Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


JIWA PADA KASUS HARGA DIRI RENDAH (HDR) DI LINGKUNGAN
KERJA PUSKESMAS PAGESANGAN
MATARAM

DI SUSUN OLEH :

NISWATUN ASNAWATI
NIM : 068 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KONSEP TEORI
1. 1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah
1. Pengertian Harga Diri Rendah
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2013 dalam I
Suartama Putra, 2017). Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep
diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang
dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri
negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Konsep diri terdiri atas komponen-
komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu
yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk
persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart &
Sundeen, 2013).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 2013).
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart dan
Sundeen, 2013).
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.

1
Peran yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak
mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 2013).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang
sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang
berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan
berharga (Stuart & Sundeen, 2013)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara
langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2012). Harga
diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito, L.J,
2006)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat
bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi
secara:
1) Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba.
Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal).
b) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
2) Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri
telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien
mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptive, Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015)
2. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap
konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan
maladaptif.
a. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
b. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalisasi


diri diri positif diri rendah identitas
Stuart dan Sundeen (2013) mengatakan:
1) Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2) Konsep diri adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
3) Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
4) Kekacauan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5) Dipersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta
tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam
konsep diri seseorang, Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut:
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor
kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak
sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang
tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan
mempunyai keraguan atau ketidakpastian. Anak yang tidak
menerima kasih sayang maka anak tersebut akan gagal
mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain. Individu
yang kurang mengerti akan dan tujuan kehidupan akan gagal
menerima tanggungjawab untuk diri sendiri. ia akan
tergantung pada orang lain dan gagal mengembangkan
kemampuan sendiri. Ia mengingkari kebebasan
mengekspresikan sesuatu, termasuk kemungkinan berbuat
kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut
diri sendiri. Ideal diri yang ditetapkan tidak dapat dicapai.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.
Peran sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima
oleh masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri,kurang objektif dan kurang rasional
dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitif, kurang
hangat kurang ekspresif disbanding wanita. Sesuai dengan
standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti
lazimnya, maka dapat menimbulkan konflik didalam diri
maupun hubungan sosial Misalnya, wanita yang sacara
tradisional harus tinggal di rumah saja, jika ia mulai keluar
rumah untuk sekolah atau kerja akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor
biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai
sejumlah peran.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
kurang percaya diri pada anak. anak akan ragu apakah yang ia
pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka
timbul rasa bersalah.Kontrol orang tua yang tetap pada anak
remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua.
teman sebaya merupakan faktor lain yang mempengaruhi
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,diinginkan dan
dimiliki oleh kelompoknya (Keliat, 2006).
b. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi
yang dihadapi individu dan individu yang tidak mampu
menyelesaikan masalah.Stressor yang mempengaruhi harga diri
dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu
dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan
kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal
tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan Sundeen, 2013).
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal
sebagai berikut:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada
tiga jenis transisi peran:
a) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, Perubahan
ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan
fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan
prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2013).
4. Manifestasi Klinis
Stuart (2013) mengemukakan tanda dan gejala apabila seseorang
memiliki harga diri rendah:
a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa diri penting yang berlebihan
f. Perasaan tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
i. Perasaan negatif tentang dirinya sendiri
j. Ketegangan peran yang dirasakan
k. Pandanangan hidup yang pesimis
l. Keluhan fisik
m. Pandangan hidup yang bertentangan
n. Penolakan terhadap kemampuan personal
o. Destruktif terhadap diri sendiri
p. Pengurangan diri
q. Menarik diri secara sosial
r. Penyalahgunaan zat
s. Menarik diri dari realitas
t. Khawatir
5. Patofisiologi

Isolasi sosial (menarik diri) --------------------------- Akibat

HARGA DIRI RENDAH


--------------------------- Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif --------------------------- Penyebab

