager
kerja sebelum  Alat Bantu Teknik
akibat tertimpa kerja (cangkul,  Pelaksana
material  Penggunaan linggis, K3
 Tangan Pekerja APD yang pengki dan  Mandor
terjepit batu sesuai lain-lain)  Pekerja,
 Bekerja denga tukang,
hati-hati operator

PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL


Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, pekerjaan Lapis Resap Pengikat
– Aspal Emulsi dan Laston Lapis Aus (AC-WC), Untuk masing – masing sub item
pekerjaan akan kami jelaskan metode pelaksanaannya.

Lapis Resap Pengikat- (Aspal Emulsi)


Lapis pengikat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama dengan baru, dan
dipasang pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering dan bersih. Bahan lapis
perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap atau asapal keras pen 80/100 atau pen
60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bgian minyak tanah per 100 bagian aspal.
Pemakaiannya berkisar antar 0,15 liter/m2 samapai 0,50 liter /m2. Lebih tipis dibandingkan
dengan pemakaian lapis resap pengikat.
Banyak pendapat yang berbeda mengenai kapan penghamparan campuran aspal dapat
dilakukan. Ada yang berpendapat bahwa penghamparan bias dilakukan dengan segere
meskipun proses pengeringan belum sepenuhnya selesai, ada juga yang berpendapat bahwa
harus menunggu lapisan lapis perekat ini kering terlebih dahulu, baru bisa dilakukan
penghamparan campuran aspal. Tetapi kenyataan dilapangan banyak menggunakan
pendapat yang pertama.

Peralatan yang digunakan :


1. Aspalht Sprayer
2. Compressor
3. Dump Truck
4. Alat Ukur
5. Alat Bantu
Cara Pemasangan:
Pemasangan lapis resap pengikat dan lapis perekat digunakan alat asphalt distributor.
Asphalt Distributor adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi dengan aspal, pompa,
dan batang penyemprot. Umumnya truk dilengkapi juga dengan pemanas untuk menjaga
temperatur aspal dan juga penyemprot tangan (hand sprayer). Hand sprayer digunakan untuk
daerah – daerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprot.
Sebelum dilakukan pemasangan harus dipastikan bahwa daerah yang akan disemprot bebas
dari kotoran dan debu – debu. lalu asphalt distributor harus dikalibrasikan terlebih dahulu,
seperti sudut nosel, ketinggian dan kecepatan kendaraan. Ketinggian batang penyemprot
diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang
tumpang tindih sebanyak 2 – 3 kali. penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan.
Agar tidak menggangu pekerjaan, pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu lintas jika dirasa
perlu.

WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Alat Tukang  Manager
rencana Jadwal akibat terkena penyuluhan  Aspalht Pelaksana
Pelaksanaan alat kerja bahaya Sprayer Proyek
kecelakaan  Compressor  Manager
 Kecelakaan
kerja sebelum  Dump Truck Teknik
akibat terkena kerja  Tire Roller  Pelaksana
material AMP  Penggunaan  Alat Bantu K3
 Tergilas Mobil APD yang (cangkul,  Mandor
AMP sesuai linggis dan  Pekerja,
 Bekerja denga lain-lain) tukang,
hati-hati operator

Laston Lapis Aus (AC-WC)


Campuran beraspal panas dengan Asbuton Lapis Aus (AC-WC) adalah campuran panas
antara Agregat dengan bahan pengikat asphalt keras pen 60 yang campurannya
menggunakan asboton butir dengankelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kadar abutmen 20 %,
yang dicampur di unit pencampuran Asphalt (UPA), dihampar dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada temperatur tertentu, dengan ketebalan padat 5 cm.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua usulan
agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran
di Laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan campuran (Trial Mix)
yang dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang secara berurutan sesuai dalam
Spesifikasi Teknik, mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.

