Anda di halaman 1dari 8

Daftar Isi

1) Latar Belakang…………………………………..(1)

2) Masalah………………………………………….(2)

3) Isu………………………………………………..(3)

4) Argumen Mendukung……………………………(4)

5) Kesimpulan………………………………………(5)

6) Saran……………………………………………..(5)
Latar Belakang

Pendidikan saat ini sangat mahal biayanya. Untuk itu pemerintah mempunyai
program untuk meringankan beban masyarakat Indonesia agar tetap fokus pada pendidikan
dan mengurangi beban biaya pendidikan. Pemerintah sudah meluncurkan program BOS
untuk tingkat SD dan SMP. Meskipun demikian, pendidikan di Indonesia masih dilingkupi
rasa keprihatinan begitu mendalam atas berbagai kasus yang menggelayuti dunia pendidikan
kita. Mulai kasus minimnya pemerataan fasilitas, sarana dan prasarana penunjang pendidikan,
kualitas pendidik, mengakarnya praktek tauran antar pelajar atau mahasiswa sekalipun,
mendarah dagingnya tradisi pembocoran lembar soal dan jawaban oleh segelintir guru beserta
kepala sekolah saat ujian nasional (UN) tiba demi ambisi dan pencitraan sekolah, sampai
terjadinya tindakan kekerasan.

Dengan demikian, segala elemen yang berkaitan dengan kualitas pendidakan, mulai
dari emosional, spiritual, intelektual harus melekat dalam pribadi pendidik dan anak didik
serta pengambilan keputusan sistem pembelajaran. Pelaku didunia pendidikan belum dapat
membawa perubahan positif pada masyarakat Indonesia yang lebih baik dan arif, maka wajar
bila praktik belajar-mengajar secara jelas telah terkalahkan oleh kekerasan. Carut-marutnya
praktik pungutan liar pun telah mencoreng dunia pendidikan kita. Haruskah, kita tetap
mempertahankan perayaan turun temurun itu? Sudikah sistem pendidikan kita jauh tertinggal
oleh negara-negara tetangga?

Dan dilain pihak segala pungutan telah dihapuskan semenjak adanya saber pungli.
Apakah itu Saber Pungli ?. Sekilas Saber Pungli adalah program pemerintah Satuan Tugas
Sapu Bersih Pungutan Liar. Tujuan diadakan Saber Pungli adalah ​agar menjadikan
pemerintah yang bersih, jujur, dan adil dari kegiatan pungutan liar guna meningkatkan
kemajuan bangsa. Begitu pula di bidang pendidikan, berbagai macam pungutan di sekolah
hapuskan menimbulkan pro dan kontra
Masalah

Sungguh mengerikan dan ironis tentang masalah yang terjadi di dunia pendidikan ini.
Di tengah-tengat gencarnya upaya pemberantasan buta huruf, menggencarkan wajib sekolah
sembilan tahun dan tanpa dipungut biaya bagi kalangan tertentu. Nyatanya, masih banyak
lembaga pendidikan tertentu yang akrab dengan budaya pungutan liar. Alih-alih peningkatan
kualitas. Padahal menuntut ilmu secara formal merupakan sektor strategis dan kunci bagi
bangsa ini untuk menapakan kaki ke arah kehidupan bangsa yang lebih baik.

Pungutan liar biasanya dijumpai pada awal ajaran baru. Contohnya pasca penerimaan
murid baru di tingkat SD dan SMP marak terjadi beberapa daerah. Besarnya pungutan
beragam mulai dari 450 ribu rupiah hingga 500 ribu rupiah. Hal itu terungkap ketika puluhan
orang tua murid mengadukan adanya pungutan liar ke Posko Pengaduan Penerimaan Siswa
Baru (PSB) yang dibuka Indonesia Corruption Watch (ICW) di beberapa daerah.

Pungutan liar tersebut, biasanya banyak terjadi setelah siswa diterima di sekolah.
Bukan pada saat proses penerimaan siswa baru. Bentuk pungutan tersebut dapat
bermacam-macam, mulai dari uang bangunan, uang buku, uang pensiun guru, dan
sebagainya. Jika sekolah tidak menyampaikan pertanggungjawaban, maka itu masuk ke
dalam pungutan liar.

