Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN KANKER DENGAN

KEBUTUHAN DASAR PERSONAL HYGIENE DI RUANG ANGSOKA 2


RSUP SANGLAH DENPASAR

Oleh:
Ni Kadek Diah Widiastiti Kusumayanti, S. Kep
NIM. 1502105017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
A. DEFINISI
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis. (Potter & Perry, 2012) Cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka disebut higiene perorangan. (Better Health) Personal hygiene
atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatan untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. (Johnson, 2019)
B. KLASIFIKASI
Menurut Kemenkes RI (2016) terdapat beberapa jenis kebutuhan personal
hygiene, antara lain:
1. Kebersihan tubuh (perawatan kulit)
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai, sekresi, ekskresi,
pengatur temperatur, sensasi, dan kulit berfungsi juga sebagai pertukaran
oksigen, nutrisi dan cairan cairan dengan pembuluh di bawahnya, sintesa sel
baru dan eliminasi sel mati. Epidermis (lapisan luar) merupakan pelindung
jaringan di bawahnya terhadap kehilangan cairan, cedera mekanis maupun
kimia serta masuknya mikroorganisme penyakit.
Seseorang harus menjaga kebersihan kulit karena sangatlah penting, kulit
sebagai pintu masuk utama kuman pathogen ke dalam tubuh. Bakteri,
umumnya tinggal pada permukaan luar kulit. (SHAPE, 2013)
Dermis lapisan kulit yang lebih tebal terdiri dari jaringan ikat kolagen dan
serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan
folikel rambut. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor
ke dalam folikel rambut untuk minyaki kulit dan rambut agar lemas dan liat.
Tubuh memiliki hampir dua juta kelenjar keringat, namun juga terdapat
beberapa bakteri di kulit yang menyebabkan bau dan iritasi pada kulit. Cara
untuk merawat kulit, yaitu dengan mandi menggunakan air, sabun, dan alat
pembersih lainnya.
2. Kebersihan mulut (perawatan gigi)
Mulut merupakan area tubuh yang paling banyak memiliki bakteri dan
menyebabkan infeksi, karena mulut merupakan tempat untuk
menghancurkan makanan. Proses ini menyebabkan sisa makanan menempel
di gusi atau gigi. Mulut terdiri dari bibir, gigi, lidah dan langit-langit.
Mukosa mulut normal berwarna merah muda terang dan basah. Gigi normal
terdiri dari tiga bagian, kepala, leher dan akar, sedangkan sehat tampak putih,
halus, bercahaya, dan berjajar rapi.
Hygiene mulut: membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi,
gusi dan bibir yang sehat menstimulasi nafsu makan. Sedangkan cara
membersihkannya dengan menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur,
atau sesuai kebutuhan, dengan menggunakan sikat yang halus dan bulu
banyak.
Tanggung jawab perawat pada hygiene mulut adalah pemeliharaan dan
pencegahan dengan cara mengajarkan teknik yang benar, memotivasi,
perawat membuat rujukan, memberikan pendidikan dan membantu
membersihan gigi dan mulut.
3. Kebersihan wajah
Kebersihan wajah termasuk semua bagian dari wajah. Bagian yang paling
penting untuk tetap bersih yaitu mata. Seseorang harus mencuci wajahnya
setiap pagi untuk menghilangkan kotoran yang ada di wajah. (The
Department of Health, 2010)
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya membersihkan
kotoran mata dapat menempel pada sudut mata dan bulu mata, sehingga
perlu menjaga kebersihan untuk mempertahankan kesehatan mata dan
mencegah infeksi.
Hidung memberikan indera penciuman, pemantau temperatur, kelembaban
udara serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernafasan.
Akumulasi sekresi yang mengeras di dalam nares dapat merusak sensasi
olfaktori dan pernafasan. Iritasi mukosa nasal menyebabkan pembengkakan,
mengarah pada obstruksi nares. Secara tipikal, perawatan higienis hidung
adalah sederhana, tatapi untuk klien mengunakan nasogastrik, pemberian
makan enteral, atau pipa endotrakhea yang masuk ke dalam membutuhkan
perhatian khusus. Hidung terdiri dari mukosa hidung, maka harus dijaga agar
tidak terjadi iritasi.
4. Kebersihan kaki dan kuku
Saat kita berjalan siang dan malam dapat menyebabkan keringat berkumpul