Pelaksanaan :
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebagai
berikut :
1 Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama dengan Asphalt
Asbuton butir di campur di unit pencampuran asphalt dengan komposisi yang telah disetujui
dump truck membawa campuran asphalt panas kelokasi pekerjaan. Campuran dihampar
dengan menggunakan Asphalt Finisher, kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller,
pemadatan utama oleh Type Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller .
lintasan pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan kepadatan
yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan merapihkan tepian
sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
2. Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant + Genset, Asphalt
Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck, dan alat bantu.
WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL
PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Alat Tukang  Manager
rencana Jadwal akibat terkena penyuluhan  Aspalht Pelaksana
Pelaksanaan alat kerja bahaya Sprayer Proyek
kecelakaan  Compressor  Manager
 Kecelakaan
kerja sebelum  Dump Truck Teknik
akibat terkena kerja  Tire Roller  Pelaksana
material AMP  Penggunaan  Alat Bantu K3
 Tergilas Mobil APD yang (cangkul,  Mandor
AMP sesuai linggis dan  Pekerja,
 Bekerja denga lain-lain) tukang,
hati-hati operator

PEKERJAAN PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR


Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, pekerjaan Lapis Pondasi Agregat
Kelas A untuk Pekerjaan Minor, Lapis Pondasi Agregat Kelas b untuk Pekerjaan Minor
Untuk masing – masing sub item pekerjaan akan kami jelaskan metode pelaksanaannya.

Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Pekerjaan Minor


Dilaksanakan pada lokasi badan/perkerasan jalan eksisting yang mengalami kerusakan
sehingga memerlukan perbaikan dengan melakukan penggantian material agregat base.
Metode kerja dari pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A untuk pekerjaan minor adalah
sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan kepada
direksi untuk disetujui.
b. Menyerahkan daftar peralatan yang digunakan.
c. Wheel loader mencampur dan memuat agregat ke dalam dump truck. Kemudian agregat
tersebut dibawa ke lokasi pekerjaan.
d. Material agregat kelas A dihampar dengan manual (tenaga manusia) dengan
ketebalan sesuai gambar kerja yang disetujui direksi pekerjaan. Dan dipadatkan dengan
alat pemadat mini vibro roller dan atau stamper.
e. Apabila diperlukan hamparan pondasi agregat kelas A, maka untuk mendapatkan
kepadatan maksimum perlu dijaga kadar air optimumnya dengan menyediakan water
tanker dan bila telah memenuhi rentang yang dipersyaratkan kemudian dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat.
f. Sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan
menggunakan alat bantu.

WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Alat Tukang  Pimpinan
rencana Jadwal akibat terkena penyuluhan  Dump Truck Teknik
Pelaksanaan alat kerja bahaya  Wheel Loader  Quality
 Kecelakaan
kecelakaan  Motor Grader Control
kerja sebelum  Tandem  Pelaksana
akibat tertimpa kerja Roller K3
material  Penggunaan  Mandor
 Alat Bantu
 Tangan Pekerja APD yang (cangkul,  Pekerja
Terkena Agregat sesuai linggis dan
lain-lain)
 Bekerja denga
hati-hati
Lapis Pondasi Agregat Kelas B untuk Pekerjaan Minor
Dilaksanakan pada lokasi badan/perkerasan jalan eksisting yang mengalami kerusakan
sehingga memerlukan perbaikan dengan melakukan penggantian material agregat base.
Metode kerja dari pekerjaan lapis pondasi agregat Kelas B untuk pekerjaan minor adalah
sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan kepada
direksi untuk disetujui.
b. Menyerahkan daftar peralatan yang digunakan.
c. Wheel loader mencampur dan memuat agregat ke dalam dump truck. Kemudian agregat
tersebut dibawa ke lokasi pekerjaan.
d. Material agregat kelas A dihampar dengan manual (tenaga manusia) dengan
ketebalan sesuai gambar kerja yang disetujui direksi pekerjaan. Dan dipadatkan dengan
alat pemadat mini vibro roller dan atau stamper.
e. Apabila diperlukan hamparan pondasi agregat Kelas B, maka untuk mendapatkan
kepadatan maksimum perlu dijaga kadar air optimumnya dengan menyediakan water
tanker dan bila telah memenuhi rentang yang dipersyaratkan kemudian dipadatkan
dengan menggunakan alat pemadat.
f. Sekelompok pekerja akan merapihkan tepi hamparan dan level permukaan dengan
menggunakan alat bantu.

