Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. ( Betz C, 2002 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi
Yuliani, 2001) Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (IKA, 2001)

B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Sistem Pernafasan
Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat
mempertahankan metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernapasan
dibentuk melalui suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Disini sejumlah
oksigen diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat yang sama karbondioksida dan uap
air dikeluarkan.
2. Organ saluran pernapasan terdiri dari :
a. Hidung
Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidup yang terlihat, dibentuk oleh dua
tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan disebelah
dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu mencegah benda-benda asing
masuk kedalam hidung. Kavum nasalis adalah suatu lubang besar yang dipisahkan oleh
septum. Beberapa tulang di sekitar rongga nasal berlubang. Lubang di dalam tulang tersebut
disebut sinus paranasalis, yang memperlunak tulang dan berfungsi sebagai ruang bunyi
suara, menjadikan suara beresonasi. Semua sinus paranasalis dilapisi oleh membrane
mukosa dan semua terbuka ke dalam rongga nasal, dimana mereka dapat terinfeksi.
b. Faring
Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah dalamnnya
berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang, faring dipisahkan dari
vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding depannya tidak sempurna
dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan laring.

Faring dibagi ke dalam tiga bagian :

1) Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum yang
lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil
faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan
menutupi faring serta menyebabkan pernapasan mulut pada anak-anak. Tubulus auditorium
terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa ke bagian
tengah telinga. Nasofaring dilapisi membrane mukosa bersilia yang merupakan lanjutab dari
membrane yang melapisis bagian hidung.
2) Orofaring terletak dibelakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya
saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palato-glosum yang
merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum. Orofaring merupakan
bagian dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menelan dan bernapas secara bersamaan. Saat menelan, pernapasan berhenti sebentar dan
orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum. Orofaring dilapisi
oleh jaringan epitel berjenjang.
3) Laringofaring terletak dibelakang laring.
c. Laring
Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea. Disebelah atas laring,
terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak di depan laring dan di belakang laring
terletak laringofaring dan vertebra servikalis. Pada sisi lain terdapat lubang kelenjar tiroid.
Laring disusun oleh beberapa tulang rawan tidak beraturan yang dipersatukan oleh ligament dan
membrane-membran.
d. Trakea
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bagian depan hidung menuju dada.
Trakea dibagi atas bagin kiri dan bagian kanan bronkus utama yang sejajar dengan vertebrae
thoracicae yang kelima. Panjangnya sekitar 12cm. istmus kelenjar tiroid memotong bagian depan
trakea dan lengkung aorta di sebelah bawahnya, dengan ‘manubrium sernum’ didepannya.
Esophagus terletak dibelakan trakea, memisahkannya dari badan vertebra torasik. Pada sisi-sisi
lain trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid di sebelah atasnya. Dinding trakea
tersusun atas otot involunter dan jaringan fibros yang diperkuat oleh cincin tulang rawan hyaline
yang tidak semourna. Defisiensi dalam tulang rawan terletak pada bagian belakang, dimana
trakea bersentuhan dengan esophagus. Ketika suatu lobus makanan ditelan, esophagus mampu
mengembang tanpa gangguan, tetapi tulang rawan mempertahankan kepatenan jalan napas.
Trakea dihubungkan dengan epithelium yang mengandung sel-sel goblet yang menyekresi
mucus. Silia membersihkan mucus dan partikel-partikel asing yang dihisap kearah laring.
e. Paru-paru
Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di dalam
torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru memanjang dari akar leher
menuju diafragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak disebelah atas dan alas
disebelah bawah. tulang rusuk, tulang rawan kosta, dan tulang rawan interkosta terletak di depan
paru-paru dan dibelakang mereka adalah tulang rusuk, otot interkosta, dan prosesus transversal
vertebra torasik. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang dengan sempurna memisahkan
satu sisi rongga torasik dari sisi lainnya, yang merentang dari vertebra di belakang sampai
sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum terdapat jantung dan pembuluh darah besar,
trakea dan esophagus, duktus torasik an kelenjar timus. Paru-paru di bagi menjadi lobus-lobus.
Paru-paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh ‘’belahan yang miring’’.
Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang berbentuk kerucut. Paru-paru
sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah dipisahkan oleh fisura oblik dengan
posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru lainnya dipisahkan oleh suatu fisura
horizontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-
segmen yang disebut bronco-pulmoner, mereka dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding
jaringan konektif, masing-masing satu arteri dan satu vena. Masing-masing segmen juga dibagi
menjadi unit-unit yang disebut lobules.
f. Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang tersebut masuk ke
dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang, dan lebih horizontal.
Daripada bronkus utama sebelah kanan karena jantung terletak agak ke kiri dari garis tengah.
Setiap bronkus dibagi ke dalam cabang-cabang, satu cabang untuk setiap lobus. Setiap cabang
kemudian dibagi menjadi cabang-cabang, satu cabang untuk setiap segmen bronco-pulmoner dan
kemudian dibagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dalam paru-paru. Struktur bronkus mirip
trakea, tetapi tulang rawannya kurang teratur.
g. Bronkiolus
Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang rawan, tetapi disusun
oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang dihubungkan dengan kuboid epithelium.
Apabila bronkiolus mengecil, jaringan fibrosa, dan muskulus menjadi tidak tampak dan saluran
yang paling kecil, bronkiolus ialah suatu lapisan tunggal sel-sel epitel yang diratakan.
h. Alveoli dan duktus alveolaris
Bronkiolus terminal bercabang secara berulang untuk membentuk saluran yang disebut duktus
alveolar. Di sinilah kantung alveolar dan alveoli terbuka. Alveoli dikelilingi suatu jaringan
kapiler. Darah yang mengalami deoksigenasi memasuki jaringan kapiler arteri pulmoner dan
darah yang mengandung oksigen meninggalkannya untuk memasuki vena pulmoner. Di jaringan
pipa kapiler ini berlangsung pertukaran gas antara udara di dalam alveoli dan darah di dalam
pembuluh darah.
i. Hilum paru
Hilum adalah cekukan berbentuk segitiga pada permukaan medial cekung paru-paru. Struktur
yang membentuk akar paru memasuki dan meninggalkan hilum, yang terletak sejajar vertebra
torasik kelima sampai ketujuh. Struktur ini mencakup bronkus utama, arteri pulmoner, vena
bronkiolus, dan pembuluh darah limfatik, yang meninggalkan akar paru-paru.
j. Pleura
Pleura adalah suatu membrane serosa yang mengelilingi paru-paru. Pleura disusun oleh sel-sel
epitel datar pada dasar membrane dan memiliki dua lapisan. Pleura visceral melekat kuat pada
paru-paru, melapisi permukaan paru-paru dan masuk ke dalam fisura inter-lobus. Pada akar paru,
lapisan visceral direfleksikan kembali menjadi lapisan parietalis yang menghubungkan dinding
dada dan membungkus lapisan diafragma superior. Kedua palisan pleura tersebut bersentuhan,
dinding yang satu dengan dinding yang lain hanya dipisahkan oleh satu film cair yang
memungkinkan mereka menggelinding satu sama lain tanpa terjadi gesekan. Ruang yang
terdapat di antara lapisan ini disebut rongga pleura.