Banyaknya pungutan liar disekolah, terjadi karena tidak terbukanya sistem


pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Padahal, untuk jenjang
sekolah SD dan SMP, tidak diperkenankan memungut biaya apa pun yang terkait untuk biaya
operasional sekolah karena sudah ada Bantuan Operasional Siswa (BOS).
Isu

Pungutan Liar (Pungli) tampaknya masih saja merambah di sekolah-sekolah. Hal ini,
maka tentunya sangat mencederai sistem pendidikan gratis yang sudah diberlakukan oleh
pemerintah secara nasional. Adapun fenomena tentang praktek-praktek mafia pada bidang
pendidikan ini,

Sedangkan adanya pemberlakuan sistem pendidikan gratis adalah mendasari


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
turunan-turunan regulasinya hingga pada tingkat kabupaten/kota dalam bingkai otonomi
pendidikan yang menjadi kewenangan pemerintahan di daerah.

Awalnya penyelenggaraan sistem pendidikan gratis, pada dasarnya dipelopori oleh


adanya kebijakan pemerintah tentang wajib belajar sembilan tahun. Kemudian diperluas pada
jenjang tingkat Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) dan
sederajatnya, dengan diberlakukannya sistem wajib belajar dua belas tahun.

Akan tetapi dalam penerapannya, justru ada sekolah-sekolah tertentu malah sangat
terkesan mencederai sistem pendidikan gratis, terkait atas mencuatnya isu-isu dugaan Pungli
dengan dilatarbelakangi beragam modus operandi yang dijadikan sebagai dalih pembenaran.

Adapun dugaan beragam praktek-praktek Pungli, tidak hanya terjadi pada saat
penerimaan siswa baru dan siswa pindahan. Bahkan diduga pula terjadi pada kelas XII (kelas
3 SMA), dengan salah satu dalihnya adalah pengadaan komputer untuk pelaksanaan Ujian
Nasional Berbasis Komputer (UNBK).

Ironisnya pula, namun munculnya sorotan publik tentang indikasi praktek-praktek


mafia pendidikan yang sifatnya bermodus Pungli seperti ini, justru diduga terjadi pada
sekolah-sekolah unggulan.
Argumen Mendukung

Saber Pungli ini dilakukan sebagai langkah tegas dan nyata dari pemerintah untuk
memulihkan kepercayaan publik, memberikan keadilan dan kepastian hukum, serta
merupakan tindak lanjut darikebijakan reformasi hukum yang direncanakan oleh Presiden
Joko Widodo sebelumnya. Pembentukan Satgas Saber Pungli dilakukan karena pengawasan
internal yang ada di instansi pelaksana layanan publik dianggap masih lemah dan membuka
ruang untuk terjadinya praktik pungli.
Pembentukan Satgas Saber Pungli Sebagai langkah awal dari paket kebijakan
reformasi hukum, Presiden Jokowi telah menginstruksikan 3 (tiga) hal penting. Pertama,
penataan regulasi untuk menghasilkan regulasi hukum yang berkualitas. Hal ini bukannya
tanpa sebab, mengingat konstitusi negara kita telah menyatakan bahwa Indonesia adalah
negara hukum. Aturan yang dibuat seharusnya dapat melindungi, mempermudah, dan
memberi keadilan bagi rakyat serta tidak tumpang tindih dengan peraturan lainnya. Kedua,
mengoptimalkan pengawasan dan penegakan hukum. Pengawasan dan penegakan hukum
yang dimaksud termasuk juga mengoptimalkan pemberantasan praktik pungli di berbagai
lembaga negara. Reformasi hukum diperlukan untuk turut meningkatkan daya saing
Indonesia, salah satunya adalah pembenahan internal lembaga penegak hukum. Ketiga,
perlunya kesadaran dan kepatuhan hukum di kalangan masyarakat. Untuk itu aspek
pembudayaan hukum harus menjadi prioritas tersendiri dalam reformasi hukum. Upaya
pemerintah untuk mengoptimalkan pemberantasan praktik pungli kemudian diperkuat dengan
ditandatanganinya Perpres No. 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugasp Sapu Bersih Pungutan
Liar (Satgas Saber Pungli). Latar belakang pembentukan Satgas Saber Pungli ini selain
ditujukan untuk memberikan efek jera dan sanksi yang tegas bagi para pelaku pungli juga
sebagai langkah nyata karena tidak optimalnya fungsi dan tugas lembaga pengawasan
internal pada masing-masing instansi pemerintah. Satgas Saber Pungli terdiri dari aparat
penegak hukum yakni Kepolisian, Kejaksaan Agung, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Hukum dan HAM, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, ORI,
Badan Intelijen Negara, dan Polisi Militer
Tentara Nasional Indonesia yang memiliki kewenangan untuk memberantas praktik
pungli secara efektif dan efisien dengan pengoptimalan pemanfaatan personil, satuan kerja,
dan sarana prasarana baik di tingkat kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Tidak
dipungkiri bahwa pembentukan Satgas Saber Pungli menuai pro dan kontra di masyarakat.
Pihak yang setuju sangat mengapresiasi pembentukan Satgas Saber Pungli untuk
pennguranggoptimalan pemberantasan praktik pungli yang sudah meresahkan masyarakat.
Sehingga Saber pungli sangat bermanfaat bagi orang tua siswa karena dapat
mengurangi kejahatan tepatnya pungutan liar di lingkungan sekolah