WAKTU IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
Sesuai dengan  Kecelakaan  Diberikan  Alat Tukang  Pimpinan
rencana Jadwal akibat terkena penyuluhan  Dump Truck Teknik
Pelaksanaan alat kerja bahaya  Wheel Loader  Quality
 Kecelakaan
kecelakaan  Motor Grader Control
kerja sebelum  Tandem  Pelaksana
akibat tertimpa kerja Roller K3
material  Penggunaan  Mandor
 Alat Bantu
 Tangan Pekerja APD yang (cangkul,  Pekerja
Terkena Agregat sesuai linggis dan
 Bekerja denga lain-lain)
hati-hati

SASARAN K3 DAN PROGRAM K3


 Sasaran k3
Sasaran kesehatan dan keselamatan kerja dilokasi proyek adalah karyawan dan pekerja
yang terlibat langsung dengan peralatan kerja dan material serta lingkungan sekitaqrnya.
Sasaran yang dituju dalam penerapan k3 adalah:
a. Menghindari adanya kecelakaan kerja
b. Menghindari adanya penyakit akibat kerja
c. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat
d. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh
aktifitas kerja
e. Semua karyawan dan pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko
pekerjaannya masing-masing.
 Program K3
1. Promosi program k3 Promosi program k3 terdiri dari:
Pemasangan bendera k, bendera RI, bender Perusahaan, bentuk dan cara
pemasangan (Lihat lampiran)
a. Pemasangan sign board k3
b. Slogan-slogan yang mengisyaratkan akan perlunya bekerja dengan selamat
seperti contoh pada lampiran.
c. Gambar-gambar pamplet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi
dilokasi pekerjaan dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan dilapangan.

PENGENDALIAN OPERASIONAL K3
Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan, petugas K3 melakukan langkah-langkah preventif
guna memberikan kepastian terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pelaksana.
Setiap personil di lapangan diberikan/dibekali kemampuan yang memadai dalam hal prevensi
/ pencegahan melalui kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh petugas K3 berupa pelatihan
yang diselenggarakan baik oleh intansi pemerintah maupun swasta. Dengan pelatihan
tersebut diharapkan mereka bisa menerapkan kegiatan baik medis maupun non medis yang
sifatnya emergensi dalam kondisi kerja apapun. Pengendalian operasional berupa prosedur
kerja / petunjuk kerja, yang harus mencakup seluruh upaya pengendalian, diantaranya :
a. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan
 Pemasangan rambu-rambu
 Gunakan operator bepengalaman
 Menjaga jarak dengan alat berat
 Menjaga jarak dengan alat pemotong
 Memakai kaos tangan
 Memakai helm kerja
 Memakai rompi berpemantul
 Memakai sepatu kerja
 Menghindari berada di daerah tebing / curam
 Memperhatikan stabilitasi tanah di lokasi kerja terutama turunan
 Memperhatikan area swing alat berat
 Memperhitungan potensi kejatuhan material
 Menempatkan personil untuk mengawasi pergerakan alat kerja
 Menunjuk Penanggung jawab Kegiatan SMK3 yang diluangkan dalam Struktur
Organisasi K3 beserta Uraian Tugas
 Upayakan pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada contoh Tabel
 Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja.
 Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko
 Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan,
 Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3, Indentifikasi Bahaya,
Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3 dan Penanggung Jawab.

b. Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan menjadi Penganggung Jawab