3. Mekanisme Pernapasan
Pernapasan terdiri atas dua bagian, inspirasi dan ekspirasi. Dada mengembang selama inspirasi,
akibat pergerakan diafragma dan otot-otot interkosta. Ketika diafragma berkontraksi selama
inspirasi, ia menjadi datar dan lebih rendah dan panjang rongga torasik meningkat. Otot-otot
interkosta eksternal, pada saat kontraksi, mengangkat tulang rusuk dan menarik keluar,
meningkatkan kedalaman rongga toraks. Saat dinding dada bergerak ke atas dan keluar dari
pleura parietalis, yang melekat dengan baik pada dinding dada, pleura tersebut juga ikut
terangkat. Pleura viseralis mengikuti pleura parietalis dan volume interior torak meningkat. Paru-
paru mengembang untuk mengisi ruang tersebut dan udara diisap ke dalam bronkiolus. Ekspirasi
selama pernapasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan kembali ke bentuk aslinya, yang
berbentuk kubah. Otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk kembali ke posisi semula. Udara
dikeluarkan melalui cabang-cabang bronkiolus. Pada ekspirasi kuat, otot interkosta internal
berkontraksi secara aktif untuk menurunkan tulang rusuk. Otot pernapasan tambahan
kemungkinan digunakan selama napas dalam atau ketika jalan napas terhambat. Selama
inspirasi, otot-otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum dan meningkatkan diameter
torak dari depan ke belakang. Seratus anterior dan pektoralis mayor menarik tulang rawan ke
arah luas saat lengan dirapatkan. Lantasimus dorsi dan otot-otot dinding abdomen anterior
membantu menekan toraks selama ekspirasi kuat.
C. ETIOLOGI
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini. Sebenarnya pada diri manusia sudah ada
kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor
prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai
penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang
mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
a) Rinitis ringan
b) Anoreksia
c) Gelisah
Berlanjut sampai :
a) Demam
b) Malaise
c) Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
d) Ekspirasi bebunyi
e) Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
f) Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
g) Leukositosis
h) Foto thorak pneumonia lobar
2. Pneumonia virus
Gejala awal :
a) Batuk
b) Rinitis
Berkembang sampai
a) Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan
lesu
b) Emfisema obstruktif
c) Ronkhi basah
d) Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Anoreksia
e) Mialgia
Berkembang menjadi :
a) Rinitis
b) Sakit tenggorokan
c) Batuk kering berdarah
d) Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas.
Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-
bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada
mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada
kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis
yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini
paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar
ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal
dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat
merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri
yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-
kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-
Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang
diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
F. PATHWAY

Virus, Bakteri, Jamur


(penyebab)

Invasi saluran nafas


atas

kuman berlebihan di Kuman terbawa ke Infeksi seluran


bronkus saluran cerna napas bawah

Proses peradangan Infeksi saluran


cerna Dilatasi
pembuluh darah
Akumulasi cerna
secret dibronkus Peningkatan flora
normal di usus Eksudat masuk
alveoli
Bersihan Mucus di
Peristaltic usus Gangguan difusi
jalan napas bronkus
tidak efektif gas
malabsorpsi
Bau mulut tak Gangguan
sedap Frekkuensi pertukaran gas
BAB >X/hari
anoreksia
Gangguan
keseimbangan
Intake
cairan tubuh
Nutrisi kurang
kebutuhan tubuh
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika
anak tidak berespon terhadap pengobatan.
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat
3. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotik sesuai dengan program
5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Kaji status pernafasan
2. Kaji tanda- tanda distress pernafasan
3. Kaji adanya demam, tachicardia, malaise, anoreksia, kegeisahan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
2. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
 Tujuan : setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi
bersih
Kriteria:
a) Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
b) Sekret di jalan nafas bersih
c) Cuping hidung tidak ada
d) Tidak ada sianosis
Intervensi:
a) Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu
nafas, warna kulit
b) Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas
c) Posisikan kepala lebih tinggi
d) Lakukan postural drainage
e) Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada
f) Jaga humidifasi oksigen yang masuk
g) Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lender

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru
 Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam
alveoli adekuat.
Kriteria:
a) Akral hangat
b) Tidak ada tanda sianosis
c) Tidak ada hipoksia jaringan
d) Saturasi oksigen perifer 90%
Intervensi:
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
b) Keluarkan lendir jika ada dalam jalan nafas
c) Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit
d) Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis
e) Awasi tingkat kesadaran klien

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebihan, penurunan masukan oral.
 Tujuan: menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi:
a) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu, takikardi, hipotesis.
b) Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah)
c) Catat laporan mual/muntah.
d) Pantau masukan dan haluran urine
e) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
f) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
menarik untuk pasien.
g) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
 Tujuan :
1) Menunjukkan peningkatan nafsu makan
2) Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
Intervensi :
a) Identifikasi factor yang menimbulkan mual/muntah
b) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan
mulut.
c) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
d) Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen.
e) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
menarik untuk pasien.
f) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Yuliani. (2001).Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta

Infomedika;2000

Ngastiyah. (1997).Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Betz & Sowden.(2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:

Huda, A. 2015. Nanda (NIC-NOC)2015. Jogjakarta. Mediaction

Anda mungkin juga menyukai