di permukaan kaki dan jari-jari kaki yang menyebabkan bau pada kaki. Cara
merawat kaki yaitu dengan membersihkannya setiap hari atau paling tidak
dua kali dalam seminggu.
Kuku merupakan pelengkap kulit, tetapi bila tidak mendapatkan perawatan
yang baik maka kuku dapat menjadi sarang penyakit. Masalah yang
dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang kurang seperti menggigit
kuku, memotong tidak tepat, pemaparan zat kimia yang tajam, dan
pemakaian sepatu tidak pas. Kuku merupakan bagian tubuh yang terus
bertumbuh, Kuku yang panjang cenderung menyebabkan kotoran berkumpul
di bawah kuku. Cara merawat kuku yaitu dengan rutin memotong kuku jika
sudah panjang.
5. Kebersihan telinga
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran, bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang
mengganggu konduksi suara. Khususnya pada lansia rentan terkena masalah
ini. Perawat harus sensitif pada isyarat perilaku apapun yang
mengindikasikan kerusakan pendengaran. Telinga harus dibersihkan bila ada
kotoran yang menyumbat telinga, dengan mengeluarkan secara pelan. Ketika
merawat klien yang menggunakan alat bantu pendengaran, perawat
menginstruksikan klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat
seperti teknik komunikasi yang meningkatkan pendengaran kata yang
diucapkan. Cara merawat telinga yaitu dengan menggunakan sabun dan air
hanya pada bagian luar telinga. Jangan membersihkan telinga terlalu dalam
sendiri, sebaiknya dilakukan di dokter.
6. Kebersihan rambut (perawatan rambut)
Rambut merupakan struktur kulit, rambut sehat terlihat mengkilat, tidak
berminyak dan tidak kering atau tidak mudah patah, kondisi panas dan
malnutrisi akan mengganggu pertumbuhan rambut. Bila rambut kotor dan
tidak dibersihkan bisa menyebabkan ketombe dan sarang kutu.
Rambut klien yang sedang tirah baring akan terlihat menjadi kusut.
Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator status
kesehatan umum. Perubahan hormonal, stres emosional atau fisik, penuaan,
infeksi, penyakit, dan obat-obatan dapat mempengaruhi perubahan rambut.
Sedangkan cara merawat rambut antara lain, cuci rambut 1-2 kali seminggu
(sesuai keadaan klien), dengan memakai shampo yang cocok, gunakan sisir
besar untuk rambut keriting dan tidak bergigi tajam.
7. Kebersihan ketiak dan dubur
Setelah pubertas, produksi keringat akan meningkat dan menyebabkan
munculnya bau. Kebersihan ketiak dan dubur harus dibersihkan setiap hari.
8. Kebersihan pakaian
Mengganti pakaian dengan yang bersih setiap harinya sangat
direkomendasikan. Mencuci pakaian yang sudah kotor memerlukan air
bersih, deterjen, dan sarana mencuci lainnya. (WHO)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
atau gangguan terhadap personal hygiene adalah dengan menggunakan
pemeriksaan fisik dengan inspeksi dan palpasi. (Ambarwati & Sunarsih, 2011)
1. Rambut
Pada rambut dilakukan inspeksi kondisi rambut yaitu rambut rontok/tidak,
warna rambut kusam/tidak, rambut tebal/tipis, mengamati kebersihan kulit
kepala, ketombe, kutu rambut, lesi pada kulit kepala dan lakukan palpasi
untuk menilai adanya nyeri tekan. (Kemenkes RI, 2016)
a) Kaji kondisi rambut dan kulit kepala : rambut normal bersih, bercahaya,
tidak kusut, kulit kepala bebas dari lesi
b) Mengkaji masalah rambut: ketombe, kutu (pediculosis), kehilangan
rambut, pembotakan (alopesia)
c) Mengkaji kemampuan perawatan diri klien untuk merawat rambut
(kondisi penyakit klien merusak kemampuan klien dalam perawatan
rambut)
d) Praktik perawatan rambut : dengan mengkaji gaya rambut perawat dapat
mengatur
e) pola rambut, produk perawatan, waktu perawatan.
2. Wajah
Pada mata dilakukan pemeriksaan dengan menanyakan riwayat penggunaan
alat bantu penglihatan seperti kacamata/kontak lensa, dan dapat dilakukan
inspeksi pada mata untuk melihat adanya lesi/tidak. (WHO)
Pada hidung dilakukan pemeriksaan dengan menanyakan apakah mengalami
pilek, terjadi perubahan penciuman, dan dapat dilakukan inspeksi untuk
mengamati kebersihan hidung, keadaan membran mukosa, adanya septum
deviasi dan adanya lesi pada hidung.
Pada mulut dilakukan inspeksi untuk melihat keadaan mukosa mulut, bau
mulut, adanya lesi serta melihat kebersihan mulut
Pada gigi dilakukan inspeksi pada kondisi mukosa mulut, kelembaban mulut,
karang gigi, karies gigi dan kebersihan pada gigi secara keseluruhan.
3. Telinga
Pada telinga dilakukan inspeksi untuk melihat kondisi telinga kanan dan kiri
simetris/asimetris, ada lesi/tidak, ada serumen/tidak yang keluar.
4. Kulit
Pada pemeriksaan kulit dilakukan dengan inspeksi dan palpasi yaitu dengan
melihat warna kulit, ada lesi/tidak, dapat juga dilakukan palpasi untuk
mengetahui kondisi kulit seperti tekstur, turgor dan kelembaban. (Kemenkes
RI, 2016)
a) Identifikasi klien terhadap toleransi prosedur hygiene, tipe perawatan
yang diperlukan dan masalah kesehatan klien
b) Selama membantu klien melalukan hygiene kaji seluruh permukaan
kulit secara inspeksi dan palpasi, meliputi perubahan integumen, respon
terapi
c) Kaji fisik kulit
1) Observasi kondisi kulit meliputi warna, tekstur, turgor, temperatur,
dan hidrasi kulit
2) Masalah kulit seperti:
- Kulit kering karena kebanyakan mandi, penggunaan sabun
berlebihan atau sabun kasar dan alkalin, kulit maserasi, daerah
kalus kaki, tangan
- Ruam kulit atau erupsi kulit dari reaksi alergi bisa datar, naik
berupa local atau sistemik, pruritik atau nonpruritik
- Dermatitis kontak yaitu inflasi ditandai dengan letusan eritema,
pruritis, nyeri, bersisik
- Abrasi dan lesi kulit rusak, perdarahan, cairan
- Dekubitus dampak dari imobilisasi lama, bagian badan
tergantung, terpapar tekanan seperti gips, linen, matras.
d) Kaji kemampuan perawatan diri klien seperti klien tidak mampu merawat
kulit maka perawat memberi bantuan atau mengajarkan pada keluarga,
kaji keseimbangan, toleransi, kekuatan otot, keadaan berbaring,
kemampuan duduk, alat yang dibutuhkan, dan jarak rentang gerak pada
ekstremitas klien
e) Kaji masalah kesehatan klien seperti gangguan fungsi kognitif dan
kondisi fisik.
f) Kaji penurunan sensasi
Klien tidak mampu merasakan cedera permukaan kulit biasanya pada
klien dengan paralisis, insufisiensi sirkulasi, kerusakan saraf.
5. Kuku, Tangan, dan Kaki
Pada kuku, tangan dan kaki dilakukan dengan inspeksi yaitu melihat
kebersihan kuku, perhatikan adanya luka/tidak pada daerah tersebut.
(Kemenkes RI, 2016)
a) Lakukan inspeksi pada permukaan kulit : bentuk, ukuran, jumlah jari,
bentuk kaki, dan kondisi kaki meliputi adanya luka, inflamasi, iritasi dan
pecah-pecah
b) Amati jari kaki, secara normal adalah lurus, datar dan kaki harus dalam
garis lurus dengan mata kaki dan tibia
c) Kaji cara berjalan, apa pincang atau tidak alami, rasa nyeri saat berjalan.
d) Kaji keadekuatan serkulasi perifer pada kaki terutama klien dengan
diabetes: dengan cara palpasi dari pedisdorsalis dan denyut tibial
posterior
e) Kaji adanya neuropati yaitu degerasi saraf perifer yang ditandai
kehilangan sensasi dengan cara sentukan ringan, suhu atau tusukan
f) Kaji kemampuan klein tentang perawatan kaki dan kuku
g) Amati kuku: kuku sehat yaitu transparan, lembut dan alas jari pink dan
ujung putih tembus cahaya, sedangkan pada lansia tebal dan kuning.
Kulit sekitar kuku dan kutikula lembut dan tanpa inflamasi
h) Kaji masalah umum pada kaki dan kuku seperti kalus (pengerasan),
katimumul atau keratosis pada jari di atas tonjolan tulang bentuknya
kerucut, bulat dan naik. Kutil (plantar wart) yaitu luka yang menjamur
pada tumit kaki disebabkan virus papiloma. Infeksi jamur kaki ( tinea
pedes ) biasanya antara jari dan tumit, keadaan melempuh, berair, hal ini
biasanya disebabkan alas kaki yang ketat. Kuku yang tumbuh kedalam.
Bau kaki, hal ini disebabkan keringat berlebih yang meningkatkan
perkembangan mikroorganisme.
6. Tubuh secara umum
Secara keseluruhan inspeksi kondisi kebersihan badan secara umum untuk
dapat mengetahui adanya masalah atau kelainan pada kulit pasien lainnya.
7. Kebersihan pakaian
Kebersihan pakaian dapat diamati melalui inspeksi secara umum, dengan
melihat kebersihan pakaian dan dapat juga menanyakan frekuensi mengganti
baju pada pasien.