Kegiatan SMK3

Organisasi K3 :
Penanggung Jawab

Emergency/Kedauratan P3K Kebakaran

Dalam operasionalnya, pelaksanaan Undang-Undang keselamatan dan kesehatan kerja


dan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, di lapangan dibentuk struktur
organisasi K3 yang terdiri dari Penanggung Jawab, Emergency, P3K, Kebakaran.
Adapun deskripsi tugas masing-masing sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab :
 Merencanakan system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Menerapakan system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Melakukan monitoring terhadap aplikasi system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Melakukan sosialisasi terhadap system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Menyediakan perangkat keras kebutuhan penerapan system keselamatan dan
kesehatan kerja;
 Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja;
 Mengambil tindakan nyata terhadap system keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Tugas dan Fungsi Pengawas / Supervisor
 Memastikan semua tenaga kerja dalam posisi aman sesuai prosedur kerja sebagai
pedoman;
 Melakukan evaluasi terhadap semua kondisi yang berpengaruh terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja;
 Memberikan kepastian terhadap tenaga kerja telah dilengkapi dengan alat pelindung
keselamatan;
 Mengidentifikasi awal penyebab kecelakaan kerja dan melakukan tindakan awal
penyelamatan;
 Memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai resiko akibat melanggar
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Tugas dan Fungsi Karyawan dan Personil pemasok / Sub Kontraktor Proyek
 Bekerja sesuai prosedur kerja aman seperti yang tertulis dalam Manual K3;
 Memakai alat pelindung diri pada saat akan bekerja sebagaimana yang dianjurkan
olehpelaksana;
 Melaporkan suatu kondisi tidak aman kepada atasannya;
 Menjaga lingkungan tempat kerja sebagaimana prosedurnya.
4. Tugas dan Fungsi Pelaksana K3
 Memiliki pengetahuan yang baik tentang Peraturan Undang-Undang K3, standar
keselamatan dan kesehatan kerja bidang industri dan memastikan penerapannya
dengan benar setiap saat;
 Memastikan bahwa “prosedur Kerja Aman” berlaku efektif, diketahui, dimengerti,
dan diterapkan. Memastikan perbaikan diterapkan dengan seharusnya;
 Menyediakan laporan bulanan untuk jajaran manajemen yang memuat analisis
gejala statistik:
- Ringkasan tentang semua kecerdasan
- Semua insiden penting
- Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
 Memberikan program Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada karyawan
baru;
 Melakukan inspeksi lapangan secara terus menerus untuk mengidentifikasi tindakan
dan keadaan yang tidak aman, dan memberitahu jajaran pimpinan tentang hal-hal yang
tidak bisa ditanggulangi dengan segera;
 Menyampaikan saran berharga lini manajemen tentang masalah keselamatan
dan kesehatan kerja, termasuk standar-standar yang berlaku dibidang legislatif maupun
industri;
 Membantu penyelidikan pergerakan dan mengumpulkan laporan lengkap tepat pada
waktunya;
 Membantu pelatihan K3 bagi semua tingkat karyawan.
c. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja:
 Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.
 Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian darurat.
 Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas dengan tanggung jawab khusus
selama kejadian darurat.
 Prosedur evakuasi termasuk denah evakuasi.
 Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang dipersyaratkan.
 Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat.
 Komunikasi dengan badan pemerintah.
 Komunikasi dengan publik.
 Proteksi/perlindungan rekaman dan peralatan penting.
 Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti gambar denah
lokasi perusahaan, data material berbahaya, prosedur, instruksi kerja dan nomor
telepon penting.
 Keterlibatan pihak eksternal dalam emergency plan harus secara jelas diatur dan
didokumentasikan.
d. Rencana prosedur / petunjuk kerja yang perlu di siapkan
 Memberi panduan pelaksanaan merujuk K3 konstruksi
 Menyiapkan rambu pelaksanaan sesuai SOP
 Membuat surat persetujuan kepada direksi sebelum bekerja
 Menerima izin pelaksanaan dari direksi
 Melaksanakan pekerjaan disaksikan direksi
 Meminta saran/pendapat direksi perihal SOP pelaksanaan pekerjaan
e. Rencana program pelatihan / soisalisasi sesuai pengendalian resiko
Sehubungan pelaksanaan K3 di lokasi kerja, pelatihan dan sosialisasi ke pada pekerja
sangat diutamakan. Untuk itu, pelakanaan pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan
kegiatan dilakukan, yaitu pada masa sesaat setelah mobilisasi. Kepada pekerja dan
seluruh personil diberikan pelatihan singkat mengenai tingkat resiko kerja yang dihadapi
dan tindakan preventif yang paling mutlak dilakukakan. Disaat bersamaan, dilakukan
sosialisasi mengenai pentingnya melakukan pencegahan dini terhadap kecelakaan,
akibat dan resiko yang dihadapi atas pekerjaan yang dihadapinya. Untuk itu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
 Menyiapkan tenaga pelatihan kerja singkat
 Mendatangkan instruktur berpengalaman perihal K3 konstruksi
 Membagikan buku saku K3 Konstruksi kepada seluruh pekerja
 Setiap pagi memberikan briefing sebelum bekerja

f. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan


 Pertolongan Pertama
 Pertolongan pertama (first aids) dapat didefinisikan sebagai pertolongan yang diberikan
kepada seseorang yang telah terluka atau telah jatuh sakit. Pertolongan pertama juga
mencakup membantu diri sendiri karena tidak adanya petugas medis.
 Pelatihan pertolongan pertama terbukti menjadi sangat berharga selama bencana,
seperti gempa bumi atau kecelakaan industri. Dengan mengetahui apa yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat dapat mengurangi kebingungan dan kekacauan.
Pengetahuan tentang pertolongan pertama adalah tanggung jawab semua orang dan
harus dianggap sebagai alat penting dalam mencegah komplikasi dan menyelamatkan
hidup.
 Terkait pertolongan pertama, OSHA (Occupational Safety and Health Administration)
yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika
Serikat mensyaratkan bahwa tenaga medis harus tersedia untuk konsultasi mengenai
masalah-masalah keselamatan tempat kerja dan kesehatan. OSHA juga mensyaratkan
bahwa harus ditentukan jumlah personil yang sesuai untuk diberikan pelatihan dalam
prosedur pertolongan pertama dan ditetapkan bahwa perlengkapan untuk pertolongan
pertama dapat tersedia di lokasi kejadian
 Setelah melakukan langkah-langkah darurat untuk menjamin keselamatan korban,
pertolongan pertama harus mengikuti pedoman berikut.
 Jangan memindahkan korban kecuali untuk alasan keamanan (seperti korban dalam
kontak dengan penghantar listrik secara langsung tanpa mekanisme mematikan listrik).
 Tentukan posisi yang paling tepat untuk korban, dan tidak mengizinkan korban
untuk naik atau berjalan.
 Jangan ganggu korban dengan tindakan yang tidak diperlukan (misalnya dengan
mengajukan pertanyaan yang tidak memiliki relevansi dengan perawatan medis).
 Pencegahan kedinginan dengan menggunakan penutup atau selimut.
 Memeriksa korban secara sistematis, memberikan perhatian khusus terhadap sifat dari
kecelakaan atau sakit yang mendadak dan kebutuhan dari situasi tersebut.
 Mengelola prosedur pertolongan pertama yang tepat.
 Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari pertolongan pertama dan harus
dimasukkan dalam desain program ini, antara lain:
 Melatih kader personil dalam perawatan darurat seperti pertolongan pertama dan
pernafasan buatan (cardiopulmonary resuscitation/CPR). Pelatihan harus
menyeluruh, diulang sesering mungkin, dan diarahkan terhadap bahaya spesifik lokasi.
 Menetapkan penghubung dengan tenaga medis lokal.
 Menginformasikan dan mendidik para personil tentang bahaya
 spesifik sehingga mereka dapat secara optimal membantu jika terjadi keadaan
darurat.
g. Persyaratan Operator Alat Angkat
 Operator alat angkat harus memenuhi kompetensi operator alat angkat.
 Setiap operator alat angkat harus memiliki SIO (Surat Ijin Operasi) alat yang dikeluarkan
oleh badan yang berwenang.
h. Rambu Peringatan/Larangan/Anjuran
 Penempatan rambu-rambu peringatan/larangan/anjuran harus dipasang sesuai dengan
kondisi di tempat kerja.
 Rambu peringatan/larangan/anjuran harus mudah dilihat dan dapat dibaca.
i. Alat Pelindung Diri
 Alat pelindung diri diidentifikasi berdasarkan hasil penilaian risiko.
 Alat pelindung diri (APD) diberikan kepada pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan
j. Tamu, Pengunjung dan Pihak Luar :
 Pengendalian dan pembatasan akses masuk dan akses keluar tempat kerja.
 Persyaratan APD (Alat Pelindung Diri).
 Induksi K3.
 Persyaratan tanggap darurat.
IV. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Yang Direncanakan

Jangka waktu pelaksanaan pada Peningkatan Jalan Poros Desa Cisaat- Karoya Kecamatan
Mandalawangi sampai dengan selesai adalah 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender.

Demikian Metode Pelaksanaan kami buat untuk memenuhi aturan pelelangan Pekerjaan
Peningkatan Jalan Poros Desa Cisaat- Karoya Kecamatan Mandalawangi .

Pandeglang, 29 Juli 2019


Penyedia Jasa Kontruksi
CV. ANDERPATI

AGIT KURNIAWAN
Direktur

Anda mungkin juga menyukai