Menurut diskusi kami terdapat empat faktor yang dapat mendukung pelarangan pungli di
sekolah
1. Peran orang tua mengajar anak semakin besar
2. Orang tua tidak kebingungan mencari uang karena pungutan liar dari sekolah
3. Bisnis dilingkungan sekolah menjadi tidak ada
4. Anak tidak akan menjadi sumber penghasilan dari para guru tak bertanggung
jawab
Dengan demikian pungli khususnya di bidang pendidikan harus dihapuskan karena hanya
membuang-buang uang dan tidak terlalu penting. Penghapusan pungli juga mengharuskan
untuk pemerintah lebih memperhatikan di bidang pendidikan
Kesimpulan

Minimnya keberpihakan pemerintah terhadap pendidikan maka kini bertebaranlah


mental-mental "rapuh" yang muncul dalam perilaku korupsi pada pribadi-pribadi pejabat
bangsa ini. Korupsi yang merambah ke semua sektor, termasuk sektor pendidikan sendiri,
kini seolah menjadi "benang basah yang sulit ditegakkan". Bahkan, hingga hari ini
penyelenggaraan pendidikan sering kali mempraktikkan tindakan tercela dalam berbagai
kegiatan sekolah dan proyek-proyek lainnya.dan apakah saber pungli adalah langkah efektif.
Kita tidak tau mungkin kita hanya harus mendukung dan terus mendukung untuk kemajuan
pendidikan indonesia

Saran

Untuk itu demi perubahan yang baik disektor pendidikan Indonesia dan
disektor-sektor lain demi generasi penerus bangsa dan kemajuan bangsa, pemerintah harus
memiliki peraturan yang tegas untuk dunia pendidikan. Pemerataan fasilitas sekolah,
tunjangan yang layak bagi para guru atau pengajar, sistem pembelajaran yang baik. Apabila
hal itu sudah teratasi maka akan meminimalisir atau dapat menghilangkan budaya pungutan
liar di sekolah. Pemerintah juga harus mengusahakan agar biaya pendidikan tetap murah
tanpa pungutan-pungutan wajib bahkan pungutan liar.

Dengan penyelenggaraan pendidikan murah juga akan mudah mengontrol perilaku


korupsi yang marak terjadi pada berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam sektor
pendidikan itu sendiri karena dana yang sedikit akan mudah diketahui dan
dipertanggungjawabkan. Dan, dengan pendidikan murah diskriminasi terhadap orang miskin
untuk tidak boleh sekolah bisa dihindarkan. Singkat kata, dengan penyelenggaraan
pendidikan murah, orang miskin tidak lagi dilarang untuk sekolah.

Anda mungkin juga menyukai