D. PENATALAKSANAAN
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang mengalami
atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang
mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya
luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan pada
pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah
membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman,
membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem
peredaran darah di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara
membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini
mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut,
membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara
sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya
luka atau infeksi akibat garukan dari kuku. (Musrifatul, 2012)
E. PATHWAY

Karsinogen: kimiawi
(nitrosamine, dll), virus Lingkungan

Genetik kanker (mammary tumor), hormon


(estrogen), sinar pengion (sinar
UV, Sinar radioaktif) Paparan karsionegen

Sel epitel saluran


kelenjar air susu, epitel
lobules, areola

Penyebaran

Langsung ke limfogen
Pertumbuhan lokal
dan hematogen

KANKER

Metastase jauh

Pembedahan dan Kemoterapi

Rambut kotor, rontok


Perawatan di rumah sakit Efek samping kemoterapi
Kulit kering, bau badan
Bau mulut
- Gangguan kognitif Penurunan nafsu makan
- Penurunan motivasi Defisit perawatan Mual
- Perubahan lingkungan diri: Mandi Kuku menghitam
Kulit kering
Kelemahan Rambut rontok
Defisit perawatan diri:
Berpakaian
Defisit perawatan
Kebutuhan personal hygiene
diri: Makan
tidak terpenuhi Defisit perawatan diri:
Toileting
F. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada pasien kanker secara umum akan didasarkan atas
prinsip pengkajian dengan menggunakan Pola Gordon (pola fungsi kesehatan)
yaitu sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
- Mengkaji pengetahuan klien mengenai status kesehatannya saat ini.
- Mengkaji intensitas klien dalam melakukan pemeriksaan kesehatan di
pelayanan kesehatan disekitar tempat tinggalnya serta frekuensi
melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam 3 bulan terakhir.
- Mengkaji cara klien dalam memelihara kesehatannya.
- Mengkaji perilaku yang dilakukan oleh klien dan keluarga untuk
mengatasi masalah kesehatannya yang timbul.
2. Nutrisi/ metabolik
- Mengkaji kebiasaan makan dan minum klien serta menanyakan
apakah terjadi perubahan nafsu makan setelah klien mengalami
keadaan sakit
- Mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi klien saat ini dan dalam
jumlah berapa.
- Mengkaji ada tidaknya alergi terhadap jenis makanan tertentu pada
klien.
3. Pola eliminasi
- Mengkaji kebiasaan pola BAB dan BAK klien sehari-harinya serta
menanyakan apakah terjadi perubahan selama klien sakit.
- Menanyakan kepada klien ada atau tidaknya merasakan nyeri atau
kesulitan saat melakukan BAB dan BAK.
- Menanyakan kebiasaan pola BAB dan BAK klien (konsistensi,
frekuensi, jumlah, bau, kemampuan mengontrol).
- Mengkaji input dan output cairan pada pasien apakah seimbang.
4. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi ROM

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan setelah
sakit.
- Mengkaji pola olahraga yang disukai pasien dan masih mampu untuk
dilakukan pasien selama sakit.
- Mengkaji aktivitas yang biasanya dilakukan ketika waktu senggang.
Pada kasus dengan pasien kanker terkait dengan pemenuhan kebutuhan
dasar khususnya mengenai personal hygiene maka pengkajian yang
dilakukan dapat berupa sebagai berikut:
1) Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
hygiene personal individu baik faktor pendukung maupun faktor
pencetus.
2) Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu, mulai dari
ekstremitas atas sampai bawah.
a) Rambut. Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kuantitas), apakah
tampak kusam? Apakah ditemukan kerontokan?
b) Kepala. Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
c) Mata. Amati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, secret
pada kelopak mata, kemerahan atau gatal-gatal pada mata.
d) Hidung. Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,
pendarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh,
tanda-tanda alergi atau perubahan pada daya penciuman.
e) Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya.
Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan,
kekeringan, atau pecah-pecah.
f) Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-
tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau
gigi palsu.
g) Telinga. Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan
daya pendengaran.
h) Kulit. Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembaban) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, stria,
kulit keriput, lesi, atau pruritus.
i) Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku.
Perhatikan adanya kelainan atau luka.
j) Genetalia. Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area
perineum. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-
laki, perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
5. Pola tidur dan istirahat
- Mengkaji kebiasaan tidur sehari-hari klien.
- Mengkaji preferensi klien dalam membantu memudahkan tidur, klien
haru menggunakan musik, atau bantuan lainnya.
- Mengkaji apakah klien mengalami gangguan sewaktu tidur.
- Mengkaji terjadinya perubahan pola tidur selama sakit ataupun selama
menjalani proses perawatan kesehatan.
6. Pola kognitif-perseptual
- Mengkaji bagaimana klien mempersepsikan nyeri yang dirasakannya.
- Mengkaji nyeri yang dirasakan oleh klien dengan OPQRSTUV (onset,
predisposition, quality, region, severity, treatment, understanding,
value).
- Mengkaji cara klien dalam mengontrol dan mengatasi nyeri yang
dirasakannya.
- Mengkaji gambaran tentang panca indra klien apakah mengalami
gangguan.
7. Pola persepsi diri/konsep diri
- Mengkaji keadaan sosial klien.
- Mengkaji pandangan klien terhadap dirinya sendiri.
8. Pola seksual dan reproduksi
- Mengkaji pengetahuan klien terkait dengan seksualitas dan reproduksi.
- Mengkaji ada tidaknya gangguan atau masalah ketika klien mengalami
menstruasi.
- Mengkaji apakah kebutuhan seksual klien terpenuhi oleh pasangannya.
9. Pola peran-hubungan
- Mengkaji peran klien di kehidupan sehari-harinya dan apakah klien
mengalami perubahan peran selama sakit.
- Mengkaji kepuasan klien menjalani perannya dalam kehidupan sehari-
hari dan selama sakit.
- Mengkaji hubungan klien dengan lingkungan sekitarnya.
- Mengkaji struktur, hubungan dan dukungan keluarga untuk klien
selama sakit dan selama menjalani perawatan kesehatan.
10. Pola manajemen koping stress
- Mengkaji tingkat stres pada klien dalam 3 bulan terakhir.
- Mengkaji cara klien dalam mengatasi stress yang dirasakannya.
- Mengkaji strategi koping apa yang biasanya diterapkan oleh klien
apabila sedang mengalami stres.
11. Pola keyakinan-nilai
- Mengkaji tujuan kehidupan bagi klien.
- Mengkaji seberapa penting spiritual atau agama dalam kehidupan
klien.
- Mengkaji dampak masalah kesehatan yang dialami oleh klien terhadap
tingkat spiritualitas klien.
- Mengkaji keyakinan atau mitos yang dipercayai oleh klien terkait
dengan kesehatan, kehidupan dan kematian.
G. ANALISA DATA
a) DS :
1. klien mengeluh kulit kepala terasa kotor
2. kulit terasa lengket
3. klien mengatakan belum mencuci rambut dan menggosok gigi selama
beberapa hari
DO :
4. rambut tampak kusam, lengket dan berminyak
5. gigi klien tampak kotor dan nafas tidak sedap
6. kulit klien tampak kotor dan tidak bercahaya
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Mandi
b) DS :
1. Pasien merasa lemas
2. Pasien mengatakan belum mengganti baju selama beberapa hari
DO:
1. Pakaian pasien tampak kotor

Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Berpakaian

c) DS:
1. Pasien mengatakan sulit mengunyah makanan
2. Pasien mengatakan sulit menelan makanan
3. Pasien mengatakan makanan yang diberikan hanya habis setengah piring
DO:
1. Pasien menjalani kemoterapi

Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: Makan


d) DS:
1. Pasien mengatakan tidak mampu berjalan menuju toilet sendiri
DO:
1. Pasien menjalani kemoterapi

Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri: ke toilet

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit perawatan diri: mandi b.d gangguan kognitif, penurunan motivasi,
kendala lingkungan, dan nyeri d.d ketidakmampuan untuk mengakses kamar
mandi, ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi, ketidakmampuan
menjangkau sumber air, ketidakmampuan mengatur air mandi, dan
ketidakmampuan membasuh tubuh

b. Defisit perawatan diri: berpakaian b.d gangguan kognitif, penurunan motivasi,


kendala lingkungan, keletihan dan kelemahan d.d ketidakmampuan
mengancingkan pakaian, ketidakmampuan mengenakan sepatu,
ketidakmampuan mengenakan atribur pakaian, hambatan memilih pakaian.

c. Defisit perawatan diri: makan b.d gangguan kognitif, penurunan motivasi,


kendala lingkungan, keletihan dan kelemahan d.d ketidakmampuan
mengambil makanan ada minuman, ketidakmampuan mengunyah makanan,
ketidakmampuan menghabiskan makanan
I. NURSING CARE PLAN

No. Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah diberikan asuhan NIC: Self-Care Assistance: NIC: Self-Care Assistance:
keperawatan selama 3x24 jam, Bathing/Hygiene Bathing/Hygiene
pasien mampu meningkatkan
kebersihan diri dengan kriteria 1. Kaji kebersihan dan kebutuhan 1. Kesesuaian kebutuhan perawatan
hasil: personal hygiene pasien diri pasien
NOC: Self Care Deficit 2. Pantau integritas kulit 2. Mengetahui kondisi kulit secara
Hygiene umum
Kriteria Hasil: 3. Bantu pasien mandi dan keramas 3. Agar pasien merasa aman dan
1. Kulit pasien tidak kotor dan nyaman
kering 4. Bantu pasien membersihkan kuku 4. Kebersihan kuku penting
2. Tidak ada bau badan diperhatikan karena dapat menjadi
3. Rambut bersih, rapi dan tempat penumpukan kotoran di
wangi tangan
4. Kuku pasien bersih 5. Bantu pasien sikat gigi atau 5. Membantu menjaga kebersihan
5. Gigi dan mulut bersih berkumur sesuai kebutuhan gigi dan mulut pasien
6. Tidak ada bau mulut 6. Libatkan keluarga dalam 6. Memberikan kesempatan pada
melakukan tindakan keluarga untuk membantu pasien
7. Berikan pendidikan kesehatan 7. Menambah pengetahuan pasien
tentang pentingnya perawatan diri dan keluarga terkait pentingnya
pada keluarga dan pasien perawatan diri
2 Setelah diberikan asuhan NIC: Self Care Assistance: NIC: Self Care Assistance:
keperawatan selama 3x24 jam, Dressing/Grooming Dressing/Grooming
pasien mampu meningkatkan 1. Kaji kebutuhan berpakaian dan 1. Kesesuaian kebutuhan berpakaian
kebersihan diri dengan kriteria berhias pasien dan berhias pasien
hasil: 2. Pantau tingkat kekuatan dan 2. Menyiapkan untuk meningkatkan
NOC: Self Care: Dressing toleransi aktivitas kemandirian pasien
1. Penampilan rapi dan bersih 3. Bantu pasien memilih pakaian 3. Pasien mungkin membutuhkan
2. Dapat memilih pakaian yang yang mudah dipakai dan dilepas berbagai bantuan dalam persiapan
diinginkan memilih pakaian
3. Mampu menggunakan 4. Fasilitasi dan bantu pasien untuk 4. Menjaga penampilan pasien agar
pakaian dan berhias menyisir rambut, bila tetap rapi dan untuk meningkatkan
memungkinkan rasa nyaman
5. Libatkan keluarga dalam 5. Memberikan kesempatan pada
melakukan tindakan keluarga untuk membantu dan
memberikan motivasi pada pasien
6. Berikan pendidikan kesehatan 6. Menambah pengetahuan pasien
pada pasien dan keluarga tentang dan keluarga tentang perawatan
pentingnya menjaga kebersihan diri yang tepat
pakaian
3 Setelah diberikan asuhan NIC: Self Care Assistance: Feeding NIC: Self Care Assistance: Feeding
keperawatan selama 3x24 jam, 1. Monitor kemampuan menelan 1. Menyesuaikan jenis makanan
pasien mampu meningkatkan pasien dengan kemampuan menelan
kebersihan diri dengan kriteria pasien
hasil: 2. Identifikasi diet yang diresepkan 2. Menjaga nutrisi pasien sesuai
NOC: Self Care Deficit aturan
Feeding 3. Ciptakan lingkungan yang 3. Meningkatkan kenyamanan pasien
1. Pasien mampu makan menyenangkan selama waktu saat makan
2. Mengungkapkan kepuasan makan
makan 4. Pastikan posisi pasien tepat untuk 4. Memudahkan pasien untuk makan
3. Menerima suapan dari memudahkan pasien mengunyah
pemberi asuhan dan menelan
5. Berikan bantuan fisik, sesuai 5. Membantu pasien dalam
kebutuhan memenuhi kebutuhannya
6. Libatkan keluarga 6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk membantu
perawatan pasien
7. Berikan pendidikan kesehatan 7. Menambah pengetahuan pasien
terkait pentingnya asupan dan keluarga tentang kebutuhan
makanan bagi tubuh nutrisi bagi tubuh
J. IMPLEMENTASI

Implementasi dapat dilakukan kepada pasien dan keluarga setelah perencanaan


asuhan keperawatan telah selesai dibuat.

K. EVALUASI

Evaluasi dapat diberikan setelah implementasi asuhan keperawatan telah dilakukan

No. Evaluasi
Dx
1 S:
- Pasien mengatakan merasa lebih bersih
- Pasien mengatakan merasa kulitnya lebih lembab dan tidak kering
O:
- Pasien tampak bersih dan rapi
- Kulit pasien tidak kering dan kasar
- Tidak tercium bau badan
- Tidak tercium bau mulut
- Gigi pasien tampak bersih
- Kuku pasien tampak bersih dan rapi
A: assessment yang berarti hasil dari tindakan atau implementasi asuhan yang
telah dilakukan yang mana hal ini dikategorikan menjadi tiga yaitu asuhan
keperawatan tercapai, belum tercapai atau tidak tercapai.
P: plan/planning merupakan rencana tindak lanjut yang akan diberikan setelah
pemberian asuhan keperawatan (misalnya: melanjutkan intervensi sesuai
dengan asuhan keperawatan yang telah disusun.
2 S:
- Pasien merasa bersih dan wangi
O:
- Pasien tampak rapi dan bersih
- Pasien tampak mengganti pakaiannya
A: assessment yang berarti hasil dari tindakan atau implementasi asuhan yang
telah dilakukan yang mana hal ini dikategorikan menjadi tiga yaitu asuhan
keperawatan tercapai, belum tercapai atau tidak tercapai.
P: plan/planning merupakan rencana tindak lanjut yang akan diberikan setelah
pemberian asuhan keperawatan (misalnya: melanjutkan intervensi sesuai
dengan asuhan keperawatan yang telah disusun)
3 S:
- Pasien mengatakan bisa makan sendiri
- Pasien merasa puas dengan makanan yang dikonsumsi
O:
- Makanan pasien tampak habis
A: assessment yang berarti hasil dari tindakan atau implementasi asuhan yang
telah dilakukan yang mana hal ini dikategorikan menjadi tiga yaitu asuhan
keperawatan tercapai, belum tercapai atau tidak tercapai.
P: plan/planning merupakan rencana tindak lanjut yang akan diberikan setelah
pemberian asuhan keperawatan (misalnya: melanjutkan intervensi sesuai
dengan asuhan keperawatan yang telah disusun)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. & Sunarsih, T. (2011). KDKP Kebidanan: Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Nuha Medika

Better Health. (n.d). Personal Hygiene. Diakses pada:


https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/persona
l-hygiene.

Johnson, J. (2019). What is Personal Hygiene. Diakses pada:


http://www.hygieneexpert.co.uk/whatispersonalhygiene.html.

Kemenkes RI. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Kebutuhan Dasar
Manusia I.

Musrifatul Uliyah. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health-
Books Publishing.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4,
Volume 2. Jakarta:EGC

SHAPE. (2013). 5th Standard: Personal Hygiene. Diakses pada:


https://www.shapeamerica.org/standards/pe/.

The Department of Health. (2010). 7 Pesonal Hygiene. Diakses pada:


https://www1.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/oh
p-enhealth-manual-atsi-cnt-l~ohp-enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch3~ohp-
enhealth-manual-atsi-cnt-l-ch3.7.

WHO. (n.d). WHO Expert Committee on Specifications for Pharmaceutical


Preparations WHO Technical Report Series, No. 908 Thirty-seventh Report.
Diakses pada:
https://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js5517e/20.4.11.html#Js5517e.20.4.
11.
WHO. (n.d). Chapter 8: Personal, domestic and Community Hygiene. Diakses pada:
https://www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/settings/hvchap8.pdf.

Anda mungkin juga menyukai