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah


mengkritik diri sendiri atau orang lain, gangguan dalam berhubungan,
rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
mudah tersinggung, atau berlebihan, perasaan takut mengenal
tubuhnya ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang
pesmis, keluhan, pandangan hidup yang berlebihan, penolakan
terhadap kemampuan sosial, perguruan dan menjauh diri secara sosial,
pengurungan diri, menaruh diri secara sosial, penyalahgunaan zat
(Stuart dan Sundeen, 2013)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2001 dalam ISuartama Putra, 2017) terapi
pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi
yang dimaksud meliputi:
1) Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang
cukup singkat
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat,
baik untuk gejala positif maupun gejala negative
skizofrenia
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan aripiprazole.
2) Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005).
3) Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
4) Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku
merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang
ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.
Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy
aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005). Dari empat jenis therapy
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
therapy aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait
dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat, 2005).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. 2 Konsep Dasar
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
2. Analisa Data
a. Koping Individu Tidak Efektif
DS:
- Klien memlih diam untuk menyelesaikan masalahnya
DO:
- Klien suka menyendiri
- Klien tampak pendiam
b. Harga diri rendah
DS:
- Adanya ungkapan yang menegatifkan diri
- Mengatakan pandangan hidup yang pesimis
- Merasa tidak mampu melakukan sesuatu
- Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi
sebagaimana mestinya
- Ungkapan mengkritik diri sendiri, mengejek dan
menyalahgunakan diri sendiri
DO:
- Kontak mata kurang, sering menunduk,
- Mudah marah dan tersinggung
- Menarik diri
- Menghindar dari orang lain
c. Isolasi sosial dengan menarik diri
DS:
- Ungkapan yang terbatas ya tidak tahu
DO:
- Tidak adanya kontak mata
- Selalu menundukkan kepala
- Berdiam diri di kamar
- Afek tumpul, menyendiri
- Menolak diajak berbincang-bincang
3. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah Kronis
4. Intervensi

HARI/TGL DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


/ JAM KEP.
Gangguan TUM : Setelah diberikan askep selama Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Konsep Diri : Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
Harga Diri berhubungan diharapkan TU dan TUK dapat prinsip komunikasi kelancaran hubungan
Rendah dengan orang lain tercapai dengan kriteria hasil : therapeutic : interaksi selanjutnya.
Kronis secara optimal. 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa klien dengan ramah
2. Menunjukan rasa senang dan baik secara verbal dan
TUK 1 : 3. Ada kontak mata non verbal.
Klien dapat 4. Mau berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan
membina hubungan menyebut nama, mau sopan.
saling percaya menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap
5. Mau duduk berdampingan klien dan nama panggilan
dengan perawat yang disukai klien.
6. Mau mengutarakan masalah 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
yang dihadapi. 5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati

1
dan menerima klien apa
adanya.
7. Beri perhatian pada klien
dna perhatikan kebutuhan
dasar klien

TUK 2 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan kemampuan 1. Mendiskusikan tingkat


Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dan aspek positif yang kemampuan klien seperti
mengidentifikasi diharapkan TU dan TUK dapat dimiliki klien. menilai realitas, control
kemampuan dan tercapai dengan kriteria hasil : diri atau integritas ego
aspek positif yang 1. Klien dapat menyebutkan diperlukan sebagai dasar
dimilikinya aspek positif dan asuhan keperawatannya.
kemampuan yang dimiliki 2. Setiap bertemu hindarkan 2. Reinforcement positif
klien dari memberi nilai negatif. akan meningkatkan
2. Aspek positif keluarga. harga diri klien.
3. Aspek positif lingkungan 3. Usahakan memberikan 3. Pujian yang realistik
yang dimiliki klien. pujian yang realistik. tidak menyebabkan klien
melakukan kegiatan
hanya karena ingin
mendapatkan pujian.
TUK 3 : Setelah diberikan askep selama
Klien dapat menilai ... menit dalam ..x pertemuan
kemampuan yang diharapkan TU dan TUK dapat 1. Diskusikan dengan klien 1. Keterbukaan dan
digunakan tercapai dengan kriteria hasil : kemampuan yang masih pengertian tentang
1. Klien menilai kemampuan dapat dilakukan dalam kemampuan yang
yang dapat digunakan di sakit. dimiliki adalah prasarat
RSJ untuk berubah.
2. Klien menilai kemampuan 2. Keterbukaan dan 2. Pengertian tentang
yang dapat digunakan pengertian tentang kemampuan yang masih
dirumah pasien. kemampuan yang dimiliki dimiliki klien
adalah prasarat untuk memotivasi untuk tetap
berubah. mempertahankan
TUK 4 : Setelah diberikan askep selama penggunaannya.
Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan
menetapkan dan diharapkan TU dan TUK dapay 1. Rencanakan bersama klien 1. Membentuk individu
merencanakan tercapai dengan kriteria hasil : aktifitas yang dapat yang bertanggung jawab
kegiatan sesuai 1. Klien memiliki kemampuan dilakukan setiap hari sesuai terhadap dirinya sendiri.
dengan kemampuan yang akan dilatih, dengan kemampuan:
yang dimiliki 2. Klien mencoba sesuai kegiatan mandiri, kegiatan
jadwal harian dengan bantuan sebagaian,
kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai 2. Klien perlu bertindak
dengan toleransi kondisi secara realistik dalam
klien. kehidupannya.
3. Beri contoh pelaksanaan 3. Contoh perilaku yang
kegiatan yang boleh dilihat klien akan
dilakukan klien. memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan.

TUK 5 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri kesempatan pada klien 1. Memberikan kesempatan
Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan untuk mencoba kegiatan kepada klien mandiri
melakukan kegiatan diharapkan TU dan TUK dapat yang telah direncanakan. dapat meningkatkan
sesuai kondisi sakit tercapai dengan kriteria hasil : motivasi dan harga diri
dan kemampuannya 1. Klien melakukan kegiatan klien.
yang telah dilatih, 2. Beri pujian atas 2. Reinforcement positif
2. Klien mampu melakukan keberhasilan klien dapat meningkatkan
beberapa kegiatan secara harga diri klien.
mandiri 3. Diskusikan kemungkinan 3. Memberikan kesempatan
pelaksanaan di rumah. kepada klien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

TUK 6 : Setelah diberikan askep selama 1. Mendorong keluarga


1. Beri pendidikan kesehatan
Klien dapat ... menit dalam ..x pertemuan untuk mampu merawat
pada keluarga tentang cara
memanfaatkan diharapkan TU dan TUK dapat klien mandiri di rumah.
merawat klien dengan
sistem pendukung tercapai dengan kriteria hasil :
harga diri rendah.
yang ada 1. Keluarga memberi
2. Bantu keluarga
dukungan dan pujian, 2. Support system keluarga
memberikan dukungan
2. keluaraga memahami jadwal akan sangat
selama klien dirawat.
kegiatan harian klien mempengaruhi dalam
mempercepat proses
penyembuhan klien.
3. Bantu keluarga 3. Meningkatkan peran
menyiapkan lingkungan serta keluarga dalam
rumah. merawat klien di rumah.
5. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari
rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang
telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri
dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
perawatan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai kondisi saat ini.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang
telah dilaksanakan beserta respon klien (Keliat, 2006,).
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari
tindakan yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien
evaluasi adalah hasil yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien
pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian yang
sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.

1
DAFTAR PUSTAKA

I Suartama Putra, I. K. (2017). Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa Harga Diri
Rendah. Denpasar: https://id.scribd.com/document/366942827/LP-Harga-
Diri-Rendah. Di kutip pada 30 Juli 2019
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Systa Dewi, N. P. (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Udayana:
https://id.scribd.com/document/143211158/LP-Haera-Diri-Rendah. Di
kutip pada 30 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai